Anda di halaman 1dari 8

PERISTIWA PERPINDAHAN SISTEM HAYATI (BE3203)

Profil Kecepatan Aliran Urine dalam Uretra pada Kondisi Normal dan BOO
(Bladder Outlet Obstruction)
Ragil Anas Islamudin (11215010), Arsy Elia Pertiwi (11215016), Harryyanto
Ishaq Agasi (11215035), Noptaliana Zakiah (11215042)
Program Studi Rekayasa Hayati, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati,
Institut Teknologi Bandung
2018

ABSTRAK
Analisis profil kecepatan urine yang melalui uretra yang dianalogikan seperti pipa
dengan sistem aliran laminary fully-developed flow. Pada manusia normal, tidak
terdapat hambatan aliran. Hal ini berbeda dengan manusia yang mengidap BOO
dengan hambatan saluran sebesar 10% dibandingkan normal. Profil kecepatan
aliran urine diturunkan menggunakan persamaan peubah kesetimbangan
momentum sehingga diperoleh perbedaan antara manusia normal dan pengidap
BOO. Laju alir urine pada uretra memiliki tren berupa semakin mendekati pusat
jari-jari maka kecepatan alir urine semakin tinggi. Hasil dari perbandingan model
kecepatan alir antara model “uretra sehat” dan “uretra BOO” adalah kecepatan
alir maksimum pada uretra BOO lebih besar dibandingkan dengan uretra sehat.

Kata Kunci : Profil kecepatan, kesetimbangan gaya, pipa sirkular, aliran laminary
fully-developed flow.

I. Latar Belakang
Salah satu penyakit infeksi yang terjadi di Indonesia adalah infeksi
saluran kemih. Infeksi saluran kemih adalah istilah umum yang dipakai untuk
menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi saluran
kemih dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan dan terjadi pada semua
umur baik pada anak-anak, remaja, dewasa maupun usia lanjut (Tessy, dkk,
2004).
Prevalensi penyakit infeksi saluran kemih cukup beragam pada tingkatan
usia dan jenis kelamin. Pada umumnya ditandai dengan adanya bakteri dalam
jumlah tertentu di urine yang tidak lazim ditemukan dalam kondisi normal. Pada
bayi baru lahir sampai usia enam bulan misalnya, prevalensi infeksi saluran kemih
pada rentang usia ini hanya sekitar 1% dan umumnya diderita oleh bayi laki-laki
(Nofriaty, 2010).
Pada usia 65 tahun keatas, bakteriuria pada laki-laki maupun wanita
meningkat dengan pesat, 20% pada wanita dan 10% pada laki-laki. Kejadian pada
wanita dan laki-laki tua ini dihubungkan dengan perubahan anatomi dan fisiologi
dalam saluran kemih yang menyebabkan statis dan batu kemih (Bint dan
Berrington, 2003). Peningkatan tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu terjadinya obstruksi karena hipertrofi prostat pada pria, pengosongan
kandung kemih yang lambat pada wanita; buang air besar di sembarang tempat
oleh pasien yang sudah pikun; penyakit neuromuskular, termasuk stroke; serta
penggunaan kateter (Coyle dan Prince, 2005).
Singh et al.(2012) menyebutkan banyak ditemui kejadian obstruksi pada
saluran kemih. Pernah dilakukan outopsi sebanyak 59.064 orang pada kelompok
umur neonatus sampai geriatri, ternyata ditemukan sebanyak 3,1% hidronefrosis.
Pada perempuan banyak ditemui hidronefrosis ini direntang usia 20-60 tahun dan
sering berkaitan dengan keganasan ginekologi, sedangkan pada laki-laki apabila
ditemukan di atas umur 60 tahun seringberkaitan dengan pembesaran prostat baik
jinak maupun ganas. Hidronefrosisini juga bisa ditemui pada anak-anak dengan
angka kejadian sekitar 2-2,5 % dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki (Singh
et al., 2012).
Infeksi yang terjadi pada kandung kemih akan berpengaruh pada aliran
urine pada saluran kemih. Pada laporan ini, penulis akan membahas dinamika
aliran urine pada pasien penderita obstruksi dan orang normal.

II. Pembahasan
2.1 Asumsi
1. Saluran uretra berbentuk pipa (sirkuler).
2. Tidak terjadi friksi pada bagian dinding dalam pipa.
3. Elemen kecepatan hanya ada pada arah axis.
4. Sistem isothermal.
5. Urine bersifat incompressible dan Newtonian dengan aliran fully
developed.
6. Tidak perubahan laju alir ke arah sumbu z terhadap waktu
7. Centerline simetri terhadap boundary condition

Gambar 2.1 Skema Saluran Uretra. (a) Kondisi Uretra Normal, dan
(b) Kondisi Uretra Terkena Penyakit BOO

2.2 Persamaan yang digunakan


Persamaan yang digunakan merupakan bentuk persamaan peubah untuk
menyederhanakan rangkaian perhitungan dan analisis. Persamaan peubah yang
digunakan antara lain persamaan kontinuitas dan persamaan gerak.
1. Persamaan kontinuitas
Persamaan peubah kontinuitas yang digunakan yaitu pada koordinat
silindris. Persamaan kontinuitas umum adalah sebagai berikut

(1)

Beberapa variabel bernilai nol disebabkan asumsi yang telah dibuat. Variabel
yang bernilai nol antara lain laju aliran pada sumbu r (vr), dan sumbu (vθ), serta
tidak ada perubahan nilai densitas cairan. Oleh sebab itu persamaan kontinuitas
menjadi

(2)

2. Persamaan gerak
Persamaan peubah gerak yang digunakan yaitu pada koordinat silindris
sumbu r. Persamaan peubah gerak adalah sebagai berikut

( ) ( ( )

) (3)

Beberapa variabel bernilai nol disebabkan nilai perubahan laju aliran pada sumbu
z (vz/dz), laju pada sumbu (vθ) bernilai nol, laju ke arah sumbu r (vr) bernilai nol,
laju alir pada sumbu z adalah fungsi radius (vz(r)), dan tidak ada perubahan laju
pada sumbu z terhadap waktu. Dengan penyederhanaan tersebut, persamaan gerak
menjadi

( ( )) (4)

Disebabkan nilai sudut kemiringan tegak lurus arah gravitasi (θ = 90o), maka
persamaan (4) menjadi

( ( )) (5)

Persamaan (5) diintegrasikan terhadap sumbu r sebanyak dua kali sehingga


diperoleh

( )

( ) (6)

Dengan memasukkan kondisi batas berupa laju alir arah z pada posisi r =
R bernilai nol dan ketika r = 0 bernilai maksimum,
i. r = 0, vz = vzmaks.

( )

Disebabkan nilai ln 0 tidak terdefinisi, maka nilai C1 bernilai nol, dan C2 = vzmaks.
ii. r = R, vz = 0
( )

( )

Persamaan (6) menjadi

( )

( )( ) (7)

2.3 Parameter Sistem


1. Diameter uretra sehat (D) = 3,5 mm
2. Diameter uretra BOO (Ds) = 3,15 mm
3. Beda tekan pada uretra sehat (dP) = 947,3 g/mm s
4. Beda tekan pada uretra BOO (dPs) = 2716,58 g/mm s
5. Viskositas urine (μ) pada suhu 25oC = 0,001 g/mm3

2.4 Simulasi Model


Laju alir urine di dalam uretra bergantung pada ukuran diameter uretra
tersebut. Pada manusia normal, memiliki ukuran diameter lebih besar
dibandingkan manusia yang mengidap penyakit BOO (mengalami penyempitan).
Laju alir urine di dalam uretra dianalogikan dengan pipa sehingga terjadi
perubahan laju alir urine terhadap sumbu r (jari jari). Hal ini ditunjukkan dengan
pemodelan pada Gambar 2.2.
Profil kecepatan alir urine melalui uretra digambarkan melalui pengaruh
diameter uretra terhadap kecepatan alirnya. Pada hasil visualisasi model, dapat
dilihat bahwa kecepatan aliran urine maksimum berada di posisi jari-jari sama
dengan nol (r=0 mm) untuk kedua model. Di lain sisi, kecepatan maksimum dari
model “uretra sehat” lebih kecil dibandingkan dengan model “uretra BOO”. Hal
ini diakibatkan diameter maksimal model “uretra BOO” lebih kecil 10%
dibandingkan dengan diameter model “uretra sehat”. Pernyataan ini juga dapat
dijelaskan melalui persamaan (8).
(8)

Dengan Q adalah laju alir volumetrik (mm3/s), v adalah kecepatan aliran


(mm/s), A adalah luas permukaan (mm2), dan D adalah diameter penampang
(mm).

