Anda di halaman 1dari 28

Tugas Epid.

Pelayanan Kesehatan

PROGRAM PERENCANAAN
PENCEGAHAN PENYAKIT ISPA

OLEH KELOMPOK 3

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

NUR IA KAIMUDIN J1A113062


SITTI ROSMA DEWI J1A113090
NURHAWA J1A113129
AYU YUNANINGSIH J1A113175
WANA MAYANG SARI J1A113183
RAHMAT HIDAYAT J1A113193
DEWI RAHMAWATI J1A113232
INTAN EKA OKTAVIA J1A113272
RIAN SASBAR J1A213008

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat,
rahmat, dan anugrah-Nya sehingga makalah dengan judul “Penyakit ISPA dan
Program Perencanaan Pencegahannya” dapat terselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan. Penulis sangat berterima kasih kepada dosen mata kuliah Trend Health is
yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada Penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.

Namun, layaknya manusia biasa pada umumnya yang tidak luput dari
kesalahan, kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan demikian, Penulis berharap pembaca dapat memakluminya.
Dalam penyusunan makalah ini, Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi Penulis sendiri maupun pembaca umumnya.

Pekanbaru, September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………….. i


KATA PENGANTAR ………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………... 3
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………. 3
D. Manfaat Penulisan ……………………………………………………... 3

BAB II. PEMBAHASAN


A. Tinjauan Umum Penyakit ISPA ……………………………………… 4
B. Program Perencanaan Pencegahan Penyakit ISPA …………………… 10

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 23
B. Saran …………………………………………………………………… 23

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam GBHN, dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan Nasional pada
hakekatnya adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia. Jadi jelas bahwa hubungan antara usaha
peningkatan kesehatan masyarakat dengan pembangunan, karena tanpa modal
kesehatan niscaya akan gagal pula pembangunan kita.
Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan
bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu
penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang
maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk
rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran
pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai
pada masa dewasa. Dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya
Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem
pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk-pilek pada balita
di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita
rata-rata mendapat serangan batuk-pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4
kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA
setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit
ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %.
Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi
berumur kurang dari 2 bulan.

1
Berdasarkan hasil survei kematian balita tahun 2005 diketahui 23,6%
balita meninggal karena pneumonia sedangkan menurut SDKI 1991-2003 dan
survei morbiditas ISPA 2004 angka kesakitan pneumoni balita mencapai 5,12%.
(Depkes, 2007).
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi.
Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam
keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data
morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 %
dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian dilapangan
(Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 9,8 %).
Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap tahun
jumlah penderita pneumonia balita di Indonesia berkisar 2,3 juta. Penderita yang
dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya
berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita pneumonia
didapat pada kelompok umur 0-6 bulan.
Selain itu, salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang juga
perlu mendapat perhatian saat ini adalah influenza disebabkan karena influenza
adalah penyakit yang dapat menimbulkan wabah sesuai dengan Permenkes
No.560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang Jenis Penyakit Tertentu yang dapat
Menimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporan dan Tata Cara
Penanggulangan Seperlunya. (Depkes, 2009)
ISPA sebagai penyakit menular tidak mengenal batas wilayah, bisa
menular dari satu orang ke orang lain, dan dapat menyebar dalam keluarga,
kelompok masyarakat, negara bahkan antar negara. Maka perlu dilakukan
penanggulangan dan pencegahan dari penyakit ISPA
Berdasarkan hal tersebut, maka makalah ini akan menjelaskan tentang
Program perencanaan pencegahan Penyakit ISPA dimana dalam pelaksanaannya
diperlukan komitmen bersama pemerintah atau pihak swasta dan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan umum penyakit ISPA?

2
2. Bagaimana manajamenen kasus (program perencanaan pencegahan) penyakit
ISPA?
C. Tujuan
1. Mengetahui tinjauan umum penyakit ISPA
2. Mengetahui menejemen kasus (program peremcanaa pencegahan) penyakit
ISPA
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat dijadikan sebagai
referensi tambahan bagi pembaca mengenai penyakit ISPA dan program
perencanaan pencegahan penyakit ISPA yang dimulai dari tahap planning,
organizing, actuating, controling , hingga ke tahap evaluasi dari program
tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN

3
A. Tinjauan Umum Penyakit ISPA
1. Definisi ISPA
Menurut DepKes RI (1998) Istilah ISPA meliputi tiga unsur yaitu
infeksi, saluran pernafasan dan akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau
mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ yang dimulai
dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus,
rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang
berlangsung sampai dengan 14 hari. Dengan demikian ISPA adalah infeksi
salluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari, dimana secara
klinis suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian
saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan saluran pernafasan
yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk
menunjukkan berlansungya proses akut.
Menurut Corwin (2001), infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi
yang disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis,
radang tenggorokan, dan laringitis.
2. Klasifikasi ISPA
a. Klasifikasi ISPA Berdasarkan Lokasi Anatomi
Berdasarkan lokasi anatomik ISPA digolongkan dalam dua golongan
yaitu: Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA) dan Infeksi Saluran
Pernafasan bawah Akut (ISPbA).
1) Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)
Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA) adalah infeksi yang
menyerang hidung sampai bagian faring seperti : pilek, sinusitis, otitis
media (infeksi pada telinga tengah), faringitis (infeksi pada
tenggorokan). Infeksi saluran pernafasan atas digolongkan ke dalam
penyakit bukan pneumonia.
2) Infeksi Saluran pernafasan bawah Akut (ISPbA)
Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPaA) adalah infeksi
yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sanpai dengan
alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas, seperti:

4
epiglotitis, laryngitis, laryngotrachetis, bronchitis, bronchiolitis dan
pneumonia.
b. Klasifikasi ISPA Berdasarkan Kelompok Umur
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut :
1) Kelompok umur kurang dari 2 bulan, diklasifikasikan atas :
a) Pneumonia berat : apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya
penarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam dan
adanya nafas cepat, frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih.
b) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa) : bila tidak ditemukan tanda
tarikan yang kuat dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak
ada nafas cepat, frekuensi nafas kurang dari 60 kali per menit.
2) Kelompok umur 2 bulan - <5 tahun diklasifikasikan atas :
a) Pneumonia berat : Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya
tarikan dinding dada bagian bawah kedalam.
b) Pneumonia : tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam, adanya nafas cepat, frekuensi nafas 50 kali atau lebih pada
umur 2 – <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12
bulan – <5 tahun.
c) Bukan pneumonia : tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam, tidak ada nafas cepat, frekuensi nafas kurang dari 50 kali
per menit pada anak umur 2 – <12 bulan dan kurang dari 40 kali
permenit 12 bulan – <5 tahun.
3. Infectious Agent
Infectious ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Strepcococcus,
Stafilococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella, dan
Corynebakterium. Virus penyebab ISPA terbesar adalah virus pernafasan
antara lain adalah group Mixovirus (Orthomyxovirus ; sug group Influenza
virus, Paramyxovirus ; sug group Para Influenza virus dan Metamixovirus;
sub group Rerpiratory sincytial virus/RS-virus), Adenovirus, Picornavirus,
Coronavirus, Mixoplasma, Herpesvirus. Jamur Penyebab ISPA antara lain

5
Aspergilus SP, Candida albicans, Histoplasma. Selain itu ISPA juga dapat
disebabkan oleh karena aspirasi : makanan, Asap kendaraan bermotor, BBM
(Bahan Bakar Minyak) biasanya minyak tanah, benda asing (biji-bijian).
4. Cara Penularan Penyakit ISPA
Bibit penyakit ISPA berupa jasad renik ditularkan melalaui udara.
Jasad renik yang berada di udara akan masuk ke dalam tubuh melalui saluran
pernafasan dan menimbulkan infeksi, penyakit ISPA dapat pula berasal dari
penderita yang kebetulan mengandung bibit penyakit, baik yang sedang jatuh
sakit maupun karier. Jika jasad renik bersal dari tubuh manusia maka
umumnya dikeluarkan melalui sekresi saluran pernafasan dapat berupa saliva
dan sputum. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung/tidak
langsung dari benda yang telah dicemari jasad renik (hand to hand
transmission).
Oleh Karena salah satu penularan melalui udara yang tercemar dan
masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan , maka penyakit ISPA
termasuk golongan Air Borne Diseases.
5. Tanda dan Gejala ISPA
Penyakit ISPA pada anak dapat menimbulkan bermacam-macam tanda
dan gejala seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit
telinga dan demam.
a. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau
lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1) Batuk
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(misalnya pada waktu berbicara atau menangis)
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C
b. Gejala dari ISPA Sedang
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala
dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1) Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok
umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih

6
dan kelompok umur 2 bulan - <5 tahun : frekuensi nafas 50 kali atau
lebih untuk umur 2 – <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada
umur 12 bulan – <5 tahun.
2) Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer)
3) Tenggorokan berwarna merah
4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
c. Gejala dari ISPA Berat
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala
ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut :
1) Bibir atau kulit membiru
2) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
3) Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
4) Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas
5) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
6) Tenggorokan berwarna merah
6. Pencegahan Penyakit ISPA
a. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Ditujukan pada orang sehat dengan usaha peningkatan derajat kesehatan
(health promotion) dan pencegahan khusus (spesific protection) terhadap
penyakit tertentu.Termasuk disini adalah :
1) Penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan dimana kegiatan ini
diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap
hal-hal yang dapat meningkatkan faktor resiko penyakit ISPA.
Kegiatan penyuluhan ini dapat berupa penyuluhan penyakit ISPA,
penyuluhan ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi, penyuluhan gizi
seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan,
penyuluhan bahaya rokok.
2) Imunisasi, yang merupakan strategi spesifik untuk dapat mengurangi
angka kesakitan ISPA.
3) Usaha di bidang gizi yaitu untuk mengurangi mal nutrisi.
4) Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat badan
lahir rendah.

7
5) Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) yang menangani
masalah polusi di dalam maupun di luar rumah.
b. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Dalam penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan dan
diagnosis sedini mungkin. Dalam pelaksanaan program P2 ISPA, seorang
balita keadaan penyakitnya termasuk dalam klasifikasi bukan pneumonia
apabila ditandai dengan batuk, serak, pilek, panas atau demam (suhu tubuh
lebih dari 370C), maka dianjurkan untuk segera diberi pengobatan. Upaya
pengobatan yang dilakukan terhadap klasifikasi ISPaA atau bukan
pneumonia adalah tanpa pemberian obat antibiotik dan diiberikan
perawatan di rumah. Adapun beberapa hal yang perlu dilakukan ibu untuk
mengatasi anaknya yang menderita ISPA adalah :
1) Mengatasi panas (demam)
Untuk balita, demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau
dengan kompres dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air
(tidak perlu air es).
2) Pemberian makanan dan minuman
Memberikan makanan yang cukup tinggi gizi sedikit-sedikit tetapi
sering., memberi ASI lebih sering. Usahakan memberikan cairan (air
putih, air buah) lebih banyak dari biasanya.
c. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Tingkat pencegahan ini ditujukan kepada balita yang bukan
pneumonia agar tidak menjadi lebih parah (pneumonia) dan
mengakibatkan kecacatan (pneumonia berat) dan berakhir dengan
kematian.
Upaya yang dapat dilakukan pada pencegahan Penyakit bukan
pneumonia pada bayi dan balita yaitu perhatikan apabila timbul gejala
pneumonia seperti nafas menjadi sesak, anak tidak mampu minum dan
sakit menjadi bertambah parah, agar tidak bertambah parah bawalah anak
kembali pada petugas kesehatan dan pemberian perawatan yang spesifik di
rumah dengan memperhatikan asupan gizi dan lebih sering memberikan
ASI.

