Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam fisika modern efek fotolistrik, hamburan Compton dan konsep foton merupakan
salah satu pokok bahasan yang mempunyai kedudukan istimewa karena interpretasi
mekanisme terjadinya peristiwa ini telah mengantarkan fisika pada tahapan baru yang
melahirkan fisika kuantum. Karenanya pemahaman yang optimal mengenai ketiga materi
tersebut pada pembelajaran fisika modern amat diperlukan sehingga kegiatan laboratorium
yang tidak dapat terlaksana perlu digantikan dengan kegiatan serupa.
Dalam postulatnya Planck mengkuantisasikan energi yang dapat dimiliki osilator, tetapi
tetap memandang radiasi thermal dalam rongga sebagai gejala gelombang. Einstein dapat
menerangkan efek fotolistrik dengan meluaskan konsep kuantisasi Planck.
Einstein menggambarkan bahwa apabila suatu osilator pindah kesuatu keadaan dengan
energi, maka osilator tersebut memancarkan suatu gumpalan energi elektromagnetik dengan
energi. Lima tahun sesudah Planck mengajukan makalah ilmiahnya tentang teori radiasi
thermal oleh benda hitam sempurna, yaitu pada tahun 1905, Albert Einstein mengemukakan
teori kuantum untuk menerangkan gejala fotolistrik. Secara eksperimental sahihnya teori
kuantum itu dibuktikan oleh Millikan pada tahun 1914. Millikan secara eksperimental
membuktikan hubungan linear antara tegangan pemberhentian elektron dan frekuensi cahaya
yang mendesak elektron pada bahan katoda tertentu.
Pada tahun 1921 Albert Einstein memperoleh hadian Nobel untuk Fisika, karena secara
teoritis berhasil menerangkan gejala efek fotolistrik. Kesahihan penafsiran Einstein mengenal
fotolistrik diperkuat dengan telaah tentang emisi termionik. Telah diketahui bahwa dengan
adanya panas akan dapat meningkatkan konduktivitas udara yang ada di sekelilingnya.
Menjelang abad ke-19 ditemukan emisi elektron dari benda panas. Emisi termionik
memungkinkan bekerjanya piranti seperti tabung televisi yang di dalamnya terdapat filamen
logam atau katoda berlapisan khusus yang pada temperatur tinggi mampu menyajikan arus
elektron yang rapat.
Dalam emisi fotolistrik, foton cahaya menyediakan energi yang diperlukan oleh elektron
untuk lepas, sedang dalam emisi termionik kalorlah yang menyediakannya. Dalam kedua
kasus itu proses fisis yang bersangkutan dengan timbulnya elektron dari permukaan logam
adalah sama. Untuk membangkitkan tenaga listrik dari cahaya matahari kita mengenal istilah
sel surya. Namun tahukah kita bahwa sel surya itu sebenarnya memanfaatkan konsep efek

1
fotolistrik. Efek ini akan muncul ketika cahaya tampak atau radiasi UV jatuh ke permukaan
benda tertentu. Cahaya tersebut mendorong elektron keluar dari benda tersebut yang
jumlahnya dapat diukur dengan meteran listrik. Konsep yang sederhana ini tidak ditemukan
kemudian dimanfaatkan begitu saja, namun terdapat serangkain proses yang diwarnai dengan
perdebatan para ilmuan hingga ditemukanlah definisi cahaya yang mewakili pemikiran para
ilmuan tersebut, yakni cahaya dapat berprilaku sebagai gelombang dapat pula sebagai
pertikel. Sifat dari cahaya ini disebut dualisme gelombang cahaya.
Meskipun sifat gelombang cahaya telah berhasil diaplikasikan sekitar akhir abad ke-19,
ada beberapa percobaan dengan cahaya dan listrik yang sukar dapat diterangkan dengan sifat
gelombang cahaya itu. Pada tahun 1888 Hallwachs mengamati bahwa suatu keping itu mula-
mula positif, maka tidak terjadi kehilangan muatan. Diamatinya pula bahwa suatu keping
yang netral akan memperoleh muatan positif apabila disinari. Kesimpulan yang dapat ditarik
dari pengamatan-pengamatan di atas adalah bahwa chaya ultraviolet mendesak keluar
muatan litrik negatif dari permukaan keping logam yang netral. Gejala ini dikenal sebagai
efek fotolistrik.
Pada makalah ini akan dijelaskan materi mengenai sejarah perkembangan Efek
Fotolistrik. Efek fotolistrik merupakan pengeluaran elektron dari suatu permukaan (biasanya
logam) ketika dikenai, dan menyerap, radiasi elektromagnetik (seperti cahaya tampak dan
radiasi ultraungu) yang berada di atas frekuensi ambang tergantung pada jenis permukaan.
Istilah lama untuk efek fotolistrik adalah efek Hertz (yang saat ini tidak digunakan lagi). Efek
fotolistrik banyak membantu penduaan gelombang-partikel, dimana sistem fisika (seperti
foton dalam kasus ini) dapat menunjukkan kedua sifat dan kelakuan seperti-gelombang dan
seperti-partikel, sebuah konsep yang banyak digunakan oleh pencipta mekanika kuantum.
Efek fotolistrik dijelaskan secara matematis oleh Albert Einstein yang memperluas kuanta
yang dikembangkan oleh Max Planck.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :
1. Apa itu efek fotolistrik?
2. Apa itu hamburan compton?
3. Bagaimana konsep foton?

2
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, pembahasan materi dari makalah ini bertujuan
untuk :
1. Mengetahui efek fotolistrik
2. Mengetahui hamburan Compton
3. Mengetahui konsep foton

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Efek Fotolistrik


2.1.1 Pengertian Efek fotolistrik
Efek fotolistrik adalah fenomena terlepasnya elektron logam akibat disinari cahaya.
Ditinjau dari perspektif sejarah, penemuan efek fotolistrik merupakan salah satu tonggak
sejarah kelahiran fisika kuantum. Untuk merumuskan teori yang cocok dengan eksperimen,
kita dihadapkan pada situasi dimana paham klasik yang selama puluhan tahun diyakini
sebagai paham yang benar, terpaksa harus dirombak. Paham yang dimaksud adalah konsep
cahaya sebagai gelombang tidak dirombak, fenomena efek fotolistrik tidak dapat dijelaskan
secara baik. Paham yang baru mampu menjelaskan secara teoritis fenomena efek fotolistrik
adalah bahwa cahaya sebagai partikel namun demikian, munculnya paham baru ini
menimbulkan polemik baru. Penyebabnya adalah bahwa paham cahaya sebagai gelombang
telah dibuktikan kehandalannya dalam menjelaskan sejumlah besar fenomena yang berkaitan
dengan fenomena difraksi, interferensi, dan polarisasi. Sementara itu, fenomena yang
disebutkan tadi tidak dapat dijelaskan berdasarkan paham cahaya sebagai partikel. Untuk
mengatasi itu, para ahli sepakat bahwa cahaya memiliki sifat ganda yaitu sebagai gelombang
dan sebagai partikel.
Hasil-hasil eksperimen menunjukkan, bahwa suatu jenis logam tertentu bila disinari
(dikenai radiasi) dengan frekuensi yang lebih besar dari harga tertentu akan melepaskan
elektron, walaupun intensitas radiasinya sangat kecil. Sebaliknya, berapapun besar intensitas
radiasi yang dikenakan pada suatu jenis logam, jika frekuensinya lebih kecil dari harga
tertentu maka tidak akan dapat melepaskan elektron dari logam tersebut. Peristiwa pelepasan
elektron dari logam oleh radiasi tersebut disebut efek fotolistrik, diamati pertama kali oleh
Heinrich Hertz (1887). Elektron yang terlepas dari logam disebut foto-elektron. Efek
fotolistrik membutuhkan foton dengan energi dari beberapa electronvolts sampai lebih dari 1
MeV unsur yang nomor atomnya tinggi. Studi efek fotolistrik menyebabkan langkah-langkah
penting dalam memahami sifat kuantum cahaya, elektron dan mempengaruhi pembentukan
konsep Dualitas gelombang-partikel.fenomena di mana cahaya mempengaruhi gerakan
muatan listrik termasuk efek fotokonduktif (juga dikenal sebagai fotokonduktivitas atau
photoresistivity ), efek fotovoltaik , dan efek fotoelektrokimia.
Efek fotolistrik banyak membantu penduaan gelombang-partikel, dimana sistem fisika
(seperti foton dalam kasus ini) dapat menunjukkan kedua sifat dan kelakuan seperti-

4
gelombang dan seperti-partikel, sebuah konsep yang banyak digunakan oleh pencipta
mekanika kuantum. Efek fotolistrik dijelaskan secara matematis oleh Albert Einstein yang
memperluas kuanta yang dikembangkan oleh Max Planck.

Gambar2.1 Gejala efek fotolistrik

2.1.2 Mekanisme Emisi


Foton dari sinar memiliki energi karakteristik yang ditentukan oleh frekuensi cahaya.
Dalam proses photoemission, jika elektron dalam beberapa bahan menyerap energi dari satu
foton dan dengan demikian memiliki lebih banyak energi daripada fungsi kerja (energi ikat
elektron) dari materi, itu dikeluarkan. Jika energi foton terlalu rendah, elektron tidak bisa
keluar dari materi. Peningkatan intensitas sinar meningkatkan jumlah foton dalam berkas
cahaya, dan dengan demikian meningkatkan jumlah elektron, tetapi tidak meningkatkan
energi setiap elektron yang dimemiliki. Energi dari elektron yang dipancarkan tidak
tergantung pada intensitas cahaya yang masuk, tetapi hanya pada energi atau frekuensi foton
individual. Ini adalah interaksi antara foton dan elektron terluar.
Elektron dapat menyerap energi dari foton ketika disinari, tetapi mereka biasanya
mengikuti prinsip "semua atau tidak". Semua energi dari satu foton harus diserap dan
digunakan untuk membebaskan satu elektron dari atom yang mengikat, atau energi
dipancarkan kembali. Jika energi foton diserap, sebagian energi membebaskan elektron dari
atom, dan sisanya dikontribusi untuk energi kinetik elektron sebagai partikel bebas.
Tidak ada elektron yang dilepaskan oleh radiasi di bawah frekuensi ambang, karena
elektron tidak mendapatkan energi yang cukup untuk mengatasi ikatan atom. Elektron yang
dipancarkan biasanya disebut fotoelektron. Hukum emisi fotolistrik adalah sebagai berikut:
1. Untuk logam dan radiasi tertentu, jumlah fotoelektro yang dikeluarkan berbanding
lurus dengan intensitas cahaya yang digunakan.
2. Untuk logam tertentu, terdapat frekuensi minimum radiasi di bawah frekuensi ini
fotoelektron tidak bisa dipancarkan.

5
3. Di atas frekuensi tersebut, energi kinetik yang dipancarkan fotoelektron tidak
bergantung pada intensitas cahaya, namun bergantung pada frekuensi cahaya.
4. Perbedaan waktu dari radiasi dan pemancaran fotoelektron sangat kecil, kurang dari
10-9 detik.

2.1.3 Deskripsi Matematika


Maksimum energi kinetik K maks dari sebuah elektron yang dikeluarkan dituliskan
sebagai berikut:
1. Dimana h adalah konstanta Planck dan f adalah frekuensi foton. Lambang φ adalah
fungsi kerja (kadang dilambangkan W), yang memberikan energi minimum yang
diperlukan untuk memindahkan elektron terdelokalisasi dari permukaan logam.
Fungsi kerja memenuhi
2. Dimana f0 adalah frekuensi ambang batas untuk logam. Maksimum energi kinetik dari
sebuah elektron dikeluarkan kemudian energi kinetik adalah positif, jadi kita harus
memiliki f > f0 untuk efek fotolistrik terjadi.

2.2 Sejarah Penemuam Efek Fotolistrik


2.2.1 Penemuan Hertz Gelombang Maxwell
Penemuan Hertz Gelombang Maxwell Prediksi paling dramatis teori Maxwell
elektromagnetisme, diterbitkan pada tahun 1865, adalah adanya gelombang elektromagnetik
bergerak pada kecepatan cahaya, dan kesimpulan bahwa cahaya itu sendiri hanya seperti
gelombang. Eksperimentalis ini ditantang untuk menghasilkan dan mendeteksi radiasi
elektromagnetik menggunakan beberapa bentuk aparatus listrik. Usaha jelas pertama yang
berhasil adalah dengan Heinrich Hertz pada tahun 1886. Dia menggunakan sebuah kumparan
induksi tegangan tinggi menyebabkan percikan discharge antara dua lembar kuningan. Idenya
adalah bahwa sekali percikan membentuk jalur melakukan antara dua konduktor kuningan,
biaya dengan cepat akan berosilasi bolak-balik, memancarkan radiasi elektromagnetik dari
panjang gelombang mirip dengan ukuran konduktor sendiri.
Untuk membuktikan bahwa memang ada radiasi yang dipancarkan, itu harus terdeteksi.
Hertz kemudian memulai investigasi yang sangat teliti. Ia menemukan bahwa penerima
percikan kecil lebih kuat jika terkena sinar ultraviolet dari pemancar percikan. Butuh waktu
lama untuk mencari ini, pertama kali ia memeriksa beberapa jenis efek elektromagnetik,
tetapi menemukan selembar kaca efektif terlindung percikan. Dia kemudian menemukan
sepotong kuarsa tidak perisai percikan, dimana ia menggunakan prisma kuarsa untuk

6
memecah cahaya dari besar percikan ke dalam komponen-komponennya, dan menemukan
bahwa panjang gelombang yang membuat percikan sedikit lebih kuat berada di luar terlihat,
di ultraviolet.
Pada tahun 1887 Heinrich Rudolf Hertz menemukan fenomena efek Fotolistrik yang
membingungkan para Fisikawan waktu itu.

Gambar2.2 Percobaan Heinrich Rudolf Hertz


Sebuah logam ketika diberi cahaya akan melepaskan elektron, yang akan menghasilkan arus
listrik jika disambung ke rangkaian tertutup. Jika cahaya adalah gelombang seperti yang telah
diprediksikan oleh Fisika klasik, maka seharusnya semakin tinggi intensitas cahaya yang
diberikan maka semakin besar arus yang terdeteksi. Namun hasil eksperimen menunjukkan
bahwa walaupun intensitas cahaya yang diberikan maksimum, elektron tidak muncul juga
dari plat logam.

Gambar2.3 Percobaan Heinrich Rudolf Hertz


Tetapi ketika diberikan cahaya dengan panjang gelombang yang lebih pendek
(frekuensi lebih tinggi, ke arah warna ungu dari spektrum cahaya) dari sebelumnya, tiba-tiba
elektron lepas dari plat logam sehingga terdeteksi arus listrik, padahal intensitas yang

7
diberikan lebih kecil dari intensitas sebelumnya. Berarti, energi yang dibutuhkan oleh plat
logam untuk melepaskan elektronnya tergantung pada panjang gelombang. Fenomena ini
tidak dapat dijelaskan oleh para Fisikawan pada waktu itu. Kalau cahaya itu memang benar-
benar gelombang, yang memiliki sifat kontinyu, bukankah seharusnya energi yang bisa
diserap darinya bisa bernilai berapa saja? Tapi ternyata hanya jumlah energi tertentu saja
yang bisa diserap untuk melepaskan elektron bebas.

Gambar2.4 Percobaan Heinrich Rudolf Hertz

2.2.2 Pendekatan Hallwachs 'Simpler


Pendekatan Hallwachs 'Simpler Tahun berikutnya, 1888, fisikawan Jerman, Wilhelm
Hallwachs, di Dresden, menulis: "Dalam sebuah publikasi baru-baru ini Hertz telah
menjelaskan investigasi terhadap ketergantungan panjang maksimum dari sebuah induksi
percikan pada radiasi yang diterima dari induksi percikan lain. Dia membuktikan bahwa
fenomena yang diamati adalah suatu tindakan dari sinar ultraviolet bukan cahaya. Sifat
fenomena bisa diperoleh, karena kondisi rumit penelitian di mana ia muncul. Saya telah
berupaya untuk memperoleh fenomena terkait yang akan terjadi dalam kondisi sederhana,
untuk membuat penjelasan dari fenomena lebih mudah Sukses itu. diperoleh dengan
menyelidiki tindakan dari lampu listrik pada tubuh bermuatan listrik.
Dia kemudian menjelaskan eksperimennya yang sangat sederhana: plat melingkar seng
dipasang berdiri dengan isolasi serta dilengkapi dengan kawat ke electroscope daun emas,
yang kemudian dibebankan negatif. Electroscope yang hilang muatannya dengan sangat
lambat. Namun, jika pelat seng terkena sinar ultraviolet dari lampu busur, atau dari
magnesium terbakar, muatannya keluar dengan cepat. Jika piring itu bermuatan positif, tidak
ada muatan yang keluar. Mungkinkah cahaya ultraviolet entah bagaimana merusak sifat
isolasi dari dudukan plat seng? Mungkinkah efek listrik atau magnetik dari arus besar di

8
lampu busur entah bagaimana menyebabkan keluarnya muatan? Meskipun percobaan
Hallwach sudah dapat dipastikan kebenarannya, ia tidak mengerti teori apa yang sedang
terjadi.

2.2.3 J.J. Thomson


J.J. Thomson mengidentifikasi partikel. Pada kenyataannya, situasi masih belum jelas
sampai 1899, ketika Thomson menetapkan bahwa sinar ultraviolet menyebabkan elektron
menjadi dipancarkan, partikel-partikel yang sama ditemukan dalam sinar katoda. Metodenya
adalah untuk menyertakan permukaan logam yang akan terkena radiasi dalam tabung vakum,
dengan kata lain untuk membuat katoda dalam sebuah tabung sinar katoda. Fitur baru adalah
bahwa elektron itu harus dikeluarkan dari katoda oleh radiasi, bukan oleh medan listrik yang
kuat yang digunakan sebelumnya.
Atom dalam katoda berisi elektron, yang terguncang dan bergetar disebabkan oleh
medan listrik dari radiasi. Akhirnya beberapa dari mereka akan bergetar dan akan dikeluarkan
dari katoda. Hal ini bermanfaat untuk mempertimbangkan dengan hati-hati bagaimana jumlah
dan kecepatan elektron yang dipancarkan yang diharapkan bervariasi dengan intensitas dan
warna radiasi. Peningkatan intensitas radiasi akan mengguncang elektron lebih keras,
sehingga orang akan berharap lebih untuk menjadi dipancarkan, dan mereka akan menembak
keluar dengan kecepatan rata-rata yang lebih besar. Meningkatkan frekuensi radiasi akan
mengguncang elektron lebih cepat, sehingga dapat menyebabkan elektron untuk keluar lebih
cepat. Untuk lampu sangat redup, akan memerlukan waktu untuk elektron bekerja sampai
amplitudo getaran yang cukup untuk mengeluarkannya.

2.2.4 Penemuan Mengejutkan oleh Lenard


Penemuan mengejutkan oleh Lenard Pada tahun 1902, Lenard mempelajari bagaimana
energi foto elektron yang dipancarkan bervariasi dengan intensitas cahaya. Dia menggunakan
lampu karbon busur, dan dapat meningkatkan intensitas seribu kali lipat. Elektron
dikeluarkan dari pelat logam, kolektor, yang terhubung ke katoda melalui kawat dengan
ammeter sensitif, untuk mengukur arus yang dihasilkan oleh iluminasi. Untuk mengukur
energi elektron yang dikeluarkan, Lenard membebankan pelat kolektor negatif, untuk
mencegah elektron datang ke arah itu. Jadi, elektron hanya dikeluarkan dengan energi kinetik
yang cukup untuk bergerak, ini adalah bukti potensial akan berkontribusi pada saat ini.
Lenard menemukan bahwa ada tegangan minimum didefinisikan dengan baik yang
berhenti setiap elektron yang disebut Vstop. Yang mengejutkan, ia menemukan bahwa Vstop

9
tidak tergantung sama sekali pada intensitas cahaya. Menggandakan intensitas cahaya,
menghasilkan dua kali lipat jumlah elektron yang dipancarkan, tetapi tidak mempengaruhi
energi dari elektron yang dipancarkan. Tapi Lenard melakukan sesuatu yang lain dengan
menggunakan lampu busur yang sangat kuat, ada intensitas yang cukup untuk memisahkan
warna dan memeriksa efek fotolistrik menggunakan lampu warna yang berbeda. Dia
menemukan bahwa energi maksimum dari elektron dikeluarkan tidak bergantung pada warna
namun panjang gelombang pendek, cahaya dengan frekuensi yang lebih tinggi menyebabkan
elektron akan dikeluarkan dengan lebih banyak energi.

Gambar 2.5 Percobaan Lenard


Pada gambar di atas, baterai merupakan potensi yang digunakan untuk mengisi pelat
kolektor negatif, yang sebenarnya akan menjadi sumber tegangan variabel. Karena elektron

10
dikeluarkan oleh sinar biru yang sampai ke plat kolektor, jelas potensi yang disediakan oleh
baterai kurang dari Vstop untuk cahaya biru.

2.2.5 Penjelasan dan keterangan Einstein


Seratus tahun lalu, Albert Einstein muda membuat karya besarnya. Tak tanggung-
tanggung, ia melahirkan tiga buah makalah ilmiah yang menjadikan dirinya ilmuwan paling
berpengaruh di abad ke-20. Tahun itu dianggap annus mirabilis atau Tahun Keajaiban
Einstein. Salah satu makalah itu adalah tentang efek fotolistrik. Oleh panitia Hadiah Nobel
Fisika, makalah itu dianugerahi Hadiah Nobel Fisika pada 1921.
Einstein termashur dengan teori relativitasnya. Hampir semua orang kenal formula
E = mc2, namun sedikit saja yang mengetahui apa itu efek fotolistrik yang mengantarkan
Einstein sebagai ilmuwan penerima hadiah Nobel. Pada tahun 1921 panitia hadiah Nobel
menuliskan bahwa Einstein dianugrahi penghargaan tertinggi di bidang sains tersebut atas
jasanya dibidang fisika teori terutama untuk penemuan hukum efek fotolistrik.
Apa hubungan Max Planck dan Albert Einstein? Pada 1990, Max Karl Ernst Ludwig
Planck (1858-1947), ilmuwan dari Universitas Berlin, Jerman, mengemukakan hipotesisnya
bahwa cahaya dipancarkan oleh materi dalam bentuk paket-paket energi yang ia sebut quanta.
Ia memformulakannya sebagai hv. Penemuan Planck itu membuatnya mendapatkan Hadiah
Nobel Bidang Fisika pada 1918.
Gagasan ini diperluas oleh Einstein lima tahun setelah itu. Dalam makalah ilmiah
tentang efek fotolistrik, menurut Einstein, cahaya terdiri dari partikel-partikel yang kemudian
disebut sebagai foton. Ketika cahaya ditembakkan ke suatu permukaan logam, foton-fotonnya
akan menumbuk elektron-elektron pada permukaan logam tersebut sehingga elektron itu
dapat lepas. Peristiwa lepasnya elektron dari permukaan logam itu dalam fisika disebut
sebagai efek fotolistrik.
Efek fotolistrik merupakan proses perubahan sifat-sifat konduksi listrik di dalam
material karena pengaruh cahaya atau gelombang elektromagnetik lain. Efek ini
mengakibatkan terciptanya pasangan elektron dan hole di dalam semikonduktor, atau
pancaran elektron bebas dan ion yang tertinggal di dalam metal. Fenomena pertama dikenal
sebagai efek fotolistrik internal, sedangkan fenomena kedua disebut efek fotolistrik eksternal.
Einstein menyelesaikan paper yang menjelaskan efek ini pada tanggal 17 Maret 1905
dan mengirimkannya ke jurnal Annalen der Physik, persis 3 hari setelah ulang tahunnya yang
ke 26. Di dalam paper tersebut Einstein untuk pertama kalinya memperkenalkan istilah
kuantum (paket) cahaya. Pada pendahuluan paper ia berargumentasi bahwa proses-proses

11
seperti radiasi benda hitam, fotoluminesens, dan produksi sinar katode, hanya dapat
dijelaskan jika energi cahaya tersebut tidak terdistribusi secara kontinyu.
Ide Einstein memicu Louis de Broglie menelurkan konsep gelombang materi. Konsep
ini menyatakan benda yang bergerak dapat dianggap sebagai suatu gelombang dengan
panjang gelombang berbanding terbalik terhadap momentumnya. Sederhananya, ide de
Broglie ini merupakan kebalikan dari ide Einstein. Kedua ide ini selanjutnya membantu
melahirkan mekanika kuantum melalui persamaan Schroedinger yang menandai berakhirnya
masa fisika klasik.

2.2.6 Upaya Millikan untuk menyangkal Teori Einstein


Ahli fisikawan Amerika Robert Millikan, yang tidak menerima teori Einstein, yang
dilihatnya sebagai serangan terhadap teori gelombang cahaya, bekerja selama sepuluh tahun,
sampai 1916, pada efek fotolistrik. Dia bahkan merancang teknik untuk Scraping
membersihkan logam permukaan dalam tabung vakum. Untuk semua usahanya dia
menemukan hasil mengecewakan: ia mengkonfirmasikan teori Einstein, pengukuran terus-
menerus untuk konstanta Planck dalam 0,5% dengan metode ini. Namun salah satu hiburan
untuknya adalah dia mendapatkan hadiah Nobel untuk serangkaian percobaan.
Pada kenyataanya, inilah ikhwal lahirnya fisika modern yang menampik asumsi teori-
teori mapan saat itu. Salah satunya adalah teori Maxwell yang berhasil memadukan fenomena
kelistrikan dan kemagnetan dalam satu formula serta menyimpulkan bahwa cahaya
merupakan salah satu wujud gelombang elektromagnetik. Jelas dibutuhkan waktu cukup lama
untuk meyakinkan komunitas fisika jika cahaya memiliki sifat granular. Nyatanya dibutuhkan
hampir 11 tahun hingga seorang Robert Millikan berhasil membuktikan hipotesis Einstein.
Tidak tanggung-tanggung juga, Millikan menghabiskan waktu 10 tahun untuk pembuktian
tersebut. Pada saat itu Einstein mempublikasikan paper lain berjudul “Teori Kuantum
Cahaya”. Di dalam paper ini ia menjelaskan proses emisi dan absorpsi paket cahaya dalam
molekul, serta menghitung peluang emisi spontan dan emisi yang diinduksi yang selanjutnya
dikenal sebagai koefisien Einstein A dan B. Kedua koefisien ini bermanfaat dalam
menjelaskan secara teoretis penemuan laser di kemudian hari. Tujuh tahun kemudian Arthur
Compton berhasil membuat eksperimen yang membuktikan sifat kuantum cahaya tersebut
dengan bantuan teori relativitas khusus

12
2.3 Aplikasi Efek Foto Listrik Dalam Kehidupan Sehari-hari
Sangat mengherankan jika kita mendengar bahwa aplikasi pertama efek fotolistrik berada
dalam dunia hiburan. Dengan bantuan peralatan elektronika saat itu suara dubbing film
direkam dalam bentuk sinyal optik disepanjang pinggiran keping film. Pada saat film diputar,
sinyal ini dibaca kembali melalui proses efek fotolistrik dan sinyal listriknya diperkuat
dengan menggunakan amplifier tabung sehingga menghasilkan film bersuara.
Aplikasi paling populer dikalangan akademis adalah tabung foto-pengganda
(photomultiplier tube). Dengan menggunakan tabung ini hampir semua spektrum radiasi
elektromagnetik dapat diamati. Tabung ini memiliki efisiensi yang sangat tinggi, bahkan ia
sanggup mendeteksi foton tunggal sekalipun. Dengan menggunakan tabung ini, kelompok
peneliti Superkamiokande di Jepang berhasil menyelidiki massa neutrino yang akhirnya
dianugrahi hadiah Nobel pada tahun 2002. Di samping itu efek fotolistrik eksternal juga dapat
dimanfaatkan untuk tujuan spektroskopi melalui peralatan yang bernama photoelectron
spectroscopy atau PES.
Efek fotolistrik internal memiliki aplikasi yang lebih menyentuh masyarakat. Contohny
foto-diode atau foto-transistor yang bermanfaat sebagai sensor cahaya berkecepatan tinggi.
Bahkan, dalam komunikasi serat optik transmisi sebesar 40 Gigabit perdetik yang setara
dengan pulsa cahaya sepanjang 10 pikodetik (10-11 detik) masih dapat dibaca oleh sebuah
foto-diode.
Foto-transistor yang sangat kita kenal manfaatnya dapat mengubah energi matahari
menjadi energi listrik melalui efek fotolistrik internal. Sebuah semikonduktor yang disinari
dengan cahaya tampak akan memisahkan elektron dan hole. Kelebihan elektron di satu sisi
yang disertai dengan kelebihan hole di sisi lain akan menimbulkan beda potensial yang jika
dialirkan menuju beban akan menghasilkan arus listrik.
Akhir-akhir ini kita dibanjiri oleh produk-produk elektronik yang dilengkapi dengan
kamera CCD (charge coupled device). Sebut saja kamera pada ponsel, kamera digital dengan
resolusi hingga 12 Megapiksel, atau pemindai kode-batang (barcode) yang dipakai diseluruh
supermarket, kesemuanya memanfaatkan efek fotolistrik internal dalam mengubah citra yang
dikehendaki menjadi data-data elektronik yang selanjutnya dapat diproses oleh komputer.
Jadi, tanpa kita sadari kita telah memanfaatkan efek fotolistrik baik internal mau pun
eksternal dalam kehidupan sehari-hari.

13
2.4 Efek Compton
2.4.1 Efek Compton
Gejala Compton merupakan gejala hamburan (efek) dari penembakan suatu materi
dengan sinar-X. Efek ini ditemukan oleh Arthur Holly Compton pada tahun 1923. Jika
sejumlah elektron yang dipancarkan ditembak dengan sinar-X, maka sinar-X ini akan
terhambur. Hamburan sinar-X ini memiliki frekuensiyang lebih kecil daripada frekuensi
semula. Menurut teori klasik, energi dan momentum gelombang elektromagnetik
dihubungkan oleh:
E = p.c
E 2 = p2 .c 2 +(m.c 2 )2 ............................................... (1)

Jika massa foton (m) dianggap nol menunjukkan geometri tumbukan antara foton
dengan panjang gelombang λ, dan elektron yang mula-mula berada dalam keadaan diam.

Gambar 2.6 Gejala Compton sinar X oleh elektron


Compton menghubungkan sudut hamburan θ terhadap yang datang dan panjang
gelombang hamburan λ1 dan λ2, P1 merupakan momentum foton yang datang dan P2
merupakan momentum foton yang dihamburkan, serta p.c merupakan momentum elektron
yang terpantul. Kekekalan momentum dirumuskan:
P1 = P2 + p.e atau p.e = p1 – p2
Dengan mengambil perkalian titik setiap sisi diperoleh:
Pe2 = p12 + p22 – 2p1.p2 cosθ .................................. (2)

14
2.4.2 Sejarah
Arthur Compton fisikawan Amerika yang memenangkan hadiah Nobel dalam Fisika
pada tahun 1927 atas sumbangannya dalam penemuan sebuah efek yang dinamai menurut
namanya (efek Compton). Ia juga dikenal karena kepemimpinannya di Manhattan Project 's
Metallurgical Laboratory. Ia menjabat sebagai Kanselir dari Washington University di St
Louis 1945-1953. Pada tahun 1919, Compton mendapat beasiswa untuk belajar di luar negeri
dari Dewan Riset Nasional Beasiswa. Dia memilih untuk mengenyam pendidikan di
Cambridge University 's Cavendish Laboratory di Inggris, di sana ia mempelajari hamburan
dan penyerapan dari sinar gamma.
Penelitian lebih lanjut di sepanjang garis-garis ini menyebabkan penemuan efek
Compton, yang menunjukkan partikel sifat radiasi elektromagnetik . Itu adalah penemuan
sensasional pada waktu itu, untuk sifat gelombang cahaya telah baik ditunjukkan, tetapi
gagasan bahwa cahaya dapat memiliki sifat ganda tidak mudah diterima. Selama Perang
Dunia II , Compton merupakan tokoh kunci dalam Proyek Manhattan yang mengembangkan
senjata Nuklir pertama. Pada tahun 1942 ia menjadi kepala Laboratorium Metalurgi, yang
bertanggung jawab untuk memproduksi reaktor nuklir untuk mengubah uranium menjadi
plutonium, mencari cara untuk memisahkan plutonium dari uranium dan untuk merancang
bom atom.
Compton mengawasi Enrico Fermi dari Chicago Pile-1, reaktor nuklir pertama, yang
sempat kritis pada 2 Desember 1942. The Metallurgical Laboratory juga bertanggung jawab
untuk desain dan operasi dari X-10 Graphite Reactor di Oak Ridge, Tennessee .Plutonium
mulai diproduksi di Hanford Site reaktor pada tahun 1945. Setelah perang, Compton menjadi
Kanselir Washington University di St Louis.

2.4.3 Kegagalan Teori Fisika Klasik


Kegagalan teori fisika klasik atau teori gelombang elektromagnet, menjelaskan
peristiwa efek Compton sebagai berikut :
1. Menurut teori gelombang elektromagnet, sinar-X terhambur seharuysnya ,mempunyai
panjang gelombang (λ) yang sama seperti sinar-X datang, padahal menurut teori Compton
panjang gelombang (λ) sinar-X terhambur beda dengan sinar-X datang.
2. Intensitas radiasi sinar datang berfrekuensi f akan menyebabkan elektron-elektron unsur
ringan (Carbon) berosilasi dengan frekuensi sama, padahal menurut teori Compton
elektronunsur ringan berosilasi dengan frekuensi beda.

15
3. Osilasi elektron-elektron ini kemudian akan meradiasikan gelombang elektromagnetik
dengan frekuensi yang sama dan arah berbeda, padahal menurut teori Compton osilasi
elektron-elektron meradiasikan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi yang
berbeda.
Dengan menggunakan teori Planck-Einstein, Compton membuat rumusan teori yang
didasarkan pada postulat-postulat berikut :
1. Radiasi sinar monokromatik dengan frekuensi f terdiri dari aliran foton-foton yang
masingmasing energinya hf dan momentumnya hf/c.
2. Hamburan sinar-X datang oleh atom sebuah unsur adalah hasil tumbukan elastis antara
foton dan elektron, sehingga terdapat kekekalan energi dan momentum

2.4.4 Kesimpulan dan Keterbatasan dari Hasil Eksperimen Hamburan Compton


Kesimpulan dari hasil eksperimen hamburan Compton yaitu :
1. Panjang gelombang (λ) radiasi yang dihamburkan pada setiap sudut (θ ) selalu
lebih besar dari (λ) radiasi sinar datang.
2. Selisih panjang gelombang ( ∆λ ) tidak tergantung (λ)sinar-X datang dan pada
sudut tetap, hamburan adalah sama untuk semua unsur yang mengandung elektron
tidak terikat (bebas) pada keadaan lain.
3. Selisih panjang gelombang ( ∆λ ) meningkat terhadap sudut hamburan (θ) dan
mempunyai nilai maksimal pada θ=180 derajat.
Keterbatasan-keterbatasan teori Compton :
1. Teori Compton tidak dapat menjelaskan keberadaan sinar-X dalam radiasi
terhambur yang mempunyai panjang gelombang sama dengan radiasi sinar-X
datang.
2. Teori Compton tidak dapat menjelaskan bahwa intensitas sinar-X terhambur lebih
besar dariapada sinar-X yang datang untuk unsur atom-atom ringan, tetapi untuk
unsur-unsur atom berat justru intensitas sinar-X terhambur lebih kecil daripada
sinar-X yang datang.

2.4.5 Efek Compton dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-Hari


Efek Compton merupakan gejala hamburan dari penembakan suatu materi dengan
sejumlah elektron yang dipancarkan ditembak dengan sinar-X, maka sinar-X ini akan
terhambur. Hamburan sinar-X ini memiliki frekuensi yang lebih kecil daripada frekuensi
semula.

16
Nuklir Compton Telescope (NCT) adalah eksperimen balloon-borne untuk mendeteksi
sinar gamma dari sumber astrofisika seperti supernova, pulsar, AGN, dan lain-lain. Teleskop
ini diluncurkan dengan balon ketinggian tinggi ke ketinggian mengambang sekitar 40km.
Teleskop Compton menggunakan sebuah array-12-3D kadar tinggi Germanium Detektor
spektral resolusi untuk mendeteksi sinar gamma. Pada bagian bawahnya setengah detector
dikelilingi oleh Bismuth germanate sintilator untuk melindungi dari sinar gamma atmosfer.
Teleskop memiliki medan pandang (FOV) dari 25% dari langit. Dua prototipe detektor
berhasil diuji dan diterbangkan pada tanggal 1 Juni 2005 dari Scientific Balloon Flight
Facility, Fort Sumner, New Mexico. Pada tanggal 19 Mei 2009, instrumen penuh berhasil
diluncurkan dari Fort Sumner di New Mexico dan mampu mengamati kepiting pulsar.
Sayangnya itu gagal untuk memulai pada bulan April 2010 di Alice Springs, Australia, ketika
balon pecah menambatkan untuk derek di angin tinggi.

17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
 Efek fotolistrik adalah fenomena terlepasnya elektron logam akibat disinari cahaya.
 Ditinjau dari perspektif sejarah, penemuan efek fotolistrik merupakan salah satu
tonggak sejarah kelahiran fisika kuantum.
 Tokoh-tokoh yang berperan penting pada kelahiran efek fotolistrik adalah, Hertz,
Lenard,Eintein,Max Planck ,Wilhelm Hallwachs serta JJ Thomson.
 Dalam perkembangannya efek fotolistrik diaplikasikan pada kamera digital dan
berbagai alat-alat elektronik lainnya yang menggunakan sensor cahaya.
 Panjang gelombang (λ) radiasi yang dihamburkan pada setiap sudut (θ ) selalu lebih
besar dari (λ) radiasi sinar datang.
 Selisih panjang gelombang (∆λ ) tidak tergantung (λ) sinar-X datang dan pada sudut
tetap, hamburan adalah sama untuk semua unsur yang mengandung elektron tidak
terikat (bebas) pada keadaan lain.
 Selisih panjang gelombang ( ∆λ ) meningkat terhadap sudut hamburan (θ) dan
mempunyai nilai maksimal pada θ =180 derajat.
 Peristiwa pelepasan elektron dari logam oleh radiasi disebut efek fotolistrik, diamati
pertama kali oleh Heinrich Hertz (1887). Elektron yang terlepas dari logam
disebut foto-elektron.
 Hamburan Compton adalah suatu efek yang merupakan bagian interaksi sebuah
penyinaran terhadapsuatu materi. Efek Compton adalah salah satu dari tiga proses yang
melemahkan energi suatu sinar ionisasi. Bila suatu sinar jatuh pada permukaan suatu
materi sebagian daripada energinya akan diberikan kepadamateri tersebut, sedangkan
sinar itu sendiri akan disebarkan.
 Foton adalah partikel elementer dalam fenomena elektromagnetik. Sebagai gelombang,
satu foton tunggal tersebar di seluruh ruang dan menunjukkan fenomena gelombang
sepertipembiasan oleh lensa dan interferensi destruktif ketika gelombang terpantulkan
saling memusnahkan satu sama lain.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009.Photoelectric_effect. http://galileo.phys.virginia.edu. Diakses pada 08.14 WIB


tanggal 21 Agustus 2018

Beiser, Arthur.1987. Concepst of Modern Physics. Jakarta: Erlangga

Budiyanto, J. 2009. Fisika : Untuk SMA/MA Kelas XII. Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 298.

Siswanto.2008. Kompetensi Fisika Untuk SMA. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

19

Anda mungkin juga menyukai