Anda di halaman 1dari 1

Legislatif disuap hubungannya dengan sila ke-2 “kemanusiaan yang adil dan beadab”

dilihat dari 2 perspektif :

1. Bagaimana kebijakan tersebut berperan sebagai produk politik


2. Bagaimana intisari dari sila ke-2 “kemanusiaan yang adil dan beadab”

Pada dasarnya, lembaga legislatif yang membuat kebijakan adalah DPR yang mempunyai tugas
anggaran, pengawasan, dan fungsi legislatif untuk membuat peraturan per-UU. Adapun syarat
kebijakan yang baik salah satunya adalah bebas dari kepentingan politik. Kemudian bagaimana jika
ada campur tangan politik seperti suap, korupsi, dll? Maka itu semua akan mencederai asas
kemaslahatan dan kepentingan bersama.

Dan kita mengetahui bahwa intisari sila ke-2 ;

1. Mengakui dan memperlakukan semua manusia sama (adil)


2. Menjunjung tinggi hak asasi manusia
3. Mengakui persamaan derajat, hak, tanpa membeda-bedakannya
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa, membela kebenaran, dan keadilan

Bagaimana jika legislative disuap/korup kaitannya dengan sila kemanusiaan yang adil dan beadab?
Kita kaitkan dengan prinsip hukum untuk manusia bukan manusia untuk hukum. Maka suatu
kebijakan harus sesuai dengan nilai- nilai kemanusiaan, HAM, keadilan, dan kemaslahatan bersama.

Jika kebijakan tersebut dibumbui oleh korupsi/suap yang meninggikan kepentingan


individu/kelompok tertentu yang berbau politik otomatis hukum untuk manusia tidak akan tercapai
kaena produk hokum harusnya dijadikan pondasi/dasar kemaslahatan masyarakat.

Akibatnya, sila ke 2 pancasila telah dicederai. Bagaimana manusia bisa tertib, terjaga hak dan
keadilannya jika hukum/kebijakan tersebut tidak mampu menjadi aspirasi, penjaga, dan pedoman bagi
masyarakat. Kebijakan yang diambil dari hasil suap tidak akan mampu mempresentasikan keadilan di
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai