Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sampai saat ini masalah gizi masih menjadi masalah yang besar di
Indonesia. Seperti negara-negara berkembang lainnya, masalah gizi cenderung
bertambah berat dengan terjadinya beban ganda karena masalah kekurangan gizi
belum teratasi, pada saat yang sama masalah kelebihan gizi makin meningkat.
Menghadapi beban ganda masalah gizi di negeri ini, dibutuhkan penanganan yang
komprehensif mulai dari tindakan preventif dan promotif hingga kuratif dan
rehabilitatif.1
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan primer, yang melayani pasien dengan berbagai masalah kesehatan
termasuk masalah gizi. Tingginya masalah gizi dan penyakit yang terkait dengan
gizi di masyarakat memerlukan penanganan paripurna, namun dengan
keterbatasan berbagai faktor pendukung, maka penanganan masalah tersebut
belum optimal. Salah satu faktor tersebut adalah petugas kesehatan termasuk
tenaga gizi bekerja belum sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi).
Fenomena ini, akan memberikan implikasi yang besar terhadap keberhasilan
pembangunan kesehatan dan gizi di Indonesia. 1
Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam UU No.36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan perilaku sadar gizi,
peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta ksehatan sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi.1 Gizi merupakan faktor penting karena secara
langsung berpengaruh terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh
karena itu perlu pelayanan gizi yang berkualitas pada individu dan masyarakat.2
Sejak tahun 2003 America Dietetic Association (ADA) menyusun
Standarized Nutrition Care Process (NCP). Kemudian pada tahun 2006, Asosiasi
Dietisian Indonesia (ASDI) mulai mengadopsi NCP-ADA menjadi Proses Asuhan
Gizi Terstandar (PAGT). Proses terstandar ini adalah suatu metode pemecahan
masalah yang sistemasis dalam menangani problem gizi, sehingga dapat
memberikan asuhan gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi. Terstandar
yang dimaksud adalah memberikan asuhan dizi dengan proses terstandar, yaitu
menggunakan struktur dan kerangka yang konsisten sehingga setiap pasien yang
bermasalah gizi akan mendapatkan 4 (empat) langkah proses asuhan gizi, yaitu :
asesmen, diagnosis, intervensi serta monitoring dan evaluasi gizi.1
Asupan zat gizi yang tidak sesuai kebutuhan sangat berkaitan dengan
peningkatan risiko penyakit maupun komplikasinya. Selain itu terdapat
kecenderungan peningkatan kasus yang terkait gizi, baik pada individu maupun
kelompok. Hal ini memerlukan asuhan gizi yang bermutu guna mempertahankan
status gizi optimal dan mempercepat penyembuhan.1
Masalah gizi dan penyakit yang terkait dengan gizi yang sering muncul di
masyarakat seperti masalah pada anak (diare, malGizi, dan lain-lain), masalah ibu
hamil dan menyusui (anemia gizi, Kurang Energi Kronik, dan toksemia kehamilan
yaitu preeklampsia dan eklampsia), penyakit infeksi (diare, tuberkulosis, dan
seterusnya) dan penyakit degeneratif (hipertensi, diabetes mellitus, dan
sebagainya). Melihat kompleksnya masalah yang ada, diperlukan kompetensi
petugas yang handal dan profesional dalam manajemen pelayanan kesehatan dan
gizi di Puskesmas. Pelaksanaan pelayanan klinik yang bermutu di Puskesmas
merupakan salah satu indikator penting dalam kinerja Puskesmas.
Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan
tingkat pertama. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas
diperkuat dengan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang disebut sebagai Puskesmas dan
jejaringnya.2
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam
gedung dan di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat
individual, dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Kegiatan di dalam gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi
yang akan dilakukan di luar gedung. Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung
umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif
dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di Puskesmas, diperlukan
pelayanan yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal
dan mempercepat proses penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang bermutu
dapat diwujudkan apabila tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang
bermutu sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS).
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

2.1. Gambaran Umum UPT Puskesmas Lembasada

UPT Puskesmas Lembasada terletak di Desa Lembasada, Kecamatan Banawa


Selatan Kab. Donggala, dengan wilayah kerja seluas ± 430,7 km² meliputi seluruh
wilayah kec. Banawa selatan. UPT Puskesmas Lembasada berjarak ± 25 km dari
ibu kota Kabupaten Donggala dan ± 15 km dari ibu kota Kecamatan Banawa
Selatan ( Desa Watatu ).
Secara admistarasi Kecamatan Banawa selatan berbatasan dengan :
 Kecamatan Banawa Tengah di sebelah utara
 Kecamatan Penembani dan Kecamatan Marawola Barat ( KAb. Sigi )
disebelah Timur
 Kecamatan Penembani dan Propinsi Sulawesi Barat di sebelah selatan
 Selat Makassar di sebelah Barat Kecamatan Banawa Selatan berada pada
posisi 0º45'53”LS - 119º32'30”BT - 119º46'36” BT. Kecamatan Banawa
Selatan terdiri atas 19 desa dengan jumlah
 penduduk 24627 jiwa berdasarkan data dasar puskesmas.

Tabel 1.
Distribusi Penduduk per Desa di Wilayah Kerja
Puskesmas Lembasada Tahun 2015

No Nama Desa Jumlah Peserta Luas Rumah Tangga


Penduduk Jamkesmas
( Jiwa)
1 Tosale 2208 1507 12,5 560
2 Tongano 1412 1482 12,8 329
3 Bambarimi 887 813 7,9 234
4 Salumpaku 971 736 56,4 269
5 Lumbumamara 1473 880 39,9 284
6 Salungkaenu 1102 675 51,3 307
7 Tanahmea 1505 531 32,6 447
8 Lalombi 1841 1100 22,1 473
9 Watatu 2238 1170 20,5 586
10 Surumana 1511 646 8,7 386
11 Mbuwu 1721 1053 44,9 447
12 Malino 926 1053 72,5 246
13 Lumbutarombo 1331 524 6,4 331
14 Lumbulama 1070 808 19,2 319
15 Ongulara 788 568 22,8 223
16 Lembasada 1161 - 267
17 Sarumbaya 899 - 246
18 Salusumpu 804 - 214
19 Tanampuluh 789 - 1,530 206
JUMLAH 24627 13.543 6840
Ket: Pada Tahun 2013 Desa Tolongano masih bergabung dengan desa Lembasada, Desa
Bambarimi masih bergbung dengan desa sarumbaya, desa lalombi masih ber gabung dengan desa
salusumpu dan desa malino masih bergabung dengan desa tanampuluh peserta jamkesmas.

