Anda di halaman 1dari 102

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam sistem perekonomian, sektor perbankan memiliki potensi dan

peluang yang besar sebagai sumber pembiayaan bagi masyarakat dan sektor

usaha. Perusahaan perbankan sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan

penting yang menjadi fondasi dalam menopang perekonomian di Indonesia dan

kegiatan perekonomian yang berhubungan dengan penyimpanan dan pengelolaan

dana masyarakat. Terlebih lagi dikarenakan oleh kemajuan perekonomian dan

semakin tingginya tingkat kegiatan ekonomi, telah mendorong bank untuk

menciptakan produk dan layanan yang sifatnya memberikan kepuasan dan

kemudahan-kemudahan untuk para nasabahnya, misalnya menyediakan

mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi, serta

memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga dan

penawaran jasa-jasa keuangan lainnya.

Perusahaan perbankan baik bank swasta maupun bank pemerintah

berlomba-lomba menata kinerja untuk menjadi institusi keuangan yang paling

baik. Selain itu, bank–bank juga semakin banyak bermunculan di Indonesia,

sehingga tingkat kompetisi di dunia perbankan juga semakin tajam. Pada tahun

2012, kebijakan di bidang perbankan diarahkan untuk menjaga keseimbangan

antara peningkatan daya saing dan memperkuat ketahanan perbankan. Untuk itu

1
Bank Indonesia menganggap bahwa sudah seharusnya setiap bank menerapkan

prinsip kehati–hatian dan pelaksanaan tata kelola yang baik. Selain itu, dalam

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 12/21/PBI/2010 menyatakan bahwa dalam

rangka mengarahkan kegiatan operasional bank sesuai visi dan misinya, bank

perlu menetapkan sasaran strategis dan seperangkat nilai–nilai perusahaan.

Perusahaan perbankan di Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 75,02%

masih memegang peranan terbesar dalam sistem keuangan, meskipun berada

dalam perekonomian yang masih sering mengalami pasang surut (Bank Indonesia:

Kajian Stabilitas Keuangan, 2012:3). Sejak terjadi krisis moneter tahun 1997,

sektor perbankan mulai mengalami gejola krisis kepercayaan dari masyarakat

terhadap lembaga perbankan nasional. Terdapat 16 bank umum swasta nasional

yang dilikuidasi dan sekaligus dicabut izin usahanya oleh pemerintah serta 45

bank lainnya yang bermasalah. Pada tahun 1999, sebanyak 38 bank ditutup, tahun

2004 Bank Dagang Bali dan Bank Aspac dilikuidasi, tahun 2005 Bank Global

ditutup, tahun 2008 kasus Bank Century dan penutupan Bank Indover, dan pada

tahun 2009 terjadi pencabutan ijin usaha Bank IFI oleh pemerintah. Sedangkan

kasus yang marak terjadi adalah tindak pidana di bidang perbankan atau sering

disebut dengan tipibank. Siahaan (2008:212) menyatakan, tipibank tidak terbatas

hanya kepada yang diatur oleh Undang-Undang Perbankan, namun mencangkup

pula perbuatan-perbuatan yang dirumuskan dalam perbuatan pidana yang

menganggu sektor ekonomi secara luar yang juga meliputi kejahatan pasar modal

(capital market crime), kejahatan computer (computer crime), baik dengan timbul

akibat kerugian pada perusahaan swasta, maupun pemerintah dan BUMN, fiskal

2
dan Bea Cukai (custom crime). Kasus tipibank misalnya seperti pembobolan uang

nasabah, penggelapan dana, kecurangan investasi atau deposito, dan lain

sebagainya.

Selain itu, perlambatan ekonomi juga telah mempengaruhi kinerja sektor

perbankan. Terjadi krisis global di kawasan Eropa dan melemahnya

perekonomian Amerika Serikat berdampak pada perekonomian di Indonesia

khususnya sub sektor perbankan. Menurunnya daya beli masyarakat dan

meningkatnya risiko bisnis membuat ruang penyaluran kredit perbankan terus

menyempit. Sangat sulit bagi bank jika bergantung pada pendapatan bunga, sebab

margin semakin menipis dan berdampak pada laba perusahaan. Berdasarkan data

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), laba tahun berjalan bank umum hingga April 2015

tercatat mengalami penurunan sebesar 0,66% menjadi Rp 36,58 triliun dari Rp

37,9 triliun pada April 2014. Sejumlah bank besar berkontribusi terhadap

penurunan tersebut, salah satunya PT. Bank Negara Indonesia Tbk (BNI)

pertumbuhan labanya secara tahun ke tahun tercatat minus 50,8%. Laba BNI turun

dari Rp 4,94 triliun pada Juni 2014 menjadi Rp 2,43 triliun pada Juni 2015. Selain

BNI ada dua bank lainnya yang juga sudah secara terbuka menyampaikan

kinerjanya. Mereka pun ikut merasakan dampak dari perlambatan ekonomi

terhadap performa keuangannya tahun 2015. Penurunan pertumbuhan laba yang

dialami BNI juga dialami oleh PT. Bank Danamon Tbk (Bank Danamon), laba

Bank Danamon pada Semester I tahun 2015 pertumbuhannya menurun sebesar

16% jika dibandingkan semester I tahun 2014 dari Rp 1,49 triliun menjadi Rp

1,25 triliun.

3
Kepercayaan masyarakat terhadap perbankan sesungguhnya sangat

dipengaruhi oleh pencapaian dunia perbankan itu sendiri dan bagaimana upaya

perbankan mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi pada lingkungannya baik

nasional maupun global. Perubahan–perubahan tersebut seperti perubahan

menyangkut masalah teknologi informasi, kebijakan atau regulasi pemerintah,

otoritas moneter, serta tuntutan konsumen yang semakin variatif. Bagi sebuah

bank, tidaklah cukup hanya dengan memberikan jasa–jasa keuangan saja, tetapi

yang terpenting adalah bagaimana cara untuk meningkatkan mutu dari pemberian

jasa–jasa tersebut. Bank harus beroperasi secara sehat, sehingga kepentingan

semua pihak terjaga dan kelangsungan hidup bank terjamin. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa nilai perusahaan (value of the firm) telah menjadi aspek

fundamental dalam penilaian dan pengambilan keputusan, sehingga diperlukan

kajian yang lebih pasti mengenai nilai perusahaan.

Nilai perusahaan tidak hanya mencerminkan bagaimana nilai intrinsik

pada saat ini tetapi juga mencerminkan prospek dan harapan akan kemampuan

perusahaan tersebut dalam meningkatkan nilai kekayaannya dimasa depan.

Globalisasi telah menciptakan lingkungan bisnis yang menyebabkan perlunya

peninjauan kembali sistem manajemen yang digunakan oleh perusahaan untuk

dapat survive dan prospectable, sehingga perusahaan dituntut untuk dapat

meningkatkan niai perusahaan. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi nilai

perusahaan salah satunya yaitu struktur modal, ukuran perusahaan dan kinerja

keuangan.

4
Struktur modal perusahaan merupakan salah satu faktor fundamental

dalam operasi perusahaan. Struktur modal suatu perusahaan ditentukan oleh

kebijakan pembelanjaan (financing policy) dari manajer keuangan yang senantiasa

dihadapkan pada pertimbangan baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang

mencangkup tiga unsur penting yaitu keharusan untuk membayar balas jasa atas

penggunaaan modal kepada pihak yang meyediakan dana tersebut, atau sifat

keharusan untuk pembayaran biaya modal, sampai seberapa jauh kewenangan dan

campur tangan pihak penyedia dana itu dalam mengelola perusahaan dan resiko

yang dihadapi perusahaan (Hermanto dalam Rizal, 2002). Literatur–literatur

manajemen keuangan cenderung menghubungkan optimalisasi struktur modal

dengan nilai perusahaan yang ditunjukkan oleh peningkatan harga saham. Teori

struktur modal menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan dalam menentukan target

struktur modal optimal bertujuan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan.

Ukuran perusahaan (firm size) dianggap mampu mempengaruhi nilai

perusahaan karena semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin mudah

perusahaan tersebut memperoleh sumber pendanaan baik yang bersifat internal

maupun eksternal, yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh pihak manajemen

untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan.

Kinerja keuangan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi nilai

perusahaan karena perusahaan yang baik memiliki kinerja yang baik juga.

Beberapa rasio yang termasuk ke dalam kinerja keuangan salah satunya yaitu

profitabilitas. Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam

menghasilkan laba, aset dan modal saham tertentu. Profitabilitas penting dalam

5
usaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang,

karena profitabilitas menunjukkan apakah perusahaan tersebut mempunyai

prospek yang baik dimasa yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha

akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi

tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan

tersebut akan lebih terjamin.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dimana menunjukkan hasil yang

berbeda–beda mengenai pengaruh struktur modal, ukuran perusahaan, dan kinerja

keuangan terhadap nilai perusahaan yaitu penelitian yang di lakukan oleh Putu

Yunita Saputri Dewi, dkk (2014), menyatakan bahwa secara simultan struktur

modal, pertumbuhan perusahaan, dan profitabilitas masing–masing berpengaruh

positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang di lakukan oleh

Regina Rumondor, dkk (2015) menyatakan bahwa struktur modal berpengaruh

positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan ukuran perusahaan

dan risiko perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankan yang listing di Bursa

Efek Indonesia. Perusahaan perbankan cukup menarik untuk diteliti karena saat

ini kegiatan masyarakat tidak terlepas dari jasa perbankan. Selain itu, perusahaan

perbankan merupakan salah satu lembaga yang memegang peranan penting dalam

kegiatan perekonomian suatu Negara. Bahkan perbankan merupakan perusahaan

yang mempunyai kontribusi cukup besar terhadap pendapatan Negara, karena

memiliki fungsi intermediasi atau sebagai perantara antara pemilik modal dengan

6
pengguna data. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang mempengaruhi

nilai perusahaan yaitu struktur modal, ukuran perusahaan, dan kinerja keuangan.

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan perbankan dengan judul: “Pengaruh Struktur Modal, Ukuran

Perusahaan dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi

Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia

periode 2012-2015)”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

penulis merumuskan beberapa masalah yang menjadi pokok permasalahan pada

penelitian ini sebagai berikut:

1) Apakah struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012–

2015?

2) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012–

2015?

3) Apakah kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada

perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012–

2015?

7
1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang ada, maka hasil penelitian ini

diharapkan dapat mencapai tujuan sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan

pada perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode

2012-2015.

2) Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan

pada perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode

2012–2015.

3) Untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan

pada perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode

2012–2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1) Manfaat Teoritis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan refrensi dan nilai

tambah khususnya dalam menganalisis pengaruh struktur modal, ukuran

perusahaan dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan.

2) Manfaat Praktis

a) Bagi Penulis

Untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana pada

Fakultas Ekonomi Universitas Hindu Indonesia.

8
b) Bagi Pihak Luar

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan refrensi untuk pembuatan

karya ilmiah berikutnya dan menambah wawasan kepada pihak yang

membaca.

c) Bagi Fakultas dan Universitas

Hasil penelitian ini nantinya akan disumbangkan kepada perpustakaan

untuk dijadikan refrensi kepada mahasiswa lainnya yang memerlukan.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan secara garis besar mengenai isi susunan penelitian ini,

maka berikut dikemukakan sistematika penulisan dan uraian singkat mengenai isi

dari masing–masing bab sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penelitian.

Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Dalam bab ini menguraikan tentang landasan teori yang berhubungan

dengan pemecahan masalah yang menjadi acuan dalam penelitian ini,

diantaranya struktur modal, ukuran perusahaan, kinerja keuangan, dan

nilai perusahaan. Pada bagian akhir bab ini akan dimuat hasil–hasil

penelitian terdahulu serta hipotesis penelitian.

9
Bab III Metode Penelitian

Dalam bab ini menguraikan tentang desain penelitian, lokasi dan ruang

lingkup penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel dan

pengukurannya, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode

penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam bab ini menguraikan tentang pembahasan permasalahan yang

diteliti dan analisis hasil penelitian melalui gambaran umum perusahaan

sampel yang meliputi sejarah singkat pasar modal di Indonesia, sejarah

perusahaan perbankan di pasar modal. Analisis hasil penelitian yang

terdiri dari 2 yaitu analisis deskriptif dan uji hipotesis. Analisis deskriptif

meliputi hasil uji statistik, hasil uji asumsi klasik yang terdiri dari uji

normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji

autokorelasi. Uji hipotesis yang meliputi hasil uji R2 (koefisien

determinasi), hasil uji statistik F dan hasil uji signifikansi parsial (uji t).

Pada akhir bab ini akan dimuat pembahasan dan hasil penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan bab terakhir yang meliputi kesimpulan dari seluruh

hasil pembahasan, keterbatasan dan saran.

10
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai nilai pasar karena nilai

perusahaan dapat memberikan kemakmuran bagi pemegang saham secara

maksimun apabila harga saham perusahaan meningkat. Berbagai kebijakan

diambil oleh manajemen dalam upaya untuk meningkatkan nilai perusahaan

melalui peningkatan kemakmuran pemilik dan para pemegang saham yang

tercermin pada harga saham (Bringham & Houston, 2006). Nilai perusahaan juga

merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang

terkait erat dengan harga sahamnya. Harga saham yang tinggi membuat nilai

perusahaan juga menjadi tinggi, dan meningkatkan kepercayaan pasar tidak hanya

terhadap kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa

mendatang (Sujoko dan Soebiantoro, 2007).

Menurut (Husnan, 2004) nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia

dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Sedangkan

menurut (Keown, 2004) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat

berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Jadi, nilai perusahaan

merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang

sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi akan membuat

11
pasar percaya tidak hanya kinerja perusahaan saat ini namun juga prospek

perusahaan di masa depan. Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm

adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm)

(Salvatore, 2005). Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi

suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga

memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama

perusahaan.

Nilai perusahaan dapat diukur dengan rasio yang disebut rasio penilaian

Menurut (Weston dan Copeland, 2008) rasio penilaian terdiri dari PER, PBV, dan

rasio Tobin’s Q. Dari pengukuran nilai perusahaan tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1) Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio adalah perbandingan antara harga saham dengan

earning per share dalam saham. Price Earning Ratio merupakan fungsi

dari perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan

datang. Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan

perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Faktor–faktor yang mempengaruhi price earning ratio yaitu tingkat

pertumbuhan laba, dividend payout ratio, dan tingkat keuntungan yang

disyaratkan oleh pemodal.

2) Price to Book Value (PBV)

Price to Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar

menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini

12
berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. PBV juga

menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai

perusahaan yang relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan.

3) Rasio Tobin’s Q

Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi

pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar

investasi incremental.

