Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN INKLUSI

“Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi”

Dosen Pengampu:
Mirnawati, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:
Ahmad Ridani
(1710118210003)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
Pendidikan Inklusif untuk ABK.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin


keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki
kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap
warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam
kemampuan (difabel) seperti yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1.
Namun sayangnya sistem pendidikan di Indonesia belum mengakomodasi
keberagaman, sehingga menyebabkan munculnya segmentasi lembaga pendidikan
yang berdasar pada perbedaan agama, etnis, dan bahkan perbedaan kemampuan
baik fisik maupun mental yang dimiliki oleh siswa. Jelas segmentasi lembaga
pendidikan ini telah menghambat para siswa untuk dapat belajar menghormati
realitas keberagaman dalam masyarakat.

Selama ini anak-anak yang memiliki perbedaan kemampuan (difabel)


disediakan fasilitas pendidikan khusus disesuaikan dengan derajat dan jenis
difabelnya yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Secara tidak disadari
sistem pendidikan SLB telah membangun tembok eksklusifisme bagi anak-anak
yang berkebutuhan khusus. Tembok eksklusifisme tersebut selama ini tidak
disadari telah menghambat proses saling mengenal antara anak-anak difabel
dengan anak-anak non-difabel.

Akibat sistem pendidikan tersebut dalam interaksi sosial di masyarakat


kelompok difabel menjadi komunitas yang teralienasi dari dinamika sosial di
masyarakat. Masyarakat menjadi tidak akrab dengan kehidupan kelompok difabel.
Sementara kelompok difabel sendiri merasa keberadaannya bukan menjadi bagian
yang integral dari kehidupan masyarakat di sekitarnya. Untuk mengatasi masalah
tersebut pendidikan inklusif diharapkan dapat memecahkan salah satu persoalan
dalam penanganan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus selama ini.
Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam pembahasan ini adalah:

1. Apa Filosofi pendidikan inklusif ?


2. Apa Defenisi pendidikan inklusif ?
3. Apa Konsep dasar pendidikan inklusif ?
4. Bagaimana Sejarah pendidikan inklusif ?
5. Bagaimana Perkembangan pendidikan inklusif di dunia ?
6. BagaimanaPerkembangan pendidikan inklusif di Indonesia ?
7. Apa Landasan pendidikan inklusif ?
PEMBAHASAN

1. Filosofi Pendidikan Inklusif

Filosopis pendidikan inklusif mencerminkan paham tentang nilai-nilai


filosofis yang termanifestasi dalam bingkai keberagaman dan kesetaraan
antarsesama. Pada praktiknya, filosopis pendidikan inklusif berupa
memperjuangkan anak-anak berkebutuhan khusus agas mereka mendapatkan
akses yang lebih besar dan mempunyai kesempatan yang sama dalam
mendapatkan pelayanan pendidikan secara optimal. Menurut Vaughn, bos dan
schum (2000), mengemukakan bahwa dalam praktik, pendidikan inklusif
sebaiknya dipakai bergantian dengan istilah mainstreaming yang secara teori
diartikan sebagai penyediaan layanan pendidikan yang layak bagi anak
berkelainan sesuai dengan kebutuhan individunya.
Filosopis pendidikan inklusif sangat terkait dengan kebutuhan dasar
manusia untuk memperoleh pengalaman belajar bersama anak normal umumnya.
Tidak heran bila pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk
menjamin kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu Negara berjewajiban untk
memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa
terkecuali termask mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel)
seperti yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1).

Konsep inklusif adalah sebuah filofi pendidikan yang berkaitan langsung


dengan relasi sosial antar sesama dalam upaya membangun kebersamaan tanpa
memandang latar belakang kehidupan maupun status sosialnya. Mereka yang
percaya proses inklusif meyakini bahwa semua orang adalah bagian yang
berharga dalam kebersamaan masyarakat, apapun berbedaan mereka. Dalam
pendidikan ini bahwa semua anak, terlepas dari kemampuan maou ketidak
mampuan mereka, latar belakang sosial-ekonomi, suku latar belakng budaya atau
bahasa menyatu dalam komunikasi sekolah yang sama.
Sebagai cermin iklusifitas dalam menghargai perbedaan dan keterbatasan,
pendidikan dIndonesia harus mampu menciptakan kesetaran dan keadilan bagi
siapa saja yang dianggap tidak normal atau berkeainan. Maka kehadiran
pendidikan inklusif merupakan perkembangan terkini dari model pendidikan bagi
anak yang memiliki kelainan seperti tunanetra, tunadaksa, tunagrahita, tunarungu,
maupun tunalaras.secara formal kemudian ditegaskan dalam pernyataan salamaca
pada komperesi dunia tentang pendidikan berkelainan bulan juni1994 bahwa
prinsip mendasar dari pendidikan inklusif adalah selama memungkinkan semua
anak siogianya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun
perbedaan yang mungkin ada pada mereka.

