Anda di halaman 1dari 82

TEKNIK EKSPLORASI

I. Konsep Eksplorasi
Industri Pertambangan
 Dalam usaha pemanfaatan sumberdaya mineral/bahan galian
untuk kesejahteraan masyarakat dan pengembangan suatu
daerah, diperlukan suatu usaha pertambangan.
 Kegiatan industri pertambangan merupakan salah satu industri
yang memiliki resiko tinggi (kerugian).
 Resiko geologi, resiko ekonomi-teknologi dan resiko lingkungan
harus dihilangkan atau diminimalkan dengan adanya kegiatan
eskplorasi.
Pengertian Eksplorasi
 Kegiatan eksplorasi merupakan suatu kegiatan penting yang harus
dilakukan sebelum suatu usaha pertambangan dilaksanakan.
 Hasil dari kegiatan eksplorasi harus dapat memberikan informasi
yang lengkap dan akurat mengenai sumberdaya mineral/bahan
galian maupun kondisi-kondisi geologi yang ada.
 Kegiatan eksplorasi mineral/bahan galian terutama bertujuan
untuk memperkecil atau mengurangi resiko geologi dan harus
dapat menjawab pertanyaan mengenai :
a. Apa (mineral/bahan galian) yang dicari ?
b. Dimana (mineral/bahan galian) tersebut terdapat? Baik secara
geografis maupun letak/posisinya terhadap permukaan bumi (di atas
permukaan, di bawah permukaan, dangkal/dalam, di bawah air ?).
c. Berapa (sumberdaya/cadangannya), bagaimana kadar, penyebaran,
dan kondisinya?
d. Bagaimana kondisi lingkungannya (karakteristik geoteknik dan
hidrogeologi)?
Konsep Eksplorasi
 Dasar dalam perencanaan aktivitas pada industri pertambangan
adalah tingkat kepastian dari penyebaran endapan, geometri
badan bijih (endapan), jumlah cadangan, serta kualitas.
Contoh :
 Pada badan pemerintah, dengan tujuan pengembangan wilayah
(daerah), maka kegiatan eksplorasi diarahkan untuk pendataan
potensi sumberdaya bahan galian, sehingga kegiatan eksplorasi
tersebut lebih bersifat inventarisasi sumberdaya mineral.
 Pada perusahaan eksplorasi, dengan tujuan pengembangan
potensi mineral tertentu, maka kegiatan eksplorasi diarahkan untuk
dapat mengumpulkan data endapan tersebut selengkap-
lengkapnya, sehingga data endapan yang dihasilkan mempunyai
nilai yang dapat dianggunkan atau dijual kepada pihak lain (junior
company).
Konsep Eksplorasi (lanjut)
 Pada perusahaan pertambangan, dengan tujuan pengembangan
dan penambangan mineral tertentu, maka kegiatan eksplorasi
diarahkan untuk dapat mengumpulkan data endapan tersebut
untuk mendapatkan nilai ekonominya sehingga layak untuk
ditambang dan dipasarkan sebagai komoditi tambang.
 Secara umum, dalam industri pertambangan kegiatan eksplorasi
ditujukan sebagai berikut:
a. Mencari dan menemukan cadangan bahan galian baru,
b. Mengendalikan (menambah) pengembalian investasi yang ditanam,
sehingga pada suatu saat dapat memberikan keuntungan yang
ekonomis (layak),
c. Mengendalikan (penambahan/pengurangan) jumlah cadangan,
dimana cadangan merupakan dasar dari aktivitas penambangan,
d. Mengendalikan atau memenuhi kebutuhan pasar atau industri,
e. Diversifikasi sumberdaya alam,
f. Mengontrol sumber-sumber bahan baku sehingga dapat berkompetisi
dalam persaingan pasar.
Konsep Eksplorasi (lanjut)
 Dilihat dari pentingnya hal tersebut di atas, terdapat 5 (lima) hal
penting yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Pemahaman filosofi eksplorasi dan cebakan bahan galian
b. Pengetahuan (dasar ilmu dan teknologi) yang terkait dalam
pekerjaan eksplorasi,
c. Pemahaman konsep dan metode eksplorasi,
d. Prinsip dasar dan penerapan metode (teknologi) eksplorasi,
e. Pengambilan keputusan pada setiap tahapan eksplorasi.
Konsep Eksplorasi (lanjut)

Sumber Tanda-tanda

Perpindahan/ Fakta
Transportasi

Cebakan

Wadah/
Perangkap
Sumber

(a) (b)

 (a) Proses utama dalam pembentukan endapan bahan galian,


 (b) Proses penemuan
TERIMA KASIH

Sampai Jumpa Minggu Depan...


TEKNIK EKSPLORASI
III. Hubungan Kondisi Geologi
& Genesa Endapan Dengan
Teknik Eksplorasi
Geologi dan Genesa
Bahan Galian (1)

 Indikasi (gejala) geologi yang diamati merupakan hasil


(produk) dari proses geologi (asosiasi batuan, tektonik, dan
siklus geologi) yang mengontrol pembentukan endapan, yang
kemudian dikaji dalam konteks genesa endapan berupa
komposisi mineral, asosiasi mineral, unsur-unsur petunjuk, pola
tekstur mineral, ubahan (alterasi), bentuk badan bijih (tipe
endapan), dll.
 Menghasilkan elemen-elemen yang harus ditemukan dan
dibuktikan melalui penerapan metode (teknologi) eksplorasi
yang sesuai, sehingga dapat menjadi petunjuk untuk
mendapatkan endapan bijih yang ditargetkan (guide to ore).
PROSES GEOLOGI
Magmatik
Tektonik
(Struktur geologi)
Pelapukan
Erosi & Sedimentasi

GEJALA GEOLOGI GENESA ENDAPAN


Tatanan Tektonik Regional/Lokal Metalogenic Province
Struktur Geologi Kontrol Pembentuk Bijih
Susunan Sratigrafi Komposisi Mineral/Alterasi
Geomorfologi-Fisiografi Unsur Asosias/Petunjuk
Jenis Batuan Struktur/Tekstur Mineral

TIPE DAN KARAKTERISTIK ENDAPAN


Bentuk, Ukuran, dan Pola Sebaran Bijih
Proses dan Zona Pengkayaan
Sifat Fisik dan Kimia Endapan
Karakteristik Mineralogi
Karakteristik Batuan Induk/Samping