Gambar 2.2 Perubahan Kecepatan Urine terhadap Jari-Jari Uretra

Pada Gambar 2.2, terlihat apabila tren kecepatan alir urine pada orang
normal dan pengidap BOO sama terhadap ukuran jari jari uretra. Jari – jari yang
bernilai kecil menyatakan jaraknya terhadap titik tengah saluran uretra (pipa),
sehingga teramati pada Gambar 2..2. Semakin kecil jari-jari menunjukkan
keberadaan urine berada di dekat titik pusat saluran uretra, sehingga friction loss
yang terjadi rendah dan berakibat pada tingginya aliran urine. Dibandingkan
dengan nilai jari – jari yang besar (dekat dengan dinding uretra) terjadi friction
loss yang tinggi sehingga menyebabkan kecepatannya rendah. Orang yang
mengidap penyakit BOO memiliki diameter saluran uretra yang lebih kecil
dibandingkan orang normal sehingga perubahan kecepatan alir urine di dalam
uretra terhadap jarak r (sumbu r) lebih tinggi dibandingkan orang normal.
III. Kesimpulan
Kecepatan laju alir urine berubah terhadap sumbu r (jarak dari pusat
saluran uretra), semakin dekat dengan pusat saluran (r kecil) semakin besar laju
alir urinenya. Hal tersebut berlaku pada jarak yang semakin jauh dari pusat
saluran (r besar dan dekat dengan dinding saluran) menyebabkan kecepatan alir
urinenya kecil. Tren kecepatan aliran urine pada manusia normal lebih kecil
dibandingkan manusia yang mengidap penyakit BOO.

IV. Daftar Pustaka


Bint, B., 2003. Penyakit Infeksi Saluran Kencing; Sistitis dan Pielonefritis in
Dasar Biologis Klinis Penyakit Infeksi, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Coyle, E. A. & Prince, R. A., 2005, Urinary Tract Infection and Prostatitis, in 7th
Edition, The McGraw Hill Comparies, Inc., USA
Danish, Mohd., I.J. Singh., Giri., Priyanka., C.P Singh. 2012. Molecular
characterization of two populations of catfish Clarias batrachus L. Using
random amplified polymorphic DNA (RAPD) markers. Sardar
Vallabhbhai Patel University of Agriculture and Technology, India.
Nofriaty, R. (2010). Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Infeksi Saluran
Kemih di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Moewardi Surakarta Tahun 2009(Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Tessy, Agus, dkk. 2004. Infeksi Saluran Kemih. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. 369-76.

V. Lampiran
%Skrip plotting model

clear all
close all
nfig=0;
%Definisi parameter
D = 3.5 %mm
R = D/2 %mm
Ds = 3.15 %mm
Rs = Ds/2 %mm
dP = 947.3 %1 Pa = 1 N/ m^2 = 1 g/mm s
dPs = 2716.58 %1 Pa = 1 N/ m^2 = 1 g/mm s
miu = 0.00890 %g/mm s
r = [0: 0.1: R]
rs = [0: 0.1: Rs]

%Persamaan yang digunakan

V = -dP*(r.^2 - R^2)/4*miu; %kecepatan alir pada


uretra sehat
Vs = -dPs*(rs.^2 - R^2)/4*miu; %kecepatan alir pada
uretra BOO

%Plotting hasil
nfig = nfig+1;
figure(nfig)
plot(V, r, 'b+-'),
hold on
plot(Vs, rs, 'g*-'), grid on
title('Profil kecepatan pada uretra normal')
legend('uretra sehat','uretra BOO')
xlabel('kecepatan (mm/s)');
ylabel('r (mm)');

Anda mungkin juga menyukai