Anda di halaman 1dari 30

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara driving
voltage dengan bentuk keluaran dari sensor putaran, mengetahui pengaruh jarak
pokok serat optik dengan reflector terhadap sensitifitas sensor, dan mengetahui
pengaruh penambahan jumlah reflector serta posisi reflector terhadap keluaran
sensor putaran. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut perlu dibuat seperangkat
alat pendeteksi level putaran.

4.1. Hasil Pengujian Komponen


Untuk memastikan semua komponen yang telah dibuat dapat bekerja
dengan baik dan layak digunakan, maka perlu dilakukan pengujian pada masing-
masing komponen. Pengujian komponen dilakukan pada sumber cahaya, detektor,
reflector dan pada ADC.

4.1.1. Uji Detektor


Gambar 4.1 merupakan hasil pengujian detektor yang ditampilkan dalam
grafik hubungan intensitas dan tegangan keluaran detektor. Data pengujian
detektor menunjukkan hubungan yang linier antara intensitas cahaya yang
diberikan dengan tegangan keluaran detektor. Ditunjukkan dengan nilai R2 =
0,9887. Nilai R2 yang mendekati 1 membuktikan hubungan kelinieritasan antara
kedua variable, sehingga dapat disimpulkan bahwa detektor yang dibuat dapat
bekerja dengan baik.
Sensor cahaya yang digunakan adalah Light Dependent Resistor (LDR).
LDR merupakan jenis resistor yang nilai hambatannya dipengaruhi oleh intensitas
cahaya yang mengenainya. Ketika intensitas cahaya tinggi, maka hambatan LDR
akan menurun dan ketika dikenai intensitas cahaya yang rendah maka hambatan
LDR akan meningkat. LDR dipilih sebagai sensor cahaya karena memiliki daerah
deteksi yang sesuai dengan sumber cahaya yang digunakan, yakni pada rentang
panjang gelombang cahaya tampak. Sumber cahaya yang digunakan adalah Light

49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

Emitting Diode (LED). Perubahan tegangan masukan pada sumber cahaya


sebanding dengan perubahan intensitas yang dihasilkan. Pemfokusan cahaya dari
LED dengan menggunakan lensa cembung berpengaruh terhadap intensitas
cahaya yang ditangkap oleh detektor. Ketika cahaya tidak difokuskan maka
cahaya dari LED akan menyebar dan hanya sebagian yang tertangkap oleh
detektor.

6,4
Equation y = a + b*x
Adj. R-Sq 0,9887
6,2 Value Standard
Teganga Interce 5,042 0,02566
6,0 Teganga Slope 0,004 1,68855E
Voltage (V)

5,8

5,6

5,4

5,2

50 100 150 200 250 300


2
Intensity (Watt/m )
Gambar 4.1. Hasil pengujian detektor cahaya

Prinsip pembagi tegangan digunakan dalam pengukuran tegangan keluaran


detektor seperti yang telah dijelaskan dalam BAB III, di mana LDR telah
dirangkai dengan variable resistor 500 . Terdapat tiga kaki pada detektor yakni,

Vcc, output, dan ground. Kaki Vcc dihubungkan dengan tegangan 6,5 V. tegangan
keluaran hasil pembagi tegangan diukur dengan menggunakan Voltmeter di mana
kutub posistif dihubungkan dengan output pembagi tegangan dan kutub negatif
dihubungkan dengan ground. Dengan menggunakan prinsip pembagi tegangan
maka tegangan minimum yang dapat terukur adalah 0 V dan tegangan maksimum
yang dapat terukur adalah 6,5 V. Tegangan output pembagi tegangan dapat
dihitung dengan persamaan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

(4.1)

Di mana adalah tegangan output yang diukur, adalah hambatan

variable resistor, adalah hambatan LDR, dan adalah tegangan masukan.

Apabila dan bernilai konstan, maka semakin tinggi nilai yang

terukur akan semakin kecil, dan semakin rendah maka nilai semakin
tinggi. Sehingga semakin tinggi intensitas cahaya, semakin rendah hambatan pada
LDR, maka tegangan yang terukur semakin tinggi.

4.1.2. Uji Sumber Cahaya


Light source yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis Light
Emitting Dioda (LED). LED dipilih sebagai sumber cahaya karena memiliki
intensitas yang relatif stabil, murah, aman untuk digunakan dan tahan untuk waktu
penggunaan yang lama. Gambar 4.2 merupakan hasil pengujian sumber cahaya, di
mana sumbu x merupakan input voltage yakni tegangan masukan dari adaptor
untuk rangkaian sumber cahaya dan sumbu y merupakan tegangan yang terukur
pada rangkaian pembagi tegangan detektor. Sistem mekanik konfigurasi
pemantulan membutuhkan sumber cahaya dengan intensitas tinggi agar cahaya
hasil pantulan dapat terdeteksi.

1200
LED putih
LED merah
1000 LED biru
LED orange
LED ungu
Voltage (mV)

800

600

400

200

2 4 6 8 10 12
Input voltage (V)

Gambar 4.2. Hasil pengujian sumber cahaya


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

Hasil pengujian light source menunjukkan hubungan yang linier antara


input voltage dan tegangan yang terukur pada detektor. Ketika tegangan pada
sumber cahaya dinaikkan, maka intensitas LED akan meningkat. Hal ini
menyebabkan intensitas cahaya yang mengenai LDR juga semakin tinggi. Sesuai
dengan prinsip LDR, di mana jika intensitas cahaya yang mengenai LDR tinggi,
maka hambatan pada LDR akan menurun. Hal ini mengakibatkan tegangan yang
terukur pada rangkaian pembagi tegangan detektor akan meningkat. Sehingga
kenaikan tegangan yang terukur ini mencerminkan kenaikan intensitas cahaya
yang mengenai LDR.
Terdapat lima jenis LED yang diuji yakni LED putih, merah, biru, orange,
dan ungu. Titik hitam merupakan hasil pengujian pada LED putih, titik merah
merupakan hasil hasil pengujian pada LED merah, titik biru merupakan hasil
pengujian pada LED biru, titik hijau merupakan hasil pengujian pada LED
orange, dan titik merah muda merupakan hasil pengujian pada LED ungu.

Gambar 4.3. Sumber cahaya dengan LED putih

LED warna putih menghasilkan tegangan terukur paling tinggi


dibandingkan dengan LED warna biru, merah, orange, dan ungu. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa LED putih dapat digunakan sebagai sumber cahaya. Gambar
4.3 merupakan rangkaian sumber cahaya dengan menggunakan LED putih yang
dilengkapi resistor 330 Ohm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

4.1.3. Uji Reflector


Uji reflector dilakukan untuk mengetahui perbedaan intensitas cahaya yang
dipantulkan ketika mengenai daerah reflector dan nonreflector, yakni dengan
menghadapkan serat optik di depan reflector dan nonreflector secara bergantian.
Gambar 4.4 merupakan hasil pengujian reflector. Di mana reflector dibuat dari
bahan allumunium foil dan nonreflector berasal dari bahan gelap yang bersifat
tidak memantulkan cahaya.

600

500
Voltage (mV)

400

300

200

100

0 2 4 6 8 10
Time (s)

Gambar 4.4. Hasil uji reflector

Gambar 4.5. Perubahan intensitas cahaya pada daerah


a. reflector b. Nonreflector
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

Dalam grafik tersebut terlihat adanya perbedaan yang signifikan antara


intensitas cahaya pantulan dari daerah reflector dan nonreflector. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa bahan reflector maupun nonreflector dapat bekerja dan
berfungsi dengan baik. Prinsip kerja dari sensor putaran dengan konfigurasi
pemantulan dalam penelitian ini adalah perubahan intensitas cahaya hasil pantulan
ketika mengenai daerah reflector dan nonreflector. Pada Gambar 4.5 ketika
cahaya mengenai daerah reflector maka cahaya akan dipantulkan dan ditangkap
oleh receiver fiber, namun ketika cahaya mengenai daerah nonreflector maka
hanya terdapat sedikit cahaya yang dipantulkan karena sebagian besar cahaya
terserap, sehingga intensitas cahaya yang ditangkap oleh detektor akan menurun.

240
220
200
180
Voltage (mV)

160
140
120
100
80
60
40
20
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Time (s)

Gambar 4.6. Grafik intensitas cahaya dan waktu .

Gambar 4.4 merupakan hasil pengujian pada keadaan diam .

Selanjutnya dilakukan pengujian pada keadaan sumber putaran bergerak dengan


cara memberikan tegangan masukan pada motor DC (Gambar 6). Putaran

motor DC akan menggerakkan bidang putar. Reflector yang diletakkan pada


bidang putar ikut bergerak sesuai dengan gerakan motor DC. Hal ini
mengakibatkan daerah dihadapan serat optik akan mengalami perubahan secara
periodik. Intensitas cahaya yang ditangkap oleh detektor juga akan mengalami
perubahan secara periodik sesuai dengan putaran dari sumber putar. Gerakan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

satu titik kembali ke kedudukan semula dinamakan satu putaran, yaitu gerakan
reflector dari satu posisi kembali ke posisi awal. Gerakan ini ditandai dengan
intensitas cahaya yang tinggi (pantulan reflector) menuju intensitas cahaya yang
sama.
Gambar 4.6 menunjukkan adanya perubahan intensitas cahaya secara
periodik. Berdasarkan prinsip tersebut maka dari grafik fungsi waktu dapat
digunakan untuk mencari nilai frekuensi (putaran setiap satu detik) atau kecepatan
putar (putaran setiap 1 menit) dengan mengetahui besarnya waktu setiap satu
putaran. Gambar 7 merupakan sistem mekanik putaran yang digunakan dalam
penelitian.

Gambar 4.7. Sistem mekanik sensor putaran (a) Tampak depan, (b) Tampak
samping
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

4.1.3. Uji ADC


ADC (Analog to Digital Converter) merupakan bagian perangkat antarmuka
yang berperan dalam mengubah data analog dari detektor menjadi data digital.
Pengujian ADC bertujuan untuk mengetahui apakah ADC yang digunakan dalam
antarmuka bekerja dengan baik atau tidak, dengan cara memberikan variasi
tegangan input analog pada ADC dan mengukur tegangan keluarannya.

Equation y =a +
5 Adj. R-Sq 0,9998
Value Standard
Output Vo Interce 0,025 0,00658
4
Output Voltage (V)

Output Vo Slope 1,005 0,00221

0
0 1 2 3 4 5
Input Voltage (V)

Gambar 4.8. Hasil uji ADC

Gambar 4.8 merupakan hasil pengujian ADC, terlihat adanya kelinieritasan


antara tegangan input analog dan tegangan keluaran ADC. Dalam penelitian ini
diperoleh nilai R2 = 0,9998. Nilai R2 yang mendekati 1 menunjukkan bahwa
output ADC sebanding dengan tegangan input ADC sehingga dapat disimpulkan
bahwa ADC dapat bekerja dengan baik.
Perangkat antarmuka berperan penting dalam proses akuisisi data. Setelah
data analog dari detektor diubah menjadi data digital, kemudian data dikirim
menuju komputer untuk diolah lebih lanjut. Agar dapat bekerja maka perangkat
antarmuka harus terhubung dengan detektor dan komputer. Gambar 4.9
merupakan rangkaian antarmuka yang terhubung dengan detektor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

Gambar 4.9. Rangkaian antarmuka yang terhubung dengan detektor

4.2. Data dan Pembahasan


Dalam penelitian ini tegangan masukan motor DC disebut sebagai driving
voltage yang merupakan tegangan pengontrol putaran. Putaran motor DC akan
merubah posisi reflector secara periodik. Ketika reflector kembali ke posisi
semula maka telah terjadi satu putaran. Sehingga intensitas cahaya pantulan ketika
mengenai reflector menuju reflector lagi dapat dihitung sebagai satu putaran.

350

300
Voltage (mV)

250

200

150

100

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0


Time (s)

Gambar 4.10. Grafik fungsi waktu pada tegangan 5,5 Volt


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

80
70
60
Amplitude (%)

50
40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100
Frequency (Hz)

Gambar 4.11. Grafik fungsi frekuensi pada tegangan 5,5 Volt

Gambar 4.10 merupakan grafik fungsi waktu dan tegangan ketika motor DC
diputar dengan driving voltage 5,5 V. Puncak-puncak pada grafik menunjukkan
bahwa cahaya dari fiber transmitter mengenai daerah reflector. Frekuensi putaran
diketahui dengan proses dekomposisi gelombang menjadi gelombang-gelombang
penyusunnya dengan operasi FFT yang sudah dijelaskan dalam BAB II. Dalam
penelitian ini operasi FFT dilakukan dengan menghitung besarnya waktu
pembentukan satu gelombang (periode) yang dilakukan dengan Program
LabView. Gambar 4.11 merupakan hasil frekuensi dari grafik domain waktu
(Gambar 4.10).
Grafik fungsi frekuensi (Gambar 4.11) menunjukkan hubungan antara
frekuensi (Hz) dan amplitudo (%). Amplitudo yang dinyatakan dalam persen
menunjukkan berapa prosentase kehadiran suatu nilai frekuensi dalam grafik
fungsi waktu tersebut, di mana jumlah keseluruhan prosentase adalah 100%.
Dalam Gambar 4.10 terdapat empat nilai frekuensi tertinggi yang muncul yakni:
3,45 Hz; 3,55 Hz; 3,65 Hz; dan 78,75 Hz dengan prosentasi masing-masing
adalah: 13,95%; 72,09%; 11,63%; dan 2,32%. Program yang telah dibuat untuk
mengukur frekuensi putaran memiliki resolusi yang cukup tinggi yakni mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

membedakan frekuensi dengan selisih 0,10 Hz. Berdasarkan hasil perhitungan


diperoleh frekuensi dengan prosentase paling besar pada 3,55 Hz. Sehingga nilai
frekuensi yang dominan adalah 3,55 Hz.

4.2.1. Pengaruh Penambahan Tegangan pada Sumber Putaran


Gambar 4.12 menunjukkan grafik domain waktu dan domain frekuensi pada
tegangan 4,5 V. Pada grafik domain waktu, terdapat satu jenis puncak dengan
FWHM yang kecil. Nilai FWHM dipengaruhi oleh lebar reflector yang
ditempatkan pada bidang putar. Semakin kecil ukuran reflector maka waktu di
mana serat optik berada dihadapan reflector akan semakin kecil, sehingga puncak-
puncak yang dihasilkan akan semakin sempit. Ketika ukuran reflector diperbesar,
dengan catatan posisi reflector selalu konstan, maka waktu terjadinya pemantulan
akan semakin lama sehingga puncak yang terbentuk semakin lebar. Pada tegangan
4,5 V muncul beberapa nilai frekuensi, yakni 2,75 Hz, 2,85 Hz, 3,35 Hz, 17,45
Hz, dan 22,45 Hz. Frekuensi dominan yang muncul adalah 2,75 Hz sebanyak
84,62 %.

400
Voltage : 4,5 V
350

300
Voltage (mV)

250

200

150

100

50
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5
Time (s)

(a)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

100
Voltage : 4,5 V
4 ,0
80 3 ,5

A m p l it u d e (% )
3 ,0
2 ,5
Amplitude (%)

2 ,0
1 ,5
60 1 ,0
0 ,5
0 ,0
18 19 20 21 22
40 F re q u e n c y (H z )

20

0
0 5 10 15 20 25
Frequency (Hz)

(b)
Gambar 4.12. Grafik domain waktu (a) dan domain frekuensi (b),
dengan driving voltage = 4,5 V

350 Voltage : 6,5 V

300
Voltage (mV)

250

200

150

100

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5


Time (s)

(a)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

100
Voltage : 6,5 V
2 ,0

A m p litu d e ( % )
80 1 ,5

1 ,0
Amplitude (%)

60 0 ,5

0 ,0
5 10 15 20 25
40 F re q u e n c y ( H z )

20

0
0 5 10 15 20 25 30
Frequency (Hz)
(b)

Gambar 4.13. Grafik domain waktu (a) dan domain frekuensi (b),
dengan driving voltage = 6,5 V

300
Voltage : 11 V

250
Voltage (mV)

200

150

100

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5


Time (s)

(a)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

100
Voltage : 11 V
8
80

Amplitude (% )
6

4
Amplitude (%)

60 2

0
8,1 8,2 8,3 8,4 8,5 8,6 8,7 8,8 8,9
F requency (Hz)
40

20

0
0 5 10 15 20
Frequency (Hz)

(b)

Gambar 4.14. Grafik domain waktu (a) dan domain frekuensi (b),
dengan driving voltage = 11 V

Hasil pengambilan data menunjukkan terdapat beberapa frekuensi lain


dengan amplitudo yang sangat kecil apabila dibandingkan dengan frekuensi 2,75
Hz. Faktor penyebab adanya frekuensi ini adalah munculnya noise pada
pengambilan data. Noise ini muncul disebabkan oleh adanya faktor skala
fluktuatif dari alat yang terdiri atas detektor (LDR) dan light source. Frekuensi
dengan amplitudo terbesar diambil sebagai nilai frekuensi putar dari motor pada
tegangan 4,5 V.
Gambar 4.13 merupakan hasil pengambilan data dengan driving voltage 6,5
V dan pada Gambar 4.14 merupakan hasil pengambilan data dengan driving
voltage 11 V. Grafik domain waktu pada tegangan 11 V terlihat lebih rapat
dibandingkan dengan grafik domain waktu pada tegangan 6,5 V dan 4,5 V. Pada
tegangan 6,5 V muncul beberapa nilai frekuensi yakni, 4,05 Hz, 4,15 Hz, 4,95 Hz,
dan 26,25 Hz. Di mana frekuensi tertinggi adalah 4,15 Hz sebesar 89,09 %.
Sedangkan pada tegangan masukan 11 V terdapat empat nilai frekuensi yakni,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63

7,45 Hz, 7,85 Hz, 8,25 Hz, dan 8,75 Hz. Frekuensi dominan yang terbentuk
adalah pada 7,85 Hz dengan amplitudo sebesar 88,16 %.

10
Equation y = a + b*x
Adj. R-Sq 0,9970
Value Standard
8 frekuensi Interce -0,797 0,081
frekuensi Slope 0,784 0,0098
Frequency (Hz)

4 6 8 10 12
Driving voltage (V)

Gambar 4.15. Grafik tegangan masukan motor DC dan frekuensi

Gambar 4.15 menunjukkan hasil variasi penambahan driving voltage pada


motor DC terhadap frekuensi putar yang terukur. Pengaruh tegangan masukan
terhadap kecepatan putaran motor DC dapat dilihat pada Persamaan berikut yang
sudah dibahas dalam BAB II.

(4.2)

Di mana adalah kecepatan putar motor (rpm), adalah tegangan

terminal (Volt), merupakan arus pada armature (A), adalah hambatan

armature (Ohm), merupakan kosntanta tegangan, dan adalah % medan

flux. Persamaan 4.2 menunjukkan bahwa tegangan masukan pada motor

berbanding lurus dengan kecepatan putar motor . Data hasil percobaan yang
diperoleh sesuai dengan teori yang ada.

4.2.2. Pengaruh Penambahan Jumlah Reflector.


Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penambahan jumlah reflector terhadap keluaran sensor putaran. Penambahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64

reflector dilakukan dengan menempatkan reflector kedua dan ketiga pada posisi
yang setimbang dengan reflector pertama.

a. b. c.
Gambar 4.16. Posisi pada variasi jumlah reflector, a. Satu reflector, b. Dua
reflector, c. Tiga reflector

Lebar masing-masing reflector diperhitungkan sehingga besarnya sama


untuk semua reflector. Gambar 4.16 merupakan penyusunan posisi reflector pada
variasi jumlah reflector. Pada variasi satu buah reflector, reflector diletakkan pada
posisi 0o. Untuk dua buah reflector diletakkan pada posisi 0o dan 180o, sedangkan
pada variasi tiga buah reflector, masing-masing diletakkan pada posisi 0o, 120o,
dan 240o. Sudut 0o selalu diletakkan pada posisi yang sama sebagai posisi acuan.

550

500

450
Voltage (mV)

400

350

300

250
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Time (s)

Gambar 4.17. Hasil pengujian satu reflector


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65

550

500

450
Voltage (V)

400

350

300

250

200
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Time (s)

Gambar 4.18. Hasil pengujian dua reflector

550

500

450
Voltage (mV)

400

350

300

250

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0


Time (s)

Gambar 4.19. Hasil pengujian tiga reflector


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

15 Equation
Adj. R-Square
y = a + b*x
0,99498 0,99618 0,99727
Value Standard Error
Frequency Intercept -0,62582 0,09729
Frequency Slope 0,75495 0,01548

12 C
C
Intercept
Slope
-0,73571
1,17582
0,1321
0,02102
D Intercept -2,1511 0,17069
Frequency (Hz)

D Slope 1,7989 0,02716

1 reflector

3 2 reflector
3 reflector
Linear Fit of Frequency
Linear Fit of C
Linear Fit of D

3 4 5 6 7 8 9
Driving voltage (V)
G
ambar 4.20. Grafik driving voltage versus frekuensi pada
jumlah reflector yang berbeda

Gambar 4.17 merupakan hasil pengujian pada satu buah reflector. Besarnya
intensitas pada masing-masing puncak memiliki nilai yang seragam. Nilai FWHM
yang kecil (grafik runcing) menunjukkan bahwa luasan daerah reflector yang
digunakan tidak terlalu besar dibandingkan dengan keliling bidang putar. Ukuran
daerah reflector akan mempengaruhi keluaran grafik sensor putaran. Apabila
luasan daerah reflector dan nonreflector adalah sama besar 50%:50% maka grafik
yang terbentuk memiliki lebar yang sama antara bukit dan lembah. Namun
demikian, tidak akan merubah total waktu yang dibutuhkan untuk membentuk
satu putaran penuh yakni satu bukit dan satu lembah.
Gambar 4.18 adalah hasil pengambilan data untuk dua buah reflector.
Berdasarkan grafik, terlihat adanya dua puncak periodik yang terbentuk.
Perbedaan intensitas pada puncak-puncak disebabkan perbedaan jarak pokok serat
optik - reflector pada reflector pertama dan kedua. Perbedaan jarak ini merupakan
akibat dari gerakan bidang putar yang tidak stabil. Ketidakstabilan gerakan akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67

