Pak Heru pergi berobat ke Puskesmas Sehati karena sakit gigi. Kebetulan hari itu adalah
hari jumat. Beliau memilih datang ke Puskesmas karena tempatnya paling dekat dibanding Klinik
dan Rumah Sakit, tetapi sangat disayangkan para petugas sebagian sudah tidak ada di tempat.
Mereka berseliweran kesana kemari, padahal waktu baru menunjukan 10.20 WIB, dan di tempat
pendaftaran pun tidak ada orang menunggunya. Selang beberapa menit datanglah seorang
perempuan petugas pendaftaran, dengan nada marah dan muka yang cemberut memarahi Pak Heru
karena datang terlambat karena hari jumat tutup jam 11.00, begitu juga di bagian pelayanan juga
memarahi dan memeriksa gigi Pak Heru dengan sembrono. Padahal masih ada waktu 40 menit
lagi menjelang jam 11.00.
Pelayanan di puskesmas tersebut sangat mengecewakan Pak Heru, sebelumnya Pak Heru
juga pernah membaca tentang kematian pasien di Puskesmas ataupun di Rumah sakit yang pada
akhirnya menyebabkan kematian. Seperti meninggalnya seorang pasien di sebuah rumah sakit
negeri setelah tiga hari di UGD tidak ditangani dengan serius karena obat habis, kasus kedua
meninggalnya pasien di sebuah rumah sakit swasta akibat kesalahan penyuntikan obat anestesi
dimana label obat dan isinya tidak sesuai. Pak Heru walaupun bukan petugas kesehatan tetapi dia
juga sangat mengerti dengan mutu pelayanan kesehatan yang sama dengan pelayanan publik
lainnya. Dalam kasus di atas dimensi mutu yang dilanggar Pukesmas dan rumah sakit adalah yang
kurang serta penerapan patient safety yang juga sangat kurang. Menurut Pak Heru Seharusnya ada
pedoman pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan dimensi mutu di Puskesmas dan rumah sakit.
Bagaimana anda menjelaskan kondisi di atas?
STEP 1 : TERMINOLOGI
1.UGD : Unit Gawat Darurat (UGD) adalah salah satu bagian di rumah sakit yang
menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat
mengancam kelangsungan hidupnya.Pelayanan UGD menangani pasien yang gawat
darurat,gawat tidak darurat, darurat tidak gawat dan tidak gawat tidak darurat.
2.Patient Safety : Patient Safety adalah suatu system yang membuat asuhan pasien lebih aman. PS
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
STEP 2 : RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sistem manajemen pelayanan kesehatan di puskesmas? Apa bedanya dengan
manajemen pelayanan di RS?
2.Bagaimanakah jam kerja di puskesmas pada hari jumat? Apakah berbeda dengan hari kerja
lainnya?
Dalam menjalankan perannya sebagai penyedia pelayanan kesehatan Puskesmas didukung oleh
beberapa petugas yang mempunyai fungsi masing – masing antara lain :
1. Petugas Medis
Ø Dokter Umum : melakukan pelayanan medis di poli umum, puskel, pustu, posyandu.
Ø Dokter Gigi : melaksanakan pelayanan medis di poli gigi, puskel.
Ø Dokter Spesialis : khusus untuk puskesmas rawat inap juga ada kunjungan dokter spesialis
sebagai dokter konsultan, misalnya : dokter ahli anak, kandungan dan penyakit dalam.
Konsep Puskesmas
Menurut DepKes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten
atau Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kesehatan.
a. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten / kota (UPTD), Puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas
kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia.
b. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh Bangsa Indonesia untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah
kabupaten / kota adalah dinas kesehatan kabupaten / kota, sedangkan puskesmas bertanggung
jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan
kabupaten / kota sesuai dengan kemampuannya.
d. Wilayah Kerja
Secara Nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu Kecamatan, tetapi apabila di satu
Kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar
puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-
masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas K
esehatan kabupaten/kota.
FUNGSI PUSKESMAS
Puskesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan ditingkat Kecamatan mempunyai 3 (tiga) fungsi,
yaitu :
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas
sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di dilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu aktif memantau dan melaporkan dampak
kesehatan dari penyelenggaraan setiap pembangunan di wilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri
sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetap, menyelenggarakan dan
memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat
ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya social budaya
masyarakat setempat.
c. Program Pengobatan :
Pengobatan Dalam Gedung : Poli Umum, Poli Gigi (Rawat Jalan), Apotek,, Unit Gawat Darurat
(UGD), Perawatan Penyakit (Rawat Inap), Pertolongan Persalinan (Kebidanan). Pengobatan Luar
Gedung : Rujukan Kasus, Pelayanan Puskesmas Keliling (Puskel).
Model Sistem Puskesmas menggunakan pendekatan komponen Input, Proses dan Output atau
biasa disingkat IPO kegiatan Program Puskesmas.
Komponen Input
Komponen Input mencakup semua sumber daya (resources), sarana dan prasarana yang akan
digunakan dalam proses pelayanan (transformation) kesehatan di Puskesmas yaitu terdiri dari
6M+Time penjelasannya adalah
Man yaitu Petugas (medis/paramedis dan non medis/paramedis). Di Puskesmas petugas tersebut
adalah Dokter Umum, Dokter Gigi, Apoteker/Assisten Apoteker, Epidemiolog Kesehatan,
Nutritionist, beberapa Perawat, beberapa bidan, Sanitarian, Laboran dan petugas kesehatan lainnya.
Money yaitu Sumber-sumber pembiayaan kesehatan diantaranya APBD kabupaten/kota, APBD
Propinsi, APBN dan beberapa sumber dana lainnya
Material yaitu Bahan dan obat serta persediaan lainnya
Metode yaitu Prosedur kerja atau Standar Operasional Prosedur (SOP) layanan kesehatan medik
maupun masyarakat
Markets yaitu Masyarakat, kelompok masyarakat, keluarga dan induvidu , serta penderita dalam
Standar Pelayanan minimal Kesehatan sasaran Populasi diiwlayah kerja Puskesmas.
Machine yaitu Perlengkapan dan peralatan kesehatan Puskesmas termasuk sarana kendaraan
bermotor roda dua dan empat.
Time yaitu jadwal kegiatan/layanan kesehatan di Puskesmas yang dibagi dalam jadwal harian,
mingguan, bulanan, tribulan, smester dan tahunan.
Komponen Proses
Komponen Proses mencakup penggunaan sumber daya (6M+Time) yang dilakukan untuk
menghasilkan mutu pelayanan puskesmas, terdiri dari :
Proses kinerja petugas medis/paramedis dan non medis/paramedis
Proses penggunaan Bahan dan obat serta penyediaan lainnya
Proses penggunaan prosedur kerja/layanan kesehatan masyarakat atau Standar Operasional
Prosedur (SOP) layanan kesehatan medik maupun masyarakat
Proses pencapaian layanan penderita dan pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat atau
Standar Pelayanan Minimal Kesehatan (SPM-Kesehatan) sasaran Populasi diiwlayah kerja
Puskesmas.
Proses penggunaan perlengkapan dan peralatan kesehatan
Proses pendapatan dan penggunaan anggaran (penganggaran)
Proses pemanfaatan waktu atau waktu yang dibutuhkan dalam setiap penggunan sumber daya
Puskesmas.
Ketujuh komponen proses sumber daya dengan proses putaran waktu yang menggerakan sumber
daya diperlihatkan pada gambar (2) dibawah ini.
Gambar 2
Sistem, Sub Sistem Pelayanan dan
Supra Sistem Puskesmas
Komponen Output
Komponen Output mencakup hasil pelayanan atau hasil kegiatan yang dapat berupa cakupan
pelayanan, pengadaan barang dan jasa yaitu kualitas (mutu) pelayanan Kesehatan dasar oleh
Puskesmas, baik yang bersifat preventif- Promosi sebagai pelayanan kesehatan masyarakat
maupun bersidaf kuratif- rehabilitatif sebagai pelayanan medik dasar.
Tanggung jawab hukum keselamatan pasien diatur dalam Pasal 58 UU Kesehatan No. 36
tahun 2009:
1. Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya.
2. Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan
yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam
keadaan darurat.