Ketika itulah muncul sekolah inklusif yang menampung semua anak


berkebutuhan khusus dipendidikan formal tanpa pengecualian.sekolah in
menyediakan program pendidikan yang layak, menantang tetapi sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan setiap siswa maupun bantuan dan bantuan yang
diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Namun sayang system
pendidikan di Indonesia belum mengakomodasi keberagaman sehingga
menyebabkan munculnya segmentasi lembaga pendidikan yang mendasar pada
perbedaan agama, etnis dan bahkan perbedaan kemampuan, baik fisik maupun
mental yang dimiliki oleh siswa. Sementara itu pendidikan tidak hanya di
tunjukan kepada anak yang memiliki kelengkapan fisik tetapi juga kepada anak
yang memiliki keterbelakangan mental. Mereka dianggap sosok yang tidak
berdaya sehingga perl di bantu dan dikasihani untuk mengatasi permasalahan
tersebut disediakan berbagai bentuk layanan pendidikan atau sekolah bagi mereka.

2. Pengertian Pendidikan Inklusif

Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang terbuka dan ramah terhadap


pembelajaran dengan mengedepankan tindakan menghargai dan merangkul
perbedaan. Untuk itu, pendidikan inklusif dipahami sebagai sebuah pendekatan
yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan
yang dapat menghalangi setiap individu siswa untuk berpartisipasi penuh dalam
pendidikan yang dilengkapi dengan layanan pendukung.

Melalui pendidikan inklusif, anak berkelainan dididik bersama-sama anak


lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya (Freiberg
(Dalam Abdul Salim Choiri, dkk, 2009, 87)). Hal ini dilandasi oleh kenyataan
bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan yang tidak
dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas.

Menurut Permendiknas No. 70 tahun 2009 pendidikan inklusif


didefinisikan sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki
potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta
didik pada umumnya.

Dalam pelaksanaannya, pendidikan inklusif bertujuan untuk memberikan


kesempatan yang seluas-luasnya dan mewujudkan penyelenggaran pendidikan
yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif kepada semua peserta
didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki
potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu sesuai kebutuhan dan kemampuannya.

3. Konsep Dasar Pendidikan Inklusif

Tujuan Pendidikan Inklusif

 Memastikan bahwa semua anak memiliki akses terhadap


pendidikan yang terjangkau, efektif, relevan dan tepat dalam
wilayah tempat tinggalnya
 Memastikan semua pihak untuk menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif agar seluruh anak terlibat dalam proses
pembelajaran.
Jadi, inklusif dalam pendidikan merupakan proses peningkatan
partisipasi siswa dan mengurangi keterpisahannya dari budaya,
kurikulum dan komunitas sekolah setempat.

Prinsip Pendidikan Inklusif

1. Terbuka, adil, tanpa diskriminasi;

2. Peka terhadap setiap perbedaan;

3. Relevan dan akomodatif terhadap cara belajar;

4. Berpusat pada kebutuhan dan keunikan setiap individu peserta


didik;

5. Inovatif dan fleksibel;

6. Kerja sama dan saling mengupayakan bantuan;

7. Kecakapan hidup yang mengefektifkan potensi individu peserta


didik dengan potensi lingkungan;

Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif.

1. Pendidikan yang ramah. Lingkungan pembelajaran yang ramah berarti


ramah terhadap peserta didik dan pendidik, yaitu anak dan guru
belajar bersama sebagai suatu komunitas belajar, menempatkan anak
sebagai pusat pembelajaran, mendorong partisipasi anak dalam
belajar, dan guru memiliki minat untuk memberikan layanan
pendidikan yang terbaik.

2. Mengakomodasi kebutuhan. Mengakomodasi kebutuhan setiap peserta


didik merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan.
Oleh karenanya, diharapkan sekolah penyelenggara harus dapat
mengakomodasi kebutuhan setiap peserta didik dengan cara sebagai
berikut:
 memerhatikan kondisi peserta didik, yaitu kemampuan dan
kebutuhan yang berbeda-beda serta gaya dan tingkat belajar yang
berbeda; o menggunakan kurikulum yang fleksibel;
 menggunakan metodologi pembelajaran bervariasi dan
pengorganisasian kelas yang bisa menyentuh pada semua anak
dan menghargai perbedaan;
 memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar; dan
 melakukan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait.

3. Mengembangkan potensi peserta didik seoptimal mungkin. Sekolah


Inklusif berupaya memberikan pelayanan pendidikan seoptimal
mungkin, agar peserta didik yang memiliki hambatan dapat mengatasi
masalahnya dan dapat mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya

4. Sejarah Pendidikan Inklusif

Sejarah perkembangan pendidikan inklusif di dunia pada mulanya


diprakarsai dan diawali dari negara-negara Scandinavia (Denmark, Norwegia,
Swedia). Di Amerika Serikat pada tahun1960-an oleh Presiden Kennedy
mengirimkan pakar-pakar Pendidikan Luar Biasa ke Scandinavia untuk
mempelajari mainstreaming dan Least restrictive environment, yang ternyata
cocok untuk diterapkan di Amerika Serikat. Selanjutnya di Inggris dalam Ed.Act.
1991 mulai memperkenalkan adanya konsep pendidikan inklusif dengan ditandai
adanya pergeseran model pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dari
segregatif ke integratif.

Tuntutan penyelenggaraan pendidikan inklusif di dunia semakin nyata


terutama sejak diadakannya konvensi dunia tentang hak anak pada tahun 1989 dan
konferensi dunia tentang pendidikan tahun 1991 di Bangkok yang menghasilkan
deklarasi ’education for all’. Implikasi dari statemen ini mengikat bagi semua
anggota konferensi agar semua anak tanpa kecuali (termasuk anak berkebutuhan
khusus) mendapatkan layanana pendidikan secara memadai.
Sebagai tindak lanjut deklarasi Bangkok, pada tahun 1994 diselenggarakan
konvensi pendidikan di Salamanca Spanyol yang mencetuskan perlunya
pendidikan inklusif yang selanjutnya dikenal dengan “the Salamanca statement on
inclusive education”. Sejalan dengan kecenderungan tuntutan perkembangan
dunia tentang pendidikan inklusif, Indonesia pada tahun 2004 menyelenggarakan
konvensi nasional dengan menghasilkan Deklarasi Bandung dengan komitmen
Indonesia menuju pendidikan inklusif.

Untuk memperjuangkan hak-hak anak dengan hambatan belajar, pada


tahun 2005 diadakan simposium internasional di Bukittinggi dengan
menghasilkan Rekomendasi Bukittinggi yang isinya antara lain menekankan
perlunya terus dikembangkan program pendidikan inklusif sebagai salah satu cara
menjamin bahwa semua anak benar-benar memperoleh pendidikan dan
pemeliharaan yang berkualitas dan layak.

Berdasarkan perkembangan sejarah pendidikan inklusif dunia tersebut,


maka Pemerintah Republik Indonesia sejak awal tahun 2000 mengembangkan
program pendidikan inklusif. Program ini merupakan kelanjutan program
pendidikan terpadu yang sesungguhnya pernah diluncurkan di Indonesia pada
tahun 1980-an, tetapi kemudian kurang berkembang, dan baru mulai tahun 2000
dimunculkan kembali dengan mengikuti kecenderungan dunia, menggunakan
konsep pendidikan inklusif.

5. Perkembangan Pendidikan Inklusif di Dunia

Perkembangan SLB

Tahun 1770 : SLB pertama untuk tunarungu di Paris didirikan oleh Charles-
Michel de l’Epee

Tahun 1784 : SLB pertama untuk tunanetra di Paris didirikan oleh Valentin
Hauy

Pertengahan abad ke-19 : SLB untuk tunagrahita di Eropa dan Amerika


dikembangkan oleh Edward Seguin
Tahun 1960-an : SLB telah didirikan di (semua) negara di dunia dengan
model serupa: eksklusif

Perkembangan Pendidikan Inklusif

Tahun Keterangan 1960-an Pendidikan integrasi (terutama bagi


tunanetra) mulai dipraktekkan di beberapa negara 1980-an Istilah “inclusive
education” diperkenalkan dan dipraktekkan di Canada dan berkembang ke AS dan
negara-negara lain 1994 Istilah pendidikan inklusif pertama kali muncul dalam
dokumen kebijakan internasional: The Salamanca Statement, The World
Conference on Special Needs Education

6. Perkembangan Pendidikan Inklusif di Indonesia

Perkembangan SLB

Tahun 1901 : Dr. Westhoff mendirikan Blinden Instituut di Bandung


(sekarang Wyata Guna dan SLB/A Bandung)

Tahun 1927: SLB pertama untuk tunagrahita didirikan di Bandung

Tahun 1930: SLB pertama untuk tunarungu didirikan di Bandung

Tahun 2013 : SLB yang ada di 34 provinsi di Indonesia ialah sebanyak


2.095 sekolah.

Perkembangan Pendidikan Inklusif

Tahun 1960-an: Integrasi siswa tunanetra di sekolah menengah umum


dimulai atas inisiatif individual

Tahun 1978-1986: Proyek Pendidikan Terpadu bagi anak tunanetra dengan


bantuan teknis HKI

Tahun 1999: Pemerintah memperkenalkan gagasan pendidikan inklusif


dengan bantuan teknis dari Universitas Oslo, melalui
seminar dan lokakarya

Tahun 2002: Rintisan sekolah inklusif di beberapa kota


7. Landasan Pendidikan Inklusif

Pendidikan inklusif telah menjadi perhatian masyarakat dunia. Beberapa


pertemuan internasional mendasari pergerakan menuju pendidikan yang
berkualitas bagi semua anak melalui pendidikan inklusif. Landasan hukum dan
landasan konseptual menjadi landasan bagi gerakan menuju pendidikan inklusif di
Indonesia adalah :

- Deklarasi Hak Asasi Manusia (1948)

- Konveksi Hak Anak (1989)

- Konferensi Dunia tentang Pendidikan untuk semua (1990)

- Persamaan Kesempatan bagi orang berkelainan (1993)

- Pernyataan Salamanca tentang Pendidikan Inklusi (1994)

- Komitmen Dasar mengenai Pendidikan untuk semua (2000)

- Deklarasi Bandung (2004)


PENUTUP

Kesimpulan

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami gangguan yang


signifikan baik aspek psikis, sosial, emosional, dan indrawi yang menghambat
proses pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut, sehingga membutuhkan
layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaaan mereka.
Pendidikan Inklusif muncul sebagai suatu layanan pendidika program pemerintah
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dimana penyelenggaraannya
dengan cara memadukan anak-anak yang berkelainan atau berkebutuhan khusus
bersama anak normal lainnya, menggunakan kurikulum yang berlaku di lembaga
yang bersangkutan.

Tujuan pendidikan inklusif yaitu agar semua anak mendapatkan hak


pendidikan dan kedudukan yang sama tak terkecuali bagi mereka yang
berkebutuhan khusus. Sekolah reguler yang berorientasi inklusi ini merupakan
alat untuk memerangi sikap diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah,
mencapai pendidikan bagi semua, sehingga akan memberikan pendidikan yang
efektif kepada mayoritas anak dan meningkatkan efisiensi karena akan
menurunkan biaya bagi seluruh sistem pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Budiman. Anak “Berkebutuhan Khusus”


http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anak_berkebutuhan_khusus.h
tml.

Dewi, setiani. “ Layanan Bimbingan bagi Anak Bekebutuhan Khusus”


http://google.com/index.pdf?tittel=Layanan Bimbingan bagi Anak
Berkebutuhan

Mulyadi, Kiki. “Penerapan Pendidikan Inkulsi Di Indonesia”


http://google.com/inclusive-education-where-there-are-few-resources-
the-atlas- alliance-gobal-support-to-disabled-people/2002.html.

Sugianto, Suparman. “Pendidikan Inklusi terhadap Anak”


http://smanj.sch.id/115-pendidikan-inklusi-pendidikan-terhadap-
anakberkebutuhan-khusus.html.

Takdir, Ilahi Mohammad. 2013. Pendidikan Inklusif. Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia

Anda mungkin juga menyukai