merubah jarak antara serat optik dan reflector sehingga intensitas cahaya yang
ditangkap oleh receiver fiber akan berubah (berkurang).
Gambar 4.19 merupakan hasil pengujian untuk tiga buah reflector. Dari
gambar tersebut muncul tiga puncak dengan intensitas yang berbeda. Dengan
mengamati ketiga puncak tersebut dapat diketahui bahwa jarak serat optik -
reflector dihadapan ketiga reflector berbeda. Dengan memberikan variasi
tegangan masukan pada sumber putaran maka akan dihasilkan grafik dengan tipe
yang sama namun berbeda frekuensi.
Gambar 4.120 merupakan grafik hasil pengujian variasi tegangan untuk
masing-masing jumlah reflector. Titik hitam merupakan hasil pengujian untuk
satu buah reflector dengan posisi dan ukuran seperti pada Gambar 4.18a. Titik
merah adalah hasil pengujian untuk dua buah reflector. Titik biru merupakan hasil
pengujian tiga buah reflector. Hasil pengukuran menunjukkan kesebandingan
antara nilai frekuensi dan jumlah reflector. Pada tegangan yang sama, semakin
banyak jumlah reflector, frekuensi yang dihasilkan lebih besar. Hal ini disebabkan
karena pada kasus dua reflector, cahaya dari transmitter fiber terpantulkan
sebanyak dua kali dalam satu putaran, dan pada tiga buah reflector cahaya
terpantul sebanyak tiga kali dalam satu putaran. Rata-rata nilai frekuensi hasil
pengujian untuk dua buah reflector adalah mendekati dua kali nilai frekuensi satu
reflector. Sedangkan pada tiga buah reflector mempunyai nilai yang mendekati
tiga kali nilai frekuensi untuk satu buah reflector. Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan reflector akan mempengaruhi nilai frekuensi yang terukur yakni
akan semakin tinggi.

4.2.3. Pengaruh Penambahan Jarak Pokok Serat optik-reflector.


Gambar 4.21 merupakan grafik hasil pengujian pada tiga jenis variasi jarak
pokok serat optik - reflector. Variasi jarak pokok serat optik - reflector yang
dilakukan pada penelitian ini adalah 0,32 cm; 0,45 cm; dan 0,56 cm. Nilai 0,32
cm dipilih untuk mengantisipasi ketidakstabilan gerakan dari bidang putar. Ketika
bidang putar bergerak tidak stabil, maka terdapat sisi yang dekat (d kecil) dengan
serat optik dan terdapat sisi yang jauh (d besar) dari serat. Oleh sebab itu dipilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68

nilai d agar tidak terjadi kontak antara serat dan semua sisi bidang putar. Pada
Gambar 4.20 pengukuran dilakukan pada tegangan masukan motor yang konstan
6 Volt.

350

300

250
Voltage (mV)

200

150

100

50

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0


Time (s)

Gambar 4.21. Grafik waktu dan tegangan untuk variasi jarak pokok serat optik -
reflector (hitam : 0,32 cm, merah : 0,45 cm, dan biru : 0,56 cm)

Intensitas pantulan pada jarak 0,56 cm lebih kecil dari pada intensitas
pantulan pada jarak 0,45 cm dan 0,32 cm. Penambahan jarak pokok serat optik -
reflector mengakibatkan penurunan intensitas pantulan yang ditangkap oleh fiber
receiver. Hal ini sesuai dengan Hukum Kuadrat terbalik pada persamaan 4.3 yang
sudah dibahas dalam BAB II.

(4.3)

Di mana adalah irradiasi (W/m2 ), merupakan fluks radiasi (Watts),

adalah luasan (m2), dan merupakan intensitas radiasi , r adalah jarak

dari sumber. Ketika jarak antara sumber cahaya dengan daerah yang dikenai
cahaya semakin jauh, maka besarnya irradiasi cahaya akan semakin kecil,
sehingga cahaya yang terpantul juga semakin kecil. Berdasarkan pengujian
tersebut dapat disimpulkan bahwa jarak 0,32 cm merupakan jarak efektif untuk
pengambilan data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69

Gambar 4.22. Reflective Fiber Sensor (Bercovic & Shafir, 2012)

Hasil variasi jarak pokok antara serat optik dan reflector (Gambar 4.21)
yang dilakukan menunjukkan hubungan yang sesuai dengan daerah setelah
puncak transisi pada kurva karakteristik Reflective Fiber Sensor (Gambar 4.22).
Di mana pada daerah ini semakin besar jarak antara serat optik dan reflector maka
intensitas cahaya yang ditangkap oleh serat optik receiver akan semakin kecil.
Pada penelitian ini, jika jarak (d) terlalu kecil maka akan terdapat bagian yang
menyentuh serat optik sehingga mengganggu keseimbangan dari serat optik yang
digunakan. Hal ini akan berakibat pada perubahan intensitas cahaya yang
mempengaruhi hasil percobaan.

4.2.4. Pengaruh Variasi Posisi Reflector.


Pada bagian ini dibahas tentang pengaruh posisi reflector terhadap keluaran
sensor putaran. Posisi reflector ditunjukkan dalam Tabel 4.1 kolom 2 sedangkan
grafik hasil keluaran sensor ditunjukkan pada kolom 3. Untuk mengetahui
perubahan keluaran terhadap posisi, dipilih satu titik sebagai acuan yakni pada
posisi 0o (Gambar no.1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70

Tabel 4.1. Hasil pengujian posisi reflector


No. Posisi Grafik Hasil Keluaran Sensor
Gambar reflector
1. 0o
600

0o 500

Voltage (mV)
400

300

200

100

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5


Time (s)

2. 70o
600

0o 500
Voltage (mV)

400

300

200

100
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Time (s)

3. 90o
550
500
0o 450
Voltage (mV)

400
350
300
250
200
150
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Time (s)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71

4. 135o
550

500
0o
450

Voltage (mV)
400

350

300

250

200
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Time (s)

5. 180o
550

500
0o
450
Voltage (mV)

400

350

300

250

200
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Time (s)

6. 225o
550

500
0o
450
Voltage (mV)

400

350

300

250
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Time (s)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72

7. 270o

550

0o 500

450

Voltage (mV)
400

350

300

250

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0


Time (s)

8. 290o
900
800
0o 700
Voltage (mV)

600
500
400
300
200
100
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Time (s)

Pada posisi reflector 0o (data no. 1) terdapat satu jenis puncak dengan nilai
intensitas yang stabil untuk setiap puncak. Pada posisi reflector 70o (data no. 2)
muncul dua buah puncak dengan nilai intensitas yang jauh berbeda. Dengan
mengingat acuan pengambilan data untuk gerakan putaran motor adalah searah
jarum jam, maka dapat dilihat bahwa reflector yang pertama terkena cahaya dari
transmitter fiber adalah pada posisi 70o terlebih dahulu, kemudian reflector pada
posisi 0o. Sehingga puncak yang lebih rendah merupakan intensitas ketika cahaya
mengenai reflector 70o. Jarak antara reflector satu dengan reflector berikutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73

merupakan jarak dari satu puncak ke puncak selanjutnya. Dengan memperbesar


jarak antar reflector maka jarak dari puncak ke puncak akan bertambah lebar.
Untuk posisi reflector 90o, 135o, 180o, dan 225o terlihat bahwa pada posisi
tersebut intensitas cahaya yang terdeteksi lebih rendah dari intensitas cahaya pada
posisi acuan (0o). Sedangkan pada posisi reflector 270 o dan 290o terlihat bahwa
intensitas cahaya lebih tinggi dibandingkan dengan posisi acuan. Di mana
intensitas cahaya pantulan pada posisi 290o lebih tinggi dari pada posisi 270o.
Dengan membandingkan keseluruhan hasil variasi posisi reflector, dapat
diketahui gambaran ketidakstabilan gerakan bidang putar. Perbandingan nilai
intensitas terhadap posisi reflector dapat di lihat pada Gambar 4.23.

800

700

600
Voltage (mV)

500

400

300

200

0 50 100 150 200 250 300


Reflector position (degree)

Gambar 4.23. Grafik posisi dan tegangan

Berdasarkan hukum kuadrat jarak terbalik, yang menyatakan bahwa


besarnya intensitas tangkapan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak, maka
Gambar 4.23 dapat dihubungkan dengan jarak. Jarak dalam penelitian ini
merupakan jarak antara serat optik dengan reflector. Sehingga pada posisi
reflector yang menghasilkan intensitas pantulan tinggi, merupakan posisi di mana
jarak antara serat optik dengan reflector kecil. Sedangkan untuk posisi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74

hasil pantulan rendah, memiliki jarak antar serat optik - reflector besar. Dalam
penelitian ini belum dikonversi antara beda tegangan dengan beda ketinggian.

4.2.5. Pengaruh Variasi Ukuran Reflector.


Selain melakukan variasi posisi reflector, dalam penelitian ini juga
dilakukan variasi ukuran reflector. Dalam variasi ukuran reflector, diletakkan
empat buah reflector sekaligus dalam bidang putar untuk setiap pengambilan data.
Tujuan dari variasi ukuran reflector adalah untuk membedakan letak dari masing-
masing reflector.
Gambar 4.24 merupakan susunan reflector dalam pengambilan data variasi
ukuran reflector. Di mana lebar dari reflector pertama sampai reflector ke empat
berturut-turut adalah 5 cm, 3 cm, 1,5 cm, dan 0,8 cm dengan panjang untuk
masing-masing reflector adalah 4 cm.

4
2

Gambar 4.24. Susunan variasi ukuran reflector

Dengan pengambilan data searah jarum jam, dan melihat ukuran reflector,
maka berdasarkan hasil yang diperoleh (Gambar 4.25) dapat terlihat bahwa grafik
dengan FWHM besar merupakan hasil pantulan dari reflector dengan ukuran lebih
lebar. Nilai FWHM dari besar ke kecil berturut-turut dihasilkan oleh reflector 1,
2, 3, dan 4. Namun karena putaran searah jarum jam, sehingga yang terdeteksi
terlebih dahulu adalah reflector 1, 4, 3, dan 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75

600

500

400
Voltage (mV)

300

200

100

0
0 1 2 3 4 5 6 7
Time (s)
Gambar 4.25. Hasil variasi ukuran reflector

Pada reflector 1 dan 4 terdeteksi nilai intensitas yang tinggi, sedangkan pada
reflector 2 dan 3 nilai intensitas cenderung lebih rendah. Hasil yang diperoleh
pada variasi ukuran reflector ini sesuai dengan hasil pada variasi posisi reflector.
Lebar setengah puncak (FWHM) tergantung pada besarnya kecepatan putar dari
sumber putaran, semakin cepat kecepatan putarnya, maka lebar puncak akan
semakin sempit. Namun demikian, perbandingan dari masing-masing lebar
puncak adalah sama.

4.2.6. Pengaruh variasi ketinggian reflector


Gambar 2.26 merupakan susunan reflector pada variasi ketinggian reflector.
Dengan menggunakan hardisk yang mempunyai gerakan yang stabil, tiga buah
reflector diletakkan pada permukaan hardisk dengan ketinggian yang berbeda.
Dengan tebal hardisk adalah 0,27 cm, tinggi reflector pertama (t1), kedua (t2) dan
ketiga (t3) berturut-turut adalah 0,28 cm, 0,56 cm, dan 0,84 cm. Di mana jarak
antara serat optik dengan reflector ketiga adalah 0,27 cm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76

t1
t0

t3
t2

Gambar 2.26. Susunan reflector untuk variasi ketinggian reflector

Gambar 2.27 merupakan hasil pengambilan data variasi ketinggian


reflector. Hasil variasi ketinggian reflector menunjukkan adanya tiga buah puncak
dengan ketinggian puncak yang berbeda-beda. Puncak terendah merupakan hasil
pantulan dari reflector pertama, puncak tertinggi kedua merupakan hasil pantulan
dari reflector kedua, dan puncak tertinggi meerupakan hasil pantulan dari
reflector ketiga.

350

300
Voltage (mV)

250

200

150

0,0 0,4 0,8 1,2 1,6


Time (s)

Gambar 4.27. Hasil variasi ketinggin reflector


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77

Hasil pengambilan data menunjukkan hubungan yang sebanding antara


ketebalan dengan intensitas cahaya hasil pantulan. Semakin tebal reflector maka
jarak antara serat optik dan reflector akan semakin dekat sehingga intensitas
cahaya yang ditangkap akan semakin tinggi, sesuai dengan Hukum kuadrat
terbalik. Namun demikian hal ini hanya akan terjadi ketika jarak yang digunakan
merupakan daerah setelah transisi dari kurva karakterisrik jarak dan intensitas
seperti yang sudah di bahas dalam BAB II.
Selain dipengaruhi oleh jarak, intensitas pantulan juga dipengaruhi oleh
reflektansi. Reflektansi berkaitan dengan indeks bias yang juga berkaitan dengan
jenis bahan. Pada variasi ketinggian reflector, kehomogenan bahan reflector
mempengaruhi hasil pantulan. Medium yang berbeda akan mempunyai indeks
bias yang berbeda, reflektansi yang berbeda. Seperti yang sudah dibahas dalam
BAB II.

4.2.7. Hasil pengujian motor DC dengan tachometer.


Gambar 4.28 merupakan perbandingan hasil pengukuran kecepatan motor
DC dengan variasi tegangan masukan yang di ukur dengan alat dan tachometer.

Equa tion y = a + b*x


Adj. R-S qu are 0,99774 0,99824
500 Value Standard Error
kecep atan put In tercept -39,86165 3,67017
ar
kecep atan put Slop e 45,81654 0,50003
Rotational speed (rpm)

ar
400 C
C
In tercept
Slop e
-22,89767
44,53669
3,14784
0,42886

300

200

100 hasil penelitian


tachometer
Linear Fit of kecepatan putar
Linear Fit of C
0
2 4 6 8 10 12
Driving voltage (V)

Gambar 4.28. Perbandingan hasil alat dan tachometer


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78

Hasil pada Gambar 4.28 menunjukkan hubungan yang linear untuk kedua
grafik, dengan nilai R2 untuk tachometer adalah 0,998 dan untuk hasil alat adalah
0,997. Dengan trend yang sama, dan nilai yang diperoleh keduanya adalah
mendekati, dapat disimpulkan bahwa alat yang dibuat dapat bekerja dengan
performansi baik.

Anda mungkin juga menyukai