Bentuk geografis wilayah Kecamatan Banawa Selatan berupa daerah pesisir


pantai, persawahan, perkebunan dan daerah pegunungan hampir semua desa sudah
bisa di lalui dengan alat transportasi kendaraan roda empat kecuali Desa
Lumbulama dan Desa Ongulara. Desa lumbulama dan desa ongulara memiliki
karakteristik geografis yang unik, berupa bukit/pegunungan untuk
menghubungkan langsung antar dusun yang didesa tersebut hanya bisa ditempuh
dengan berjalan kaki. Selain dari dua desa tersebut masih ada 1 dusun lino di desa
Tolongano, akses transportasi yang stabil adalah lewat jalur air menggunakan
perahu bermesin (ketinting). Desa terjauh adalah Desa Ongulara ± 40 km dari
UPT Puskesmas Lembasada.
2.2. Pelayanan Pembinaan Gizi Masyarakat di Puskesmas
Pelayanan Gizi di Puskesmas adalah kegiatan pelayanan gizi mulai dari upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas. Pelayanan gizi di Puskesmas dilakukan di dalam gedung dan di luar
gedung.
Masalah gizi khususnya gizi kurang dan gizi buruk pada balita merupakan
salah satu masalah yang banyak mendapat sorotan di Indonesia. Gizi kurang tidak
hanya meningkatkan angka kesakitan dan kematian melainkan juga menurunkan
produktivitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan
kebodohan dan keterbelakangan sehingga semua negara di dunia sepakat untuk
memerangi masalah pangan dan gizi.
Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh
derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan
makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri dan dikategorikan
berdasarkan standar baku WHO_NCHS dengan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB.
Penimbangan Berat Badan (BB) dan Pengukuran Tinggi Badan (TB)
dilakukan oleh petugas klinik gizi sesuai dengan syarat- syarat penimbangan berat
badan dan pengukuran tinggi badan yang baik dan benar penggunaan timbangan
berat badan dan meteran tinggi badan (mikrotoisme).
Penentuan umur anak ditentukan sesuai tanggal penimbangan BB dan
Pengukuran TB, dikurangi dengan tanggal kelahiran yang diambil dari data identitas
anak pada sekolah masing-masing, dengan ketentuan 1 bulan adalah 30 hari dan 1
tahun adalah 12 bulan.
Balita Gizi Buruk dihitung berdasarkan indikator BB/TB dan hasilnya <-
3SD baku rujukan WHO NCHS. Balita gizi Kurang dihitung berdasarkan indikator
BB/TB dan hasilnya berada diantara -2SD s/d -3SD baku rujukan WHO NCHS.
Balita stuned adalah status gizi balita yang didasarkan pada indeks Pajang badan /
Tinggi badan menurut Umur.
Masalah gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor sosial, ekonomi,
perilaku dan status kesehatan yang saling berinteraksi secara kompleks. Oleh
karena itu penanggulangan masalah pangan dan gizi harus dilakukan secara
menyeluruh dan terpadu dengan pendekatan spesifik wilayah.

2.3. Tujuan Pelacakan Kasus Gizi Buruk/Gizi Kurang


Pembinaan gizi masyarakat di Puskesmas mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status
gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan balita serta usia
produktif.
b. Tujuan Khusus
1) Mewujudkan kemandirian masyarakat dalam upaya peningkatan status
gizi dan pelembagaan keluarga sadar gizi.
2) Meningkatkan status gizi yang diarahkan pada peningkatan kecerdasan,
produktifitas dan prestasi kerja serta penurunan angka penderita kurang
gizi dan gizi lebih
3) Meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan serta mewujudkan perubahan
konsumsi pangan yang makin beragam sesuai dengan Pedoman Gizi
Seimbang.

2.4. Kegiatan Program Gizi


a. Pendataan Sasaran Rill Gizi 2016
1) Melakukan perjalanan ke desa
2) Melakukan koordinasi dengan petugas desa
3) Mencocokkan data sasaran yang ada dengan petugas desa
4) Melaksanakan pendataan setiap rumah tangga yang memiliki bayi/balita
5) Membuat laporan hasil pendataan
6) Melaporkan hasil pendataan kepada pimpinan dan tim mutu puskesmas
7) Berkoordinasi dengan petugas desa dan pemerintah desa terkait hasil
pendataan.
b. Cetak SIP Posyandu
1) Membuat desain baru buku SIP Posyandu
2) Mengajukan permohonan cetak SIP Posyandu ke percetakan
3) Menyetujui kesepakatan percetakan SIP Posyandu dengan pihak
percetakan
c. Sweeping Vit. A
1) Melakukan perjalanan ke desa
2) Melakukan koordinasi dengan petugas desa
3) Mencocokkan data sasaran yang belum dapat vitamin A dengan petugas
desa
4) Melaksanakan kunjungan pada bayi/balita yang belum mendapat Vit. A
5) Melaksanakan pemberian Vit. A
6) Melaporkan hasil kegiatan kepada pimpinan dan tim mutu puskesmas.
7) Mengkoordinasikan hasil kegiatan dengan petugas desa dan pemerintah
desa terkait hasil pendataan
d. Pelacakan Kasus Gizi Buruk
1) Melakukan perjalanan ke desa
2) Melakukan koordinasi dengan petugas desa
3) Melaksanakan kunjungan dan pelacakan pada bayi/balita yang memiliki
masalah dengan tumbuh kembangnya.
4) Melaksanakan pengukuran antropometri
5) Melaporkan hasil pendataan kepada pimpinan dan tim mutu puskesmas
6) Berkoordinasi dengan petugas desa dan pemerintah desa terkait hasil
pendataan.
e. Distribusi Taburia
1) Melakukan perjalanan ke desa
2) Melakukan koordinasi dengan petugas desa terkait sasaran Taburia
3) Mendistribusikan Taburia.
4) Mengevaluasi hasil pemberian taburia.
5) Melaporkan hasil pendataan kepada pimpinan dan tim mutu puskesmas
6) Berkoordinasi dengan petugas desa dan pemerintah desa terkait hasil
pendataan.
f. Distribusi MP-ASI
1) Melakukan perjalanan ke desa
2) Melakukan koordinasi dengan petugas desa terkait sasaran MP-ASI
3) Mendistribusika MP-ASI.
4) Melaporkan hasil pendataan kepada pimpinan dan tim mutu puskesmas
5) Berkoordinasi dengan petugas desa dan pemerintah desa terkait hasil
pendataan.
g. Distribusi Biskuit Bumil KEK
1) Melakukan perjalanan ke desa
2) Melakukan koordinasi dengan petugas desa terkait sasaran Bumil KEK
3) Mendistribusika Bikuit Bumil KEK
4) Melaporkan hasil pendataan kepada pimpinan dan tim mutu puskesmas
5) Berkoordinasi dengan petugas desa dan pemerintah desa terkait hasil
pendataan.
h. Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri
1) Melakukan perjalanan ke sekolah
2) Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan guru sekolah terkait
tujuan, manfaat Tablet Tambah Darah dan sasaran Remaja Putri
3) Mendistribusikan Tablet Tambah Darah pada kelas yang telah ditentukan
4) Melaporkan hasil pendataan kepada pimpinan dan tim mutu puskesmas
5) Berkoordinasi dengan petugas desa dan pemerintah desa terkait hasil
pendataan.
i. Perawatan dan penanganan Balita Gizi Buruk / Gizi Kurang
1) Menentukan kriteria gizi kurang/buruk berdasarkan indicator BB/TB dari
hasil pelacakan, pengobatan di MTBS maupun laporan dari petugas
kesehatan dan warga.
2) Melakukan pembelian bahan mmakanan maupun vitamin sesuai JUKNIS
yang ada.
3) Melakukan distribusi bahan makanan pada bayi/balita yang telah
ditentukan.
4) Bayi/balita gizi kurang/buruk dirawat jalan.
5) Melaporkan hasil pendataan kepada pimpinan dan tim mutu puskesmas
6) Berkoordinasi dengan petugas desa dan pemerintah desa terkait hasil
pendataan.
j. Pemantauan Pemberian Taburia
1) Melakukan perjalanan ke desa
2) Melakukan koordinasi dengan petugas desa.
3) Melakukan pemantauan pada bayi/balita yang dapat Taburia
4) Melaporkan hasil pendataan kepada pimpinan dan tim mutu puskesmas
5) Berkoordinasi dengan petugas desa dan pemerintah desa terkait hasil
pendataan.
k. Pemantauan Pemberian MP-ASI
1) Melakukan perjalanan ke desa
2) Melakukan koordinasi dengan petugas desa.
3) Melakukan pemantauan pada bayi/balita yang dapat MP-ASI
4) Melaporkan hasil pendataan kepada pimpinan dan tim mutu puskesmas
5) Berkoordinasi dengan petugas desa dan pemerintah desa terkait hasil
pendataan.
l. Pemantauan Pemberian Biskuit Bumil KEK
1) Melakukan perjalanan ke desa
2) Melakukan koordinasi dengan petugas desa.
3) Melakukan pemantauan pada Bumil KEK yang dapat Biskuit
4) Melaporkan hasil pendataan kepada pimpinan dan tim mutu puskesmas
5) Berkoordinasi dengan petugas desa dan pemerintah desa terkait hasil
pendataan.
m. Pemantauan Pemberian TTD Remaja Putri
1) Melakukan perjalanan ke sekolah
2) Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan guru sekolah terkait
kepatuhan minum Tablet Tambah Darah Remaja Putri.
3) Melaksanakan pemantauan konsumsii Tablet Tambah Darah bagi remaja
putri pada kelas yang telah ditentukan.
4) Melaporkan hasil pendataan kepada pimpinan dan tim mutu puskesmas
5) Berkoordinasi dengan guru dan kepala sekolah terkait hasil pemantauan
pemberian TTD Remaja Putri.
n. Pemantauan Garam Beryodium
1) Pengambilan sampel di masyarakat setiap RW (Posyandu) sebanyak 10
KK
2) Pengambilan sampel di Sekolah Dasar dilakukan dari kelas IV, V dan VI
sesuai jumlah siswa yang ada
3) Selanjutnya Sampel garam yang sudah diambil dilakukan pemeriksaan
dengan iodine tes sebanyak 3 tetes
4) Apabila garam berubah warna menjadi abu-abu dinyatakan positif
mengandung yodium
5) Apabila garam tidak berubah warna (putih) dinyatakan negatif
mengandung yodium
6) Melaporkan hasil pendataan kepada pimpinan dan tim mutu puskesmas
7) Berkoordinasi dengan petugas desa, pemerintah desa, guru dan kepala
sekolah terkait hasil pendataan.

2.5 SASARAN
Sasaran kegiatan program gizi adalah sebagai berikut :

NO. KEGIATAN SASARAN

1 Pendataan Sasaran Rill Gizi 2016 Ibu Hamil & Bayi Balita
2 Cetak SIP Posyandu 43 Posyandu
Sweeping Vit.A Balita 6 – 59 bulan yang tidak di
3
posyandu
4 Pelacakan Kasus Gizi Buruk Bayi & Balita
Pemberian Tablet Tambah Darah
5 Remaja Putri 12 – 18 tahun
pada Remaja Putri
Perawatan dan penanganan Bayi dan balita gizi buruk/gizi
6
Balita Gizi Buruk / Gizi Kurang kurang (BB/BT <-3 SD)
Distribusi Taburia Balita 6 – 23 Bulan yang dapat
7
Taburia
8 Pemantauan Pemberian Taburia Balita yang dapat Taburia
Pemantauan Pemberian TTD
9 Remaja Putri yang mendapat TTD
Remaja Putri
10 Distribusi MP-ASI Balita 12-24 Bulan
11 Pemantauan MP-ASI Balita 12-24 Bulan
Ibu hamil KEK yang dapat Biskuit
12 Distribusi PMT-Bumil KEK
Bumil (LiLA = <23,5 cm)
Ibu hamil KEK yang mendapat
13 Pemantauan PMT-Bumil KEK
Biskuit
Pemantauan Garam Beryodium di
14 10 Rumah Tangga
Masyarakat

Kegiatan Program Pelacakan Kasus Gizi Buruk/Gizi Kurang


Kegiatan pelacakan kasus gizi buruk ini dilakukan terjadwal setiap bulan
April dan bulan September. Namun, pelacakan ini tidak hanya dilakukan pada
saat itu saja. Pelacakan kasus baru dilakukan ketika pihak terkait seperti kepala
desa, bidan desa, kader ataupun masyarakat di wilayah setempat melaporkan hal
tersebut ke pihak puskesmas.
Kegiatan pelacakan kasus gizi buruk/gizi kurang ini melibatkan lintas sektor
yaitu kader daerah setempat dan kepala desa dengan tujuan dapat sama-sama
turun melakukan kegiatan pelacakan dan memberikan informasi terkait sasaran
yang akan dilakukan pelacakan. Selanjutnya, kerjasama lintas program melibatkan
bidan desa untuk ikutserta dalam kegiatan dan petugas poli anak untuk
mengarahkan balita yang berstatus gizi buruk/kurang untuk di konseling.
Dengan demikian, berdasarkan uraian permasalahan di atas dibuat
perumusan mulai dari masalah yang utama serta masalah lain yang berkaitan
dengan kendala manajemen Gizi di Puskesmas Lembasada yaitu:
1. Sumber daya manusia, serta sarana dan prasarana yang dapat menunjang
program manajemen gizi masih belum memadai.
2. Pengetahuan, perhatian dan kepedulian serta peran masyarakat terhadap
permasalahan gizi masyarakat masih kurang.
BAB III
PEMBAHASAN

Puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggaraan upaya kesehatan


tingkat pertama. Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas di perkuat
dengan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) yang disebut sebagai Puskesmas dan jejaringnya. Sedangkan
untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, didirikan Puskesmas Rawat Inap
salah satunya adalah Puskesmas Lembasada. Namun saat ini sedang dilakukan renovasi
pembangunan sehingga pelayanan Rawat Inap untuk sementara di non-aktifkan.
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung
dan di luar gedung Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat
berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam
gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar
gedung. Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada
kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif. Dalam pelaksanakaan
pelayanan gizi di Puskesmas, diperlukan pelayanan yang bermutu, sehingga dapat
menghasilkan status gizi yang optimal dan mempercepat proses penyembuhan pasien.
Kegiatan pelacakan kasus gizi buruk/gizi kurang dilakukan dengan mempelajari
laporan adanya balita gizi buruk baik dari masyarakat, kader maupun Bidan desa /
Nakes. Setelah dilakukan klarifikasi laporan balita gizi buruk, penyelidikan kasus gizi
buruk sesuai dengan form pelacakan gizi buruk (menimbang BB, mengukur TB)
dilakukan oleh petugas gizi (umur, BB, TB dan status gizi) dengan melihat indeks
BB/U, BB/TB WHO-NCHS. Kemudian dinilai status gizi sasaran. Petugas gizi merujuk
kasus gizi buruk tersebut ke Puskesmas dengan tujuan mendapatkan diagnosis dari
dokter / tenaga medis untuk mengetahui adanya penyakit penyerta. Bila ditemukan
penyakit penyerta, maka diberikan pengobatan sesuai dengan anjuran dokter, dapat
dilakukan rawat jalan maupun rawat inap sesuai dengan jenis penyakit. Selanjutnya
kasus didokumentasikan dan dilakukan pencatatan dan pelaporan kasus gizi buruk ke
Dinas Kesehatan Kabupaten kemudian balita gizi buruk tersebut dapat dirujuk ke Panti
Pemulihan Gizi atau Therapeutic Feeding Centre (TFC) di Donggala untuk dirawat dan
dibuatkan rencana tindak lanjut.
Kasus balita gizi buruk adalah balita dengan tanda klinis gizi buruk dan atau
Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB) dengan nilai Z-score <-3 SD. Sementara balita gizi buruk yang
mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang di rawat inap maupun rawat jalan di
fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat sesuai dengan tatalaksana gizi buruk.
Adapun persentase kinerja penangan kasus balita gizi buruk dapat dinilai baik jika
seluruh balita gizi buruk yang ditemukan mendapat perawatan.

Rumus indikator :
Kasus balita gizi buruk % yang mendapat perawatan
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎 𝑔𝑖𝑧𝑖 𝑏𝑢𝑟𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑤𝑖𝑙. 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎 𝑔𝑖𝑧𝑖 𝑏𝑢𝑟𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑤𝑖𝑙. 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢

Tersedianya Panti Pemulihan Gizi dalam rangka menurunkan kasus gizi buruk
dan gizi kurang di tingkat masyarakat, untuk merawat dan memulihkan kondisi pasien
gizi buruk menjadi normal. Oleh karena itu, diharapkan setiap Puskesmas bila
menemukan balita gizi buruk segera merujuk pasien tersebut ke TFC yang berada di
komples Puskesmas Donggala Kabupaten Donggala. Biaya yang tersedia untuk
menunjang kegiatan TFC tersebut terdiri dari honor pengelola, biaya makan pasien,
biaya makan pendamping pasien dan biaya makan petugas jaga malam.

Setelah perawatan gizi di Panti Pemulihan Gizi, selanjutnya pasien mendapatkan


pemulihan yaitu Pemberian Makanan Tambahan untuk balita kurus. Dalam rangka
penanganan kasus balita kurus yang ditemukan di desa, puskesmas dapat memberikan
PMT lokal dengan menggunakan dana BOK atau dana desa (ADD) dengan alokasi
biaya Rp.15.000/hari/kasus selama 90 hari. Bentuk PMT pemulihan yang diberikan
dapat berupa kudapan yang dibuat dari bahan makanan setempat atau bahan makanan
mentah berupa tepung beras, susu bubuk, gula, minyak, kacang-kacangan, sayuran, telur
dan lauk pauk lainnya. Selain pemberian PMT dilakukan pemantauan dan evaluasi
dengan menimbang dan menghitung kenaikan BB dalam gram/kgBB/minggu.
Rangkaian kegiatan pelacakan kasus gizi buruk ini mengacu pada Buku Pentunjuk
Tekhnis Gizi Tahun 2016.

Adapun rangkaian kegiatan ini telah dilakukan di Puskesmas Lembasada namun


tidak sedikit masyarakat yang menolak untuk dilakukan perawatan di Panti Pemulihan
Gizi meskipun pihak Puskesmas telah berkoordinasi dengan bidan desa, kader posyandu
maupun kepala Desa untuk menghimbau masyarakat tersebut untuk menerima
perawatan untuk perbaikan gizi balitanya. Diantaranya yang menolak merupakan warga
di dusun terpencil yang masih sangat kurang pengetahuan dan kepeduliannya terhadap
gizi buruk.

Adapun penemuan suspek balita gizi buruk/gizi kurang di wilayah Puskesmas


Lembasada telah cukup baik, namun penemuan dan pelacakan kasus gizi buruk tersebut
tidak sepenuhnya berhasil karena ketika status gizi balita tersebut telah ditetapkan gizi
buruk, orangtuanya tetap menolak untuk mendapat perawatan.

Proses ini akan berhasil apabila kompetensi yang mencakup pengetahuan dan
sikap petugas dan keterampilan petugas baik. Tetapi kurangnya sumberdaya manusia
serta kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai gizi buruk masih menjadi
masalah.

CAPAIAN PROGRAM GIZI 2015


NO INDIKATOR TARGET CAPAIAN
1 D/S 85% 97%

2 N/D 80% 74%

3 BGM/D 3% 14,9%
Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat
4 80% 74,1%
Asi Ekslusif
Rumah Tangga mengonsumsi garam
5 100% 100%
beryodium
Remaja putri mendapat Tablet Tambah
6 42% 77%
Darah (TTD)
Balita 6-59 bulan mendapat kapsul
7 85% 97%
Vitamin A
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
 Kegiatan Pelayanan Gizi di Puskesmas harus dilaksanakan secara menyeluruh
mulai dari pelayanan gizi di dalam gedung, sampai di luar gedung. Untuk di
Puskesmas Lembasada, kegiatan sebagian besar sudah dilakukan berdasarkan
pedoman
 Kendala yang dihadapi Puskesmas Lembasada dalam melaksanan kegiatan ini
adalah beberapa kegiatan yang masih kurang maksimal dalam pelaksanaannya,
seperti edukasi dan pendekatan langsung secara kontinyu pada masyarakat dusun
terpencil terkait bahaya gizi buruk.

4.2. Saran
 Kegiatan-kegiatan yang dijelaskan oleh pedoman sudah dilaksanakan dengan
cukup baik, namun perlu ditingkatkan lagi.
 Edukasi dan pendekatan pada masyarakat terutama pada dusun terpencil masih
perlu ditingkatkan agar masyarakat dapat mempercayai penuh masalah
kesehatannya pada petugas kesehatan terkait, sehingga kendala yang
berhubungan dengan ketidaksetujuan pasien/keluarga untuk dirawat dapat
diminimalisir secara bertahap.
 Kegiatan-kegiatan yang belum terlaksana dengan baik sebaiknya perlu
dievaluasi untuk direncanakan kembali. Dengan begitu, diharapkan semua
kegiatan pelayanan gizi di Puskesmas berjalan dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2017. Petunjuk Teknis Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Donggala


: Pemerintah Kabupaten Donggala Dinas Kesehatan.
2. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
3. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Pelayanan Gizi di Puskesmas.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai