OLEH :
Nurul Achmad Fukhuluddin (1610019)
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan umum maupun tujuan khusus maka karya tulis ilmiah
ini diharapkan bisa memberikan manfaat baik bagi kepentingan pengembangan
program maupun bagi kepentingan ilmu pengetahuan, adapun manfaat-manfaat
dari karya tulis ilmiah secara teoritis maupun praktis seperti tersebut di bawah ini:
1.4.1 Secara Teoritis
1.5.1 Metoda
Studi kasus yaitu metoda yang memusatkan perhatian pada satu obyek
tertentu yang diangkat sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam
sehingga mampu membongkar realitas dibalik fenomena
1. Wawancara
Data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan pasien, keluarga,
maupun tim kesehatan lain.
2. Observasi
Data yang diambil melalui pengamatan secara langsung terhadap keadaan, reaksi,
sikap dan perilaku pasien yang dapat diamati
3. Pemeriksaan
2. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat
dengan pasien, catatan medic perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan
lain.
I. DEFINISI
Penyakit tuberculosis pada bayi dan anak disebut juga tuberculosis primer
dan merupakan suatu penyakit sistemik. Tuberculosis primer biasanya mulai
secara perlahan-lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama.
Kadang terdapat keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering
disertai tanda-tanda infeksi saluran napas bagian atas. Penyakit ini bila tidak
diobati sedini mungkin dan setepat-tepatnya dapat tmbul komplikasi yang berat
dan reinfeksi pada usia dewasa.
Penyakit tuberculosis pada bayi dan anak disebut juga tuberculosis primer
dan merupakan suatu penyakit sistemik. Tuberculosis primer biasanya mulai
secara perlahan-lahan sehingga sukar ditentukan saat timbulnya gejala pertama.
Kadang terdapat keluhan demam yang tidak diketahui sebabnya dan sering
disertai tanda-tanda infeksi saluran napas bagian atas. Penyakit ini bila tidak
diobati sedini mungkin dan setepat-tepatnya dapat tmbul komplikasi yang berat
dan reinfeksi pada usia dewasa.
II. ETIOLOGI
1. Merokok pasif
III. PATOFISIOLOGI
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular.
Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru. Jadi, kuman ada
di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di
paru-paru dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Nah, pada saat
batuk, percikan ludahnya mengandung kuman. Ini yang biasanya terisap oleh
anak-anak, lalu masuk ke paru-paru (Wirjodiardjo, 2008).
Menurut Admin (2007) patogenesis penyakit tuberkulosis pada anak terdiri atas :
1. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di
alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil
berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan
peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar
limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer predileksinya
disemua lobus, 70% terletak subpelura. Fokus primer dapat mengalami
penyembuhan sempurna, kalsifikasi atau penyebaran lebih lanjut. Waktu antara
terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6
minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif.
TBC pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari TBC pasca primer
adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
1. Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa kecil. Atau reaksi
BCG sangat cepat. Misalnya, bengkak hanya seminggu setelah diimunisasi BCG.
Ini juga harus dicurigai TBC, meskipun jarang.
2. Berat badan anak turun tanpa sebab yang jelas, atau kenaikan berat badan
setiap bulan berkurang.
3. Demam lama atau berulang tanpa sebab. Ini juga jarang terjadi. Kalaupun
ada, setelah diperiksa, ternyata tipus atau demam berdarah.
4. Batuk lama, lebih dari 3 minggu. Ini terkadang tersamar dengan alergi.
Kalau tidak ada alergi dan tidak ada penyebab lain, baru dokter boleh curiga
kemungkinan anak terkena TBC.
6. Mata merah bukan karena sakit mata, tapi di sudut mata ada kemerahan
yang khas.
Sistem imun tubuh mulai menyerang bakteri TB, kira-kira 2-8 minggu
setelah terinfeksi. Pada kurun waktu inilah tes Mantoux mulai bereaksi. Ketika
pada saat terinfeksi daya tahan tubuh orang tersebut sangat baik, bakteri akan mati
dan tidak ada lagi infeksi dalam tubuh. Namun pada orang lain, yang terjadi
adalah bakteri tidak aktif tetapi bertahan lama di dalam tubuh dan sama sekali
tidak menimbulkan gejala. Atau pada orang lainnya lagi, bakteri tetap aktif dan
orang tersebut menjadi sakit TB.
Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil (0,1 ml)
kuman TBC, yang telah dimatikan dan dimurnikan, ke dalam lapisan atas (lapisan
dermis) kulit pada lengan bawah. Lalu, 48 sampai 72 jam kemudian, tenaga
medis harus melihat hasilnya untuk diukur. Yang diukur adalah indurasi (tonjolan
keras tapi tidak sakit) yang terbentuk, bukan warna kemerahannya
(erythema). Ukuran dinyatakan dalam milimeter, bukan centimeter. Bahkan bila
ternyata tidak ada indurasi, hasil tetap harus ditulis sebagai 0 mm.
Secara umum, hasil tes Mantoux ini dinyatakan positif bila diameter
indurasi berukuran sama dengan atau lebih dari 10 mm. Namun, untuk bayi dan
anak sampai usia 2 tahun yang tanpa faktor resiko TB, dikatakan positif bila
indurasinya berdiameter 15 mm atau lebih. Hal ini dikarenakan pengaruh vaksin
BCG yang diperolehnya ketika baru lahir, masih kuat. Pengecualian lainnya
adalah, untuk anak dengan gizi buruk atau anak dengan HIV, sudah dianggap
positif bila diameter indurasinya 5 mm atau lebih.
Namun tes Mantoux ini dapat memberikan hasil yang negatif palsu
(anergi), artinya hasil negatif padahal sesungguhnya terinfeksi kuman
TB. Anergi dapat terjadi apabila anak mengalami malnutrisi berat atau gizi buruk
(gizi kurang tidak menyebabkan anergi), sistem imun tubuhnya sedang sangat
menurun akibat mengkonsumsi obat-obat tertentu, baru saja divaksinasi dengan
virus hidup, sedang terkena infeksi virus, baru saja terinfeksi bakteri TB, tata
laksana tes Mantoux yang kurang benar. Apabila dicurigai terjadi anergi, maka
tes harus diulang.
V. PATWAY
Udara tercemar
tuberculosis
Masuk paru-paru
Kurang pengetahuan
Menempel alveoli
peritoneum
Kerusakan
Dari kebutuhan
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TB PARU
Pengkajian : (15.00)
Jam : (15.00)
A. Pengkajian
I. Identitas Pasien
Nama/Nama panggilan : An.S
Tempat tgl lahir/usia : Malang, 03 Januari 2013/5 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Nama Ayah/Ibu : Tn. R / Ny. S
Usia Ayah/Ibu : 27 thn / 25 thn
Pekerjaan Ayah : Buruh
Pendidikan Ayah : SD
Pekerjaan Ibu : buruh (pabrik rokok)
Pendidikan Ibu : SMP
Alamat : JL.Anggrek no.15, kepanjen, malang
Suku : Jawa
Agama : Islam
Diagnosa Medis : TB paru
II. Keluhan Utama
Sering batuk mengeluarkan sputum (sudah lebih dari 3 minggu),
terserang influenza, mual muntah, penurunan BB, kurang nafsu makan,
cepat lelah ketika beraktifitas sejak 2 minggu yang lalu.
V. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : sakit ringan
2. Kesadaran : CM
3. TTV – demam subfebril
4. Inspeksi :
-tuberkulosa kelihatan lemah, pucat, dan pada tulang belakan
terlihat bentuk kiposis
-aligment tulang
5. Palpasi
-bibbus pada area tulang yang mengalami infeksi
-abses paravertebra
-abses terbentuk di anterior rongga dada atau abdomen
6. Perkusi
-nyeri ketok pada tempat infeksi
7. Auskultasi
-pada infiltrat paru akan terdengar sebagai ronkhi dengan
predileksi di apeks paru
B. ANALISA DATA
Naga S. Sholeh 2014, Paduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam, Penerbit Diva
Press, yogyakarta
Andra F.S & Yessie M.P 2013, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Nuha
Medika, Yogyakarta
Aru Sudoyono W, Dkk 2009, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi ke 5, Penerbit
Buku Kedokteran, Internal Publishing, Jakarta.