Tanggung jawab hukum rumah sakit terkait keselamatan pasien diatur dalam:
Pasal 46 UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009
• Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di rumah sakit
Menurut buku Penegakan Hukum dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter yang Diduga Melakukan
Medikal Malpraktek (Dr. H. Syahrul Machmud, S.H., M.H.) (hal. 23-24):
“Malpraktek adalah, setiap sikap tindak yang salah, kekurangan keterampilan dalam ukuran
tingkat yang tidak wajar. Istilah ini umumnya dipergunakan terhadap sikap tindak dari para
dokter, pengacara dan akuntan. Kegagalan untuk memberikan pelayanan profesional dan
melakukan pada ukuran tingkat keterampilan dan kepandaian yang wajar di dalam
masyarakatnya oleh teman sejawat rata-rata dari profesi itu, sehingga mengakibatkan luka,
kehilangan atau kerugian pada penerima pelayanan tersebut yang cenderung menaruh
kepercayaan terhadap mereka itu. Termasuk di dalamnya setiap sikap tindak profesional yang
salah, kekurangan keterampilan yang tidak wajar atau kurang kehati-hatian atau kewajiban
hukum, praktek buruk atau ilegal atau sikap immoral.”
Pada peraturan perundang-undangan Indonesia yang sekarang berlaku tidak ditemukan pengertian
mengenai malpraktik. Akan tetapi makna atau pengertian malpraktik justru didapati dalam Pasal
11 ayat (1) huruf b UU No. 6 Tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan (“UU Tenaga
Kesehatan”) yang telah dinyatakan dihapus oleh UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Oleh karena itu secara perundang-undangan, menurut Dr. H. Syahrul Machmud, S.H., M.H.,
ketentuan Pasal 11 ayat (1) huruf b UU Tenaga Kesehatan dapat dijadikan acuan makna malpraktik
yang mengidentifikasikan malpraktik dengan melalaikan kewajiban, berarti tidak melakukan
sesuatu yang seharusnya dilakukan.
Secara garis besar malprakltek dibagi dalam dua golongan besar yaitu mal praktik medik
(medical malpractice) yang biasanya juga meliputi malpraktik etik (etichal malpractice) dan
malpraktek yuridik (yuridical malpractice). Sedangkan malpraktik yurudik dibagi menjadi tiga
yaitu malpraktik perdata (civil malpractice), malpraktik pidana (criminal malpractice) dan
malpraktek administrasi Negara (administrative malpractice).
1. Malpraktik Medik (medical malpractice)
John.D.Blum merumuskan: Medical malpractice is a form of professional negligence in whice
miserable injury occurs to a plaintiff patient as the direct result of an act or omission by defendant
practitioner. (malpraktik medik merupakan bentuk kelalaian professional yang menyebabkan
terjadinya luka berat pada pasien / penggugat sebagai akibat langsung dari perbuatan ataupun
pembiaran oleh dokter/terguguat).
Sedangkan rumusan yang berlaku di dunia kedokteran adalah Professional misconduct or lack of
ordinary skill in the performance of professional act, a practitioner is liable for demage or injuries
caused by malpractice. (Malpraktek adalah perbuatan yang tidak benar dari suatu profesi atau
kurangnya kemampuan dasar dalam melaksanakan pekerjaan. Seorang dokter bertanggung jawab
atas terjadinya kerugian atau luka yang disebabkan karena malpraktik), sedangkan junus hanafiah
merumuskan malpraktik medik adalah kelalaian seorang dokter untuk mempergunakan tingkat
keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang
yang terluka menurut lingkungan yang sama.
2. Malpraktik Etik (ethical malpractice)
Malpraktik etik adalah tindakan dokter yang bertentangan dengan etika kedokteran, sebagaimana
yang diatur dalam kode etik kedokteran Indonesia yang merupakan seperangkat standar etika,
prinsip, aturan, norma yang berlaku untuk dokter.
3. Malpraktik Yuridis (juridical malpractice)
Malpraktik yuridik adalah pelanggaran ataupun kelalaian dalam pelaksanaan profesi kedokteran
yang melanggar ketentuan hukum positif yang berlaku.
Malpraktik Yuridik meliputi:
a. Malpraktik Perdata (Civil Malpractice)
Malpraktik perdata terjadi jika dokter tidak melakukan kewajiban (ingkar janji) yaitu tidak
memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati. Tindakan dokter yang dapat
dikatagorikan sebagai melpraktik perdata antara lain :
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukan
b. Melakukan apa yang disepakati dilakukan tapi tidak sempurna
c. Melakukan apa yang disepakati tetapi terlambat
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatan tidak seharusnya dilakukan
9.Bagaimana aspek hukum terhadap kesalahan yang dilakukan oleh pelayan kesehatan?
10.Bagaimana penerapan patient safety yang benar?
PENGERTIAN PATIENT SAFETY
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien di rumah
sakit menjadi lebih aman.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.