Anda di halaman 1dari 17

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

Secara sistematis sistem pernapasan dibagi menjadi saluran pernapasan atas

dan saluran pernapasan bawah. Saluran pernapasan atas terdiri dari : hidung, faring

dan laring. Saluran pernapasan bawah terdiri dari: trachea, semua segmen dan

percabangan bronkus dan paru-paru.

1. Saluran Pernapasan Atas

a. Hidung

Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang

(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). yang berguna

untuk menyaring udara yang masuk.

b. Faring

Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan

jalan makanan. Terdapat di bawah tengkorak, di belakang rongga

hidung dan mulut sebelah ruas tulang leher.

c. Laring

Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan

suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra

servikalis dan masuk kedalam trachea di bawahnya.

2. Saluran Pernapasan Bawah

a. Trakhea

Trakhea merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 s/d 20

cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku

kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu

getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang

10
trakhea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi

oleh otot polos.

b. Bronkus

Bronkus merupakan lanjutan dari trakhea ada dua buah yang terdapat

pada ketinggian vertebratorakalis ke IV dan ke V mempunyai struktur

serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-

bronkus sel itu berjalan kebawah dan ke samping ke arah tampuk paru-

paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus

kari, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang. Bronkus kiri lebih

panjang dan lebih ramping dari yang kanan terdiri dari 9-12 cincin

mempunyai dua cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih

kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tak terdapat cincin

lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelang paru/gelembung hawa

atau alveoli.

c. Paru-paru

Paru-paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi

rongga dada, terletak di sebelah kiri dan kanan dan di tengah dipisahkan

oleh jantung beserta pembuluh darah besar dan struktur lainnya yang

terletak dalam mediastinum. Paru-paru adalah organ yang berbentuk

kerucut dengan apex (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi dari

klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai

rongga toraks, di atas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar

yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampuk paru-

paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang dan sisi depan

yang menutupi sebagian sisi depan jantung.

11
Proses fisiologi pernapasan dimana oksigen dipindahkan dari

udara kedalam jaringan-jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke

udara. Ekspirasi dapat dibagi menjadi 3 stadium, stadium pertama

adalah fentilasi yaitu masuknya campuran gas-gas kedalam keluar paru-

paru. Stadium kedua adalah transportasi, yang harus dianggap terdiri

dari beberapa aspek: (1) difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-

paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan:

(2) distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya

dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus: (3) reaksi kimia dan

fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah. Stadium ketiga

adalah respirasi sel atau resperasi interna yaitu saat dimana metabolit

dioksida untuk mendapatkan energi, dan karbondioksida berbentuk

sebagai sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-

paru.

Pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna

oksigen dihirup melalui hidung dan mulut, pada waktu bernapas; oksigen

masuk melalui trakhea dan pipa bronchial ke alveoli dan dapat erat

hubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonalis. Hanya satu lapis

membran yaitu membran alveoli kapiler, memisahkan oksigen dari

darah. Oksigen menembus membran ini dan diambil oleh hemoglobin

sel darah merah lalu di bawah ke jantung. Di jantung dipompa kedalam

arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada

tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95%

jenuh oksigen.

12
Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor

utama; (a) kimiawi dan (b) pengendalian oleh saraf. Beberapa faktor

tertentu merangsang pusat pernapasan yang terletak di dalam medulla

oblongata, dan bila dirangsang maka pusat itu mengeluarkan impuls

yang disalurkan oleh saraf spinalis ke otot pernapasan yaitu otot

diafragma dan otot interkostalis.

Pengendalian secara kimiawi adalah faktor utama dalam

pengendalian dan pengaturan frekuensi, kecepatan dan dalamnya

pergerakan pernapasan. Pusat pernapasan di dalam sumsum sangat

peka pada reaksi; kadar alkali darah harus dipertahankan.

Karbondioksida adalah produk asam dari metabolisme dan bahan kimia

yang asam ini merangsang pusat pernapasan untuk mengirim keluar

impuls saraf yang bekerja atas otot pernapasan. Sedangkan

pengendalian oleh saraf merupakan pusat pernapasan ialah suatu pusat

otomatik di dalam medulla oblongata yang mengeluarkan impuls efferent

ke otot pernapasan melalui beberapa radix saraf servikalis impuls ini

diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus, dan di bagian yang lebih

rendah pada sumsum tulang bekakang, impulsnya berjalan dari daerah

toraks melalui saraf interkostalis untuk merangsang otot interkostalis.

Impuls ini menimbulkan kontraksi pada otot diafragma dan interkostal

yang kecepatannya kira-kira lima belas kali setiap menit.