8
B. Manajamenen Kasus (Program Perencanaan Pencegahan) Penyakit ISPA

1. PLANNING

a. Analisis Situasi

1) Distribusi penyakit ISPA berdasarkan variable epidemiologi:

a) Man (Orang)

(1) Umur

Umur yang paling rentan terinveksi ISPA adalah kelompok


umur kurang dari 5 tahun. Hasil survei kesehatan Rumah
tangga (SKRT) tahun 2002 menunjukkan prevalensi ISPA
untuk bayi 42,4% dan anak umur 1-4 tahun 40,6% sedangkan
Case Spesific Death Rate (CSDR) karena ISPA pada bayi 21%
dan untuk anak 1-4 tahun 35%.

(2) Jenis kelamin

Berdasarka hasil penelitian dari berbagai negara termsuk


Indonesia dan berbagai publikasi ilmiah, dilaporkan berbagai

9
faktor risiko yang meningkatkan insiden ISPA adalah anak
dengan jenis kelamin laki-laki.

(3) Fisiologis

ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak-anak.


Daya tahan tubuh anak sangat berbeda dengan orang dewasa
karena sistem pertahanan tubuhnya belum kuat. Apabila di
dalam satu rumah ada anggota keluarga terkena pilek, anak-
anak akan lebih mudah tertular. Dengan kondisi anak yang
masih lemah, proses penyebaran penyakit menjadi lebih cepat.

b) Place (Tempat)

ISPA masih merupakan masalah kesehatan baik di negara maju


maupun negara berkembang. Dalam satu tahun rata-rata seorang
anak di pedesaan dapat terserang ISPA tiga kali, sedangkan daerah
perkotaan sampai enam kali.Dari pengamatan epidemiologi dapat
diketahui bahwa angka kesakitan ISPA di kota cenderung lebih
besar daripada di desa. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat
kepadatan tempat tinggal dan pencemaran lingkungan di kota yang
lebih tinggi daripada di desa.

c) Time (Waktu)
a) Kejadian kasus ISPA terjadi dalam rentang waktu yang cepat
b) ISPA terjadi terjadi disetiap musim tetapi angka morbiditas
akibat ISPA banyak terjadi pada musim kemarau.
c) Frekuensi penyakit ISPA di Indonensia

10
Berdasarkan data SKRT 2001, menunjukkan bahwa
proporsi ISPA sebagai penyebab kematian bayi < 1 tahun
adalah 27,6% sedangkan proporsi ISPA sebagai penyebab
kematian anak balita 22,68%. 5 Hasil survei program P2ISPA
di 12 propinsi di Indonesia (Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Bengkulu, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara
Barat) selama kurun waktu 2000-2002 prevalensi ISPA terlihat
berfluktuasi, tahun 2000 prevalensi sebesar 30,1% (479.283
kasus), tahun 2001 prevalensi sebesar 22,6% (620.147 kasus)
dan tahun 2002 pervalensi menjadi 22,1% (532.742 kasus).

2) Determinan Penyakit ISPA

a) Faktor Agent (Bibit Penyakit)

Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi


antara agent atau faktor penyebab penyakit, manusia sebagai
pejamu atau host dan faktor lingkungan yang mendukung
(environment). Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai trias
penyebab penyakit. Berat ringannya penyakit yang dialami amat
ditentukan oleh sifat- sifat dari mikroorganisme sebagai
penyebab penyakit seperti : patogenitas, virulensi, antigenitas,
dan infektivitas. Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)
seperti Faringitis dan Tonsilitis akut dapat disebabkan oleh
karena infeksi virus, bakteri ataupun jamur. Setengah dari infeksi
ini disebabkan oleh virus yakni virus influenza, parainfluenza,
adeno virus, respiratory sincytial virus dan rhino virus.

11
b) Faktor Host (Pejamu)

(1) Umur

Umur mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk


terjadinya ISPA. Oleh sebab itu kejadian ISPA pada bayi
dan anak balita akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan
orang dewasa. Kejadian ISPA pada bayi dan balita akan
memberikan gambaran klinik yang lebih berat dan jelek,
hal ini disebabkan karena ISPA pada bayi dan anak balita
umumnya merupakan kejadian infeksi pertama serta belum
terbentuknya secara optimal proses kekebalan secara
alamiah. Sedangkan orang dewasa sudah banyak terjadi
kekebalan alamiah yang lebih optimal akibat pengalaman
infeksi yang terjadi sebelumnya.

(2) Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai negara termsuk


Indonesia dan berbagai publikasi ilmiah, dilaporkan
berbagai faktor risiko yang meningkatkan insiden ISPA
adalah anak dengan jenis kelamin laki-laki.

(3) Status Gizi

Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak


adalah makanan dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita oleh anak. Anak yang mendapat makanan baik
tetapi sering diserang penyakit infeksi dapat berpengaruh
terhadap status gizinya. Begitu juga sebaliknya anak yang

12
makanannya tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya pasti
lemah dan akhirnya mempengaruhi status gizinya. Gizi
kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan
dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi.

(4) Berat Badan Lahir

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai


suatu berat lahir yang kurang dari 2500 gram. BBLR
membawa akibat bagi bayi berupa : daya tahan terhadap
penyakit infeksi rendah, pertumbuhan dan perkembangan
tubuh lebih lamban, tingkat kematian lebih tinggi
dibanding bayi yang lahir dengan berat badan cukup. 22
Bayi dengan BBLR sering mengalami penyakit gangguan
pernafasan, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan
pengembangan paru yang belum sempurna dan otot
pernafasan yang masih lemah.

(5) Status Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau


resisten. Anak yang diimunisasi berarti diberikan
kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Dalam
imunologi, kuman atau racun kuman (toksin) disebut
sebagai antigen. Imunisasi merupakan upaya pemberian
ketahanan tubuh yang terbentuk melalui vaksinasi.28
Imunisasi bermamfaat untuk mencegah beberapa jenis
penyakit infeksi seperti, Polio, TBC, difteri, pertusis,
tetanus dan hepatitis B. Bahkan imunisasi juga dapat
mencegah kematian dari akibat penyakit-penyakit tersebut.

13
Sebagian besar kasus ISPA merupakan penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi, penyakit yang tergolong ISPA
yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah difteri, dan
batuk rejan. Anak balita yang telah memperoleh imunisasi
yang lengkap sesuai dengan umurnya otomatis sudah
memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu maka jika
ada kuman yang masuk ketubuhnya secara langsung tubuh
akan membentuk antibodi terhadap kuman tersebut.

(6) Faktor Lingkungan (Environment)

(a) Kepadatan Hunian Ruang Tidur

Berdasarkan KepMenkes RI No.829 tahun 1999


tentang kesehatan perumahan menetapkan bahwa
luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan
digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu
ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
Bangunan yang sempit dan tidak sesuai dengan
jumlah penghuninya akan mempunyai dampak
kurangnya oksigen didalam ruangan sehingga daya
tahan penghuninya menurun, kemudian cepat
timbulnya penyakit saluran pernafasan seperti ISPA.
Kepadatan di dalam kamar terutama kamar balita
yang tidak sesuai dengan standar akan meningkatkan
suhu ruangan yang disebabkan oleh pengeluaran
panas badan yang akan meningkatkan kelembaban
akibat uap air dari pernapasan tersebut.

(b) Penggunaan Anti Nyamuk Bakar

14
Penggunaan anti nyamuk sebagai alat untuk
menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan
gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan
asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara
di lingkungan rumah akan merusak mekanisme
pertahanan paru-paru sehingga mempermudah
timbulnya gangguan pernafasan.

(7) Bahan Bakar

Untuk Memasak ISPA merupakan penyakit yang paling


banyak di derita anak-anak. Salah satu penyebab ISPA
adalah pencemaran kualitas udara di dalam ruangan seperti
pembakaran bahan bakar yang digunakan untuk memasak
dan asap rokok.

(8) Keberadaan Perokok

Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga


perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia,
200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon
Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hidrocarbons
(PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono
dan Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi
perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah
sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk. Prevalensi
perokok pasif pada laki-laki 32,67% atau 31.879.188
penduduk dan pada perempuan 67,33% atau 65.680.814
penduduk. Sedangkan perokok aktif pada laki-laki umur 10
tahun ke atas adalah sebesar 54,5%, pada perempuan 1,2%.

15
Universitas Sumatera Utara 37 Prevalensi perokok pasif
pada balita sebesar 69,5 %, pada kelompok umur 5-9 tahun
sebesar 70,6% dan kelompok umur muda 10-14 tahun
sebesar 70,5%. Tingginya prevalensi perokok pasif pada
balita dan umur muda disebabkan karena mereka masih
tinggal serumah dengan orangtua ataupun saudaranya yang
merokok dalam rumah.

2. Identifikasi Masalah
a. Berdasarkan distribusi
1) Kelompok umur di bawah 5 tahun paling rentan terinveksi ISPA
karena daya tahan tubuh yang masih rendah.
2) Daerah-daerah yang rentan terhadap penyebaran ISPA adalah
daerah Kota dengan jumlah penduduk yang padat, serta pada
daerah kumuh yang sanitasi lingkungannya buruk.
3) Kejadian kasus ISPA terjadi dalam rentang waktu yang cepat
.ISPA terjadi terjadi disetiap musim tetapi angka morbiditas akibat
ISPA banyak terjadi pada musim kemarau.
b. Berdasarkan frekuensi
1) Sampai tahun 2002 telah tercatat lebih dari 620.147 kasus di
Indonesia.
2) Prevalensi ISPA untuk bayi 42,4% dan anak umur 1-4 tahun
40,6% sedangkan Case Spesific Death Rate (CSDR) karena ISPA
pada bayi 21% dan untuk anak 1-4 tahun 35%.
c. Berdasarkan determinan
1) Host (pejamu)
(a) Jenis kelamin, dimana laki-laki leebih rentan daripada wanita

16
(b) Anak usia dibawah 5 tahun lebih rentan terkena ISPA
dibandingkan golongan umur lain.
(c) Anak dengan status gizi yang buruk lebih rentan terkena ISPA
(d) Anak BBLR lebih rentan terkena ISPA
(e) Anak yang tidak di imunisasi lebih rentan terkena ISPA
2) Agent (penyebab)
Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPA) seperti Faringitis dan
Tonsilitis akut dapat disebabkan oleh karena infeksi virus, bakteri
ataupun jamur. Setengah dari infeksi ini disebabkan oleh virus
yakni virus influenza, para influenza, adeno virus, respiratory
sincytial virus dan rhino virus.
3) Environment (lingkungan)
(a) Kepadatan hunian tempat tidur dapat menjadi faktor pemicu
timbulnya penyakit ISPA.
(b) Pengunaan obat nyamuk bakar dan penggunaan bahan bakar
yang tidak ramah lingkungan.
(c) Terdapat penggunaan rokok yang dapat memicu timbulnya
penyakit ISPA
(d) Penularan ISPA terjadi melalui saluran pernafasan (inhalasi)
sehingga sangat mudah menular
(e) Perilaku pembakaran hutan dan pembakaran sampah yang
dapat mencemari udara.
(f) Penggunaan masker yang masih kurang sebagai upaya
pencegahan ISPA
(g) Masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga
kesehatan lingkungan sebagai upaya pencegahan ISPA
(h) Imunisasi ISPA masih kurang dilakukan
(i) Masih kurangnya peran Instansi kesehatan khususnya pada
tingkat Posyandu dalam penanganan masalah ISPA

17
3. Prioritas Masalah
Sehubungan dengan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi
prioritas masalah adalah:
a. Kerentanan kelompok umur di bawah 5 tahun karena daya tahan tubuh
yang sangat rendah.
b. Kepadatan hunian tempat tidur dapat menjadi faktor pemicu timbulnya
penyakit ISPA.
c. Terdapat penggunaan rokok yang dapat memicu timbulnya penyakit
ISPA
d. Perilaku pembakaran hutan dan pembakaran sampah yang dapat
mencemari udara.
e. Masih kurangnya peran Instansi kesehatan khususnya pada tingkat
Posyandu dalam penanganan masalah ISPA
4. Alternatif Pemecahan Masalah
a. Meningkatkan daya tahan tubuh anak balita (di bawah 5 tahun) dengan
pemberian imunisasi dan perbaikan gizi anak.
b. Melakukan upaya promosi kesehatan mengenai kriteria rumah sehat
c. Penyuluhan kesehatan mengenai bahaya mengonsumsi rokok.
d. Peningkatan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya menjaga
kesehatan lingkungan dari pencemaran udara
e. Meningkatkan peran Instansi kesehatan khususnya pada tingkat
Puskesmas dan Posyandu dalam penanganan masalah ISPA
5. Menetapkan Tujuan
a. Tujuan jangka penjang(2011-2015):
Menurunkan angka Prevalensi dan Insidensi penyakit ISPA.
b. Tujuan jangka pendek (2011-2012):
1) Meningkatkan status gizi Balita dan memperluas cakupan
imunisasi pada balita
2) Meningkatkan jumlah rumah sehat.

18
3) Mengurangi orang yang mengkonsumsi rokok dengan
meningkatkan pengetahuannya mengenai bahaya merokok.
4) Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga
kesehatan lingkungan
5) Menigkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam melakukan
surveilans epidemiologi khusus penyakit ISPA
6. Penyusunan Rencana Kerja
a. Mengadakan imunisasi Penyakit ISPA dan penyuluhan
b. Mengadakan perbaikan gizi dengan memberikan vitamin-vitamin dan
makanan yang bergizi di tingkat posyandu
c. Melakukan pemantauan gizi balita tetiap bulan
d. Mengadakan penyuluhan tentang rumah sehat
e. Melakukan penyuluhan tentang bahaya merokok
f. Melakukan pelatihan tentang pengolahan sampah.
g. Melakukan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan
lingkungan dari pencemaran udara
h. Melakukan pelatihan surveilans pada petugas kesehatan
7. Kelompok Sasaran
Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah:
a. Anak balita
b. Orang tua
c. Petugas kesehatan (surveilans)
2. ORGANIZING
a. Organisasi dan Tenaga Pelaksana
Kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak Dinas Kesehatan bekerjasama
dengan Organisasi-organisasi Kesehatan yang ada di masing-masing
wilayah sasaran kegiatan.
b. Waktu

19
Waktu pelaksanaan kegiatan di tentukkan pada panitia-panitia pelaksana
masing-masing wilayah.
c. Tempat
Pelaksanaan bertempat di Balai pertemuan masyarakat yang disepakati
oleh panitia dan pemerintah setempat.
d. Biaya
Biaya yang digunakan pada kegiatan ini bersumber dari Pemerintah Pusat
yang lansung dialokasikan untuk daerah-daerah yang rawan kasus Polio.

3. ACTUATING (PELAKSANAAN)
1. Kegiatan 1: Mengadakan Imunisasi ISPA dan Penyuluhan
a. Salam pembukaan
b. Sambutan-sambutan
c. Pemberian informasi :
1) Pentingnya imunisasi
2) Penyakit polio dan pencegahannya
d. Pelaksanaan imunisasi
e. Penutup
2. Kegiatan 2 : Perbaikan Gizi
a. Memberikan vitamin-vitamin pada anak di posyandu
b. Memberikan makanan yang bergizi tinggi pada balita diposyandu
3. Kegiatan 3 : melakukan Pemantauan Status gizi balita Setiap bulan
a. Melakukan posyandu setiap bulan
b. Melakukan penimbangan pada balita
c. melakukan pengukuran tinggi badan pada balita
d. Menghitung parameter-parameter gizi
e. Menentukan status gizi balita
f. Membuat laporan kepada puskesmas
4. Kegiatan 4 : penyuluhan tentang rumah sehat

20
a. Salam pembukaan
b. Sambutan-sambutan
c. Pemberian informasi tentang rumah sehat
d. Tanya Jawab
e. Penutup
5. Kegiatan 5 : penyuluhan tentang bahaya merokok
a. Salam pembukaan
b. Pemberian informasi tentang rumah sehat
c. Tanya Jawab
d. Penutup
6. Kegiatan 6 : Mengadakan pelatihan pengolahan Sampah
a. Salam pembukaan
b. Sambutan-sambutan
c. Pemberian informasi tentang:
- Pengolahan sampah organic
- Pengolahan sampah non organic
d.Tanya Jawab
e. Penutup
7. Kegiatan 7 : penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan
lingkungan dari pencemaran udara
a. Salam pembukaan
b. Pemberian informasi tentang pentingnya menjaga kesehatan
lingkungan dari pencemaran udara
c. Tanya Jawab
d. Penutup
8. Kegiatan 8 : Melakukan pelatihan surveilans pada petugas kesehatan
a. Salam pembukaan
b. Pemberian informasi tentang mekanisme pelaksanaan surveilans yang
baik dan benar .

21
c. Tanya Jawab
d. Penutup
4. CONTROLLING (PENGAWASAN)
a. Mencatat frekuensi kunjungan pada saat imunisasi untuk menentukan
efektifitas pelaksanaan kegiatan dan guna menjangkau keseluruhan
cakupan/sasaran imunisasi apakah masih ada balita yang belum
diimunisasi.
b. Melihat dan mengawasi hambatan-hambatan yang terjadi dalam
pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan yang nantinya menjadi cerminan
untuk kegiatan kedepan.
c. Melakukan pencatatan dan pelaporan status gizi balita setiap bulan
d. Melakukan pemgawasan terhadapat status kesehatan hunian rumah
tangga.
e. Melakukan pengukuran parameter kualitas udara tiap bulan
f. Melakukan pengawasan terhadap pengolahan sampah masyarakat
g. Melihat dan mengawasi perkembangan pelaksanaan Surveillens
Epidemiologi
5. EVALUATION (EVALUASI)
Evaluasi kegiatan dapat dilakukan dengan melihat hasil atau data :
a. Frekuensi atau jumlah bayi yang diimunisasi ISPA
b. Status gizi balita
c. Pre-test dan post-test.
d. Nilai parameter kualitas udara
e. Data Surveilans ISPA yang dilakukan
Adapun kriteria keberhasilan pelaksanaan kegiatan/program, yakni :
a. Jumlah balita yang diimunisasi ISPA berkisar 90 %
b. Penurunan angka status gizi buruk pada menjadi 5%

22
c. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyakat mengenai rumah
sehat, bahaya merokok, pentingnya menjaga kesehatan lingkungan dan
pengolahan sampah menjadi 90%
d. Diperolehnya data yang akurat pada pelaksanaan Surveillens
Epidemiologi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan
anak-anak, penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia.
Klasifikasi penyakit ISPA tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda
bahaya yang diperlihatkan penderita, Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus
ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peranserta masyarakat terutama
ibu-ibu, dokter, kesehatan masyarakat, para medis dam kader kesehatan untuk
menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan
sesuai harapan pembangunan nasional.
B. Saran
Penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan
dilaksanakan secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan
pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan sekarang ini, diharapkan
lebih ditingkatkan lagi.

23
24
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. “Epidemiologi SPA”.


http://youngqie.blogspot.co.id/2014/12/epidemiologi-ispa.html. Diakses pada
5 November 2015.

Anda mungkin juga menyukai