Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah suatu proses alamiah bagi seorang wanita. Wanita dianggap
sempurna bila ia bisa memberikan keturunan. Kehamilan dapat berlangsung secara
fisiologi, namun bila kurang memperhatikan faktor-faktor disekitarnya, kehamilan
tersebut dapat menjadi patologi. Untuk itu, komplikasi harus dicegah sedini mungkin
dengan mengupayakan keseimbangan internal dan eksternal. Memperhatikan faktor
lingkungan, sosial, budaya, ekonomi terhadap kebisaan adat istiadat, fasilita kesehatan
dan ekonomi merupakan hal yang sangat penting. Penyusunan makalah ini, kami
harapkan dapat menjadi salah satu acuan sehingga ibu dapat menjalani proses kehamilan
dan persalinan dengan resiko serendah mungkin.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, kami merumuskan bahwa “Apakah faktor
sosial, budaya, dan ekonomi yang mempengaruhi ibu hamil?”

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah fakto sosial, budaya, dan ekonomi mempengaruhi kegiatan
kseharian ibu hamil. Dan apakah pengaruhnya.
2. Tujuan khusus
Dapat mengetahui dan mengidentifikasi pengaruh faktor sosial, budaya, dan ekonomi
terhadap ibu hamil.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dari makalah yang berjudul “Faktor sosial,ekonomi, dan
budaya yang mempengaruhi kehamilan” ada tiga. Ketiga manfaat itu diantaranya ialah
sebagai berikut :
1. Aspek Teori
Sebagai dasar untuk peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai
pengaruh faktor sosial, ekonomi, dan budaya pada ibu hamil.

1
2. Aspek Aplikatif
a. Bagi Petugas Kesehatan
Dapat memberikan masukan dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam memberikan sosialisasi pada ibu hamil dan memberikan jawaban atas
konsultasi pasien.
b. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi tentang berbagai tindakan yang harus dilakukan
saat disekitar lingkungan mereka ada seorang ibu hamil.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Faktor-faktor ini mempengaruhi kehamilan dan segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas
kesehatan, dan tentu segi ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu
hamil. Seorang ibu hamil, tidak merokok bahkan bila perlu selalu menghidari asap rokok
kapan dan dimanapun dia berada. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang
berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang dipantang adat padahal baik untuk
untuk ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Yang tidak kalah penting untuk personal
hygiene, ibu hamil harus menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian dalamnya setiap
kali terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara, dan pakaian yang menyerap
keringat. Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa kehamilan bukanlah suatu keadaan patologis
yang berbahaya. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang akan dialami oleh wanita usia
subur, dengan demikian kehamilan harus dipersiapkan sedemikian rupa agar dapat
berlangsung dengan aman

A. Faktor lingkungan adat dan budaya


Lingkungan adat ini meliputi berbagai kegiatan yang dilakukan secara turun temurun
sejak dahulu ada dan dijaga baik proses dan tata caranya hingga sekarang yang tentunya
dikhususkan pada ibu hamil. Kegiatan tersebut diantaranya adalah :
1. Mitos
Mitos ialah suatu kepercayaan yang melekat pada disuatu lingkungan
masyarakat tetentu pada daerah tertentu. Mitos bersifat local atau hanya pada daerah
tertentu yang memegang teguh kepercayaan tersebut, kadang mitos berupa larangan
atau hal yang harus dihindari karena mereka parcaya bila hal tersebut dilakukan akan
berdampak pada kehidupan mereka atau akan terjadi hal buruk pada mereka. Di
Indonesia, utamanya di pedesaan daerah Jawa berlaku begitu banyak mitos
(larangan) seputar kehamilan yang beredar di masyarakat. Dari segi makanan,
keseharian, tindak tanduk, ataupun semua hal yang berkaitan dengan keseharian si
ibu hamil ataupun si jabang bayi. Tradisi ini amat kuat diterapkan oleh masyarakat.
Beberapa mitos bahkan dipercaya sebagai amanat/pesan dari nenek moyang yang
jika tidak ditaati akan menimbulkan dampak/karma yang tidak menyenangkan.
Padahal jika dinalar dengan akal sehat, diteliti dari segi medis, maupun dari segi
aqidah, banyak mitos yang tidak berhubungan. Walaupun maksud dari nenek-nenek