13
B. Konsep Dasar Medis

1. Definisi

Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil

Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ

lainnya. Bakteri ini dapat masuk ,melalui saluran pernapasan dan saluran

pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Tertapi paling banyak melalui inhalasi

droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi (Nanda, 2015)

TB Paru (Tuberculosis) adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh

kuman TB (Mycobaterium tuberculosa). Sebagian besar kuman TBC ini menyerang

paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2008)

Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet),

orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus (Corwin, 2009).

2. Klasifikasi

Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan

riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah

satu faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi. Sesuai dengan program

Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:

a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:

1) Dengan atau tanpa gejala klinik

2) BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali

disokong biakan positif satu kali atau disokong radiologik positif 1

kali, dengan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:

1) Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif

14
2) BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.

c. Bekas TB Paru dengan kriteria:

1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif

2) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.

3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan

serial foto yang tidak berubah.

3. Etiologi

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil

mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang

dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman

terdiri atas asam lemak (lipid) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan

lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.

a. Infeksi Primer

Infeksi terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman

TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya sehingga dapat

melewati sistem pertahanan mukosilier broncus dan terus berjalan

hingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat

kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di

paru yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan

membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, dan ini

disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai

pembentukkan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Kelanjutan

setelah infeksi primer tergantung dari benyaknya kuman yang masuk dan

besarnya respon daya tahan tubuh. Pada umumnya reaksi daya tahan

tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC.

15
b. Tuberkolosis Pasca Primer

Tuberkolosis pasca primer biasanya terjadi beberapa bulan atau

tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh

menurun atau stasus gizi yang buruk. Ciri khas dari Tuberkulosis pasca

primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau

efusi pleura (Alsagaff dan Mukti, 2006).

4. Patofisiologi

Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan

ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus.

Apabila bakteri tuberculin dalam jumlah yang bermakna berhasil menembus

mekanisme pertahanan sistem pernapasan dan berhasil menempati saluran napas

bawah, maka pejamu akan melakukan respons imun dan peradangan yang kuat.

Karena respons yang hebat ini, akibat diperantarai oleh sel T, maka hanya sekitar 5

% orang yang terpajan basil tersebut menderita Tuberkulosis aktif. Penderita TBC

yang bersifat menular bagi orang lain adalah mereka yang mengidap infeksi

Tuberkulosis aktif dan hanya pada masa infeksi aktif.

Basil mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila telah

mengkolonisasi saluran napas bawah, maka tujuan respons imun adalah lebih untuk

mengepung dan mengisolasi basil bukan untuk mematikannya.Respons selular

melibatkan sel T serta makrofag. Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan

jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag basil tersebut. Tuberkel akhirnya

mengalami kalsifikasi dan disebut kompleks Ghon, yang dapat dilihat pada

pemeriksaan sinar-x toraks. Sebelum ingesti bakteri selesai, bahan mengalami

perlunakan (perkijuan). Mikro-organisme hidup dapat memperoleh akses ke sistem

16
trakeobronkus dan menyebar melalui udara ke orang lain. Bahkan walaupun telah

dibungkus secara efektif, basil dapat bertahan hidup dalam tuberkel.

Apabila partikel infeksi terisap oleh orang sehat, akan menempel pada jalan

napas atau paru-paru. Kuman menetap di jaringan paru akan bertumbuh dan

berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat terbawa masuk

ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan

membentuk sarang Tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer.

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai

suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil yang lebih besar

cenderung tertahan di salurang hidung dan cabang besar bronkus. Basil tuberkel ini

membangkitkan reaksi peradangan. Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah

disebabkan oleh basil serta reaksi imun dan peradangan yang hebat. Edema

interstisium dan pembentukan jaringan parut permanen di alveolus meningkatkan

jarak untuk difusi oksigen dan karbondioksida sehingga pertukaran gas menurun

(Corwin, 2009).

5. Manifestasi Klinis

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit yang

mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala

umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak

17
jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik. Gambaran klinik TB

paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

a. Gejala respiratorik, meliputi:

1) Batuk, gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang

paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian

berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan

jaringan.

2) Batuk darah, darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi,

mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan

darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak

terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk

darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.

3) Sesak napas, gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru

sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi

pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.

4) Nyeri dada, nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang

ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.

b. Gejala sistemik, meliputi:

1) Demam, merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul

pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan

makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas

serangan makin pendek.

2) Gejala sistemik lain, gejala sistemik lain ialah keringat malam hari,

anoreksia, penurunan berat badan serta malaise, akan tetapi

18
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang

dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum) : ditemukannya kuman micobakterium TBC

dari dahak penderita memastikan diagnosis tuberculosis paru. Pemeriksaan

biasanya lebih sensitive dari pada sediaan apus (mikroskopis). Pengambilan dahak

yang benar sangat penting untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Pada

pemeriksaan pertama. sebaiknya 3 kali pemeriksaan dahak. Uji resistensi harus

dilakukan apabila ada dugaan resistensi terhadap pengobatan. Pemeriksaan

sputum adalah diagnostik yang terpenting dalam prograrm pemberantasan TBC

paru di Indonesia.

Foto thorax dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan radiology standar.

Jenis pemeriksaan radiology lain hanya atas indikasi Top foto, oblik, tomogram dan

lain-lain. Karakteristik radiology yang menunjang diagnostik antara lain :

a. Bayangan lesi radiology yang terletak di lapangan atas paru.

b. Bayangan yang berawan (patchy) atau berbercak (noduler)

c. Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat di lapangan atas paru

d. Bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa minggu

e. Bayangan bilier

7. Penatalaksanaan Medik

Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga

mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta

memutuskan mata rantai penularan.

19
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)

dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama

dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi

WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang

jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin +

Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH. Kategori pengobatan berdasarkan kasus :

a. Kategori I

Diberikan pada pendrita baru BTA (+), tetapi rontgen (+), dan ekstra paru

berat. Diberikan 114 kali dosis harian berupa 60 kombipak II dan fase

lanjutan 54 kombipak III dalam kemasan dos kecil.

b. Kategori II

Diberikan kepada penderita dengan BTA (+) yang pernah mengkonsumsi

OAT (obat anti Tuberkulosis) sebelumnya lebih dari sebulan, dengan

criteria : penderita kambuh BTA (+) dan gagal pengobatan BTA (+).

Diberikan 156 dosis, fase awal sebanyak 90 kombipak II, fase lanjutan

60 kombipak IV disertai streptomycin

c. Kategori III

Diberikan kepada penderita dengan BTA (-), rontgen (+) dan penderita

ekstra paru ringan. Pemberian dengan dosis 144. Pada fase awal 60

kombipak I dan fase lanjutan 54 kombipak II.

C. Konsep Proses Keperawatan

Definisi proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis untuk

mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat

rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut. Proses

20
keperawatan erdiri dari 5 tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi.

a. Pengkajian

Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data

objektif dan subjektif dari klien. Adapun data yang terkumpul mencakup

klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengajian antara lain:

1. Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi oleh klien

dengan cara memperhatikan kondisi fisik, psikologis, emosi, sosiokultural,

dan spiritual yang bisa mempengaruhi status kesehatanya.

2. Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan masa lalu,

saat ini bahkan sesuatu yang berpotensi menjadi masalah bagi klien guna

membuat suatu base yang lengkap. Data yang terkumpul berasal dari

perawat-klien selama berinteraksi dan sumber yang lain.

3. Memahami bahwa klien adalah sumber informasi primer.

4. Sumber informasi sekunder meliputi anggota keluarga, orang yang

berperan penting dan catatan kesehatan klien.

Metode pengumpulan data meliputi melakukan

interview/wawancara, riwayat kesehatan/keperawatan, pemeriksaan fisik,

mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium dan diagnostik lain

serta catatan kesehatan (rekam medis).

Data subyektif menunjukkan persepsi dan sensasi klien tentang

masalah kesehatanya, seperti: saya sangat lemah, saya mual muntah,

saya merasa tidak nyaman pada bagian perut.

21
Data obyektif adalah informasi dimana perawat dapat melihat

(observasi dan inspektasi), merasakan (palpasi), mendengar (auskultasi

dan perkusi). Data obyektif dapat disebut tanda, seperti: selaput mukosa

kering, otot lemah, muntah (jumlah, frekuensi, adanya darah), ada tanda-

tanda ketidak-seimbangan caiaran dan elektrolit, haus, penurunan turgor

kulit

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penelitian klinik tentang respon

individu, keluarga, komunitas terhadap masalah kesehatan/proses

kehidupan yang aktual atau potensial (Effendy, 2003).

Diagnosa keperawatan menurut NANDA Internasional (2015)

dapat dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu :

1. Aktual : keberadaan fakta atau realitas, keberadaan pada satu waktu.

Suatu diagnosis aktual menggambarkan respon manusia terhadap

kondisi kesehatan/proses kehidupan yang benar nyata pada individu,

keluarga atau komunitas. Hal ini didukung oleh batasan karakteristik

(tanda dan gejala) yang mengolompokan dalam pola yang

berhubungan dendan tanda dan inferensi.

2. Promosi kesehatan : perilaku yang motivasi oleh keinginan untuk

meningkatkan kesejahteraan dan aktualisasi potensi kesehatan

manusia. Diagnosa promosi kesehatan dapat digunakan diseluruh

status kesehatan dan tidak memerlukan status kesehatan yang

dipunyai. Kesiapan ini didukung oleh batasan karakteristik. Tiap tabel

diagnosis promosi kesehatan diawali dengan kalimat “kesiapan

meningkatkan”

22
3. Risiko : kerentanan, terutama sebagai akibat dari paparan terhadap

faktor-faktor yang meningkatkan peluang kecelakaan atau

kehilangan. Hal ini didukung oleh faktor-faktor risiko yang

berkontribusi pada peningkatan kerentanan. Tiap label dari diagnosis

risiko dimulai dengan frase “Risiko”.

4. Syndrome adalah sekelompok tanda dan gejala yang hampir selalu

terjadi bersama-sama. Secara bersama, sekelompok ini

mempresentasikan gambaran klinis suatu ketidaknormalan.

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan

kepentingan dan tingkat urgensinya. Diagnosa keperawatan diurutkan

dengan prioritas tinggi yang mencerminkan situasi yang mengancamkan

hidup klien atau berdasarkan hirarki kebutuhan dasar manusia menurut

Abraham Maslow.

Prioritas dapat berubah setelah melakukan tindakan keperawatan

atau rencana klien telah berubah setelah diberikan tindakan keperawatan,

lalu dilakukan pengkajian kembali.

c. Rencana tindakan keperawatan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang

diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah

menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana

dokumentasi. Langkah-langkah perencanaan yaitu menentukan prioritas,

menentukan rencana tindakan, dan dokumentasi.

Pada tahap perencanaan dirumuskan sebuah tujuan yang menjadi

dasar tolak ukur dalam tahap evaluasi. Kriteria tujuan harus memenuhi

23
syarat-syarat tertentu yaitu SMART (S= spesific: spesifik, M=

measurable: harus dapat diukur khususnya tentang perilaku klien, dapat

dilihat, didengar, diraba, dirasakan, dan dibau, achievable: dapat dicapai,

R= reasonable: dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, T=

time:tujuan keperawatan).

Setelah merumuskan tujuan maka perlu dibuat suatu kriteria hasil yang

akan dicapai sesuai standar sebagai barometer dalam mengevaluasi

suatu tindakan sesuai dengan masalah atau diagnosa keperawatan yang

direncanakan dalam sebuah proses keperawatan.

d. Tindakan keperwatan/implementasi

Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan

tanggung jawab perawat secara profesional sebagaimana terdapat dalam

standar praktek keperawatan :

1. Independen

Adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan

perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Dapat dikategorikan

menjadi 4 (empat), yaitu :

a) Tindakan diagnostik, tindakan yang ditujukan pada pengkajian dalam

merumuskan diagnosa keperawatan (wawancara, observasi dan

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium).

b) Tindakan terapeutik, ditujukan untuk mengurangi, mencegah dan

mengatasi masalah klien.

c) Tindakan edukatif (mengajarkan), ditujukan untuk merubah perilaku klien

melalui promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan kepada klien.

24
d) Tindakan merujuk, lebih ditekankan pada kemampuan perawat dalam

mengambil suatu keputusan klinik tentang keadaan klien dan kemampuan

untuk melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.

2. Interdependen

Menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama

dengan tenaga kesehatan lainnya misalnya tenaga sosial, ahli gizi,

fisioterapi dan dokter.

3. Dependen

Berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan

tesebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan.

e. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui

evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi

saat pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.

Faktor yang dievaluasi mengenai status kesehatan klien, terdiri

dari beberapa komponen, meliputi :

1. Kognitif (pengetahuan), tujuan mengindentifikasi pengetahuan yang

spesifik yang diperlukan setelah klien diajarkan tentang teknik-teknik

tertentu.

2. Affektif (status emosional), cenderung penelitian yang subyektif dan

sangat sukar dievaluasi. Hasil penilaian emosi ditulis dalam bentuk

25
perilaku yang akan memberikan suatu indikasi terhadap status emosi

klien.

3. Psikomotor, biasanya lebih mudah dievaluasi dibandingkan yang lainya

jika perilaku yang dapat diobservasi sudah diidentifikasikan pada tujuan

(kriteria hasil).

4. Perubahan fungsi tubuh dan gejala, perawat memfokuskan pada

bagaimana fungsi kesehatan klien berubah setelah dilakukan tindakan

keperawatan.

Ada 2 (dua) komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan,

yaitu :

1. Evaluasi proses (formatif)

Tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan hasil

kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Dilakukan segera setelah

perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifitasan

terhadap tindakan.

2. Evaluasi hasil (sumatif)

Adalah merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status

klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada

tahap perencanaan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan

keperawatan secara paripurna. Evaluasi juga sebagai alat ukur suatu

tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan apakah tujuan

tercapai, tidak tercapai atau sebagian tercapai.

26

Anda mungkin juga menyukai