Konsep nilai suatu perusahaan tidak hanya bergantung pada kemampuan

menghasilkan arus kas, tetapi juga bergantung pada karakteristik operasional dan

keuangan dari perusahaan yang diambil alih. Beberapa variabel kuantitatif yang

sering digunakan untuk memperkirakan nilai perusahaan yaitu:

1) Nilai Buku

Nilai buku per lembar saham (BVS) digunakan untuk mengukur nilai

shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung

dengan cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham

yang beredar.

2) Nilai Appraisal

Nilai Appraisal suatu perusahaan dapat diperoleh dari perusahaan

appraisal independent. Teknik yang digunakan oleh perusahaan appraisal

sangat beragam, bagaimanapun nilai ini sering dihubungkan dengan biaya

penempatan. Metode analisis ini sering tidak mencukupi dengan

sendirinya karena nilai aktiva individual mempunyai hubungan yang kecil

dengan kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam kegunaan

13
menghasilkan earnings. Nilai appraisal juga akan berguna dalam situasi

tertentu seperti dalam perusahaan keuangan, perusahaan sumber daya

alam, atau bagi suatu organisasi yang beroperasi dalam keadaan rugi.

3) Nilai Pasar

Nilai pasar saham sebagaimana dinyatakan dalam pasar modal adalah

pendekatan lain untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis.

Pendekatan nilai pasar adalah salah satu yang paling sering dipergunakan

dalam menilai perusahaan besar.

4) Nilai Arus Kas

Pendekatan arus kas untuk penilaian dimaksudkan agar dapat

mengestimasi arus kas bersih yang tersedia untuk perusahaan yang

menawarkan sebagai hasil merger dan akuisisi. Nilai sekarang dari arus

kas ini kemudian akan ditentukan dan akan menjadi jumlah maksimum

yang harus dibayar oleh perusahaan yang ditargetkan. Pembayaran awal

kemudian dapat dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari

merger. Terdapat tiga jenis penilaian yang berhubungan dengan saham,

yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik

(intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan

emitmen. Nilai pasar merupakan pembukuan nilai saham dipasar saham

dan nilai intristik merupakan nilai sebenarnya dari saham.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa untuk mengetahui nilai

perusahaan dapat dihitung dengan rasio Price to Book Value (PBV), Price

Earning Ratio (PER), dan rasio Tobins’Q. Dalam penelitian ini diukur dengan

14
Price to Book Value (PBV) untuk mengukur nilai perusahaan, karena rasio PBV

menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai

perusahaan yang relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Perusahaan

yang memiliki rasio PBV yang meningkat dari tahun ke tahun berarti perusahaan

tersebut berhasil menciptakan dan meningkatkan nilai perusahaan. Semakin tinggi

rasio PBV dapat diartikan semakin tinggi suatu perusahaan dinilai oleh para

investor dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan.

2.1.2 Struktur Modal

Salah satu isi paling penting yang dihadapi oleh para manajer keuangan

hubungan antara sruktur modal dan nilai perusahaan, hutang jangka panjang,

saham preferen dan saham biasa (Wira Pratama dan Putu Wirawati, 2016).

Menurut Sudana (2015:164) struktur modal yang berkaitan dengan pembelanjaan

jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan utang jangka

panjang dengan modal sendiri. Menurut Sartono (2001:125), yang dimaksud

dengan struktur modal perbandingan jumlah utang jangka pendek yang bersifat

permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Sementara itu

struktur modal menurut Riyanto (2010:22) adalah pembelanjaan permanen yang

dicerminkan melalui perimbangan antara modal sendiri dengan hutang jangka

panjang. Jadi, dapat disimpulkan struktur modal merupakan komposisi antara

modal sendiri dengan hutang jangka panjang dalam pembiayaan permanen (Inggi

Rovita Dewi, 2014). Struktur keuangan adalah pertimbangan antara utang dengan

modal sendiri. Dengan kata lain struktur modal merupakan bagian dari struktur

15
keuangan. Menurut Brigham dan Houston (2001) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi struktur modal secara umum yaitu:

1) Stabilitas Penjualan

Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman

memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang

lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak

stabil.

2) Struktur Aktiva

Perusahaan yang struktur aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit

cenderung lebih banyak menggunakan utang.

3) Leverage Operasi

Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih

mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena memiliki risiko

bisnis yang lebih kecil.

4) Tingkat Pertumbuhan

Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan

modal ekternal, namun pada saat yang sama perusahaan yang memiliki

pertumbuhan yang pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih

besar, yang cenderung mengurangi keinginannya untuk menggunakan

hutang.

Struktur permodalan suatu bank adalah cara yang ditempuh bank tersebut

dalam membiayai aset dan kegiatan bisnisnya. Cara pembiayaannya itu biasanya

merupakan kombinasi dari sumber-sumber pembiayaan yang berupa saham,

16
penerbitan surat utang, obligasi, dan beragam jenis pinjaman lainnya. Struktur

juga merupakan kombinasi dari hutang jangka panjang dan modal yang

dipertahankan oleh perusahaan dimana struktur modal tersebut dapat

mempengaruhi nilai perusahaan melalui tingkat pengembangan dan risiko yang

dimilikinya (Gitman, 2003). Modal (pembelanjaan dari luar perusahaan)

dikelompokkan dalam dua jenis yaitu ekuitas dan hutang. Variabel-variabel yang

termasuk ke dalam struktur modal yaitu:

1) Debt to Asset Ratio (DAR)

Debt to Asset Ratio (DAR) adalah rasio yang digunakan untuk

menunjukkan seberapa besar perusahaan memakai hutang dalam

pembiayaan jumlah aktiva atau asetnya (Rovita Dewi, 2014)

2) Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholder’s equity

yang dimiliki perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan

kemampuan modal sendiri perusahaan dalam memenuhi seluruh

kewajibannya. Rasio ini menunjukkan komposisi total hutang (jangka

pendek maupun jangka panjang) semakin besar dibandingkan dengan total

modal sendiri.

Terdapat tiga teori yang mendasari manfaat penggunaan hutang dalam

perusahaan yaitu:

17
1) Teori sinyal (Signaling Theory) yang menyatakan bahwa saat manajemen

melakukan hutang merupakan sinyal kepada investor bahwa perusahaan

sedang melakukan investasi yang beresiko rendah.

2) Teori keagenan (Agency Theory) yang menyatakan bahwa penggunaan hutang

merupakan alat kontrol untuk mendisiplinkan manajemen dalam membayar

hutang dan bunganya dengan tepat waktu. Teori tersebut hanya menjelaskan

manfaat hutang terhadap perusahaan, tidak menjelaskan seberapa besar hutang

agar dapat mencapai nilai perusahaan yang optimal.

3) Teori trade-off. Struktur modal yang optimal ditentukan oleh trade-off yang

paling menguntungkan antara manfaat dan pengorbanan, dimana manfaat yang

didapatkan oleh perusahaan lebih besar dibandingkan kerugian penggunaan

sumber pendanaan hutang. Menurut trade-off theory penggunaan hutang akan

meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada titik tertentu. Setelah titik

tersebut, penggunaan hutang justru akan menurunkan nilai

perusahaan.Walaupun model trade-off theory tidak dapat menentukan secara

tepat struktur modal yang optimal, namun model tersebut memberikan

kontribusi penting yaitu perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi,

sebaiknya menggunakan sedikit hutang dan perusahaan yang membayar pajak

tinggi sebaiknya banyak menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang

membayar pajak rendah.

Dalam penelitian ini struktur modal di ukur dengan Debt to Equity Ratio

(DER). DER adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage

(penggunaan hutang) terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki

18
perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan modal

sendiri perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Rasio ini

menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek maupun jangka panjang)

semakin besar dibandingkan dengan total modal sendiri. Teori struktur modal

menjelaskan bahwa kebijakan pendanaan suatu perusahaan dalam menentukan

struktur modalnya adalah dengan tujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan,

sama seperti yang dinyatakan oleh (Bhayani 2009) dalam septika 2013, “the

optimum debt level represents the debt level that maximizes firm value” bahwa

tingkat hutang yang optimal dan tepat diharapkan mampu untuk memaksimalkan

nilai perusahaan.

2.1.3 Ukuran Perusahaan

Secara umum ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya

perusahaan. Besar kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha yang

dijalankan. Penentuan skala besar kecilnya perusahaan dapat ditentukan

berdasarkan total penjualan, total aset, rata–rata tingkat penjualan (Seftianne,

2011). Ukuran perusahaan dilihat dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan

yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Jika perusahaan

memiliki total aset yang besar, pihak manajemen lebih leluasa dalam

mempergunakan aset yang ada diperusahaan tersebut. Jika dilihat dari sisi

manajemen, kemudahan yang dimilikinya dalam mengendalikan perusahaan akan

meningkatkan nilai perusahaan (Suharli, 2006). Menurut (Angga Pratama, 2016)

ukuran perusahaan adalah salah satu variabel yang dipertimbangkan dalam

19
menentukan nilai suatu perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan cerminan total

dari aset yang dimiliki suatu perusahaan. Perusahaan sendiri dikategorikan

menjadi dua jenis, yaitu perusahaan berskala kecil dan perusahaan berskala besar.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan adalah perbandingan

besar kecilnya suatu perusahaan dan salah satu variabel yang dipertimbangkan

dalam menentukan nilai suatu perusahaan. Ukuran perusahaan mempunyai

pengaruh yang berbeda terhadap nilai perusahaan suatu perusahaan. Dalam hal

ukuran perusahaan dilihat dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat

dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki total

aset yang besar, pihak manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang

ada diperusahaan tersebut. Kebebasan yang dimiliki manajemen ini sebanding

dengan kekhawatiran yang dilakukan oleh pemilik atas asetnya. Jumlah aset yang

akan menurunkan nilai perusahaan jika dinilai dari sisi pemilik perusahaan. Akan

tetapi jika dilihat dari sisi manajemen kemudahan yang dimilikinya dalam

mengendalikan perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang

besar akan lebih diminati dari pada perusahaan yang kecil.

Perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai perusahaan besar atau kecil

didasari oleh indikator yang mempengaruhinya. Adapun indikator dalam ukuran

perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total aset, rata–rata

tingkat penjualan (Seftianne, 2011). Dalam penelitian ini salah satu indikator yang

dipilih untuk digunakan adalah total aset. Perusahaan yang memiliki total aset

lebih besar, maka pihak manajemen akan lebih leluasa dalam mempergunakan

20
aset yang ada di perusahaan tersebut. Kebebasan itu tentunya dimanfaatkan untuk

dapat mencapai tujuan perusahaan, meningkatkan kegiatan operasional

perusahaan, dan tentu saja untuk meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Dalam

penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan log of total assets. Log of total

assets ini digunakan untuk mengurangi perbedaan signifikan antara ukuran

perusahaan yang besar dengan ukuran perusahaan yang terlalu kecil, maka nilai

total aset dibentuk menjadi logaritma natural.

2.1.4 Kinerja Keuangan

Untuk memutuskan dan menilai suatu perusahaan memiliki kualitas yang

baik terdapat dua acuan yang paling dominan yang dapat dilakukan. Penilaian ini

dapat dilakukan dengan melihat sisi kinerja keuangan. Menurut (Fahmi, 2011)

kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana

suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan–aturan

pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Menurut (Sawir, 2005) kinerja

keuangan adalah kondisi yang mencerminkan keadaan keuangan suatu perusahaan

berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan. Jadi, dapat

disimpulkan kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar

penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan

analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak yang berkepentingan sangat

memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan untuk dapat

melihat kondisi perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Dan

tujuan penilaian kinerja keuangan yaitu:

21
1) Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat

ditagih.

2) Untuk mengetahui tingkat profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk mendapatkan laba selama periode tertentu.

3) Untuk mengetahui stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk

melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan

mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar cicilan

secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami hambatan.

(Munawir, 2002).

Kinerja keuangan dapat dicerminkan melalui analisis rasio–rasio keuangan

suatu perusahaan. Perhitungan rasio–rasio keuangan yang sering digunakan untuk

mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan yaitu:

1) Profitabilitas

Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja keuangan manajemen dalam

mengelola perusahaan. Ukuran profitabilitas perusahaan dapat diukur dengan

laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi atau aktiva, dan

tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Menurut (Greuning, 2005) profitabilitas

merupakan suatu indikasi atas bagaimana margin laba suatu perusahaan

berhubungan dengan penjualan, modal rata–rata dan ekuitas saham biasa rata-

rata. Menurut (Robert, 1997) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas atau

rasio rentabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan. Rasio profitabilitas terdiri dari:

22
1) Gross Profit Margin (GPM)

Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat pengembalian keuntungan

kotor terhadap penjualan bersihnya. Gross profit adalah net sales dikurangi

dengan harga pokok penjualan sedangkan net sales adalah total penjualan

bersih selama satu tahun. Nilai GPM berada diantara 0 dan 1. Nilai GPM

semakin mendekati satu, maka berarti semakin efisien biaya yang

dikeluarkan untuk penjualan dan semakin besar juga tingkat pengembalian

keuntungan.

2) Net Profit Margin (NPM)

Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih

terhadap penjualan bersihnya. Nilai NPM ini juga berada diantara 0 dan 1.

Nilai NPM semakin besar mendekati satu, maka berarti semakin efisien

biaya yang dikeluarkan dan juga berarti semakin besar tingkat kembalian

keuntungan bersih.

3) Return On Assets (ROA)

ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam

menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas

yang ada. ROA juga disebut Return on Investment (ROI).

4) Return on Equity (ROE)

ROE merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas pemilik perusahaan.

Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih perusahaan. Return on Equity

atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh

23
laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. ROE secara eksplisit

memperhitungkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan return

bagi pemegang saham biasa setelah memperhitungkan bunga (biaya

hutang) dan biaya saham preferen.

2) Likuiditas

Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan jangka pendek

perusahaan untuk membayar kewajibannya yang jatuh tempo. Kewajiban

atau hutang jangka pendek dapat dipenuhi atau ditutup dari aktiva yang

juga berputar dalam jangka pendek (Rahardjo, 2005). Konsep operasi ini

didasarkan klasifikasi aset dan kewajiban dalam bentuk kategori lancar

dan tidak lancar.

3) Analisis Aktivitas

Rasio aktivitas merupakan indikator untuk mengukur efektivitas

perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dikelolanya. Semua

rasio aktivitas melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan

investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio–rasio aktivitas menganggap

bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan

berbagai unsur aktiva yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap serta aktiva

lain (Sawir dalam Seputra, 2002).

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa untuk menilai kinerja

keuangan yaitu dengan melihat pengaruh dari profitabilitas, likuditas, dan analisis

aktivitas. Dalam penelitian ini diukur dengan rasio profitabilitas yang diwakili

oleh Return on assets (ROA). Rasio ini digunakan karena memiliki keunggulan

24
yaitu pengukuran yang komperhensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan

keuangan, dan ROA merupakan penghubung yang dapat diterapkan pada setiap

unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.

Ang (1997) menyatakan bahwa return on asset diukur dari laba bersih setelah

pajak (net income after tax) terhadap total aset. Hal ini mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam penggunaan aset-aset perusahaan yang digunakan

untuk kegiatan operasi perusahaan dalam rangka menghasilkan profitabilitas

perusahaan. ROA merupakan ukuran efektifitas perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk kegiatan

operasi. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik,

karena tingkat pengembalian investasi (return) semakin besar, dengan kinerja

keuangan yang semakin baik maka akan meningkatkan nilai perusahaan.

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu

Ayu Sri Mahatma Dewi dan Ary Wirajaya (2013), dengan judul “Pengaruh

Struktur Modal, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan pada Nilai Perusahaan di

Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011”. Tujuan jangka panjang dalam

penelitian ini yaitu untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham.

Memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat ditempuh dengan

memaksimumkan nilai sekarang dan mengetahui pengaruh sruktur modal,

profitabilitas dan ukuran perusahaan pada nilai perusahaan di BEI periode 2009-

2011. Metode penentuan sampel dengan metode purposive sampling, dengan

beberapa kriteria yang telah ditentukan maka jumlah sampel sebanyak 71

25
perusahaan manufaktur dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah analisis regresi linier berganda. Adapun hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh negatif signifikan pada nilai

perusahaan, profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan pada nilai perusahaan

dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada nilai perusahaan.

Farenza Medha, dengan judul” Analisis pengaruh Capital Structure

Terhadap Performa Keuangan dan Nilai Perusahaan yang listing di BEI (Studi

pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI)”. Dalam penelitian ini

bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh capital structure terhadap

performa keuangan dan nilai perusahaan pada perusahaan yang masuk kedalam

saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Sampel dalam penelitian ini

dengan metode purposive sampling dan 25 perusahaan yang menjadi sampel

dalam penelitian dan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis Manova.

Dan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa capital structure yang diukur

dengan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif signifikan terhadap

kinerja keuangan yang diukur dengan Return on Asset (ROA) dan nilai

perusahaan yang diukur dengan Price to Book Value (PBV)

Fernandes Moniaga (2013), dengan judul “Struktur Modal, Profitailitas

dan Struktur Biaya terhadap Nilai Perusahaan Industri Keramik, Porcelen dan

Kaca periode 2007-2011”. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

apakah struktur modal, profitabilitas dan struktur biaya berpengaruh terhadap nilai

perusahaan pada industri Keramik, Porselen, dan Kaca di Bursa Efek Indonesia.

Sampel yang digunakan adalah industri keramik, porselen dan kaca di BEI

26
periode 2007-2011 dan telah menerbitkan laporan keuangan selama periode

pengamatan dan melalui metode purposive sampling diperoleh 6 perusahaan.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan

menggunakan program SPSS. Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu

nilai perusahaan, sedangkan variabel independennya adalah struktur modal,

profitabilitas, dan struktur biaya. Dan hasil penelitian ini yaitu pada variabel

struktur modal, profitabilitas dan struktur biaya secara simultan tidak memiliki

hubungan linier dengan variabel nilai perusahaan, variabel struktur modal

berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan, variabel profitabilitas

berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel nilai perusahaan dan variabel

struktur biaya berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel nilai perusahaan.

I Gusti Bagus Angga Pratama dan I gusti Bagus Wiksuana (2016), dengan

judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Nilai Perusahaan

dengan Profitabilitas sebagai Variabel Mediasi”. Penelitian ini yaitu untuk

mengetahui signifikansi pengaruh ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas

terhadap nilai perusahaan serta untuk mengetahui signifikansi pengaruh ukuran

perusahaan dan leverage terhadap profitabilitas. Metode pengumpulan data yang

digunakan adalah metode observasi non partisipan dengan teknik analisis jalur

(path analysis). Dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan,

leverage, dan profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai

perusahaan. Ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh positif signifikan

terhadap profitabilitas. Namun profitabilitas tidak mampu memediasi pengaruh

27
ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan serta profitabilitas tidak mampu

memediasi pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan.

Meiriska Febrianti, dengan judul “Faktor–Faktor yang Mempengaruhi

Nilai Perusahaan pada Industri Pertambangan di Bursa Efek Indonesia”. Dalam

penelitian ini menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan,

namun penelitian ini hanya mengkhususkan pada faktor kebijakan pendanaan

perusahaan merupakan faktor utama yang akan mempengaruhi nilai perusahaan

dan untuk memberikan bukti empiris bahwa ada pengaruh faktor-faktor dalam

keputusan pendanaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

purposive sampling dengan populasi yang digunakan yaitu perusahaan

pertambangan yang telah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Dan hasil dari

penelitian ini yaitu hasil hipotesis menunjukkan bahwa hanya terdapat tiga

variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan yaitu

pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan Debt to Equity Ratio (DER),

sedangkan variabel Struktur Aktiva, Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan, dan hasil

penelitian menunjukkan semua variabel memberikan pengaruh yang positif

terhadap nilai perusahaan.

Nur Hidayah (2015), dengan judul “Pengaruh Struktur Modal, Ukuran

Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Nilai

Perusahaan pada Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di BEI. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis pengaruh positif dan signifikan Struktur modal

(DER), Ukuran Perusahaan (Size), pertumbuhan perusahaan (Growth), dan

28
profitabilitas (ROE) secara parsial terhadap nilai perusahaan (PBV). Populasi

dalam penelitian ini menggunakan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2009-2013 dengan sampel perusahaan sebanyak 6

perusahaan asuransi dimana metode sampel yang digunakan purposive sampling.

Metode analisis data yag digunakan adalah analisis regresi linear berganda dan uji

hipotesis menggunakan uji t_statistik, F-statistik dan Koefisien Determinasi. Dan

dalam penelitian ini dapat disimpulkan hasil uji t menunjukkan bahwa variabel

struktur modal, ukuran perusahaan, dan pertumbuhan perusahaan secara parsial

tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan profitabilitas

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil uji F

diketahui bahwa variabel struktur modal, ukuran perusahaan, pertumbuhan

perusahaan, dan profitabilitas secara bersama–sama berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan. Hasil analisis koefisien determinasi diperoleh Adjusted

R square (R2) sebesar 0.316, hal ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan dapat

dijelaskan oleh variabel struktur modal, ukuran perusahaan, pertumbuhan

perusahaan dan profitabilitas adalah sebesar 31,6%, sedangkan sisanya dijelaskan

68,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel yang diteliti.

Putu Yunita Saputri Dewi,dkk (2014), dengan judul “Pengaruh Struktur

Modal, Pertumbuhan Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan

pada Perusahaan LQ 45 di BEI Periode 2008-2012”. Dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui secara parsial maupun simultan pengaruh dari

struktur modal, pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas terhadap nilai

perusahaan. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel pada perusahaan

29
yang masuk ke dalam LQ 45 sebanyak 35 perusahaan pada periode 2008, 34

perusahaan pada periode 2009, 40 perusahaan pada periode 2012. Metode analisis

data yang digunakan yaitu analisis regresi berganda dan pengujian data dilakukan

dengan dibantu oleh program SPSS 19. Dan adapun hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa secara parsial struktur modal, pertumbuhan perusahaan dan

profitabilitas masing–masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan LQ 45 di BEI. Secara simultan hasil penelitian ini

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesa merupakan jawaban sementara dari permasalahan penelitian dan

masih harus dibuktikan secara empiris yaitu sebagai berikut:

1) Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan.

Dalam struktur modal diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER). DER

digunakan dalam penelitian ini untuk mewakili konsep struktur modal dan sebagai

ukuran peranan hutang yang dimana menurut Trade-off theory menjelaskan bahwa

jika posisi struktur modal berada dibawah titik optimal maka setiap penambahan

hutang akan meningkatkan nilai perusahaan dan sebaliknya jika posisi struktur

modal berada dititik optimal maka setiap penambahan hutang akan menurunkan

nilai perusahaan. Oleh karena itu, dengan asumsi titik target struktur modal belum

tercapai, maka berdasarkan Trade-off theory memprediksi adanya hubungan yang

positif terhadap nilai perusahaan (Hasnawati dalam Novita Santi Puspita, 2005).

DER adalah perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan total

30
ekuitas perusahaan. Struktur modal juga merupakan kombinasi dari hutang jangka

panjang dan modal yang dipertahankan oleh perusahaan dimana struktur modal

tersebut dapat mempengaruhi nilai perusahaan melalui tingkat pengembangan dan

risiko yang dimilikinya, Gitman (2003). Berdasarkan hasil penelitian terdahulu

yaitu Ta’dir Eko Prasetia, dkk (2014) dalam penelitiannya menyatakan struktur

modal berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Putu Yunita

Saputri Dewi, dkk (2014) dalam penelitiannya menyatakan struktur modal

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh

struktur modal terhadap nilai perusahaan, maka hipotesis yang dapat diajukan

sebagai berikut:

H1 : Struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

2) Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi

perusahaan. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih

banyak dari pada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan dilihat dari total aset yang

dimiliki oleh perusahaan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi

perusahaan. Jika perusahaan memiliki total aset yang besar, pihak manajemen

lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang ada diperusahaan tersebut. Ukuran

perusahaan dianggap mampu mempengaruhi nilai perusahaan, ukuran perusahaan

dapat terlihat dari total aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Ukuran

perusahaan yang besar mencerminkan bahwa perusahaan tersebut sedang

31
mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang baik sehingga meningkatkan

nilai dari suatu perusahaan. Nilai perusahaan yang meningkat dapat ditandai

dengan total aktiva perusahaan yang mengalami kenaikan dan lebih besar

dibandingkan dengan jumlah hutang perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian

terdahulu yaitu Meiriska Febrianti (2012) dalam penelitiannya menyatakan ukuran

perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan I Gusti

Bagus Angga Pratama dan I Gusti Bagus Wiksuana (2016) dalam penelitiannya

menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai

perusahaan.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh

ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan, maka hipotesis yang dapat diajukan

sebagai berikut:

H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai Perusahaan

3) Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan

Baik buruknya kinerja perusahaan dapat dilihat dari kinerja perusahaan

dengan menganalisa rasio keuangan yang salah satunya dengan Return On Asset

(ROA). ROA merupakan salah satu rasio yang mengukur rasio profitabilitas yang

selalu menjadi fokus utama para pengguna laporan keuangan ketika ingin melihat

kinerja dari suatu perusahaan. ROA merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang

dimilikinya. Pada dasarnya alasan utama perusahaan beroperasi yaitu untuk

menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham. Sehingga jika

32
semakin tinggi rasio yang mengukur besarnya laba perusahaan, maka hal tersebut

mengindikasikan bahwa semakin efektif perusahaan dalam mendayagunakan

asetnya dalam memperoleh laba sehingga dapat menciptakan nilai perusahaan

yang tinggi dan memaksimalkan kekayaan para pemegang saham. Semakin besar

ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat

pengembalian investasi (return) semakin besar. Berdasarkan hasil penelitian

terdahulu yaitu MarsalAsaala, dkk dalam penelitiannya menyatakan bahwa ROA

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Sri

Hermuningsih (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ROA berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh

kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan, maka hipotesis yang dapat diajukan

sebagai berikut:

H3 : ROA berpengaruh positif terhadap nilai Perusahaan.

33
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Pemikiran

Dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh struktur modal, ukuran

perusahaan dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan maka rasio yang

digunakan pada variabel independen yaitu struktur modal rmerupakan kombinasi

dari hutang jangka panjang dan modal yang dipertahankan oleh perusahaan

dimana struktur modal tersebut dapat mempengaruhi nilai perusahaan melalui

tingkat pengembangan dan risiko yang dimilikinya (Gitman, 2003). Modal

(pembelanjaan dari luar perusahaan) dikelompokkan dalam dua jenis yaitu ekuitas

dan hutang. Oleh karena itu, struktur modal diukur dengan debt to equity ratio

(DER). DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage

(penggunaan hutang) terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki

perusahaan.

Ukuran perusahaan dapat diukur dari total aset yang dimiliki oleh

perusahaan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Ukuran

perusahaan dianggap mampu mempengaruhi nilai perusahaan karena semakin

besar ukuran atau skala perusahaan maka akan semakin mudah pula perusahaan

memperoleh sumber pendanaan baik yang bersifat internal maupun eksternal.

Ukuran perusahaan merupakan hal yang penting dalam proses pelaporan

keuangan, ukuran perusahaan dalam penelitian dapat dilihat dengan menghitung

34
seberapa besar aset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Aset yang dimiliki ini

menggambarkan hak dan kewajiban serta permodalan perusahaan.

Peningkatan pada nilai perusahaan juga dipengaruhi oleh sistem kinerja

keuangan perusahaan. Baik atau buruknya nilai perusahaan tergantung pada

kinerja keuangan perusahaan itu sendiri. Bila kinerja keuangan perusahaan

semakin membaik maka akan diikutsertakan oleh nilai perusahaan. Kinerja

keuangan yang lebih mengkhususkan pada rasio profitabilitasnya dapat diukur

dengan return on assets (ROA)

Untuk variabel dependen rasio yang digunakan yaitu nilai perusahaan.

Nilai perusahaan juga merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan

perusahaan yang terkait erat dengan harga sahamnya. Harga saham yang tinggi

membuat nilai perusahaan juga menjadi tinggi, dan meningkatkan kepercayaan

pasar tidak hanya terhadap kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek

perusahaan di masa mendatang (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Nilai perusahaan

dapat diukur dengan Price to Book Value (PBV). Berdasarkan telaah pustaka dan

hasil penelitian terdahulu, maka model analisis dapat digambarkan pada gambar

3.1 berikut:

35
Gambar 3.1
Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan dan Kinerja Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan
(Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Listing di Bursa Efek
Indonesia periode 2012-2015)

(
Struktur Modal (X1)

Nilai perusahaan (Y)


Ukuran Perusahaan (X2)

Kinerja Keuangan(X3)

Sumber: Penulis, 2016

3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan

mengakses data melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan

situs–situs terkait lainnya serta dengan mempelajari literatur-literatur yang

berkaitan dengan permasalahan peneliti.

3.3 Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang listing di

Bursa Efek Indonesia periode 2012 sampai dengan 2015.

36
3.4 Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel bertujuan untuk memberikan gambaran dan acuan

dalam penelitian. Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan,

maka variabel–variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai

berikut:

1) Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Dalam penelitian ini digunakan yaitu nilai perusahaan dengan rasio

pengukuran Price to Book Value (PBV)

2) Variabel Independen (X)

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang termasuk variabel

independen yaitu struktur modal diukur dengan Debt to Equty Ratio

(DER), ukuran perusahaan yang dapat diukur dari total aset yang dimiliki

perusahaan, dan kinerja keuangan dapat diukur dengan Return on Assets

(ROA)

3.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah petunjuk lengkap tentang apa yang

harus diamati dan mengukur suatu variabel atau konsep untuk menguji

kesempurnaan definisi operasional variabel yaitu:

37
1) Nilai Perusahaan (Y)

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang

sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat

nilai perusahaan juga menjadi tinggi, dan meningkatkan kepercayaan pasar

tidak hanya terhadap kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek

perusahaan di masa mendatang (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Nilai

perusahaan variabel dependen diukur dengan Price to Book Value (PBV).

Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini yaitu:


𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
PBV = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝑃𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚…………………………………............(1)

2) Struktur Modal (X1)

Dalam struktur modal diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER). DER

digunakan dalan penelitian ini untuk mewakili konsep struktur modal dan

sebagai ukuran peranan hutang yang dimana diharapkan memberikan

tanda positif sesuai trade-off theory yang menyatakan bahwa penambahan

hutang akan menaikkan nilai perusahaan. DER adalah perbandingan total

hutang yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitas perusahaan pada

perusahaan perbankan di BEI periode 2012-2015. Satuan pengukuran DER

adalah
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
DER =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠……………………………………………………......(2)

3) Ukuran Perusahaan (X2)

Ukuran perusahaan adalah suatu perbandingan besar kecilnya suatu

perusahaan dan salah satu variabel yang dipertimbangkan dalam

menentukan nilai suatu perusahaan. Ukuran perusahaan diukur dengan

38
total aset karena digunakan untuk menganalisis apakah total aset

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

a. Total Aset

Aset adalah sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis atau

usaha. Sumber daya dapat berbentuk fisik ataupun hak yang

mempunyai nilai ekonomis (Warren, 2008). Dalam penelitian ini

total aset merupakan salah satu proksi yang digunakan untuk

mengukur ukuran perusahaan, karena nilai total aktiva yang terlalu

besar dibandingkan dengan variabel lainnya, maka variabel total

aset ditransformasikan menjadi bentuk logaritma natural

(Adikara, 2011). Rumus yang digunakan untuk mengukur ukuran

perusahaan dengan menggunakan total aset yaitu:

Size = Ln (total aset)………………………………………….....(3)

4) Kinerja Keuangan (X3)

Kinerja keuangan adalah prestasi kerja dibidang keuangan yang telah

dicapai perusahaan dalam laporan keuangan perusahaan. Dalam penelitian

ini diukur dengan rasio profitabilitas yang diwakili oleh Return on assets

(ROA). Ang (1997) menyatakan bahwa return on asset diukur dari laba

bersih setelah pajak (net income after tax) terhadap total aset. Hal ini

mencerminkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan aset-aset

perusahaan yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan dalam

rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan. ROA merupakan ukuran

efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan

39
memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk kegiatan operasi.

Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik,

karena tingkat pengembalian investasi (return) semakin besar. Satuan

pengukuran Return on Assets (ROA) yaitu;

Laba Bersih Setelah Pajak


ROA = ………………………………………........(4)
Total Aset

3.6 Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini jenis data menggunakan data sekunder yang bersifat

kuantitatif. Data sekunder umumnya berasal dari bukti, catatan, atau laporan

historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) baik yang

dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui dan membuktikan pengaruh struktur modal, ukuran perusahaan dan

kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dan data sekunder diperoleh dari situs

resmi Bursa Efek Indonesia periode 2012–2015 yang memiliki laporan keuangan

yang lengkap. Selain itu data dan informasi lainnya di peroleh dari artikel, jurnal

ilmiah, dan internet.

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu perusahaan perbankan yang listing di

Bursa Efek Indonesia 2012-2015. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak

16 perusahaan. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan Purposive Sampling Method yaitu metode pengumpulan anggota

40
sampel didasari dengan pertimbangan dan kriteria tertentu. Kriteria yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1) Perusahaan perbankan yang listing (terdaftar) di Bursa Efek Indonesia

periode 2012-2015

2) Perusahaan perbankan yang secara konsisten mempublikasikan annual

report selama periode tahun pengamatan dari periode 2012–2015 dan

laporan keuangan yang berakhir 31 Desember.

3) Perusahaan perbankan yang menggunakan mata uang rupiah dalam laporan

keuangan perusahaan selama periode pengamatan dari periode 2012-2015.

Tabel 3.1
Kriteria Pengambilan Sampel

Kriteria Jumlah

Perusahaan Perbankan yang listing (terdaftar) di Bursa Efek


Indonesia periode 2012-2015 52

Perusahaan yang laporan keuangannya tidak lengkap atau tidak


ada selama periode2012-2015 (30)

Perusahaan yang laporan keuangannya mengalami rugi selama


periode 2012-2015 (6)

Perusahaan yang dapat menjadi sampel 16

Jumlah pengamatan selama periode 2012-2015 64

Sumber: Data diolah, 2016 (www.idx.co.id)

41
3.8 Metode Pengumpulan Data

Dalan penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan yaitu:

1) Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan, mencatat, dan

mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan

perbankan yang listing yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia.

2) Penelitian Pustaka

Dimana pengumpulan data teoritis dari berbagai buku literatur, artikel,

jurnal ilmiah dan pustaka lainnya yang dapat mendukung sebagai bahan

penelitian dan juga sebagai landasan untuk menganalisa permasalahan.

3.9 Teknik Analisis Data

Setelah mendapatkan data–data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,

peneliti akan melakukan serangkaian tahap untuk menghitung dan mengolah data–

data tersebut, agar dapat mendukung hipotesis yang telah diajukan. Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa

data dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya

tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiyono,

2013:206). Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mean,

standar deviasi, nilai maksimum, nilai minimum dengan menggunakan program

SPSS untuk mengolah data tersebut.

42
1) Mean yaitu rata–rata dari nilai data penelitian

2) Standar deviasi yaitu besarnya varians atau perbedaan nilai antara nilai data

minimal dan maksimal

3) Nilai maksimum yaitu nilai tertinggi dari data penelitian.

4) Nilai minimum yaitu terendah data penelitian.

3.9.2 Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji

kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini

juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa di dalam model regresi yang

digunakan tidak terdapat multikolinieritas dan heteroskedastisitas serta untuk

memastikan bahwa data yang dihasilkan berdistribusi normal. (Ghozali, 2016)

mengungkapkan bahwa uji asumsi klasik meliputi:

3.9.2.1 Uji Normalitas

Ghozali (2016) menjelaskan bahwa uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Umumnya regresi dengan residual yang berdistribusi normal diperoleh dari

variabel bebas dan variabel terikat. Pada Uji Normalitas dilakukan dengan

menggunakan uji statistik Kolgomorov-Smirnov yang biasa disebut dengan K-S

yang tersedia dalam program SPSS. Untuk mengetahuinya hasilnya, dengan

analisa:

43
1) Jika nilai probabilitas > taraf signifikansi yang ditetapkan (α=0,05), maka

model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika nilai probabilitas < taraf signifikansi yang ditetapkan (α=0,05), maka

model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.9.2.2 Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2016) uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji

apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau

independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model

regresi dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF).

Nilai cut off atau batasan yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

mutikolineritas adalah nilai Tolerence < 0,10 atau nilai VIF > 10, dengan dasar

pengambilan keputusan sebagai berikut:

1) Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka tidak terjadi masalah

multikolinearitas, artinya model regresi tersebut baik.

2) Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka terjadi masalah

multikolinearitas, artinya model regresi tersebut tidak baik.

3.9.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2006) menjelaskan bahwa uji heteroskedastisitas bertujuan untuk

menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual

satu pengamatan kepengamatan lainnya. Jika variabel dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika

44
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu untuk menguji

ada tidaknya heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah melakukan uji Glejser.

Metode ini dilakukan dengan meregresi nilai absolut residual dengan variabel

bebas. Jika nilai Sig.>0,05 maka dikatakan model bebas dari heteroskedastisitas.

3.9.2.4 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan

pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi

yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

3.9.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis ini digunakan untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel

bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat, yang bertujuan untuk membuktikan

ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih

variabel bebas. Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis data

adalah regresi linear berganda menggunakan program SPSS. Persamaan regresi

linear berganda ditunjukkan sebagai berikut:

Y = a + β1X1 + β2X2 +β3X3 + e………………………………………….(5)

45
Dimana:

Y = Nilai Perusahaan

a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)

X1 = Struktur Modal

X2 = Ukuran Perusahaan

X3 = Kinerja Keuangan

β1, β2, β3 = Koefisien persamaan regresi

e = Standar Eror

Dari model regresi linear berganda tersebut, untuk membuktikan hipotesis

maka dilakukan pengujian sebagai berikut:

1) Uji Ketepatan Model

a. Uji R2 (Uji Determinasi)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh

kemampuan model dalam menerapkan variasi variabel independen (X).

Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Bila R2 mendekati

1 (100%), maka hasil perhitungan menunjukkan bahwa makin baik atau

makin tepat garis regresi yang diperoleh. Sebaliknya jika nilai R2

mendekati 0 maka menunjukkan semakin tidak tepatnya garis regresi

untuk mengukur data observasi (Ghozali, 2016).

b. Uji F (Uji Simultan)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel

indenpenden variabel bebas, yaitu struktur modal, ukuran perusahaan, dan

kinerja keuangan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap

46
variabel dependen atau variabel terikat yakni nilai perusahaan (Ghozali,

2016). Untuk menguji kebenaran regresi secara keseluruhan, nilai F

dihitung dengan tingkat 0,05 (5%)

2) Pengujian Hipotesis

a) Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji parsial dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel-

variabel independen atau variabel bebas, yaitu struktur modal, ukuran

perusahaan dan kinerja keuangan secara individual terhadap variabel

dependen atau variabel terikat, yaitu nilai perusahaan pada perusahaan

perbankan. Tahap-tahap pengujiannya adalah:

1) Merumuskan hipotesis

2) Menentukan tingkat signifikansi yaitu 0,05 atau 5%

3) Menentukan keputusan dengan membandingkan thitung dengan ttabel

dengan kriteria sebagai berikut: Jika thitung>ttabel, maka Ho ditolak dan

jika thitung< ttabel, maka Ho diterima.

47
BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan Sampel

4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal di Indonesia

Secara singkat, tonggak perkembangan Bursa Efek Indonesia dapat dilihat

sebagai berikut:

1) Pada 14 Desember 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di

Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda

2) Pada tahun 1914–1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia

3) Pada tahun 1925–1942 Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama

dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

4) Pada awal tahun 1939 Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di

Semarang dan Surabaya ditutup.

5) Pada tahun 1942–1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama

Perang Dunia II

6) Pada tahun 1956 Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek

semakin tidak aktif.

7) Pada tahun 1956–1977 Perdagangan di Bursa Efek vakum.

8) Pada tanggal 10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh

Presiden Soeharto. Bursa Efek Jakarta dijalankan dibawah BAPEPAM

48
(Badan Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan kembali pasar modal ini juga

ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong sebagai emitmen pertama.

9) Pada tahun 1977–1987 Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah

emitmen hingga tahun 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih

instrumen perbankan dibandingkan instrument pasar modal.

10) Pada tahun 1987 ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987

(PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk

melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di

Indonesia.

11) Pada tahun 1988–1990 Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar

Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat

meningkat.

12) Pada tanggal 2 Juni 1988 Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi

dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE),

sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

13) Pada Bulan Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88

(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan go public dan

beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

14) Pada tanggal 16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi

dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT. Bursa Efek

Surabaya.

15) Pada tanggal 13 Juli 1992 Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi

Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

49
16) Pada tanggal 22 Mei 1995 Sistem Otomatis perdagangan di BEJ

dilaksanakan dengan system computer JATS (Jakarta Automated Trading

Systems)

17) Pada tanggal 10 November 1995 Pemerintah mengeluarkan Undang–

Undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal. Undang–undang ini

diberlakukan mulai Januari 1996.

18) Pada tahun 1995 Bursa Pararel Indonesia merger dengan Bursa Efek

Surabaya.

19) Pada tahun 2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (Scripless trading)

mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

20) Pada tahun 2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak

jauh (remote trading)

21) Pada tahun 2007 Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa

Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)

22) Pada tanggal 02 Maret 2009 Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan

Baru PT. Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG.

4.1.2 Sejarah Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia membagi kelompok industri-industri perusahaan

berdasarkan sektor-sektor yang dikelolanya terdiri dari sektor pertanian, sektor

pertambangan, sektor industri dasar kimia, sektor aneka industri, sektor industri

barang konsumsi, sektor properti, sektor infrastruktur, sektor keuangan, dan sektor

perdagangan jasa investasi.

50
Sektor keuangan adalah salah satu kelompok perusahaan yang ikut

berperan aktif dalam pasar modal karena sektor keuangan merupakan penunjang

sektor riil dalam perekonomian Indonesia. Sektor keuangan di Bursa Efek

Indonesia terbagi menjadi lima sub sektor yang terdiri dari perbankan, lembaga

pembiayaan, perusahaan efek, perusahaan asuransi dan lain- lain. Sub sektor

perbankan merupakan perusahaan yang saat ini banyak diminati oleh para investor

karena imbal hasil atau return atas saham yang akan diperoleh menjanjikan. Bank

dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan

giro, tabungan, dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk

meminjam uang (kredit) bagi masyarakat perusahaan yang membutuhkan dana.

Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan

yang listing di Bursa Efek Indonesia. Bank merupakan perusahaan yang bergerak

dibidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang

keuangan, perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi

ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi itu

sendiri dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan asas

yang digunakan dalam perbankan, maka tujuan perbankan Indonesia adalah

menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan

pemerataan pembangunan dan hasilnya adalah pertumbuhan ekonomi, dan

stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan UU

No.10 Tahun 1998 fungsi bank di Indonesia adalah tempat menghimpun dana dari

masyarakat, dan sebagai penyalur dana atau pemberi kredit, bank memberikan

kredit bagi masyarakat yang membutuhkan terutama untuk usaha-usaha produktif,

51
maka dari itu penting untuk melihat perkembangan kinerja perusahaan perbankan

yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012 sampai 2015 sebagai berikut:

Tabel 4.1
Pertumbuhan Emiten, Aset, Laba dan Modal Perusahaan yang Listing di
Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015
(Dalam Miliar Rupiah)

Jumlah
Tahun Emiten Jumlah Aset Jumlah Laba Jumlah Modal
2012 32 3.289.815 76.747 392.176
2013 36 3.699.391 86.816 452.695
2014 40 4.374.058 101.151 582.447
2015 42 4.809.158 121.473 629.870
Sumber: Data diolah, 2016(www.idx.co.id)

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan pada tahun 2012 jumlah emiten 32

perusahaan dengan jumlah aset 3.289.815 miliar, jumlah laba 76.747 miliar, dan

jumlah modal 392.176 miliar. Pada tahun 2013 jumlah emiten 36 perusahaan

dengan jumlah aset 3.699.391 miliar, jumlah laba 86.816 miliar, dan jumlah

modal 452.695 miliar. Pada tahun 2014 jumlah emiten 40 perusahaan dengan

jumlah aset 4.374.058 miliar, jumlah laba 101.151 miliar, dan jumlah jumlah

modal 582.447 miliar. Pada tahun 2015 jumlah emiten 42 perusahaan dengan

jumlah aset 4.809.158 miliar, jumlah aset 121.473 miliar, dan jumlah modal

629.870 miliar. Sehingga perkembangan kinerja perusahaan sektor perbankan

mengalami peningkatan yang cukup baik yaitu pada jumlah aset, jumlah laba,

52
jumlah modal yang dilaporkan oleh perusahaan perbankan meningkat seiring

dengan meningkatnya jumlah emitennya.

Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan

perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2012–2015 dengan

jumlah sampel sebanyak 16 perusahaan perbankan. Adapun 16 perusahaan

perbankan tersebut yaitu:

1) PT. Bank Capital Indonesia Tbk

PT. Bank Capital Indonesia Tbk didirikan pada tanggal 20 April 1989

dengan nama PT. Bank Credit Lyonnais Indonesia. Pada tanggal 1 September

2004, nama bank diubah dari PT. Credit Lyonnais Indonesia menjadi PT. Bank

Capital Indonesia.

Seiring dengan perkembangan yang berkelanjutan, Bank Capital berhasil

meraih sejumlah penghargaan dari berbagai pihak, antara lain mendapatkan

predikat “Banking Efficiency Award 2007”, lima besar kategori “Bank Campuran

Terefisien” dari harian bisnis Indonesia, mendapatkan predikat “sangat bagus”

atas kinerja keuangan tahun 2012 oleh majalah infobank dalam ajang “infobank

award 2013”, mendapat predikat “sangat bagus” atas kinerja keuangan tahun 2014

dari majalah infobank, dan mendapatkan sertifikasi manajemen mutu ISO

9001:2008 dari PT SGS Indonesia.

2) PT. Bank Central Asia Tbk

PT. Bank Central Asia Tbk (Bank) didirikan di Negara Republik Indonesia

dengan Akta Notaris Raden Mas Soeprapto tanggal 10 Agustus 1955 No.38

dengan nama “N.V. Perseroan Dagang dan Industrie Semarang Knitting Factory”.

53
Nama bank telah diubah beberapa kali, terakhir berdasarkan Akta Wargio

Suhardjo, S.H., pengganti Notaris Ridwan Suselo, tanggal 21 Mei 1974 No. 144,

nama Bank diubah menjadi PT. Bank Cetral Asia.

PT. Bank Central Asia Tbk (BCA) berhasil meraih penghargaan dalam

ajang bergengsi Asia Money 25th Poll of Polls Roundtable & Awards 2014 untuk

kategori Best Domestic FX Bank in Indonesia dan Best Local Cash Management

Bank in Indonesia. Dengan diraihnya penghargaan ini menjadi salah satu bukti

keberhasilan Bank BCA dalam memupuk dan memelihara kepercayaan

konsumen. Selain itu, penghargaan ini akan memacu Bank BCA untuk selalu

meningkatkan kinerja, sehingga bisa memberikan pelayanan terbaik kepada

nasabah. Prestasi ini sangat membutuhkan kerjasama dan komitmen yang kuat

dari seluruh stakeholder, peran salah satu stakeholder juga menjadi pertimbangan

penting.

3) PT. Bank Bukopin Tbk

PT. Bank Bukopin Tbk yang berdiri sejak tanggal 10 Juli 1970

menfokuskan diri pada segmen UMKMK. Selama lebih dari empat dasawarsa,

Bank Bukopin tumbuh dan berkembang menjadi salah satu Bank swasta nasional

menengah atas di Indonesia dengan jumlah aset sebesar Rp. 65,69 triliun pada

akhir tahun 2012, meningkat dari Rp. 57,18 triliun pada tahun sebelumnya. Selain

segmen UMKMK, yang sejak tahun 2008 telah dipilah menjadi segmen Mikro

dan segmen Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi (UKMK), Bank Bukopin juga

melayani segmen Konsumer dan segmen Komersial.

54
Keempat segmen bisnis tersebut, ditambah dengan bisnis Perbankan

Internasional dan Treasury, merupakan enam pilar usaha Bank Bukopin. Selain

itu, Bank Bukopin memiliki dua perusahaan anak yaitu PT. Bank Syariah

Bukopin dan PT. Bukopin Finance, dengan hasil usaha yang dikonsolidasikan

kedalam laporan keuangan Bank Bukopin. PT. Bukopin Finance dahulu bernama

PT. Indo Trans Buana Multi Finance didirikan pada tanggal 11 Maret 1983,

merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembiayaan sewa guna usaha dan

multi finance. Sedangkan Bank Syariah Bukopin dahulu bernama PT. Bank

Persyarikatan Indonesia (BPI), didirikan pada tanggal 11 September 1990.

Segmen Mikro dan Segmen UKMK merupakan dua segmen bisnis di

mana Bank Bukopin menyalurkan sebagian besar kreditnya. Bank Bukopin juga

memiliki kerja sama dengan koperasi simpan yang menyalurkan kredit ke segmen

usaha mikro, melalui jaringan simpan pinjam Swamitra. Jaringan simpan pinjam

Swamitra, yang melibatkan peran serta masyarakat pengusaha mikro di sentral

ekonomi pedesaan dan pasar tradisional sejak tahun 1998, terus berkembang

menjadi 625 Gerai Swamitra pada akhir tahun 2012.

4) PT. Bank Negara Indonesia Tbk

PT. Bank Negara Indonesia Tbk berdiri sejak tahun 1946, BNI yang

dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang

dimiliki pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat

pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia yaitu ORI atau

Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946,

hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut

55
diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang

jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai hari Bank Nasional.

Bank Negara Indonesia merupakan bank BUMN (Badan Usaha Milik

Negara) pertama yang menjadi perusahaan publik setelah mencatatkan sahamnya

di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1996. Untuk

memperkuat struktur keuangan dan daya sainya di tengah industri perbankan

nasional, BNI melakukan sejumlah aksi korporasi, antara lain proses rekapitulasi

oleh Pemerintah di tahun 1999, divestasi saham Pemerintah di tahun 2007, dan

peawaran umum saham terbatas di tahun 2010. Saat ini, 60% saham-saham BNI

dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia, sedangkan 40% sisanya dimiliki

oleh masyarakat, baik individu maupun institusi, domestik dan asing.

Menawarkan beragam produk dan layanan jasa keuangan, BNI kini

tercatat sebagai bank nasional terbesar ke-4 di Indonesia, dilihat dari total aset,

total kredit maupun total dana pihak ketiga. Dalam memberikan layanan finansial

secara terpadu, BNI didukung oleh sejumlah anak perusahaan yaitu Bank BNI

Syariah, BNI Multi Finance, BNI Securities, BNI Life Insurance, dan BNI

Remittance.

5) PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau yang lebih dikenal dengan

nama bank BTN memiliki sejarah yang sangat panjang di industri perbankan di

Indonesia bank BTN telah berdiri sejak tahun 1897 dengan nama postspaar bank.

Perseroan mencatatkan saham perdana pada17 Desember 2009 di Bursa Efek

Indonesia,dan menjadi bank pertama di Indonesia yang melakukan sekuritisasi

56
aset melalui pencatatan transaksi Kontrak Investasi Kolektif-Efek Beragun Aset

(KIK-EBA). Sebagai Bank yang fokus pada pembiayaan perumahan, Perseroan

berkeinginan untuk membantu masyarakat Indonesia dalam mewujudkan impian

mereka untuk memiliki rumah idaman. Keinginan ini ditunjukkan dengan

konsistensi selama lebih dari enam dekade, dalam menyediakan beragam produk

dan layanan di bidang perumahan, terutama melalui KPR, baik KPR Subsidi

untuk segmen menengah ke bawah maupun KPR Non Subsidi untuk segmen

menengah keatas.

PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk meraih beberapa penghargaan

salah satunya yaitu meraih penghargaan Digital Brand KPR Tahun 2013 pada

tanggal 30 Januari 2014 dari Infobank Award, meraih penghargaan The Preferred

Housing Finance dari Properti Indonesia Award 2014.

6) PT. Bank Danamon Indonesia Tbk

PT. Bank Danamon Indonesia Tbk merupakan salah satu lembaga

keuangan terbesar di Indonesia, dengan jaringan terbesar di wilayah Aceh hingga

Papua. Per 31 Desember 2015, Bank Danamon mencatatkan aset sebesar

Rp.188,06 triliun, didukung 1.901 kantor cabang pelayanan dan pusat pelayanan,

terdiri dari kantor cabang konvensional, unit Danamon simpan pinjam, unit

syariah, serta kantor cabang anak perusahaan. Danamon menyediakan akses ke

1.454 ATM dan 70 CDM, serta puluhan ribu ATM melalui kerja sama dengan

jaringan ATM bersama, ALTO, dan Prima yang tersebar di 34 provinsi di

Indonesia.

57
Danamon mengembangkan beragam bisnis perbankan, meliputi perbankan

usaha kecil dan menengah (UKM), perbankan komersial, perbankan korporasi,

perbankan ritel, perbankan consumer, perbankan mikro melalui Danamon Simpan

Pinjam (DSP), pembiayaan perdagangan (trade finance), manajemen kas (cash

management), layanan tresuri dan pasar modal, layanan lembaga keuangan serta

perbankan syariah. Selain itu, Danamon juga menyediakan pembiayaan otomotif

dan barang–barang konsumen melalui Adira Finance serta layanan asuransi

umum melalui Adira Insurance.

7) PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk

PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai

bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah

Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu Bank Bumi Daya,

Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan

Indonesia dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana masing–masing bank tersebut

memiliki peran yang tidak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian

Indonesia. Sejarah keempat bank tersebut dapat ditelusuri lebih dari 140 tahun

yang lalu. Keempat bank tersebut telah membentuk riwayat perkembangan dunia

perbankan di Indonesia.

PT. Bank Mandiri Tbk meraih beberapa penghargaan yaitu dalam survei

BSEM 2016 oleh Marketing Research Indonesia (MRI) dan Majalah Infobank

yang dilakukan di Jakarta, Medan, Bogor, Tanggerang dan Malang, Bank Mandiri

kembali menjadi pemuncak daftar 10 Bank terbaik dalam pelayanan prima dengan

nilai 83,04 Prestasi puncak sebagai The Best Bank Service Excellence ini

58
merupakan ke sembilan kalinya diperoleh Mandiri secara berturut–turut dari tahun

2008 sampai tahun 2016. Dan Bank Mandiri berhasil meraih predikat sebagai The

Most Cosistent Bank in Service Excellence (7 tahun berturut-turut dari tahun

2010-2016), meraih The Golden Trophy for Banking Service Excellence (5 tahun

berturut–turut dari tahun 2012-2016), serta 11 penghargaan lainnya.

Pernghargaan–penghargaan ini membuktikan bahwa Bank Mandiri berhasil

menjadikan service excellence sebagai bagian dari budaya perusahaan yang

diterapkan secara konsisten dan berkelanjutan.

8) PT. Bank Bumi Arta Tbk

PT. Bank Bumi Arta Tbk pertama kali didirikan di Jakarta pada tanggal 3

Maret 1967 dengan nama Bank Bumi Arta Indonesia. Pada tanggal 18 September

1976 Menteri Keuangan Republik Indonesia memberikan izin kepada Bank Bumi

Arta untuk menggabungkan usahanya dengan Bank Duta Nusantara.

Penggabungan usaha itu bertujuan untuk memperkuat struktur permodalan dan

memperluas jaringan operasional bank. Delapan kantor cabang Duta Nusantara di

Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta, Surabaya, Yogyakarta dan Magelang

menjadi kantor cabang Bank Bumi Arta. Kantor Cabang Yigyakarta dan

Magelang kemudian dipindahkan ke Medan dan Bandar Lampung hingga saat ini.

Bank Bumi Arta memperkuat sruktur permodalan dan operasional bank

serta untuk lebih professional dan transparan pada tanggal 1 Juni 2006 Bank Bumi

Arta melaksanakan IPO (Initial PublicOffering) dan mencatatkan sahamnya di

Bursa Efek Jakarta. Bumi Arta pada tahun 2014 dan 2015 memperoleh

59
penghargaan “infobank Awards” dari Majalah infobank dengan predikat Sangat

Bagus untuk kinerja keuangan tahun 2013 dan 2014.

9) PT. Bank Victoria Internasional Tbk

PT. Bank Victoria Internasional Tbk pertama kali didirikan dengan nama

PT. Bank Victoria tanggal 28 Oktober 1992. Bank Victoria menjadi perusahaan

terbuka pada tanggal 4 Juni 1999 dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek

Jakarta dan Surabaya. Sejak saat itu, Bank aktif dan melaksanakan berbagai aksi

korporasi, serta penawaran umum terbatas dan menerbitkan obligasi.

Penghargaan yang diperoleh PT. Bank Victoria Internasional Tbk salah

satunya yaitu penghargaan yang diraih pada Gold Championkategori Mortgage

(Buku I+II) dalam acara Indonesia WOW Brand 2014 yang diselenggarakan oleh

Mark Plus, Inc dan Mark Plus Insight, serta peringkat 5 BUKU II Perusahaan

TBK, modal inti Rp. 1T-Rp.5T dalam acara anugerah Perbankan Indonesia 2014

yang diselenggarakan oleh Economic Review.

10) PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk

Berawal dari sebuah lembaga keuangan bukan bank bernama PT.

Internasionl Pasific Financial Corporation, didirikan pada tanggal 7 September

1973 pada tanggal 24 Februari 1993 berubah status dan fungsinya menjadi bank

campuran yang melakukan aktivitas bank umum dengan nama PT. Internasiomal

Pasific Bank. Lima tahun kemudian, Bank Indonesia memberikan ijin untuk

mengambil alih kepemilikan saham.

Berbagai produk dan layanan disediakan oleh Bank yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat, meliputi produk penyaluran dana seperti kredit

60
produktif, kredit konsumtif, dan fasilitas kredit lainnya, produk pendanaan seperti

tabungan, giro dan deposito, serta kemudahan untuk menikmati layanan

perbankan baik konvensional maupun elektronik, diantaranya ATM GrahaCash 3

in 1, Internet Banking, GrahaCall 24 jam, Modul Penerimaan Negara (MPN) Gen

2, pembayaran tagihan, pembelian tiket dan pulsa, serta layanan perbankan

lainnya. Selain beragam produk dan layanan perbankan tersebut, beroperasinya

kantor Bank Artha Graha Internasional pada hari sabtu untuk melayani para

nasabah menjadi salah satu bentuk keunggulan layanan yang ditawarkan.

11) PT. Bank Mayapada Internasional Tbk.

Bank Mayapada Internasional dibentuk pada 7 September 1989 di Jakarta,

kemudian mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 18 Maret 1990. Sejak

23 Maret 1990 perusahaan resmi menjadi bank umum, yang diikuti perolehan ijin

dari Bank Indonesia sebagai bank devisa pada tahun 1993. Pada tahun 1995 Bank

berubah nama menjadi PT. Bank Mayapada Internasional, setelah itu tahun 1997

mengambil inisiatif untuk go public dan hingga sekarang dikenal dengan nama

PT. Bank Mayapada Internasional Tbk.

Penghargaan yang diperoleh oleh PT. Bank Mayapada Internasional Tbk

salah satunya yaitu penghargaan yang diraih pada tanggal 14 Agustus 2015 dalam

acara 20th Infobank Awards dengan predikat “Sangat Bagus” atas kinerja

keuangan di tahun 2014 dan Platinum Trophy atas kinerja keuangan dengan

predikat “Best of The Best” tahun 2005 sampai 2014.

61
12) PT. Bank Windu Kentjana Internasional Tbk

PT. Bank Windu Kentjana Internasional Tbk (Bank Windu) merupakan

bank hasil penggabungan (merger) antara PT. Bank Multicor dan PT. Bank

Windu Kentjana (BWK) pada tanggal 8 Januari 2008. PT. Bank Windu Kentjana

Internasional Tbk merupakan bank umum swasta devisa yang sahamnya telah

dicatatkan di Bursa Efek Indonesia. Bank Windu telah memiliki jaringan 78

kantor hingga Desember 2015 yag tersebar di sejumah kota di Indonesia.

Penghargaan yang diperoleh oleh Bank Windu yaitu memperoleh predikat

“Sangat Bagus” dari majalah info Bank atas kinerja keuangan tahun 2013 sudah 4

tahun berturut–turut dari tahun 2010, memperoleh penghargaan atas kerjasama

dalam penyelenggaraan diklat lingkungan hidup dari Kementrian Lingkungan

Hidup Republik Indonesia tahun 2014, memperoleh penghargaan peringkat I

Bank BUKU I perusahaan terbuka dalam Anugerah Perbankan Indonesia 2014

dari Economic Review, memperoleh penghargaan dari Bank Indonesia

Departemen Internasional sebagai pelopor yang telah menyampaikan laporan

utang luar negeri tahun 2012 dan memperoleh penghargaan Best of The Best

Awards 2012, The Top 50 Companies for 2012 dari majalah Forbes Indonesia.

13) PT. Bank Mega Tbk

PT. Bank Mega Tbk memulai perjalanan usahanya berdasarkan akta

pendirian tanggal 15 April 1969 No. 32 yang kemudian diubah dengan akta

tanggal 26 November 1969 No. 47. Bank mulai beroperasi dengan nama PT. Bank

Karman yang dikelola sebagai usaha milik keluarga berbasis di Surabaya dan

memperoleh izin usaha sebagai bank umum dari Menteri Keuangan Republik

62
Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1969. Bank terus berkembang menjadi

perusahaan yang lebih besar dan berganti nama menjadi PT. Bank Mega pada

tahun 1992. Pada tahun 2000 dengan percaya diri mencatatkan namanya di Bursa

Efek Indonesia dan resmi menjadi perusahaan terbuka dengan nama PT. Bank

Mega Tbk.

PT. Bank Mega Tbk meperoleh sejumlah penghargaan yaitu Best Credit

Issuer Awards 2015 diberikan oleh VISA, penghargaan sebagai Top 50 Public

Listed Companies diberikan oleh Indonesian Institute for Corporate

Directorship(IICD), penghargaan Straight Through Processing Award diberikan

oleh Standard Chartered Bank. Dan penghargaan lainnya yang diperoleh oleh

beberapa kantor cabang dari PT. Bank Mega Tbk.

14) PT. Bank OCBC NISP Tbk

Bank OCBC NISP (sebelumnya dikenal dengan nama Bank NISP)

merupakan bank tertua ke empat di Indonesia yang didirikan pada tanggal 4 April

1941 di Bandung dengan nama NV Nederlandsch Indische Spaar En Deposito

Bank. Bank OCBC NISP resmi menjadi bank kormesial pada tahun 1967, bank

devisa pada tahun 1990 dan menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia

pada tahun 1994. Reputasi Bank OCBC NISP yang baik di industrinya dan

pertumbuhannya yang menjanjikan, telah menarik perhatian Internasional

Finance Corporation (IFC), bagian dari Group Bank Dunia, yang kemudian

menjadi pemegang saham pada tahun 2001-2010 dan dari OCBC Bank Singapura

yag kemudian menjadi pemegang saham pengendali melalui serangkaian akuisisi

dan penawaran tender sejak tahun 2004.

63
PT. Bank OCBC NISP Tbk meraih beberapa penghargaan yaitu meraih

Platinum Trophy for “Excellent” Financial Performance for 10 Consecutive

Years 2004-2013 yang diberikan oleh Infobank Magazine, meraih penghargaan

sebagai “Perusahaan Sangat Terpercaya” untuk ke empat kalinya pada Corporate

Governance Perception Index (CGPI) Award di tahun 2015. Dan masih banyak

lagi penghargaan yang di raih selama periode 2012-2015.

15) PT. Bank Pan Indonesia Tbk

Panin Bank didirikan pada tanggal 17 Agustus 1971, merupakan hasil

merger dari tiga bank yaitu Bank Kemakmuran, Bank Industri Djaja Indonesia

dan Bank Industri & Dagang Indonesia. Panin Bank mencatatkan sahamnya di

Bursa Efek Jakarta pada tahun 1982, menjadikan Panin Bank sebagai bank

pertama yang sahamnya diperdagangkan di bursa.

PT. Bank Pan Indonesia Tbk meraih beberapa penghargaan yaitu meraih

penghargaan bank dengan kinerja “Sangat Bagus” pada tahun 2009-2013 yang

diberikan oleh infobank awards 2014, meraih penghargaan Indonesia Banking

Award 2015 aset di atas 100 T yang diberikan oleh Tempo Media Group.

16) PT. Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk

PT. Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk bermula pada tahun 1906

ketika Organisasi Saudagar Passer Baroe yang diprakarsai oleh H. Basoeni, H.

Damiri, dan H. Bajoen, bersama tujuh saudagar lainnya mendirikan organisasi

dibidang ekonomi bernama Himpoenan Soedara (HS), yang bertujuan untuk

menyalurkan usaha jasa keuangan secara simpan-pinjam. Pada tanggal 11

November 1955 Perkumpulan Himpoenan Soedara secara resmi mendapatkan izin

64
untuk melakukan kegiatan usaha sebagai Bank Tabungan berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia. Pada tahun 1974, dilakukan

perubahan bentuk hukum Perkumpulan Himpoenan Soedara menjadi Perseroan

Terbatas dengan nama “PT. Bank Tabungan HS 1906”Pada tahun 2004 PT. Bank

HS 1906 berubah nama menjadi “PT. Bank Himpunan Saudara 1906. Tahun 2006

merupakan babak baru bagi Bank dengan menjadi Perusahaan Terbuka dan nama

PT. Bank Himpunan Saudara 1906 berubah menjadi “PT. Bank Himpunan

Saudara 1906 Tbk.

PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk meraih beberapa penghargaan

selama periode tahun 2012-2015 salah satunya yaitu bank yang mencetak sejarah

dengan meraih predikat “sangat bagus” selama 20 tahun berturut–turut yang

diberikan oleh Infobank Awards 2015, meraih penghargaan perikat I Anugrah

Perbankan Indonesia 2015 kategori Bank BUKU II Aset Rp. 10 T-25 T ke atas

yang diselenggarakan oleh Majalah Economic Review dan Perbanas Institute.

4.2 Analisis Deskriptif

4.2.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa

data dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya

tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiyono,

2013:206). Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mean,

standar deviasi, nilai maksimum, nilai minimum dengan menggunakan program

SPSS untuk mengolah data tersebut. Variabel–variabel yang digunakan dalam

65
penelitian ini meliputi struktur modal, ukuran perusahaan, dan kinerja keuangan

sebagai variabel independen, serta nilai perusahaan sebagai variabel dependen.

Variabel–variabel tersebut akan diuji secara statistik deskriptif dengan

menggunakan program SPSS seperti yang terlihat dalam tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X1
64 3.2089 13.2446 7.745609 2.3612614
X2
64 28.8791 34.4445 31.692378 1.5631430
X3
64 .0028 .0749 .015256 .0102235
Y
64 .2998 5.6384 1.550527 1.1521523
Valid N (listwise)
64
Sumber: Lampiran 3

Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.2 diatas menunjukkan

bahwa pada penelitian ini varibel struktur modal memiliki nilai minimum sebesar

3,2089 dan nilai maksimum sebesar 13,2446 dengan nilai rata–rata sebesar

7,745609 dan standar deviasinya sebesar 2,3612614, jumlah data yang digunakan

adalah sebanyak 64.

Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 28,8791 dan

nilai maksimum sebesar 34,4445 dengan nilai rata-rata sebesar 31,692378 dan

standar deviasinya sebesar 1,5631430, jumlah data yang digunakan adalah

sebanyak 64.

66
Variabel kinerja keuangan memiliki nilai minimum sebesar 0,0028 dan

nilai maksimum sebesar 0,749 dengan nilai rata–rata sebesar 0,015256 dan

standar deviasinya sebesar 0,0102235, jumlah data yang digunakan adalah

sebanyak 64. Nilai perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 0,2998 dan nilai

maksimum sebesar 5,6384 dengan nilai rata–rata sebesar 1,550527 dan standar

deviasinya sebesar 1,1521523, jumlah data yang digunakan adalah sebanyak 64.

4.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji

kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini

juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa di dalam model regresi yang

digunakan tidak terdapat multikolonieritas dan heteroskedastisitas serta untuk

memastikan bahwa data yang dihasilkan berdistribusi normal. (Ghozali, 2016)

mengungkapkan bahwa uji asumsi klasik meliputi:

4.2.2.1 Hasil Uji Normalitas

Ghozali (2006) menjelaskan bahwa uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Adapun hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut:

67
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 53
Mean .0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .59574023
Absolute .114
Most Extreme Differences Positive .114
Negative -.052
Kolmogorov-Smirnov Z .829
Asymp. Sig. (2-tailed) .497
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Lampiran 4

Berdasarkan hasil uji normalitas diatas menunjukkan bahwa Uji normalitas

dilakukan dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov yang biasa

disebut dengan K-S yang tersedia dalam program SPSS 21.00 For Windows.

Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan antara tingkat

signifikansi yang didapat dengan tingkat alpha yang digunakan, dimana data

dapat dikatakan berdistribusi normal apabila sig. > 0,05 (Ghozali, 2006). Pada

hasil uji statistik terlihat nilai signifikansi dari unstandardized residual lebih besar

dari 0,05 yaitu sebesar 0,497 sehingga data yang digunakan dalam penelitian ini

dapat dikatakan sudah terdistribusi normal.

4.2.2.2 Hasil Uji Multikolineritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel indenpenden. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika terjadi

68
korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Adapun hasil uji

multikolinearitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:

Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) -3.424 2.213 -1.547 .128
X1 .047 .047 .099 1.005 .320 .889 1.125
1
X2 .102 .075 .179 1.362 .180 .497 2.013

X3 83.182 17.582 .648 4.731 .000 .459 2.177

a. Dependent Variable: Y
Sumber: Lampiran 5

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas dalam tabel 4.4 diatas bahwa Uji

Multikolinearitas melihat nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF). Jika

tolerance lebih dari 10% atau VIF kurang dari 10 maka dikatakan tidak ada

multikolinearitas. Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan uji

multikolinearitas, nilai tolerance semua variabel lebih besar dari 10% (struktur

modal=0,889; ukuran perusahaan=0,497; kinerja keuangan=0,459) dan nilai VIF

lebih kecil dari 10 (struktur modal=1,125; ukuran perusahaan=2,013; kinerja

keuangan=2,177) yang berarti tidak terdapat multikolinearitas antar variabel

independen.

69
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Hesteroskedastistas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas. Adapun hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat

pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5
Hasil Uji Hesteroskedastisitas sebelum Outlier

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -.576 1.927 -.299 .766


X1 .092 .035 .302 2.652 .010
1
X2 .005 .060 .011 .083 .934

X3 30.212 9.048 .429 3.339 .001


a. Dependent Variable: Abs_Ut
Sumber: Lampiran 6

Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan uji Glejser. Metode ini dilakukan dengan meregresi nilai absolut

residual dengan variabel bebas. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05

maka dikatakan model bebas dari heteroskedastisitas. Pada hasil uji statistik

terlihat bahwa variabel struktur modal dan kinerja keuangan memiliki signifikansi

lebih kecil dari 0,05 atau sebesar struktur modal=0,010 dan kinerja

70
keuangan=0,001 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang

digunakan dalam penelitian ini mengandung adanya heteroskedastisitas, sehingga

dilakukan outlier data terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam model

regresi.

Tabel 4.6
Hasil Uji Hesteroskedastisitas setelah Outlier

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -1.807 1.169 -1.546 .129
X1 .027 .025 .146 1.074 .288
1
X2 .061 .039 .282 1.551 .127
X3 10.531 9.288 .214 1.134 .262
a. Dependent Variable: Abs_Ut
Sumber: Lampiran 7

Setelah dilakukan outlier data, hasil uji statistik menunjukkan bahwa

variabel struktur modal, ukuran perusahaan dan kinerja keuangan memiliki

signifikansi lebih besar dari 0,05 atau sebesar struktur modal=0,288; ukuran

perusahaan=0,127; kinerja keuangan =0,262 sehingga dapat disimpulkan bahwa

model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengandung adanya

heteroskedastisitas.

4.2.2.4 Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

71
ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual

(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Adapun hasil

dari uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate

1 .760a .578 .552 .6137063 1.834

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2


b. Dependent Variable: Y

Sumber: Lampiran 8

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan

uji Durbin-Watson (DW-test atau d statistik) terhadap variabel pengganggu

(disturbance eror term)nya. Nilai DW hitung kemudian dibandingkan dengan DW

tabel datanya α=5%. Jika DWu<DW<4-DWu, maka tidak ada autokorelasi

(Ghozali, 2006). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai D.W sebesar 1.834

kemudian dibandingkan dengan nilai tabel pada tingkat signifikansi 5% jumlah

sampel 53 (n) dan jumlah variabel independen 3 (k=3), maka di tabel Durbin

Watson akan didapat nilai dI=1.421 dan du=1.674. Oleh karena nilai DW 1.834

72
lebih besar dari batas atau (du) 1.674 dan kurang dari 4–1.674 (4-du), maka dapat

disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan tidak terdapat masalah

autokorelasi.

4.2.3 Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk menentukan model regresi. Model regresi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda untuk

mengetahui pengaruh struktur modal (X1), ukuran perusahaan (X2), kinerja

keuangan (X3) terhadap nilai perusahaan (Y) perusahaan perbankan yang listing di

Bursa Efek Indonesia. Pengolahan data untuk menentukan model regresi pada

penelitian ini menggunakan aplikasi komputer SPSS 21.00

Tabel 4.8
Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta

(Constant) -3.424 2.213 -1.547 .128


.047 .047 .099 1.005 .320
X1
1 .102 .075 .179 1.362 .180
X2

83.182 17.582 .648 4.731 .000


X3
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Lampiran 9

73
Berdasarkan tabel pengujian regresi linear berganda dapat dilihat pada

tabel 4.8 maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = -3,424 + 0,047X1 + 0,102X2 + 83,182X3 + e……………………………….(6)

Persamaan regresi tersebut dapat diinterprestasikan secara parsial sebagai

berikut:

1) Nilai koefisien regresi struktur modal (β1) sebesar 0,047. Hal ini artinya

dengan menganggap variabel ukuran perusahaan (X2) dan kinerja keuangan

(X3) adalah tetap (konstan) maka jika struktur modal (X1) naik 1 persen akan

mampu meningkatkan nilai perusahaan (Y) sebesar 0,047. Artinya setiap

adanya peningkatan struktur modal maka akan terjadi peningkatan pada nilai

perusahaan.

2) Nilai koefisien regresi ukuran perusahaan (β2) sebesar 0,102. Hal ini artinya

dengan menganggap variabel struktur modal (X1) dan kinerja keuangan (X3)

adalah tetap (konstan) maka jika ukuran perusahaan (X2) naik 1 persen akan

mampu meningkatkan nilai perusahaan (Y) sebesar 0,102. Artinya setiap

adanya peningkatan ukuran perusahaan maka akan terjadi peningkatan pada

nilai perusahaan.

3) Nilai koefisien regresi kinerja keuangan (β3) sebesar 83,182. Hal ini artinya

dengan menganggap variabel struktur modal (X1) dan ukuran perusahaan (X2)

adalah tetap (konstan) maka jika kinerja keuangan (X3) naik 1 persen akan

mampu meningkatkan nilai perusahaan (Y) sebesar 83,182. Artinya setiap

adanya peningkatan kinerja keuangan maka akan terjadi peningkatan pada

nilai perusahaan.

74
4.2.4 Hasil Uji Ketepatan Model

1) Hasil Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar

peranan variabel independen secara simultan mempengaruhi perubahan yang

terjadi pada variabel dependen. Koefisien determinasi yang digunakan adalah

Adjusted R-Square karena variabel yang diteliti lebih dari dua. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang mendekati 1 berarti

kemampuan variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Nilai R2 yang kecil atau

dibawah 0,5 berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variabel dependen sangat kecil (Ghozali, 2016).

Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate

.760a .578 .552 .6137063


1
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
Sumber: Lampiran 11

Dari hasil regresi dapat diketahui angka Adjusted R-Square menunjukkan

koefisien determinasi atau peranan variance (variabel lindependen dalam

hubungan dengan variabel dependen). Angka Adjusted R-Square sebesar 0.552

75
menunjukkan bahwa 55,2% variabel dependen dijelaskan oleh variabel

independen, sedangkan sisanya sebesar 44,8% dijelaskan oleh faktor lain yaitu

pertumbuhan perusahaan, kebijakan hutang, pertumbuhan laba, dan kebijakan

investasi.

2) Uji Statistik F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen

yaitu struktur modal, ukuran perusahaan dan kinerja keuangan secara bersama–

sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan

yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (5%).

Tabel 4.10
Hasil Uji Statistik F

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression 25.271 3 8.424 22.366 .000b

18.455 49 .377
1 Residual
43.726 52
Total
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

b. Predictors: (Constant), X3, X1, X2

Sumber: Lampiran 12

Uji Anova atau F-test menghasilkan Fhitung sebesar 22.366, dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,000. Nilai F-test digunakan untuk melihat hubungan antara

variabel indepeden dengan variabel dependen sebesar 22.366 dengan signifikansi

0,000. Karena probabilitas signifikan lebih kecil dari 0,05 maka model regresi

76
dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dapat dikatakan

veriabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel

dependen. Hal ini berarti bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini

adalah layak.

3) Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Uji secara parsial (Uji t) dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel

independen secara parsial atau terpisah mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang

signifikan secara parsial antara variabel independen, yaitu struktur modal, ukuran

perusahaan, kinerja keuangan dan variabel dependen yaitu nilai perusahaan adalah

dengan membandingkan nilai t hitung dengan ttabel pada tingkat signifikansi sebesar

5% (α = 0,05).

Dalam Uji t, suatu variabel independen memiliki pengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen jika:

-ttabel> -thitung atau thitung> ttabel

(ttabel dapat diperoleh dari tabel t pada tingkat signifikan 5%, dengan derajat

kebebasan, df = n – k, dimana n = 53, k = 3). Berdasarkan hasil analisis regresi

linear berganda pada tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Sturkur Modal

Pengujian hipotesis mengenai pengaruh struktur modal terhadap nilai

perusahaan menunjukkan untuk variabel struktur modal memberikan nilai

koefisien parameter sebesar 0,047 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,320,

sehingga dengan tingkat signifikan diatas 0,05 dapat disimpulkan bahwa

77
variabel struktur modal tidak berpengaruh terhadap variabel nilai

perusahaan, sehingga hipotesis 1 ditolak. Hal ini terlihat dari:

thitung= 1.005 < ttabel= 2.00856

Sig. tabel = 0.320>α = 0.05

2) Ukuran Perusahaan

Pegujian hipotesis pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan

menunjukkan untuk variabel ukuran perusahaan memberikan nilai koefisien

parameter sebesar 0,102 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,180, sehingga

dengan tingkat signifikan yang diatas 0,05 dapat disimpulkan bahwa

variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap variabel nilai

perusahaan, sehingga hipotesis 2 ditolak. Hal ini terlihat dari:

thitung= 1.362< ttabel= 2.00856

Sig. tabel = 0.180>α = 0.05

3) Kinerja Keuangan

Pengujian hipotesis pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan

menunjukkan untuk variabel kinerja keuangan memberikan nilai koefisien

parameter sebesar 83.182 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000,

sehingga dengan tingkat signifikan yang dibawah 0,05 dapat disimpulkan

bahwa variabel kinerja keuangan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap variabel nilai perusahaan, sehingga hipotesis 3 diterima. Hal ini

terlihat dari:

78
thitung= 4.731> ttabel= 2.00856

Sig. tabel = 0.000<α = 0.05

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil uji regresi linear berganda yang didapat adalah variabel yang

berpengaruh positif dan signifikan adalah kinerja keuangan dan yang tidak

berpengaruh adalah struktur modal dan ukuran perusahaan. Pembahasan hasil

penelitian dari masing–masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:

4.3.1 Pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan.

Hasil pengujian untuk struktur modal diukur dengan rasio Debt to Equity

Ratio (DER) tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur

dengan rasio Price to Book Value (PBV) pada tingkat kepercayaan 95%, yang

dapat dilihat dari variabel struktur modal memberikan nilai koefisien parameter

sebesar 0.047 sedangkan struktur modal (DER) menunjukkan thitung sebesar 1.005

dengan tingkat signifikansi 0.320 (lebih besar dari 0.05) dan ttabel sebesar 2.00856,

sehingga thitung< ttabel (1.005<2.00856), maka dapat disimpulkan bahwa struktur

modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan debt to equity ratio (DER) tidak

akan diikuti dengan peningkatan maupun penurunan nilai perusahaan. Ini

mengindikasikan tinggi atau rendahnya hutang yang dimiliki sebuah perusahaan

tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan. Besar kecilnya hutang yang dimiliki

perusahaan tidak terlalu diperhatikan oleh investor dalam menilai perusahaan,

79
investor lebih melihat bagaimana pihak manajemen memanfaatkan dana tersebut

guna memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa hasil penelitian ini sejalan dengan

hasil penelitian terdahulu, yaitu Meythi dkk (2012) yang menyatakan struktur

modal (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan yang berarti

apabila struktur modal (DER) naik maka nilai perusahaan (PER) ikut naik begitu

juga sebaliknya, jika struktur modal (DER) turun maka nilai perusahaan (PER)

ikut turun. Dan penelitian yang dilakukan oleh Yuliana, dkk (2012) yang

menyatakan bahwa struktur modal tidak berpengaruh dan tidak signifikan

terhadap nilai perusahaan, hal ini berarti bahwa ukuran perusahaan yang besar

merupakan akses bagi perusahaan untuk mendapatkan kepercayaan investor

menanamkan modalnya diperusahaan dan mudah memperoleh pembiayaan yang

berasal dari hutang jangka panjang, biaya penjualan untuk membuat perusahaan

unik dan adanya dinamika lingkungan industri berupa penyimpanan penjualan

mengakibatkan adanya ketidakpastian yang tinggi yang akibatnya perusahaan

mengurangi pendanaan yang berasal dari hutang jangka panjang.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Putu Yunita Saputri

Dewi, dkk (2014) dalam penelitiannya menyatakan struktur modal berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini juga bertolak belakang

dengan Trade-Off Theory yang menyatakan bahwa (dengan asumsi titik target

struktur modal belum optimal) peningkatan rasio hutang pada struktur modal akan

meningkatkan nilai perusahaan. Dengan demikian, teori tersebut menjelaskan

80
bahwa ketika struktur modal berada diatas target titik optimum maka setiap

peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan.

Hasil ini terbukti menolak hipotesis 1 (H1) yang menyatakan bahwa

struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Dari hasil

pengolahan data dapat disimpulkan bahwa model analisis ini tidak dapat

digunakan oleh investor dalam menganalisis nilai perusahaan

4.3.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan.

Hasil pengujian untuk ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap

nilai perusahaan yang diukur dengan rasio Price to Book Value (PBV) pada

tingkat kepercayaan 95%, yang dapat dilihat dari variabel ukuran perusahaan

memberikan nilai koefisien parameter sebesar 0.102, sedangkan ukuran

perusahaan menunjukkan thitung sebesar 1.362 dengan nilai signifikansi 0.180

(lebih besar dari 0.05) dan ttabel sebesar 2.00856, sehingga thitung<ttabel

(1.362<2.00856), maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Pada perusahaan yang berukuran besar, manajer akan memaksimalkan

kemampuannya mengelola perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan,

karena pada perusahaan besar cenderung menjadi sorotan masyarakat. Namun

pada perusahaan kecil meskipun investasinya kurang besar juga dapat

memberikan keuntungan yang optimal. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total

aktivanya, perusahaan dengan total aktiva yang besar dengan komponen dominan

pada piutang dan persediaan belum tentu dapat membayar deviden (laba ditahan)

81
dikarenakan aset yang menumpuk pada piutang dan persediaan. Perusahaan lebih

mempertahankan laba dibandingkan membagikannya sebagai deviden, yang dapat

mempengaruhi harga saham dan nilai perusahaan. Penelitian ini konsisten dengan

penelitian yang dilakukan oleh Nur Hidayah (2015) yang menyatakan ukuran

perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.

Penelitian konsisten lainnya juga dilakukan oleh Yandri Arviansyah (2013)

yang menyatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini terbukti menolak Hipotesis 2 (H2) yang menyatakan

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan tidak

konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Septika Soputri Silaban (2013)

yang menyatakan ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap nilai

perusahaan. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan tahun penelitian yang dimana

pada penelitian Septika Soputri Silaban periode tahun penelitian 2008-2011

sedangkan dalam penelitian ini periode tahun penelitiannya 2012-2015. Dari hasil

pengolahan data dapat disimpulkan bahwa model analisis ini tidak dapat

digunakan oleh investor dalam menganalisis nilai perusahaan.

4.3.3 Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan.

Hasil pengujian untuk kinerja keuangan diukur dengan rasio Return on

Assets (ROA) memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan

rasio Price to Book Value (PBV) pada tingkat kepercayaan 95%, yang dapat

dilihat dari nilai koefisien parameter sebesar 83.182 dan kinerja keuangan

menunjukkan thitung sebesar 4.731 dengan tingkat signifikansi 0.000 (lebih kecil

82
dari 0.05) dan ttabel sebesar 2.00856, sehingga thitung> ttabel (4.731>2.00856), maka

dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan.

Hubungan kinerja keuangan dan nilai perusahaan menurut hasil penelitian

ini adalah positif, nilai perusahaan akan naik jika nilai dari kinerja keuangan

meningkat. Hal tersebut sesuai dengan teori secara umum semakin tinggi ROA

akan menunjukkan semakin efisien perusahaan memanfaatkan aktiva tetap yang

digunakan untuk kegiatan operasi untuk menghasilkan laba bagi pemegang saham

sehingga nilai perusahaannya juga akan semakin tinggi. Perusahaan yang

memiliki kinerja yang baik menunjukkan rasio profitabilitas yang meningkat dan

memiliki nilai yang lebih baik dimata investor karena berarti perusahaan tersebut

memiliki kinerja yang baik dalam menghasilkan laba, sehingga para investor

memperoleh keuntungan berupa deviden dari laba yang dihasilkan dan

mengurangi kewajiban perusahaan untuk membayar bunga. Hal ini juga

menunjukkan bahwa investor akan tertarik untuk melihat rasio profitabilitas suatu

entitas dalam menilai perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki kinerja yang

baik maka nilai perusahaan tersebut juga baik.

Dari hasil penelitian ini konsisten dengan Hipotesis 3 (H3) yang

menyatakan kinerja keuangan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan

hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewa

Ayu Prati Praidy Antari dan I Made Dana (2015) menyatakan kinerja keuangan

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, ini berarti perusahaan memiliki

kinerja baik dalam mengelola asetnya mampu menghasilkan profitabilitas tinggi

83
dan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dari hasil pengolahan data dapat

disimpulkan bahwa model analisis ini dapat digunakan oleh investor dalam

menganalisis nilai perusahaan.

84
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh

struktur modal, ukuran perusahaan, dan kinerja keuangan terhadap nilai

perusahaan pada perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia, dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1) Struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini

menunjukkan bahwa kenaikan debt to equity ratio (DER) diikuti dengan

peningkatan maupun penurunan nilai perusahaan. Ini mengindikasikan

tinggi atau rendahnya hutang yang dimiliki sebuah perusahaan

mempengaruhi nilai perusahaan. Besar kecilnya hutang yang dimiliki

perusahaan menjadi acuan investor dalam menilai perusahaan, investor

lebih melihat bagaimana pihak manajemen memanfaatkan dana tersebut

guna memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

2) Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Pada

perusahaan yang berukuran besar, manajer akan memaksimalkan

kemampuannya mengelola perusahaan untuk meningkatkan nilai

perusahaan, karena pada perusahaan besar cenderung menjadi sorotan

masyarakat. Namun pada perusahaan kecil meskipun investasinya kurang

besar juga dapat memberikan keuntungan yang optimal.

85
3) Kinerja keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan. Hal ini berarti ada hubungan yang positif antara kinerja

keuangan dengan nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan naik jika nilai

dari kinerja keuangan meningkat. Perusahaan yang memiliki kinerja yang

baik menunjukkan rasio profitabilitas yang meningkat dan memiliki nilai

yang lebih baik dimata investor karena berarti perusahaan tersebut

memiliki kinerja yang baik dalam menghasilkan laba, sehingga para

investor memperoleh keuntungan berupa deviden dari laba yang dihasilkan

dan mengurangi kewajiban perusahaan untuk membayar bunga. Hal ini

juga menunjukkan bahwa investor akan tertarik untuk melihat rasio

profitabilitas suatu entitas dalam menilai perusahaan tersebut. Perusahaan

yang memiliki kinerja yang baik maka nilai perusahaan tersebut juga baik.

5.2 Keterbatasan

Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, yaitu:

1) Penelitian ini hanya mengambil tiga variabel yaitu struktur modal,

ukuran perusahaan, kinerja keuangan, sementara masih banyak faktor-

faktor lainnya yang mempengaruhi nilai perusahaan.

2) Penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan perbankan yang listing di

Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode penelitian 2012 sampai

2015.

86
5.3 Saran

Berdasarkan keterbatasan peneliti dapat diberikan beberapa saran sebagai

berikut:

1) Bagi Perusahaan

Untuk meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan, maka

perusahaan harus mampu menunjukkan kinerja yang baik dengan nilai

perusahaan sebagai acuan untuk para investor ataupun calon investor.

selain itu, perusahaan juga harus mampu menyampaikan informasi kepada

investor mengenai perkembangan perusahaan.

2) Bagi Investor dan Calon Investor

Untuk investor dan calon investor disarankan agar tidak terlalu fokus pada

analisis rasio keuangan karena tidak semua rasio keuangan dapat dijadikan

alat analisis yang baik dalam menilai kinerja suatu perusahaan.

3) Bagi Akademisi

Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk menggunakan lebih banyak

variabel independen lainnya diluar variabel strktur modal, ukuran

perusahaan dan kinerja keuangan. Peneliti selanjutnya juga disarankan

untuk memperluas populasi penelitian misalnya seluruh lembaga keuangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan menggunakan perusahaan

dengan karakteriktik yang lebih beragam bukan hanya perusahaan

perbankan.

87
DAFTAR PUSTAKA

Arviansyah, Ynadri. 2013. Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan


Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap
Nilai Perusahaan pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic
Index (JII). Skrispsi Jurusan Akuntansi.

Buku Pedoman Penulisan Usulan Proposal dan Skripsi. 2014. Universitas Hindu
Indonesia.

Dewi, Ayu Sri Mahatma dan Ary Wirajaya. 2013. Pengaruh Struktur Modal,
Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan pada Nilai Perusahaan. Jurnal
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Bali.

Dwipayana Putra, I.M.W. 2016. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Nilai


Perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Sarjana Jurusan Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati.

Febrianti, Meiriska. 2012. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan


pada Industri Pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi. Volume 14 No. 2.

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang:


Bada Penerbit Universitas Diponogoro.

Hidayah, Nur.2015. Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan,


Pertumbuhan Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
pada Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hermuningsih, Sri. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Size Terhadap Nilai


Perusahaan dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Intervening. Jurnal
Ekonomi, Universitas Sarjanawijaya Tamansiswa Yogyakarta. Volume 16
No.2

Irawati, Dhian Eka. 2015. Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Laba, Ukuran
Perusahaan dan Likuiditas Terhadap Kualitas Laba. Jurnal jurusan
Akuntansi Universitas Negeri Semarang.

Igirisa, Siti Rachi. 2015. Analisis Pengaruh Struktur Modal dan Likuiditas
Terhadap Rentabilitas Perusahaan pada Industri Telekomunikasi yang
Listing Di BEI. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Hasanudin, Makasar.

88
Kusumajaya, D.K.O. 2011. Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Tesis Universitas
Udayana.

Liem, Jemmi Halim. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal


pada Industri Consumer Goods yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Volume 2 No. 1

Medha, Farenca. Analisis Pengaruh Capital Structure Terhadap Performa


Keuangan dan Nilai Perusahaan yang Listing di BEI (Studi Kasus
Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI). Skripsi.

Moniaga, Fernandes. 2013. Struktur Modal, Profitabilitas dan Struktur Biaya


Terhadap Nilai Perusahaan Industri Keramik, Porcelen dan Kaca Periode
2007- 2011. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam
Ratulangi Manado. Volume 1 No.4

Ngadji, Etta Mamang Sansi dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian (Pendekatan
Praktis dalam Penelitian)., Yogyakarta: Andi

Prati Praidy Antari, D.A.P dan I Made Dana. Pengaruh Struktur Modal,
Kepemilikan Manajerial, dan Kinerja Keuangan terhadap Nilai
Perusahaan. Jurnal Ekonomi Universitas Udayana.

Prasetia, Ta”dir Eko dkk. 2014. Struktur Modal, Ukuran Perusahaan dan Risiko
Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam
Ratulangi, Manado.

Rumondor, Regina dkk. 2015. Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan


dan Risiko Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan pada Sub Sektor
Plastik dan Pengemasan di BEI. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Sam Ratulangi Manado. Volume 3 No.3

Saputri Dewi, P.Y dkk. 2014. Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan


Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan pada
Perusahaan LQ 45 di BEI Periode 2008-2012. Jurnal Akuntansi,
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Volume 2 No.1

Sari, Devi Varena. 2013. Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, Ukuran


Perusahaan, Struktur Aktiva dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal
pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2008–2010.
Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro.

Silaban, Septika Soputri. 2013. Pengaruh Kinerja Keuangan, Struktur Modal,


Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Kebijakan Investasi

89
Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perbankan yang terdaftar di BEI.
Skripsi Ekonomi, Universitas Sumatera Utara

Sudana, I Made. 2015. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi 2. Erlangga.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif &RND. Bandung:


Alfabeta.

---------.2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Susanti, Rika. 2010. Analisis Faktor – Faktor yang Berpengaruh Terhadap Nilai
Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public yang Listed tahun
2005–2008). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro.

http://www.idx.co.id

https://scholar.google.com

https://finance.yahoo.com

90
LAMPIRAN

Lampiran 1

Daftar Sampel Perusahaan Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia

Periode Tahun 2012-2015

NO KODE NAMA PERUSAHAAN


1 BACA PT. Bank Capital Indonesia Tbk
2 BBCA PT. Bank Central Asia Tbk
3 BBKP PT. Bank Bukopin Tbk
4 BBNI PT. Bank Negara Indonesia Tbk
5 BBTN PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
6 BBMN PT. Bank Danamon Indonesia Tbk
7 BMRI PT. Bank Mandiri (Persero)Tbk
8 BNBA PT. Bank Bumi Arta Tbk
9 BVIC PT. Bank Victoria Internasional Tbk
10 INPC PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk
11 Maya PT. Bank Mayapada Internasional Tbk
12 MEGA PT. Bank Mega Tbk
13 MCOR PT. Bank Windu Kentjana Internasional Tbk
14 NISP PT. Bank OCBC Tbk
15 PNBN PT. Bank Pan Indonesia Tbk
16 SDRA PT. Bank Himpunan Saudara Indonesia 1906 Tbk
Sumber: Data Diolah, 2016 (www. Idx.co.id)

91
Lampiran 2

Data Masing–Masing Variabel

KODE Struktur Ukuran Kinerja Nilai


NO BANK Tahun Modal Perusahaan Keuangan Perusahaan
1 BACA 2012 7.6140 29.3655 0.0084 0.8173
2013 6.8766 29.5966 0.0099 0.6129
2014 8.4969 29.8558 0.0081 0.6221
2015 10.5426 30.1291 0.0075 1.2339
BBCA 2012 7.5160 33.7246 0.0265 4.2827
2013 6.7362 33.8382 0.0287 3.6656
2 2014 6.0645 33.9453 0.0299 4.1141
2015 5.6005 34.0185 0.0303 3.6221
BBKP 2012 12.1465 31.8160 0.0127 0.9796
3 2013 10.1787 31.8717 0.0135 0.7888
2014 10.5886 32.0011 0.0092 0.9895
2015 11.5235 32.1782 0.0102 0.8357
BBNI 2012 6.6577 33.4401 0.0211 1.5694
4 2013 7.1088 33.5886 0.0234 1.5294
2014 5.5906 33.6631 0.0260 1.8456
2015 5.2618 33.8627 0.0180 0.6665
BBTN 2012 9.8717 32.3473 0.0122 1.4411
5 2013 10.3501 32.5075 0.0119 0.7847
2014 10.8443 32.6048 0.0749 1.0293
2015 11.3958 32.7774 0.0108 0.9789
BBMN 2012 4.4220 32.6795 0.0264 2.1659
6 2013 4.8390 32.8472 0.0226 1.3178
2014 4.9274 32.9076 0.0137 1.5095
2015 4.4964 32.8678 0.0131 0.8875
BMRI 2012 6.7776 34.0856 0.0252 3.2591
7 2013 6.7207 34.2283 0.0257 2.7224
2014 6.6481 34.3822 0.0242 3.1647
2015 6.1611 34.4445 0.0232 1.7882
BNBA 2012 5.6669 28.8791 0.0164 0.7222
8 2013 6.1681 29.0287 0.0139 0.6361
2014 7.5618 29.2711 0.0101 0.6001
2015 4.3225 29.5131 0.0087 0.3522
9 BVIC 2012 8.7692 30.2950 0.0143 0.5183
2013 10.6559 30.5844 0.0137 0.4966
2014 10.4752 30.6928 0.0049 0.4803
2015 9.4771 30.7774 0.0040 0.3514

92
10 INPC 2012 9.6119 30.6543 0.0031 1.9158
2013 7.1126 30.6845 0.0107 1.3207
2014 7.6248 30.7860 0.0047 1.1012
2015 8.0822 30.8547 0.0028 0.2998
11 MAYA 2012 8.3006 30.4740 0.0153 5.6384
2013 8.9554 30.8097 0.0160 3.9256
2014 11.6825 31.2194 0.0120 2.2697
2015 9.3129 31.4877 0.0138 1.8115
12 MCOR 2012 7.5954 29.5021 0.0145 0.9988
2013 6.6467 29.7001 0.0099 0.7177
2014 7.0069 29.9103 0.0054 0.9832
2015 6.1365 29.9425 0.0067 1.3735
MEGA 2012 9.4137 31.8088 0.0211 1.9307
13 2013 9.8647 31.8279 0.0079 2.3099
2014 8.5804 31.8304 0.0090 1.9820
2015 4.9238 31.8538 0.0154 1.9604
NISP 2012 7.8412 32.0023 0.0116 1.4466
14 2013 6.2259 32.2111 0.0117 1.0351
2014 5.9177 32.2669 0.0129 1.0362
2015 6.3413 32.4225 0.0125 0.8824
2012 7.4312 32.6336 0.0153 0.5634
15 PNBN 2013 7.2199 32.7312 0.0150 0.5219
2014 6.4297 32.7819 0.0150 0.7915
2015 4.9443 32.8412 0.0086 0.6345
16 SDRA 2012 13.1685 29.6620 0.0156 2.8572
2013 13.2446 29.7389 0.0150 3.5332
2014 3.2089 30.4303 0.0084 0.6757
2015 3.8404 30.6277 0.0132 1.3356
Sumber: Data Diolah, 2016 (www. Idx.co.id)

93
Lampiran 3

Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

64 3.2089 13.2446 7.745609 2.3612614


X1

64 28.8791 34.4445 31.692378 1.5631430


X2

64 .0028 .0749 .015256 .0102235


X3

64 .2998 5.6384 1.550527 1.1521523


Y

64
Valid N (listwise)

94
Lampiran 4

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 53

Mean .0000000
a,b
Normal Parameters
Std. Deviation .59574023

Absolute .114

Most Extreme Differences Positive .114

Negative -.052

Kolmogorov-Smirnov Z .829

Asymp. Sig. (2-tailed) .497

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

95
Lampiran 5

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig. Collinearity Statistics
Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

- 2.213 -1.547 .128


3.424
(Constant)

.047 .047 .099 1.005 .320 .889 1.125


X1
1
.102 .075 .179 1.362 .180 .497 2.013
X2
83.18 17.582 .648 4.731 .000 .459 2.177
2
X3

a. Dependent Variable: Y

96
Lampiran 6

Hasil Uji Hesteroskedastisitas Sebelum Outlier

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

-.576 1.927 -.299 .766


(Constant)

.092 .035 .302 2.652 .010


X1
1
.005 .060 .011 .083 .934
X2

30.212 9.048 .429 3.339 .001


X3

a. Dependent Variable: Abs_Ut

97
Lampiran 7

Hasil Uji Hesteroskedastisitas Setelah Outlier

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -1.807 1.169 -1.546 .129

.027 .025 .146 1.074 .288


X1
1
.061 .039 .282 1.551 .127
X2

10.531 9.288 .214 1.134 .262


X3

a. Dependent Variable: Abs_Ut

98
Lampiran 8

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate

.760a .578 .552 .6137063 1.834


1

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2

b. Dependent Variable: Y

99
Lampiran 9

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) -3.424 2.213 -1.547 .128

X1 .047 .047 .099 1.005 .320

1
X2 .102 .075 .179 1.362 .180

83.182 17.582 .648 4.731 .000


X3

a. Dependent Variable: Y

100
Lampiran 10

Hasil Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

.760a .578 .552 .6137063


1

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2

101
Lampiran 11

Hasil Uji Statistik F

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

25.271 3 8.424 22.366 .000b


Regression

18.455 49 .377
1 Residual

43.726 52
Total

a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan

b. Predictors: (Constant), X3, X1, X2

102

Anda mungkin juga menyukai