3
moyang semuanya adalah baik tetapi tidak semua dari nasehat atau pantangan
kehamilan yang diberitahukan itu benar secara medis maupun ilmiah. Kebanyakan
hanya berdasarkan mitos atau kepercayan saja daripada kenyataannya.
Pada dasarnya tujuan dari orang-orang terdahulu menciptakan mitos
bermacam-macam tentang kehamilan hanyalah supaya si Ibu hamil maupun
suaminya dapat menjaga kehamilan dengan baik. Tujuannya untuk menyiapkan
kehamilan yang sehat. Sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Terutama yang berkaitan dengan kebiasaan, konsumsi bahan makanan, dan
sebagainya.
Berikut adalah beberapa mitos / adat istiadat Jawa yang berhubungan dengan
kehamilan:
Tradisi masa kehamilan :
 Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika itu dilakukan,
bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.
Fakta : Tentu saja tak demikian. Cacat janin disebabkan oleh
kesalahan/kekurangan gizi, penyakit, keturunan atau pengaruh radiasi. Sedangkan
gugurnya janin paling banyak disebabkan karena penyakit, gerakan ekstrem yang
dilakukan oleh ibu (misal benturan) dan karena psikologis (misalnya shock, stres,
pingsan). Tapi, yang perlu diingat, membunuh atau menganiaya binatang adalah
perbuatan yang tak bisa dibenarkan.
 Membawa gunting kecil/pisau/benda tajam lainnya di kantung baju si Ibu agar
janin terhindar dari marabahaya
Fakta: Hal ini justru lebih membahayakan apabila benda tajam itu melukai si Ibu.
 Ibu hamil tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat yang akan
mengganggu janin.
Fakta: Secara psikologis, Ibu hamil mentalnya sensitif dan mudah takut sehingga
pada malam hari tidak dianjurkan bepergian.
Secara medis-biologis, ibu hamil tidak dianjurkan keluar malam terlalu lama,
apalagi larut malam. Kondisi ibu dan janin bisa terancam karena udara malam
kurang bersahabat disebabkan banyak mengendapkan karbon dioksida (CO2).
 Ibu hamil tidak boleh benci terhadap seseorang secara berlebihan, nanti anaknya
jadi mirip seperti orang yang dibenci tersebut.

4
Fakta : Jelas ini bertujuan supaya Ibu yang sedang hamil dapat menjaga batinnya
agar tidak membenci seseorang berlebihan.
 Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar
siam.
Fakta : Secara medis-biologis, lahirnya anak kembar dempet/kembar siam tidak
dipengaruhi oleh makanan pisang dempet yang dimakan oleh ibu hamil. Jelas ini
hanyalah sebuah mitos.
 “Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai "dzikir"-nya orang
hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikkan, mengerikan, mengecewakan
dan sebagainya dengan harapan janin terhindar dari kejadian tersebut.
Fakta : Secara psikologis, perilaku tersebu justru dapat berujung pada ketakutan
yang tidak bermanfaat.
 Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu,
makanan atau sifat tertentu terutama di awal kehamilannya. Jika tidak dituruti
maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur.
 Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam
kandungan gugur.
Fakta : Secara medis-biologis, Getah nanas muda mengandung senyawa yang
dapat melunakkan daging. Tetapi buah nanas yang sudah tua atau disimpan lama
akan semakin berkurang kadar getahnya. Demikian juga nanas olahan. Yang pasti
nanas mengandung vitamin C (asam askorbat) dengan kadar tinggi sehingga baik
untuk kesehatan.
 Jangan makan buah stroberi, karena mengakibatkan bercak-bercak pada kulit
bayi.
Fakta : Tak ada kaitan bercak pada kulit bayi dengan buah stroberi. Yang perlu
diingat, jangan makan stroberi terlalu banyak, karena bisa sakit perut. Mungkin
memang bayi mengalami infeksi saat di dalam rahim atau di jalan lahir, sehingga
timbul bercak-bercak pada kulitnya.
 Jangan makan ikan mentah agar bayinya tak bau amis.
Fakta : Bayi yang baru saja dilahirkan dan belum dibersihkan memang sedikit
berbau amis darah. Tapi ini bukan lantaran ikan yang dikonsumsi ibu hamil,
melainkan karena aroma (bau) cairan ketuban. Yang terbaik, tentu saja makan
ikan matang. Karena kebersihannya jelas terjaga ketimbang ikan mentah.

5
 Jangan minum air es agar bayinya tak besar. Minum es atau minuman dingin
diyakini menyebabkan janin membesar atau membeku sehingga dikhawatirkan
bayi akan sulit keluar.
Fakta : Sebenarnya, yang menyebabkan bayi besar adalah makanan yang bergizi
baik dan faktor keturunan. Minum es tak dilarang, asal tak berlebihan. Karena
jika terlalu banyak, ulu hati akan terasa sesak dan ini tentu membuat ibu hamil
merasa tak nyaman. Lagipula segala sesuatu yang berlebihan akan selalu
berdampak tak baik.
 Wanita hamil dianjurkan minum minyak kelapa (satu sendok makan per hari)
menjelang kelahiran. Maksudnya agar proses persalinan berjalan lancar.
Fakta : Ini jelas tidak berkaitan. Semua unsur makanan akan dipecah dalam usus
halus menjadi asam amino, glukosa, asam lemak, dan lain-lain agar mudah
diserap oleh usus.

2. Upacara Adat Masa Kehamilan


a. Upacara Mengandung Empat Bulan
Dulu Masyarakat Jawa Barat apabila seorang perempuan baru mengandung
2 atau 3 bulan belum disebut hamil, masih disebut mengidam. Setelah lewat 3
bulan barulah disebut hamil. Upacara mengandung Tiga Bulan dan Lima Bulan
dilakukan sebagai pemberitahuan kepada tetangga dan kerabat bahwa perempuan
itu sudah betul-betul hamil.
Namun sekarang kecenderungan orang-orang melaksanakan upacara pada
saat kehamilan menginjank empat bulan, karena pada usia kehamilan empat bulan
itulah saat ditiupkannya roh pada jabang bayi oleh Allah SWT. Biasanya
pelaksanaan upacara Mengandung empat Bulan ini mengundang pengajian untuk
membacakan do’a selamat, biasanya doa nurbuat dan doa lainnya agar bayinya
mulus, sempurna, sehat, dan selamat
b. Upacara Mengandung Tujuh Bulan/Tingkeban
Upacara Tingkeban adalah upacara yang diselenggarakan pada saat seorang
ibu mengandung 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam
kandungan dan ibu yang melahirkan akan selamat. Tingkeban berasal dari kata
tingkeb artinya tutup, maksudnya si ibu yang sedang mengandung tujuh bulan
tidak boleh bercampur dengan suaminya sampai empat puluh hari sesudah
persalinan, dan jangan bekerja terlalu berat karena bayi yang dikandung sudah

6
besar, hal ini untuk menghindari dari sesuatu yang tidak diinginkan. Di dalam
upacara ini biasa diadakan pengajian biasanya membaca ayat-ayat Al-Quran surat
Yusuf, surat Lukman dan surat Maryam.
Di samping itu dipersiapkan pula peralatan untuk upacara memandikan ibu
hamil, dan yang utama adalah rujak kanistren yang terdiri dari 7 macam buah-
buahan. Ibu yang sedang hamil tadi dimandikan oleh 7 orang keluarga dekat yang
dipimpin seorang paraji secara bergantian dengan menggunakan 7 lembar kain
batik yang dipakai bergantian setiap guyuran dan dimandikan dengan air
kembang 7 rupa. Pada guyuran ketujuh dimasukan belut sampai mengena pada
perut si ibu hamil, hal ini dimaksudkan agar bayi yang akan dilahirkan dapat
berjalan lancar (licin seperti belut). Bersamaan dengan jatuhnya belut, kelapa
gading yang telah digambari tokoh wayang oleh suaminya dibelah dengan golok.
Hal ini dimaksudkan agar bayi yang dikandung dan orang tuanya dapat berbuat
baik lahir dan batin, seperti keadaan kelapa gading warnanya elok, bila dibelah
airnya bersih dan manis. Itulah perumpamaan yang diharapkan bagi bayi yang
dikandung supaya mendapatkan keselamatan dunia-akhirat.
Sesudah selesai dimandikan biasanya ibu hamil didandani dibawa menuju
ke tempat rujak kanistren tadi yang sudah dipersiapkan. Kemudian sang ibu
menjual rujak itu kepada anak-anak dan para tamu yang hadir dalam upacara itu,
dan mereka membelinya dengan menggunakan talawengkar, yaitu genteng yang
sudah dibentuk bundar seperti koin. Sementara si ibu hamil menjual rujak,
suaminya membuang sisa peralatan mandi seperti air sisa dalam jajambaran,
belut, bunga, dan sebagainya. Semuanya itu harus dibuang di jalan simpang
empat atau simpang tiga. Setelah rujak kanistren habis terjual selesailah
serangkaian upacara adat tingkeban.
c. Upacara Mengandung Sembilan Bulan
Upacara sembilan bulan dilaksanakan setelah usia kandungan masuk
sembilan bulan. Dalam upacara ini diadakan pengajian dengan maksud agar bayi
yang dikandung cepat lahir dengan selamat karena sudah waktunya lahir. Dalam
upacara ini dibuar bubur lolos, sebagai simbul dari upacara ini yaitu supaya
mendapat kemudahan waktu melahirkan, lolos. Bubur lolos ini biasanya
dibagikan beserta nasi tumpeng atau makanan lainnya.

7
d. Upacara Reuneuh Mundingeun
Upacara Reuneuh Mundingeun dilaksanakan apabila perempuan yang
mengandung lebih dari sembilan bulan, bahkan ada yang sampai 12 bulan tetapi
belum melahirkan juga, perempuan yang hamil itu disebut Reuneuh Mundingeun,
seperti munding atau kerbau yang bunting. Upacara ini diselenggarakan agar
perempuan yang hamil tua itu segera melahirkan jangan seperti kerbau, dan agar
tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Pada pelaksanaannya leher perempuan itu dikalungi kolotok dan dituntun
oleh indung beurang sambil membaca doa dibawa ke kandang kerbau. Kalau
tidak ada kandang kerbau, cukup dengan mengelilingi rumah sebanyak tujuh kali.
Perempuan yang hamil itu harus berbuat seperti kerbau dan menirukan bunyi
kerbau sambil dituntun dan diiringkan oleh anak-anak yang memegang cambuk.
Setelah mengelilingi kandang kerbau atau rumah, kemudian oleh indung beurang
dimandikan dan disuruh masuk ke dalam rumah. Di kota pelaksanaan upacara ini
sudah jarang dilaksanakan.
e. Adat budaya
 Masyarakat batak :
Bila ada bayi lahir dirumah sendiri, si ayah akan langsung membelah kayu
dengan suara yang sangat keras dan akan membuka jendela dapur lebar-lebar
dengan tujuan kayu yang tadi dibelah lalu dibakar supaya asapnya
membumbung tinggi. Ini menjadi pertanda bahwa di rumah tersebut ada
sebuah kehidupan baru
 Agama lain :
Adat atau budaya agama lain hampir sama atau serupa dengan agama islam
tergantung lingkungan agama tersebut misalnya agama selain islam juga
mengadakan syukuran bila kehamilan telah mencapai usia 4 bulan atau 7
bulan. Hanya saja bila dalam islam acara tasyakuran diisi dengan bacaan do’a-
do’a yang ada dalam al-qur’an, agama lain dibacakan do’a-do’a menurut
kepercayaan mereka

B. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial adalah lingkungan dimana ibu tinggal yang didalamnya
meliputi anggota masyarakat beserta kegiatan yang terjadi didalamnya. Misalnya gaya
hidup lingkungan keluarga. Lebih jelasnya ialah :

8
1. Gaya hidup
Gaya hidup adalah pola kegiatan masyarakat yang terjadi di lingkungan
masyarakat. Gaya hidup masyarakat sekarang terutama didaerah perkotaan yang
serba sibuk dan terburu-buru yang telah terjadi sekarang akan memperbesar
kemungkinan bahkan kadang-kadang menyebabkan secara langsung aspek
kehamilan yang sangat mengganggu si ibu. Aspek yang mengganggu itu seperti
mual muntah, keletihan yang dapat membuat si ibu letih dan tentu saja sangat
mengganggu kegiatan dan aktivitas si ibu.
a. Perokok
Merokok adalah suatu kegiatan yang akan sangat merugikan bagi ibu. Merokok
akan mengganggu pertumbuhan janin dan dapat menurunkan BL. Selain dapat
menurunkan BB bayi dalam kandungan karena terganggu perkembangan dan
pertumbuhannya, merokok juga dapat menjadikan persalinan preeferm, dan
kematian perinatal. Faktor lingkungan yang mendukung akan dan paling tidak
menurunkan kebiasaan merokok.
2. Dukungan dari suami dan keluarga
Dukungan dari keluarga amat penting untuk kestabilan psikis ibu. Terutama
dukungan dari suami. Dukungan yang ibu perlukan tidak hanya dari suami,
hendaknya dari keluarga dan lingkungan sekitar ibu hamil. Karena bila tidak ada
dukungan ibu akan merasa stress dan stress tersebut dapat mengganggu kesehatan
ibu dan mengganggu perkembangan janin.
3. Fasilitas Kesehatan
Pemanfaatan pelayanan antenatal care dan sejumlah ibu hamil di Indonesia
belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang di tetapkan. Hal ini cenderung
menyulitkan tenaga kesehatan dalam melekukan pembinaan pemeliharaan kesehatan
ibu hamil secara teratur dan menyeluruh, termasuk deteksi dini terhadap faktor
resiko kehamilan yang penting segera di tangani. Kurangnya pemanfaatan antenatal
care oleh ibu hamil ini berhubungan dengan faktor-faktor :
a. Predis posisi (predis porsing factors)
Terwujud dalam pendidikan jumlah anak, pendidikan suami, sikap, umur,
pekerjaan, pendataan, pengetahuan ibu hamil dan sebagainya.

9
b. Pemungkin atau pendukung (enabling factors)
Terwujud dalam jarak fisik lokasi, biaya antenatal care, fasilitas pelayanan
antenatal care, waktu tunggu dan sebagainya.
c. Penguat (reinforcing factors)
Terwujud dalam perilaku petugas pelayanan antenatal care, sikap petugas
pelayanan antenatal care, sikap tokoh masyarakat.
Dampak dari kurangnya pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu hamil akan
menimbulkan kerugian tidak saja pada ibu hamil itu sendiri tetapi juga pengaruh
buruk bagi anak yang akan dilahirkan.
Penyebab kematian ibu di Indonesia antara lain :
 Perdarahan
 Infeksi dan eklamsia
 Anemia
 Terlalu muda atau tua,sering dan banyak
Macam-macam fasilitas kesehatan :
 PUSKESMAS
Puskesmas adalah pusat kesehatan masyarakat yang bertempat di
kecamatan dimaksudkan sebagai pengganti keberadaan rumah sakit dan klinik-
klinik kesehatan yang bertanggung jawab atas kesehatan rakyat.
Puskesmas adalah juga instansi pemerintah yang wajib bertanggung jawab
atas kesejahteraan kesehatan masyarakat terutama ibu dan anak di setiap
kecamatannya, terlebih lagi pada daerah-daerah pedalaman yang sulit untuk
menjangkau rumah sakit dikarenakan akses terhadap infrastruktur desa yang
masih sangat kurang.
Tujuan:
• Sebagai sarana bertukar informasi mengenai perkembangan dan kondisi
puskesmas
• Meningkatkan motivasi dalam pengembangan puskesmas
• Membangun semangat kerjasama dalam membangun kesehatan masyarakat
Indonesia.
Sasaran pelayanan di klinik keperawatan adalah kasus-kasus yang
memerlukan asuhan keperawatan yang terdiri dari :

10
1. Sasaran prioritas
Sasaran prioritas individu adalah usia lanjut, penderita penyakit menular (a.l
TB Paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah, Diare, Ispa,/Penumonia),
penderita penyakit degeneratif. Sasaran prioritas ini kemudian akan dilakukan
tindak lanjut dengan kunjungan rumah untuk mengurangi potensi penyebaran
penyakit, ketidak teraturan minum obat, dan meminimalkan bertambah
buruknya kondisi pasien karena faktor lain di lingkungan tempat tinggal.
2. Sasaran non prioritas
Adalah sasaran yang perlu mendapatkan asuhan keperawatan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari pelayanan pengobatan ataupun pelayanan
kesehatan lainnya. Antara lain : jahit luka, perawatan luka, ganti balutan,
kontrol pasca operasi, perawatan luka bakar, pembersihan kotoran ditelinga,
circumcisi/kithan, pemasangan kateter, pemeriksaan rekam jantung,
oksigenasi, dan tindakan lain sesuai dengan ketersediaan sarana di masing-
masing Puskesmas.
Masyarakat golongan ekonomi lemah selalu diidentikkan dengan kelompok
orang miskin. Pengidentifikasian ini didasarkan pada rendahnya tingkat
pendidikan dan keterampilan, rendahnya tingkat kesehatan, rendahnya tingkat
produktivitas dan minimnya permodalan menjadi faktor yang mempengaruhi
rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya daya tabung dan juga rendahnya posisi
tawar dengan pihak luar. Masing-masing seperti mata rantai yang membentuk
lingkaran kemiskinan yang tidak berujung pangkal, yang pada akhirnya
berdampak pada penurunan pendapatan per kapita. Kondisi ini yang
melatarbelakangi Yayasan Indonesia Sejahtera (YIS) berperan serta dalam
membantu meningkatkan kemampuan golongan ekonomi lemah dalam
memanfaatkan sumber-sumber keuangan dan potensi sumber daya yang ada
sebagai upaya peningkatan pendapatan masyarakat. Penekanan masyarakat
miskin sebagai subyek bukan obyek menjadikan mereka mampu mengidentifikasi
permasalahannya sendiri dan mencari alternatif pemecahannya dengan menggali
sumber-sumber daya yang mereka miliki.
Lewat Program Kredit Pedesaan yang telah dirintis sejak tahun 1984, YIS
mencoba mengembangkan pola pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi
untuk memutus lingkaran kemiskinan terutama dari sisi permodalan. Masyarakat
desa mempunyai keterbatasan dalam mengakses sumber-sumber dana dari

11
lembaga perbankan yang bisa dimanfaatkan. Suku bunga bank yang masih tinggi,
Sistem dan prosedur yang berbelit-belit, waktu pencairan kredit terlalu lama dan
biaya pelayanan yang harus ditanggung bank akan menjadi mahal karena sulitnya
menjangkau masyarakat di pedesaan.
Program dilaksanakan dengan pendekatan kelompok melalui pembentukan
Kelompok-kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dengan pendampingan
menyeluruh, baik manajemen keuangan maupun organisasi. Berbagai model
pendampingan terus dikembangkan seperti Grameen Bank dan bentuk-bentuk lain
pendampingan, selain kerjasama dengan beberapa institusi pemerintah untuk
mempercepat proses pemberdayaan.
Berbekal pengalaman yang dimiliki, YIS telah terlibat dengan beberapa
kegiatan seperti Program Jaringan Pengaman Sosial (JPS), Proyek Hubungan
Bank dengan KSM (PHBK), bekerjasama dengan Bank Indonesia dan Proyek
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP).
Dalam perjalanannya kemudian, selain membantu dalam penyediaan modal
bekerjasama dengan lembaga-lembaga keuangan, Program Pengembangan
Ekonomi Rakyat ini juga dikembangkan menjadi program pengembangan
ekonomi yang komprehensif, dengan memberikan konsultasi dalam analisa usaha,
manajemen organisasi usaha, permodalan produksi, manajemen keuangan sampai
pemasaran.

- PENCATATAN DAN PELAPORAN


Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu elemen yang sangat
penting misalnya dalam sistem informasi penanggulangan TBC. Untuk itu
pencatatan dan pelaporan perlu dibakukan berdasar klasifikasi dan tipe
penderita. Semua unit pelaksana program penanggulangan TBC harus
melaksanakan suatu sistem pencatatan dan pelaporan yang baku.
Formulir pencatatan dan laporan yang digunakan dalam penanggulangan
TBC Nasional adalah:
TB 1. Kartu pengobatan TB
TB 2. Kartu identitas penderita
TB 3. Register TB kabupaten
TB 4. Register Laboratorium TB
TB 5. Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak

12
TB 6. Daftar tersangka penderita (suspek) yang diperiksa dahak SPS
TB 7. Laporan Triwulan Penemuan Penderita Baru dan Kambuh
TB 8. Laporan Triwulan Hasil Pengobatan Penderita TB Paru yang terdaftar
12 – 15 bulan lalu
TB 9. Formulir rujukan/pindah penderita
TB 10. Formulir hasil akhir pengobatan dari penderita TB pindahan
TB 11. Laporan Triwulan Hasil Pemeriksaan Dahak Akhir Tahap Intensif
untuk penderita terdaftar 3 - 6 bulan lalu
TB 12. Formulir Pengiriman Sediaan Untuk Cross Check
TB 13. Laporan Penerimaan dan Pemakaian OAT di kabupaten
Disamping formulir tersebut diatas terdapat formulir sebagai berikut:
Rekapitulasi TB.07 Kabupaten / kota ( blok 1 & blok 2 )
Rekapitulasi TB.08 Kabupaten / kota (Penderita Baru BTA positif, Penderita
Kambuh dan Penderita Baru BTA negatif Röntgen
positif)
Rekapitulasi TB.12 Kabupaten / kota dan propinsi
Rekapitulasi TB.11 Per kabupaten / kota dan propinsi (Penderita Baru BTA
Positif, Penderita Kambuh, dan Gagal).
Rekapitulasi TB.13 Provinsi. Pencatatan dan pelaporan pada masing-masing
tingkat pelaksana.

- PENCATATAN DI UNIT PELAYANAN KESEHATAN


UPK misalnya Puskesmas, Rumah Sakit, BP4, klinik dan dokter praktek
swasta dalam melaksanakan pencatatan dapat menggunakan formulir sebagai
berikut:
1.1.Daftar tersangka penderita (suspek) yang diperiksa dahak SPS (TB.06),
1.2.Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak (TB.05),
1.3.Kartu pengobatan TB (TB.01),
1.4.Kartu identitas penderita (TB.02),
1.5.Formulir rujukan/pindah penderita (TB.09)
1.6.Formulir hasil akhir pengobatan dari penderita TB pindahan (TB.10).
UPK diharuskan melakukan pencatatan semua kegiatan yang
dilaksanaÂkan dan tidak diwajibkan membuat laporan.

13
Petugas kabupaten/kota akan mengambil data yang dibutuhkan dan
mengisi dalam buku Register TB Kabupaten (Form TB.03) sebagai bahan
laporan yang pelakÂsanaannya dilakukan secara rutin.
UPK yang banyak penderitanya, misalnya rumah sakit, dapat
menggunakan buku pencatatan seperti Buku Register TB Kabupaten (TB.03),
tetapi untuk nomor register diisi sesuai dengan nomor register yang diberikan
oleh kabuÂpaten / kota.

- PENCATATAN DI LABORATORIUM PRM / PPM / RS / BP4


Laboratorium yang melakukan pewarnaan dan pembacaan sedian dahak
BTA menggunakan formulir pencatatan sebagai berikut:
Register Laboratorium TB (Formulir TB.04)
Formulir Permohonan Laboratorium TB Untuk Pemeriksaan Dahak (TB.05)
bagian bawah (mengisi hasil pemeriksaan)

- PENCATATAN DAN PELAPORAN DI KABUPATEN / KOTA


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menggunakan formulir pencatatan dan
pelaporan sebagai berikut:
Register TB kabupaten (Formulir TB.03)
Laporan Triwulan Penemuan Penderita Baru dan Kambuh (Formulir TB.07
Laporan Triwulan Hasil Pengobatan (Formulir TB.08)
Laporan Triwulan Hasil Konversi Dahak Akhir Tahap Intensif (Formulir
TB.11)
Formulir Pemeriksaan Sediaan untuk Cross Check (Formulir TB.12)
Rekapitulasi TB.12 kabupaten (Analisis Hasil Cross Check kabupaten)
Laporan Penerimaan dan Pemakaian OAT di daerah Kabupaten/Kota
(Formulir TB.13)

- PENCATATAN DAN PELAPORAN DI PROPINSI


Provinsi menggunakan formulir pencatatan dan pelaporan sebagai berikut:
Rekapitulasi TB.07 blok 1 per kabupaten/ kota.
Rekapitulasi TB.07 blok 2 per kabupaten/ kota.
Rekapitulasi TB.08 yang dibuat tersendiri untuk tiap tipe penderita per
kabupaten/ kota.

14
Rekapitulasi TB.11 yang dibuat tersendiri untuk tiap tipe penderita per
kabupaten/ kota.
Rekapitulasi TB.12 Provinsi (Rekapitulasi Analisis Hasil Cross Check
propinsi) perkabupaten/ kota
 Rumah sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional
yang terorganisir serta sarana kedokteran yang parmanen menyelenggarakan
pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis
serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.
Tujuan Pelayanan :
Mengabdi sesama yang menderita dan sakit, agar nama Tuhan semakin
dimuliakan dengan:
- Mengantar masyarakat mencapai status kesehatan yang optimal melalui
pendekatan layanan holistik [menyeluruh] yang meliputi aspek biologis,
psikologis, sosial, spiritual and intelektual.
- Menciptakan budaya kerja yang dipenuhi buah penghayatan iman sejati guna
mewujudkan pengabdian yang penuh kasih, saling menghargai, membela hak
hidup setiap insan, dan sekaligus mewujudkan kesejahteraan umum bagi
seluruh karyawan secara wajar. Mengupayakan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran bagi seluruh
lapisan masyarakat.
Tipe rumah sakit di Indonesia terdiri dari:
 Rumah sakit umum
 Rumah sakit terspesialisasi
 Rumah sakit penelitian atau pendidikan
 Rumah sakit lembaga atau perusahaan
 Klinik
Perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan turunnya
kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan Indonesia, melalui
keputusan Dirjen Pelayanan Medik.

15
Sasaran pelayanan / macam-macam pelayanan yang diberikan :
 Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis
 Pelaksanaan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang medis
 Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman
 Melaksanakan pelayanan medis khusus
 Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan
 Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi
 Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial
 Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan
 Melaksanakan pelayanan penyuluhan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat
tinggal.

C. Faktor Ekonomi
Aspek financial ini potensial menjadi masalah, misalnya ibu hamil yang
suaminya belum bekerja atau berhenti kerja ataupun yang penghasilannya kurang
otomatis, ibu akan mencoba membantu mengurangi beban suami dengan bekerja ini
tentu sangat beresiko bagi ibu yang sedang hamil, karena bagi ibu yang kandungannya
tergolong lemah akan mudah abortus dan tentunya itu sangat merugikan bagi ibu.
Ada pula bila ibu tinggal ditempat yang kumuh, dan rumah kontrakan yang
sempit. Keadaan ini sangat tidak nyaman bagi ibu, dan pada akhirnya akan membuat ibu
stress dan tergaggu psikisnya.
Keadaan ibu hamil yang ada pada posisi :
a) Ekonomi bawah
b) Ekonomi tengah
c) Ekonomi atas
Meliputi kondisi kesehatan, frekuensi ANC, tempat periksa,dan asupan nutrisi
selama hamil ialah sebagai berikut :
a) Ibu hamil dari ekonomi bawah
Kondisi kesehatan ibu hamil dari ekonomi bawah biasanya kurang. Ini bisa
disebabkan karena kurangnya fasilitas kesehatan yang tersedia atau karena kurangnya
dana bagi ibu dan bisa juga karena kurangnya pengetahuan si ibu untuk menjaga
kesehatannya. Frekuensi ANC bagi ibu hamil yang berasal dari ekonomi bawah ini,
jarang atau bahkan tidak memeriksakan kehamilannya karena keterbatasan dana, dan

16
pengetahuan ibu untuk memeriksakan kondisi kehamilannya. Ibu mungkin akan
berkunjung ke rumah bidan untuk memeriksakan kondisi kehamilanya bila merasakan
adanya hal yang tidak beres pada kehamilannya. Asupan nutrisi ibu hamil ini tentunya
kurang karena janin yang ada di kandungan membutuhkan banyak sekali nutrisi
sedangkan untuk makan pun hanya bisa satu kali sehari.
b) Ibu hamil dari ekonomi menengah
Kondisi kesehatan ibu hamil dari ekonomi menengah umumnya cukup. Ini
disebabkan karena baik dari fasilitas kesehatan yang tersedia atau karena dana bagi
ibu yang memadai bagi Ibu untuk memeriksakan kehamilannya dan bisa juga karena
ibu berpengetahuan untuk menjaga kesehatannya. Frekuensi ANC bagi ibu hamil
yang berasal dari ekonomi menengah ini, cukup rutin setiap trimesternya untuk
memeriksakan kondisi kehamilannya. Biasanya si ibu akan memeriksakan
kehamilannya di bidan. Asupan nutrisi ibu hamil ini cukup bagi janin yang ada di
kandungan, janin membutuhkan banyak sekali nutrisi. Ibu akan berusaha untuk bisa
memenuhi kebutuhan nutrisi bagi janinnya karena dengan terpenuhinya nutrisi janin,
janin akan berkembang maksimal.
c) Ibu hamil dari ekonomi atas
Kondisi kesehatan ibu hamil dari ekonomi atas umumnya baik. Ini disebabkan
karena baik dari fasilitas kesehatan yang tersedia atau dana bagi ibu yang memadai
bagi ibu untuk memeriksakan kehamilannya dan karena ibu berpengetahuan untuk
menjaga kesehatannya. Frekuensi ANC bagi ibu hamil yang berasal dari ekonomi atas
ini, rutin setiap trimesternya untuk memeriksakan kondisi kehamilannya. Ibu akan
memeriksakan kondisi kehamilannya ke bidan atau dokter spesialis kandungan.
Asupan nutrisi ibu hamil ini cukup bagi janin yang ada di kandungan, janin
membutuhkan banyak sekali nutrisi. Ibu akan berusaha untuk bisa memenuhi
kebutuhan nutrisi bagi janinnya karena dengan terpenuhinya nutrisi janin, janin akan
berkembang maksimal. Selain asupan nutrisi, ibu hamil dari ekonomi atas ini juga
melakukan senam hamil untuk menjaga kehamilannya baik dan berharap nantinya
saat persalinan akan mudah.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa, baik faktor
sosial, budaya ataupun ekonomi sangat berpengaruh pada kedaan ibu hamil. Sedikit saja
dari kondisi-kondisi tertetu misalnya, faktor financial yang idak mendukung bisa
membuat gangguan pada psikis ibu hamil. Si ibu akan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan diri dan bayinya sebisa mungkin dengan bekerja untuk memenuhi
kebutuhannya.
faktor sosial juga berpengaruh pada kondisi ibu, karena bila dari kalangan
lingkungan tidak mendukung, si ibu akan merasa ia terkucilkan dan mengakibatkan si
ibu stress.

B. Saran

18
DAFTAR PUSTAKA

http://insanimj.blogspot.co.id/2010/10/makalah-psikologi-mengenai-faktor.html
(diakses pada tanggal 08/05/2017 Pukul: 11.30 WIB)
WWW.google.com
WWW.harunyahya.com/0761.htm1
infobidanfitri.blogspot.com/20/09/03

19

Anda mungkin juga menyukai