Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1. LatarBelakang

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan

nasional, diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

yang optimal. Pembangunan bidang kesehatan antara lain bertujuan agar

seluruh masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah,

merata dan bermutu.

Berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan sudah banyak

dilakukan antara lain dengan memberikan berbagai penyuluhan kesehatan

dan penyediaan fasilitas kesehatan.

Laporan Tahunan Program Pengendalian Penyakit tahun 2015 yang di

terbitkan secara berkala sekali setiap tahun bertujuan untuk memberikan

gambaran situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kota Palu yang menyajikan tentang Data informasi pengendalian

penyakit Kusta

Data yang ada pada laporan tahunan ini dibuat dalam bentuk tabel

dan gambar/grafik agar mudah dipahami dan dimengerti saat dibaca. Data

dan informasi yang disajikan diperoleh/didapatkan dari masing-masing

penanggung jawab program.

Seksi P2PM & PTM Page 1


Tahun 2017
2. Tujuan Umum

Terselenggaranya pencegahan dan penanggulangan faktor risiko Penyakit

Menular dan Penyakit tidak menular guna menurunkan angka kesakitan,

kecacatan, dan kematian secara terpadu, efektif dan efisien dengan

pemberdayaan masyarakat (outcome).

3. Tujuan Khusus

1. Terkendalinya faktor risiko Penyakit Menular dan Penyakit tidak menular di

masyarakat

2. Terdeteksinya kasus Penyakit Menular dan Penyakit tidak menular secara

dini dan teselenggaranya tatalaksana kasus.

3. Terselenggaranya kegiatan surveilans epidemiologi Penyakit Menular dan

Penyakit tidak menular Terselenggaranya kegiatan komunikasi, informasi,

dan edukasi Penyakit Menular dan Penyakit tidak menular

4. Terjalinya kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dan pengendalian

risiko Penyakit Menular dan Penyakit tidak menular

Seksi P2PM & PTM Page 2


Tahun 2017
BAB II

GAMBARAN UMUM

Kota Palu sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Tengah terletak pada kawasan

dataran lembah Palu dan teluk Palu, lua swilayah Kota Palu mencapai 395,06 km2

yang secara administrative terbagi dalam delapan kecamatan dan 45 kelurahan

dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tanantovea Kabupaten

Donggala

 Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi

Moutong

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Marawola dan Kecamatan Sigi

Biromaru Kabupaten Sigi

 Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan Panimbani, Kecamatan Kinovaro

dan kecamatan Marawola Barat Kabupaten Sigi, dan Kecamatan Banawa

Kabupaten Donggala

Secara astronomi Kota Palu terletak antara 00,36” – 00,56” Lintang

Selatan dan 199),45” -1210,1” Bujur Timur, tepat berada di bawah garis

khatulistiwa dengan ketinggian 0-700 meter dari permukaan laut.

Keadaan geologi Kota Palu secara umum sama untuk semua

kecamatanya itu jenis tanah alluvial yang terdapat di Lembah Palu, formasinya

terdiri dari batuan gunung berapi dan bantuan torobosan yang tidak

membeku, juga batuan metamorphosis dan sedimen.

Seksi P2PM & PTM Page 3


Tahun 2017
BAB III

HASIL PELAKSANAAN

1. PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT KUSTA

a. Tujuan

Tujuan jangka panjang

1) Menurunkan transmisi penyakit kusta

2) Mencegah kecacatan pada semua penderita baru yang ditemukan

melalui pengobatan dan perawatan yang benar

3) Menghilangkan stigma sosial dalam masyarakat.

Tujuan jangka pendek

1) Mengintensifkan penemuan dan pengobatan penderita

2) Mengembangkan puskesmas dengan perawatan cacat yang

adekuat dengan dukungan sistem rujukan ke Rumah Sakit Umum

dan Rumah Sakit Khusus.

3) Melaksanakan pengelolaan program pengendalian kusta dengan

strategi pengendalian kusta sesuai endemisitas daerah

4) Menurunkan proporsi anak dan kecacatan tingkat 2 diantara

penderita baru menjadi kurang dari 5%

5) Memberikan pengobatan yang adekuat sehingga tercapai angka

kesembuhan (RFT Rate) lebih dari 90%

Seksi P2PM & PTM Page 4


Tahun 2017
6) Menurunkan proporsi penderita yang cacat pada mata, tangan

dan kaki setelah RFT kurang dari 5%

7) Memberikan perawatan dan pelayanan rehabilitasi yang tepat

kepada penyandang cacat kusta.

b. Kebijakan

a. Pelaksanaan program pengendalian kusta diintegrasikan

pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas.

b. Pengobatan penderita kusta dengan MDT sesuai rekomendasi

WHO diberikan secaracuma-Cuma

c. Penderita kusta tidak boleh diisolasi.

d. Memperkuat sistem rujukandanumpanbalik

c. Tata Laksana Penyakit Kusta

Penyakit Kusta adalah penyakit menular yang menahun dan

disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang

kulit, saraf tepi dan jaringan tubuh lainnya. Adapun tanda-tanda

penyakit Kusta yaitu adanya kelainan kulit berupa bercak seperti panu

atau kemerahan. Kelainan kulit ini hilang rasa, tidak ditumbuhi bulu,

tidak mengeluarkan keringat, tidak gatal dan tidak sakit.

Penyakit Kusta ada 2 jenis yaitu :

- Kusta Kering (PB)

- Kusta Basah (MB)

Seksi P2PM & PTM Page 5


Tahun 2017
Klasifikasi WHO:

Tanda Utama PB MB

Jumlah bercak kusta Jumlah 1 s/d 5 Jumlah > 5

Penebalan saraf tepi yang Hanya satu saraf Lebih dari satu

disertai dengan gangguan fungsi saraf

Pemeriksaan BTA BTA negatif BTA positif

Penyakit kusta menular dari penderita kusta tipe basah yang tidak diobati,

ke orang lain melalui pernafasan atau kontak kulit yang lama. Penyakit

kusta dapat mengenai setiap orang tergantung pada kekebalan tubuhnya

dan kontak yang lama dengan penderita kusta tipe basah yang tidak

diobati. Obat untuk menyembuhkan penyakit kusta dikemas dalam blister

yang disebut MDT Multi Drug Therapy). Lama minum obat tergantung jenis

penyakit kusta. Untuk jenis kusta basah obat harus diminum setiap hari

selama 12 bulan, dan untuk jenis kusta kering obat harus diminum setiap

hari selama 6 bulan.

Kusta dapat disembuhkan tanpa cacat bila berobat dini dan teratur.

Penyakit kusta dapat sembuh bila penderita minum obat secara teratur

Seksi P2PM & PTM Page 6


Tahun 2017
sesuai aturan dan petunjuk dari petugas kesehatan. Cacat kusta dapat

terjadi pada penderita yang terlambat ditemukan dan terlambat diobati.

d. Komplikasi kusta dan penanganannya

1. Reaksi Kusta

TIPE 1 TIPE 2

( REAKSI REVERSAL) (E.N.L)

ONSET Awalterapi Pertengahan / Akhir

(1-3 bulanpertama) ( > 6 bulan / RFT )

TIPE M.H. PB/MB MB

KLINIS Lesimenjadimerah, panas, Timbulnodulbaru


menebal yang meradang

SISTEMIK Jarang, febrisringan, Sering, febris,


oedem artralgi, episcleritis,
orchitisdll.

2. Efek Samping MDT

 Rifampicin

- Kencing berwarna merah

- Gejala flu

- Memberatkan fungsi hati dan ginjal

 DDS
- Dermatitis Ex
- Anemi hemolitik

- Mual

Seksi P2PM & PTM Page 7


Tahun 2017
- Neuropathy

 Lamprene

- Kulit warna kehitam unguan

- Kulit kering

- Gangguan saluran pencernaan

Mual, diare sakit perut

3. Cacat Kusta

Fungsi
Saraf
Motorik Sensorik Otonom

Facialis Kelopak mata Tdak bias Kekeringan


menutup dan kulit
Retak akibat
Ulnaris Jaritangan ke 4 &ke 5 Mati rasa kerusakan
lemah/ lumpuh/ kiting telapak tangan kelenjar
bagian jari ke 4 keringat,
&5 minyak dan
aliran darah
Medianus Ibu jari, jari 2 & 3 lemah/ Mati rasa
lumpuh/ kiting telapak tangan
bagian ibujari,
jari ke 2 & 3

Radialis Tangan lunglai

Peroneus Kaki semper

Tibialis Jari kaki kiting Mati rasa


posterior telapak kaki

e. Situasi Kusta Kota Palu

- Indiaktor Program

Seksi P2PM & PTM Page 8


Tahun 2017
- Strategi

Di daerah endemik tinggi (PR>1/10.000 penduduk) dibutuhkan ekselerasi

kegiatan dengan perencanaan pelayanan kesehatan terpadu, penyuluhan

yang intensif, penemuan penderita secara aktif, ada petugas penanggung

jawab program khusus dan pengembangan kemitraan yang intensif.

Di daerah endemik rendah (PR<1/10.000 penduduk) dengan penemuan

penderita baru (CDR) > 5/100.000 penduduk. Semua puskesmas akan

meneruskan pelayanan kepada penderita kusta, komitmen politis harus

ditingkatkan untuk memelihara pelayanan rutin dengan perhatian khusus

didaerah fokus.

Seksi P2PM & PTM Page 9


Tahun 2017
Di daerah endemik rendah (PR < 1/10.000 penduduk) dengan penemuan

penderita baru (CDR) > 5/100.000 penduduk, pelayanan penderita kusta

diberikan oleh 1-3 Puskesmas per kabupaten puskesmas lainnya

mendeteksi suspek dan merujuk.

Grafik4.20

PREVALENSI RATE/ PER 10.000 PDDK


1.40%

1.20% 1.22%
1.16%
1.11%
1.06%
1.03%
1.00%

0.80%

0.60%

0.40%

0.20%

0.00%
2013 2014 2015 2016 2017

PR TARGET

Seksi P2PM & PTM Page 10


Tahun 2017
Table 4.8

Penemuan Penderita PB

NO PUSKESMAS 2013 2014 2015 2016 2017

1. Pantoloan 0 0 3 1 0
2. Tawaeli 0 3 0 0 0
3. Mamboro 0 0 0 0 0
4. Talise 1 0 1 0 0
5. Kawatuna 0 0 0 0 1
6. Petobo 0 0 0 0 0
7. Mabelopura 0 0 0 0 0
8. Birobuli 0 2 1 0 0
9. Duyu 0 0 0 0 0
10. Tipo 0 0 0 0 0
11. Kamonji 1 1 1 0 0
12. Singgani 0 0 0 0 0
KOTA PALU 10 2 5 1 1

Table 4.9
Penemuan Penderita MB

NO PUSKESMAS 2013 2014 2015 2016 2017

1. Pantoloan 4 2 8 4 7
2. Tawaeli 1 9 0 0 3
3. Mamboro 0 0 2 0 0
4. Talise 14 3 3 5 3
5. Kawatuna 3 3 0 4 0
6. Bulili 0 0 0 4 0
7. Mabelopura 0 0 3 3 1
8. Birobuli 6 8 3 2 0
9. Sangurara 1 4 4 1 2
10. Tipo 0 1 0 3 0
11. Kamonji 9 11 8 13 0
12. Singgani 0 1 2 3 0
KOTA PALU 23 38 42 42 16

Seksi P2PM & PTM Page 11


Tahun 2017
Table 4.10

PB + MB

NO PUSKESMAS 2013 2014 2015 2016 2017

1. Pantoloan 4 2 11 5 7
2. Tawaeli 1 12 0 0 3
3. Mamboro 0 0 2 0 0
4. Talise 15 3 4 5 3
5. Kawatuna 3 3 0 4 1
6. Petobo 0 0 0 4 0
7. Mabelopura 0 0 3 3 1
8. Birobuli 6 10 4 2 0
9. Duyu 1 4 4 1 2
10. Tipo 0 1 0 3 0
11. Kamonji 10 12 9 13 0
12. Singgani 0 1 2 3 0
KOTA PALU 33 40 47 43 17

Grafik4.21

CHILD RATE
14.00%
12.00% 12.50%

10.00% 10.00%
8.00%
6.00%
5.00% 4.60%
4.00%
2.00%
0.00% 0.00%
2013 2014 2015 2016 2017

Persentasi

Seksi P2PM & PTM Page 12


Tahun 2017
Table 4.11
Child Rate PerPuskesmas

NO PUSKESMAS 2013 2014 2015 2016 2017

1. Pantoloan 0 0 1 0 0
2. Tawaeli 0 0 0 0 0
3. Mamboro 0 0 0 0 0
4. Talise 1 0 0 0 1
5. Kawatuna 0 0 0 0 0
6. Petobo 0 0 0 0 0
7. Mabelopura 0 0 0 0 0
8. Birobuli 1 0 0 0 0
9. Duyu 0 0 0 0 1
10. Tipo 0 0 0 0 0
11. Kamonji 2 0 1 1 0
12. Singgani 0 0 0 1 0
KOTA PALU 1 4 2 2 2

Table 4.12

NO PUSKESMAS 2013 2014 2015 2016 2017

1. Pantoloan 0 0 1 0 0
2. Tawaeli 0 2 0 0 0
3. Mamboro 0 0 0 0 0
4. Talise 1 1 0 0 0
5. Kawatuna 0 0 0 0 0
6. Petobo 0 0 0 0 0
7. Mabelopura 0 0 0 0 0
8. Birobuli 1 0 0 0 0
9. Duyu 0 0 1 0 0
10. Tipo 0 0 0 0 0
11. Kamonji 0 0 1 0 0
12. Singgani 0 1 0 0 0
KOTA PALU 2 4 3 0 0

Seksi P2PM & PTM Page 13


Tahun 2017
Persentase Cacat Tingkat 2
Grafik4.21

DISABILITY RATE

10
9
8 8

6
5
4

0 0 0
2013 2014 2015 2016 2017
DISABILITY TARGET

f. Permasalahan

1. Penemuan secara dini oleh petugas masih kurang.

2. Masih adanya stigma pada masyarakat

3. Pencatatan dan pelaporan belum maksimal

g. Alternatif Pemecahan Masalah

1. Lakukan kegiatan penjaringan

2. Sosialisasi tentang penyakit kusta

3. On The Job Training bagi petugas di puskesmas.

Seksi P2PM & PTM Page 14


Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai