Letak Sungsang
Letak Sungsang
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Letak sungsang
a. Pengertian
c. Diagnosis
fundus uteri. 7
8
daripada yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas dan gerakan terasa
lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan
dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi
diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sacrum, kedua
tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan
dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu
jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang
lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin
dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami
rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan meraba
tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi bokong kaki
sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki
d. Etiologi
diri dalam presentasi kepala, letak sungsang, ataupun letak lintang. Pada
kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang
yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang
mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri
1) Pervaginam
sudah pecah, his adekuat dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram.
bedah sesar, presentasi bokong yang tidak terdiagnosis hingga kala II dan
bagi ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala janin dan berat
bayi > 3600 gram, tidak adanya informed consent, dan tidak adanya
yaitu tahapan pertama yaitu fase lambat, fase cepat, dan fase lambat.
(1) Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan vulva.
11
(2) S aat bokong membuka vulva, dilakukan episiotomi.Seger a setelah bokong lahir,
bokong dicengke ram secara bracht yaitu kedua i bu jari penolong sejajar sumbu panjang p
(3) Pada waktu tali pusat l ahir dan tampak teregang, segera kendorkan tali pusat
tersebut.
(4) Penolong melakukan hiperlordosis pada badan jani n dengan cara punggung
janin didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan
tarika
(5) D engan gerakan hiperl ordosis ini berturut-turut lahir p usar, perut, bahu dan
Yaitu j anin dilahir kan sebagi an dengan tenaga dan kekuatan ibu dan
sebagian lagi dengan tenag a penolong . Pada persalinan den gan cara manual
aid ada 3 tahapan yaitu : t ahap pertama lahirnya bokong sa mpai pusar yang
12
dilahirkan dengan kekuatan ibu sendiri, tahap kedua lahirnya bahu dan lengan
yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik, mueller, lovset; tahap
ketiga lahirnya kepala dengan memakai cara mauriceau dan forceps piper.
Berikut ini cara melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan cara
klasik :
(1) Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
jalan lahir dengan jari telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa
janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah
Berikut ini melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan cara mueller :
(1) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan traksi
curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan di bawah simfisis dan
(2) Setelah bahu dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih
(1) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan traksi
(2) Sambil melakukan traksi, badan janin diputar kembali ke arah yang
(1) Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam
jalan lahir.
(2) Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk serta jari ke
leher.
(3) Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong seolah-olah janin
(4) Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil
(5) Saat suboksiput tampak di bawah simfisis, kepala janin dielevasi ke atas
mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya seluruh kepala.
c) Ekstraksi sungsang
Ekstraksi sungsang dilakukan jika ada indikasi dan memenuhi syarat untuk
(1) Bila kaki masih terdapat di dalam vagina, tangan operator yang
berada pada posisi yang sama dengan os sacrum dimasukkan dalam vagina
paha janin sehingga kaki janin keluar. Selama melakukan tindakan ini,
(2) Bila satu atau dua kaki sudah berada di luar vulva, maka dipegang
dengan dua tangan operator pada betis dengan kedua ibu jari berada
punggung betis. Lakukan traksi ke bawah. Setelah lutut dan sebagian paha
keluar, pegangan dialihkan pada paha dengan kedua ibu jari pada
punggung paha.
ekstraksi bokong
(1) Lakukan periksa dalam vagina untuk memastikan titik penunjuk (os
sacrum).
(3) Bila trokanter depan sudah berada di bawah simfisis, jari telunjuk
tangan operator yang lain dipasang pada lipat paha belakang untuk
bokong janin dengan kedua ibu jari berada di atas sacrum dan jari-jari
mengikuti putaran paksi dalam bahu, salah satu bahu akan ke depan.
(9) Setelah ujung tulang belikat terlihat dilakukan periksa dalam vagina
untuk menentukan letak lengan janin, apakah tetap berada di depan dada,
2) Perabdominam
dilakukan dengan seksio sesarea. Pada saat ini seksio sesarea menduduki
tua, riwayat persalinan yang jelek, riwayat kematian perinatal, curiga panggul
sempit, ada indikasi janin untuk mengakhiri persalinan (hipertensi, KPD >12
jam, fetal distress), kontraksi uterus tidak adekuat, ingin steril, dan bekas SC.
>26 minggu dalam fase aktif atau perlu dilahirkan, IUGR berat, nilai social
janin tinggi, hiperekstensi kepala, presentasi kaki, dan janin >3500 gram
a) Perdarahan
c) Infeksi
b) Trauma persalinan
2. Asfiksia Neonatorum
a. Pengertian
2008, p.709).
dapat bernafas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin
b. Etiologi
gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa
1) Faktor ibu
hipoksia dan pada persalinan bahaya ini makin besar. Pada gawat janin,
penyulit bagi janin maupun ibu. Penyulit bagi ibu dapat menimbulkan
pada solusio plasenta, nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang
partus lama sebagain besar bayi baru lahir yang tidak asfiksia 113 bayi
(85,61%), dan sebagain kecil bayi baru lahir yang mengalami asfiksia 19
dengan kejadian asfiksia bayi baru lahir didapatkan X2 hitung 14,31 dan
kejadian asfiksia pada bayi baru lahir. Maka untuk menghindari terjadinya
(d) Demam selama persalinan dan infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
tingginya demam. Gawat janin sering terjadi dan seringkali tidak terdeteksi.
Gawat janin yang tidak ditangani secara cepat, dapat membuat janin
diupayakan segala cara untuk menurunkan suhu tuuh dengan cepat, baik
kehamilan lewat waktu hanya terjadi pada masa intrapartum dan neonatal
21
tali pusat
Ada beberapa macam kelainan tali pusat yaitu lilitan tali pusat,
tali pusat pendek atau panjang dan simpul tali pusat. Tali pusat yang
janin. Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tai pusat yang panjang
kemungkinan besar dapat menyebabkan lilitan tali pusat. Lilitan tali pusat
pada leher sangat berbahaya, apalagi bila terjadi lilitan beberapa kali.
makin erat lilitan tali pusat dan makin terganggu aliran darah menuju dan
Tekanan pada tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir
darah yang lama melalui tali pusat menghasilkan asidosis respiratoir dan
3) Faktor bayi
akibat asfiksia neonatorum. Risiko tersebut meningkat 1.61 kali lipat pada
usia kehamilan 34-37 minggu dan meningkat 14.33 kali lipat pada usia
dibandingkan dengan letak kepala. Ada dua cara persalinan letak sungsang
2008, p.626).
asfiksia atau gawat janin. Ramin dan rekan (1996) mempelajari hampir
asidemia janin saat lahir. Hal-hal lain yang secara bermakna berkaitan
3) Kejang
4) Penurunan kesadaran
0 1 2
Appearance Pucat Badan merah dan Seluruh tubuh
(warna kulit) Tidak ada <100 >100
Menangis kuat
(Yanti, 2010,
p.253) Arti
nilai apgar :
1) Nilai 10 : normal
e. Manajemen terapi
Resusitasi BBL adalah prosedur yang diaplikasikan pada BBL
yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir. Tujuan utama resusitasi pada BBL
adalah untuk
25
memperbaiki fungsi pernafasan dan jantung bayi yang tidak bernafas (IDAI,
2008, p.103).
dasar yang perlu diingat adalah menciptakan lingkungan yang baik bagi bayi
memperbaiki asidosis yang terjadi dan menjaga agar peredaran darah tetap baik
golongan.
1) Tindakan umum
terhadapnya harus segera dikerjakan. Hal ini dapat berupa rangsangan nyeri
p.712).
2) Tindakan khusus
a) Asfiksia berat
kekuatan kurang lebih 1/3 – 1/2 dari tiupan maksimal yang dapat
lebih aman dan efektif, dapat digunakan pompa resusitasi. Pompa ini
kateter trakea segera dikeluarkan. Keadaan asfiksia berat ini hampir selalu
bikarbonas natrikus 7,5% harus segera diberikan dengan dosis 2-4 ml/kg
berat badan.
27
Di samping itu glukosa 40% diberikan pula dengan dosis 1-2 ml/kg
berat badan. Obat-obat ini harus diberikan secara berhati-hati dan perlahan-
frekuensi jantung menurun (kurang dari 100 permenit) maka pemberian obat-
obat yang lain serta massage jantung sebaiknya segera dilakukan. Massage
teratur 80-100 kali permenit. Tindakan ini dilakukan berselingan dengan nafas
buatan, setiap 5 kali massage jantung diikuti dengan satu kali pemberian nafas
dilakukan secara bersamaan. Di samping massage jantung ini obat yang dapat
cairan intravena berupa plasma darah atau cairan pengganti lainnya (volume
memberi hasil yang diharapkan, keadaan bayi harus dinilai lagi karena hal ini
mungkin disebabkan oleh gangguan keseimbangan asam dan basa yang belum
2008, p.713).
28
b) Asfiksia ringan-sedang
pernafasan. Hal ini dapat dikerjakan selama 30-60 detik setelah penilaian
menurut apgar 1menit. Bila dalam waktu tersebut pernafasan tidak timbul,
dapat dilakukan secara pernafasan kodok (frog breathing). Cara ini dikerjakan
kecepatan 1-2 liter dalam satu menit. Agar saluran nafas bebas, bayi
supaya gerakan tersebut diikuti. Pernafasan ini dihentikan bila setelah 1-2
menit tidak juga dicapai hasil yang diharapkan dan segera dilakukan
pernafasan buatan dengan tekanan postif secara tidak langsung. Pernafasan ini
berfungsi mendorong pangkal lidah ke depan, agar jalan nafas berada dalam
dilakukan secara teratur dengan frekuensi 20-30 kali semenit dan diperhatikan
bila setelah dilakukan beberapa saat, terjadi penurunan frekuensi jantung atau
pemburukan tonus otot. Dalam hal ini bayi harus diperlakukan sebagai
terutama pada bayi yang sebelumnya menderita gawat janin, yang dilahirkan
Neonatorum
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir (Prawihardjo, 2008, p.709).
Asfiksia pada BBL (Bayi Baru Lahir) menjadi penyebab kematian 19% dari 5
juta kematian BBL setiap tahun. Letak sungsang merupakan keadaan dimana
janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di
angka kematian sekitar 20% sampai 30%. (Manuaba, 2010, p.491). Angka
dengan letak kepala. Ada dua cara persalinan letak sungsang yaitu secara
kepala yang lebih lama dari 8 menit setelah umbilicus dilahirkan, akan
membahayakan kehidupan janin. Selain itu, bila janin bernafas sebelum hidung
dan mulut lahir dapat membahayakan, karena mucus yang terhisap dapat
menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat
pada bayi yang dilahirkan. Hal ini dikarenakan skor apgar, terutama 1 menit
B. Kerangka Teori
Faktor ibu
a) Preeklamsia dan eklamsia
b) Perdarahan abdominal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c) Partus lama atau macet
d) Demam selama persalinan dan infeksi berat
e) Kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
Faktor bayi
a) Bayi premature (sebelum 37 minggu kehamilan)
b) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar)
c) Distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep
d) Kelainan bawaan (congenital)
e) Air ketuban bercapur mekonium
Kerangka Konsep
C. Hipotesis
mungkin benar mungkin juga salah. Meskipun hipotesis adalah suatu dugaan,
merupakan dugaan, maka bisa diterima juga bisa ditolak (Machfoedz, 2008,
p.58).