PEMILIHAN DAN PENERAPAN


TEKNOLOGI (METODA) EKSPLORASI

 Diagram umum hubungan antara proses geologi, gejala geologi,


dan genesa endapan untuk memperoleh tipe dan karakteristik
endapan dengan pemilihan metode eksplorasi
Geologi dan Genesa
Bahan Galian (2)
Hal-hal mendasar yang perlu diketahui adalah:
 Konsep metallogenic province dan metallogenic epoch,
 Endapan-endapan mineral yang berhubungan dengan
konsep tektonik lempeng,
 Bentuk dan morfologi badan bijih,
 Proses-proses pembentukan endapan.
Konsep Metallogenic Province
dan Metalogenic Epoch
 Metallogenic Province merupakan suatu konsep dimana
terkonsentrasikannya suatu logam atau assosiasi beberapa logam
tertentu pada suatu zona (secara regional) akibat proses geologi
tertentu.
 Terkonsentrasikannya endapan-endapan berharga pada suatu
metallogenic province dalam perioda waktu geologi dikenal
dengan istilah metallogenic epochs.
 Berikut beberapa contoh metallogenic province yang ada di
Indonesia:
 Jalur batuan granit pada sabuk timah (tin belt) di Asia Tenggara,
tersingkap mulai dari Birma, Siam, Malaya, terus ke Indonesia melewati
P. Bangka dan P. Belitung.
 Jalur batuan ultrabasa pada jalur endapan nikel lateritik di Sulawesi,
yaitu Soroako, Pomalaa, Halmahera, P. Gebe, P. Gag, P. Wageo, dan
Peg. Cyclops (Irian Jaya).
 Jalur deretan vulkanik purba (volcanic corridor) yang membawa
endapan emas di P. Kalimantan, yaitu Mirah, G. Mas, Mt. Muro, Kelian,
Muyup, dan Busang.
Endapan Bijih yang Berhubungan
Dengan Rejim Tektonik Lempeng
Seperti yang telah diuraikan di atas, salah satu yang mengontrol
pembentukan mineral adalah siklus geologi.
 Di kerak bumi, lelehan batuan (magma) muncul mendekati
permukaan bumi akibat pendinginan dan perbedaan tekanan
yang dikenal dengan differensiasi magma. Proses magmatisme
salah satunya dapat diamati sebagai aktivitas volkanik.
 Daerah-daerah volkanik yang mengalami pelapukan dan proses
penurunan serta adanya media (fluida) membawa material-
material klastik menuju cekungan pengendapan.
 Penurunan kerak bumi di cekungan tersebut menyebabkan
proses metamorfisme di bawah kondisi tekanan dan temperatur
yang mendekati titik lelehnya, sehingga terbentuk magma baru.
 Akibat adanya proses tektonik (tatanan geologi) menimbulkan
rekahan-rekahan di kerak bumi sehingga dapat menjadi media
untuk terkonsentrasinya larutan pembawa bijih.
Urat (Vein)
(Au - Ag - Hg)
(Cu - Pb - Zn)

Eksalatif - S
Placer Au - Sn

Sedimentary (Fe - Mn)


Ofiolit - Cu
Vulkanogenik
Porfiri Shale hosted (Cu-Pb-Zn)
Pb-Cu-Zn
Sandstone Host (Cu - Mo) Limestone Hosted (Pb - Zn - Cu)
(U - V - Cu)
Mafik - Ultramafik

Cr - Ni - Pt

KERAK SAMUDERA Skarn KERAK BENUA


Urat (Vein)
(Cu - Pb - Zn)
(Sn - W)
g
tin
el
lM
tia
r
Pa

ZONA REGANGAN
(RIFT ZONE)
ZONA TUMBUKAN
(SUBDUCTION ZONE)
ZONA TUMBUKAN
(SUBDUCTION ZONE)

 Sketsa model tektonik lempeng serta evolusi pembentukan


mineral dan endapan di kerak bumi (Gocht et al., 1988)
ukaan
Perm

D B

Shaft
A Dip Level
Plunge
Tebal
Pitch / rake
Level
E ar
Leb

Pan
Level

jan
g
sea
Level

rah
AB dan CD sebidang dalam arah vertikal
jih
bi

DB, AB, dan EB terletak dalam bidang

plu
h

C
bu

horizontal yang sama Stope

nge
tu

EB tegak lurus DB Level


bu
m
Su

 Sketsa pendeskripsian dimensi badan bijih


(dimodifikasi dari Evans, 1995)
Bentuk dan Morfologi
Badan Bijih (1)
 Secara umum parameter dimensional badan bijih (ukuran,
bentuk, dan sebaran) merupakan akibat dari variasi dan
distribusi kadar mineral bijih.
 Secara teknik penambangan, endapan yang mempunyai
kadar relatif rendah (low grade) namun tersebar luas di dekat
permukaan dapat ditambang dengan lebih menguntungkan
daripada endapan dengan bentuk urat (vein - veinlets)
dengan kadar relatif lebih tinggi, yang hanya dapat
ditambang dengan metode tambang bawah tanah.
 Begitu juga dengan pola (bentuk) sebaran, dimana endapan
dengan badan bijih yang teratur (terkumpul) akan lebih
mudah ditambang daripada badan bijih yang tidak teratur
(disseminated).
Bentuk dan Morfologi
Badan Bijih (2)
Berdasarkan bentuk (morfologi) badan bijih dan pola sebaran
mineral bijihnya jika dihubungkan dengan batuan sekitarnya
(batuan samping/induk), maka endapan bijih dapat
dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok utama, yaitu :
 Diskordan, yaitu jika badan bijih membentuk pola yang
memotong perlapisan batuan sekitarnya.
 Konkordan, yaitu jika badan bijih membentuk pola yang tidak
memotong perlapisan batuan sekitarnya
Badan Bijih Diskordan

 Berdasarkan pola badan bijih, maka dapat dikelompokkan


menjadi badan bijih yang mempunyai bentuk beraturan dan
badan bijih dengan pola yang tidak beraturan.
 Badan bijih diskordan dengan bentuk yang beraturan:
 Badan Bijih Tabular (papan)
 Badan Bijih Tubular (tabung)
 Sedangkan badan bijih diskordan dengan bentuk yang tidak
beraturan:
 Bijih Disseminated (tersebar)
 Bijih Irregular Replacement (tidak teratur)
Badan Bijih Tabular (papan)
 Badan bijih dengan pola penyebaran yang menerus dalam
arah 2D (panjang dan lebar), tapi terbatas dalam arah 3D
(tipis), berbentuk urat (vien  fissure veins) dan lodes.
 Vein dan lodes ini mempunyai arti yang sama, namun istilah
vein lebih sering digunakan untuk pola urat yang dikontrol
oleh fractures (rekahan-rekahan), sedangkan lode digunakan
untuk urat yang dikontrol oleh crack (bukaan). Vein umumnya
terbentuk pada sistem fractures dan orientasi (pola
penyebarannya) dikontrol oleh pola sistem fractures tersebut.
 Mineralisasi yang terdapat pada sistem urat jarang sekali
yang merupakan mineral tunggal. Umumnya berupa asosiasi
dari beberapa kombinasi mineral bijih dan pengotor
(gangue) dengan komposisi yang sangat bervariasi. Batas
dari penyebaran urat ini umumnya jelas, yaitu langsung
dibatasi oleh dinding urat.
Urat tersebut relatif datar pada bidang kontak
dengan serpih
Serpih
Datar

Batugamping

Serpih

Batugamping

Serpih

Batulanau

Batupasir

Footwall
Hanging wall
20 m
Urat mineralisasi mengisi bidang
sesar

 Sketsa badan bijih berupa urat yang dikontrol oleh


bidang sesar (dimodifikasi dari Evans, 1995)
Badan Bijih Tubular (tabung)

 Badan bijih dengan pola penyebaran yang relatif pendek


(terbatas) dalam arah 2D namun relatif menerus dalam arah
3D (arah vertikal).
 Jika penyebaran badan bijih ini relatif vertikal - sub vertikal
biasanya disebut sebagai pipes ( chimneys), sedangkan jika
relatif horizontal - sub horizontal disebut sebagai mantos (
flat lying tabular bodies).
 Badan bijih ini merupakan pipa kuarsa dengan mineralisasi
logam-logam bismut, molbdenit, tungsten, dan timah.
Kadang-kadang bentuk ini ditemukan juga berupa breksi
(pipe breccia) dengan mineralisasi tembaga (sulfida).
Badan Bijih Disseminated
(tersebar)
 Badan bijih dengan pola penyebaran mineral bijih yang
tersebar di dalam host rock (batuan induk/asal), seperti (mirip
dengan) penyebaran mineral-mineral ikutan di dalam batuan
beku (atau berupa urat-urat tipis yang tersebar).
Badan Bijih Irreguler
Replacement (tak teratur)
 Merupakan badan bijih yang terbentuk melalui pergantian
unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (umumnya pada
batuan sedimen yang kaya karbonat), contohnya endapan
magnesit.
 Proses replacement ini umumnya terjadi pada kondisi
temperatur tinggi seperti pada daerah kontak dengan intrusi
batuan beku.
Badan Bijih Konkordan
 Umumnya badan bijih ini terbentuk pada batuan induk (host
rock) atau sebagai endapan hasil proses pelapukan.
 Endapan-endapan yang mempunyai badan bijih konkordan
ini dikelompokkan sesuai dengan jenis batuan induknya, yaitu:
 Sedimentary host rock (dengan batuan induk adalah batuan
edimen),
 Igneous host rock (dengan batuan induk adalah batuan beku),
 Metamorphic host rock (dengan batuan induk adalah batuan
metamorf),
 Residual deposit (endapan akibat pelapukan batuan induk).
Proses Pembentukan Endapan

 Urutan-urutan kejadian:
 Aktivitas magma (magmatik cair)  injeksi larutan sisa magma
pada dekat permukaan (hidrothermal)  proses-proses eksternal
berupa proses sedimentasi atau proses metamorfosa membentuk
endapan-endapan sedimenter atau endapan metamorfik.
 Berdasarkan asal (sumber) dan proses pembentukannya, maka
secara umum endapan mineral (bahan galian) dapat
dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:
 Endapan primer
 Endapan sekunder.
Endapan Primer
 Endapan primer adalah endapan mineral yang terbentuk
langsung dari magma (segregrasi dan diferensiasi magma).
 Berdasarkan urutan pembentukan (dari diferensiasi magma),
maka endapan primer ini dikelompokkan menjadi beberapa
fase, yaitu :
 Magmatik Cair (early and late magmatic), adalah endapan
mineral yang terbentuk langsung pada magma (diferensiasi
magma), misalnya dengan cara gravitational settling.
 Pegmatitik, adalah batuan beku yang terbentuk sebagai hasil
injeksi magma.
 Pneumatolitik, adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari
magma dalam lingkungan yang dekat dengan magma.
 Hidrotermal - larutan hidrotermal adalah larutan sisa magma
yang panas dan bersifat "aqueous" sebagai hasil diferensiasi
magma. Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal 3
macam endapan hidrotermal, yaitu:
 Epitermal : Temperatur 00C-2000C
 Mesotermal : Temperatur 1500C-3500C
 Hipotermal : Temperatur 3000C-5000C

 Vulkanik, endapan fase vulkanik merupakan produk akhir dari


proses pembentukkan bijih secara primer.
Endapan Sekunder
 Endapan sekunder adalah endapan yang terbentuk akibat
konsentrasi bahan galian berharga (bijih) akibat pengendapan
kembali secara sekunder (berasal dari perombakan batuan
asal) melalui proses-proses pelapukan (kimia atau mekanik),
transportasi, pemilahan (sorting), dan proses pengkonsentrasian
(pengkayaan), sehingga menghasilkan endapan bijih tertentu.
 Berdasarkan lokasi pengendapan, endapan plaser dapat
dibagi menjadi empat, yaitu:
 Endapan plaser eluvium (dekat atau di sekitar sumber mineral bijih
primer), yang terbentuk dengan hanya sedikit tertransportasi
(material mengalami pelapukan setelah pencucian).
 Endapan plaser aluvium, merupakan endapan plaser terpenting.
Terbentuk di sungai bergerak kontinu oleh air, sorting berdasarkan
berat jenis sehingga mineral bijih yang berat tertransport relatif lebih
dekat.
 Endapan plaser pantai, terbentuk karena adanya aktivitas
gelombang memukul pantai dan mengabrasi dan mencuci
pasir pantai. Mineral yang umum di sini adalah ilmenit,
magnetit, monasit, rutil, zirkon, dan intan, tergantung dari
batuan terabrasi.
 Endapan plaser fosil, merupakan endapan primer purba
yang telah mengalami pembatuan dan kadang-kadang
telah mengalami metamorfisme. Sebagai contoh endapan
emas dan uranium terjadi dalam beberapa lapisan
konglomerat.
Terima Kasih..
Teknik Eksplorasi
V. Eksplorasi Langsung
Teknik Eksplorasi
 Berdasarkan pada sifat penyelidikan dan pendekatan
teknologi yang digunakan, maka kegiatan eksplorasi secara
umum dapat dibedakan menjadi 2 (dua):
 Eksplorasi langsung
 Eksplorasi tak langsung.
 Metode eksplorasi langsung - pengamatan dapat dilakukan
dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi
permukaan/bawah permukaan, terhadap endapan yang
dicari, serta dapat dilakukan deskripsi
megaskopis/mikroskopis, pengukuran, dan sampling
terhadap objek yang dianalisis
 Metode eksplorasi langsung ini dapat dilakukan (diterapkan)
pada sepanjang kegiatan eksplorasi (tahap awal s/d detail).
Teknik Eksplorasi
 Beberapa metode (aspek) yang akan dipelajari sehubungan
dengan Metode Eksplorasi Langsung ini adalah:
 Pemetaan geologi/alterasi.
 Tracing float, paritan, dan sumur uji.
 Sampling (pengambilan dan preparasi conto).
 Pemboran eksplorasi dan sampling pemboran.
Pemetaan Geologi
 Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan
informasi-informasi geologi permukaan, penyebaran dan susunan
batuan (lapisan batuan), informasi gejala-gejala struktur geologi
yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada
daerah tersebut.
Singkapan
 Singkapan dapat didefinisikan sebagai bagian dari tubuh
batuan/urat/badan bijih yang tersingkap (muncul) di permukaan
akibat adanya erosi (pengikisan) lapisan tanah penutupnya.
 Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu
singkapan antara lain :
 Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang
tersingkap.
 Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau
major) yang ada.
 Pemberian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis,
sifat-sifat fisik, tekstur, mineral-mineral utama/sedikit/aksesoris,
fragmen-fragmen, serta dimensi endapan.
 Lintasan (Traverse)
 Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-
aliran sungai atau jalur-jalur kikisan yang memotong arah
umum perlapisan, dengan tujuan dapat memperoleh variasi
litologi (batuan).
 Kadang-kadang juga diperlukan lintasan-lintasan yang searah
dengan jurus umum perlapisan dengan tujuan dapat
mengetahui kemenerusan lapisan.
 Secara umum lintasan (traverse) pemetaan ada 2 (dua), yaitu
lintasan terbuka dan lintasan tertutup. Lintasan terbuka
mempunyai titik awal dan titik akhir yang tidak sama,
sedangkan lintasan tertutup bersifat loop (titik awal dan titik
akhir sama).
 Interpretasi dan Informasi Data
 Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari
kegiatan pemetaan geologi/alterasi antara lain:
 Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara).
 Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih,
atau batubara.
 Penyebaran dan pola alterasi yang ada.
 Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi
(stratigrafi atau formasi).
 Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah.
 Selain pemetaan geologi melalui pengamatan
(pendiskripsian) singkapan, penyusuran (pencarian) lokasi
endapan bijih dapat juga dilakukan dengan tracing float,
paritan atau sumur uji.
 Secara teoritis, dengan melakukan kombinasi kegiatan antara
pemetaan geologi, tracing float, paritan, dan sumur uji
dengan mengumpulkan petunjuk-petunjuk ke arah bijih, maka
lokasi endapan dapat diketahui (ditemukan).
Tracing Float
 Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan
(potongan-potongan) dari badan bijih yang lapuk dan
tererosi.
 Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran air, maka float ini
ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke arah
hilir). Pada umumnya, float ini banyak terdapat pada aliran
sungai-sungai.
Pel
apu
ank
pad eralis
min
a s asi
ing
kap
an
zon
a
ter Fragm
min
era en-fra
i lis g
lisas zon asi y men Fragmen batuan termineralisasi
ra a
a m ng bat
mine ine ter uan yang tertransport ke sungai
n a ral ero sebagai FLOAT
Zo isa
si si dar
i

Sungai

Gambar 1. Sketsa proses terbentuknya float


 Tracing (penjejakan  perunutan) float ini merupakan
kegiatan pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-
potongan) batuan seukuran kerakal s/d boulder yang
terdapat pada sungai-sungai.
 Intensitas, ukuran, dan bentuk butiran float yang
mengandung mineralisasi (termineralisasi) dapat digunakan
sebagai indikator untuk menduga jarak float terhadap
sumbernya. Selain itu sifat dan karakteristik sungai seperti kuat
arus, banjir, atau limpasan juga dapat menjadi faktor
pendukung.
 Selain tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan
pendulangan (tracing with panning)- dengan menggunakan
dulang ditujukan untuk material-material yang berukuran
halus (pasir s/d kerikil).
ZONA
MINERALISASI

Float (konsentrat dulang)


yang tidak termineralisasi
Float (konsentrat dulang)
yang termineralisasi

Gambar 2. Sketsa konseptual pengerjaan metode tracing


float dan tracing with panning
 Informasi-informasi yang perlu diperhatikan adalah :
 Peta jaringan sungai.
 Titik-titik (lokasi) pengambilan float.
 Titik-titik informasi dimana float termineralisasi/tidak termineralisasi.
 Titik-titik informasi kuantitas dan kualitas float.
 Lokasi dimana float mulai hilang.
 Lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan
bahwa zona sumber float telah terlewati, sehingga konsentrasi
penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada daerah dimana
float tersebut mulai hilang.
 Secara teoritis, pada daerah dimana float tersebut hilang
dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan uji
paritan (trenching) dan uji sumuran (test pitting).
Trenching (pembuatan paritan)
 Trenching (pembuatan paritan) - salah satu cara dalam
observasi singkapan atau pencarian sumber (badan)
bijih/endapan.
 Pada pengamatan (observasi) singkapan, dilakukan dengan
cara menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus
bidang perlapisan (terutama pada endapan berlapis).
Informasi yang diperoleh antara lain: strike, dip ketebalan
lapisan, karakteristik perlapisan (ada split atau sisipan), serta
dapat sebagai lokasi sampling.
 Pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa
series dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus
zona badan bijih, sehingga batas zona bijih tersebut dapat
diketahui.
 Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi
umum sebagai berikut :
 Terbatas pada overburden yang tipis,
 Kedalaman penggalian umumnya 2–2,5 m (dapat dengan
tenaga manusia atau dengan menggunakan
eksavator/back hoe),
 Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian
yang rendah, sehingga dapat terjadi mekanisme self
drainage (pengeringan langsung).
30°
TP-6
30°

TP-5 HB IV-2

20°
HB IV-1
TP-4
TR-D.3

30°
TR-D.2 HB III-3
Garis singkapan TR-D.1 30°
batubara TR-C.4 HB III-2

48°
Singkapan TR-C.3 HB III-1
48°
TR-C.2
HB I-8 Pemboran dangkal TP-3

Paritan uji TR-C1


TR-C1 HB I-8
TR-B2
HB I-7
48°
TR-B1
TR-2

Sketsa lokasi pembuatan paritan pada garis singkapan batubara


Test Pit (sumur uji)
 Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian
endapan atau pemastian kemenerusan lapisan dalam arah
vertikal.
 Pembuatan sumur uji ini dilakukan jika dibutuhkan kedalaman
yang lebih (> 2,5 m) dan umumnya searah dengan strike.
 Sumur uji umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan
yang berhubungan dengan pelapukan dan endapan-endapan
berlapis.
 Endapan berlapis - untuk mendapatkan kemenerusan lapisan dalam
arah kemiringan, variasi litologi, ketebalan lapisan, dan karakteristik
variasi endapan secara vertikal.
 Endapan dengan pelapukan (lateritik atau residual) - untuk
mendapatkan batas-batas zona lapisan (zona tanah, zona residual,
zona lateritik), ketebalan masing-masing zona, variasi vertikal masing-
masing zona, serta pada deretan sumur uji dapat dilakukan
pemodelan bentuk endapan.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sumur uji:
 Ketebalan horizon B (zona laterit/residual),
 Ketinggian muka airtanah,
 Kemungkinan munculnya gas-gas berbahaya (CO2, H2S),
 Kekuatan dinding lubang, dan
 Kekerasan batuan dasar.
Metode Sampling
 Sampel (conto) merupakan satu bagian yang representatif atau
satu bagian dari keseluruhan yang bisa menggambarkan
berbagai karakteristik untuk tujuan inspeksi.
 Secara spesifik, conto dapat dikatakan sebagai sekumpulan
material yang dapat mewakili jenis batuan, formasi, atau badan
bijih (endapan) dalam arti kualitatif dan kuantitatif dengan
pemberian (deskripsi) termasuk lokasi dan komposisi dari
batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) tersebut. Proses
pengambilan conto tersebut disebut sampling (pemercontoan).
 Tujuan dilakukannya sampling sebagai berikut:
 Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih
(mineable thickness) - dengan tujuan untuk mendapatkan
batas yang jelas antara masing-masing zona tersebut.
 Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada
zona endapan, tapi juga pada daerah-daerah di sekitar
endapan - dengan tujuan memperoleh informasi lain yang
berhubungan dengan kestabilan lereng dan pemilihan metode
penambangan.
 Selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan
tujuan kontrol kadar (quality control) dan monitoring front kerja
(kadar pada front kerja yang aktif, kadar pada bench open pit,
atau kadar pada umpan material).
 Pemilihan metode sampling dan jumlah conto yang akan
diambil tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
 Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.
 Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,
 Lokasi pengambilan conto (pada zona mineralisasi, alterasi,
atau barren),
 Kedalaman pengambilan conto, yang berhubungan dengan
letak dan kondisi batuan induk.
 Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.
 Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi saat melakukan
sampling:
 Salting, yaitu peningkatan kadar pada conto yang diambil
sebagai akibat masuknya material lain dengan kadar tinggi
ke dalam conto.
 Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste
ke dalam conto.
 Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam
penentuan posisi (lokasi) sampling karena tidak
memperhatikan kondisi geologi.
 Kesalahan dalam analisis kimia, akibat conto yang diambil
kurang representatif.
Grab Sampling
 Metode grab sampling - teknik sampling dengan cara
mengambil bagian (fragmen) yang berukuran besar dari suatu
material (baik di alam maupun dari suatu tumpukan) yang
mengandung mineralisasi secara acak (tanpa seleksi yang
khusus).
 Tingkat ketelitian sampling pada metode ini relatif mempunyai
bias yang cukup besar.
 Beberapa kondisi pengambilan conto dengan teknik grab
sampling ini antara lain:
 Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan
gambaran umum kadar.
 Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada
transportasi material, dengan tujuan pengecekan kualitas.
 Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja
untuk memperoleh kualitas umum dari material yang diledakkan,
dll.
Metode grab sampling
Bulk Sampling

 Bulk sampling (conto ruah) - metode


sampling dengan cara mengambil
material dalam jumlah (volume)
yang besar.
 Dilakukan pada semua fase kegiatan
(eksplorasi sampai dengan
pengolahan).
Chip Sampling
 Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode
sampling dengan cara mengumpulkan pecahan batuan (rock
chip) yang dipecahkan melalui suatu jalur (dengan lebar  15
cm), memotong zona mineralisasi dengan menggunakan palu
atau pahat.
 Jalur sampling tersebut biasanya bidang horizontal dan
pecahan-pecahan batuan tersebut dikumpulkan dalam suatu
kantong conto.
Channel Sampling

 Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan


conto dengan membuat alur (channel) sepanjang
permukaan yang memperlihatkan jejak bijih (mineralisasi).
 Alur tersebut dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-10
cm, kedalaman 3-5 cm) secara horizontal, vertikal, atau
tegak lurus kemiringan lapisan.
Preparasi Sampel
 Sampel yang telah diperoleh kemudian dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan analisis kadar.
 Hanya sebagian kecil dari sampel yang akan dianalisis.
 Diperlukan preparasi sampel, untuk mendapatkan bagian
sampel yang nantinya dianalisis masih representatif terhadap
kondisi yang sebenarnya.
Conto dari lapangan

Quartering & reduksi ukuran

Quartering & reduksi ukuran


dan pengeringan

Quartering & reduksi ukuran

Sample untuk Sample untuk


dokumentasi dianalisis
Pemboran (Drilling) Eksplorasi
 Dalam melakukan perencanaan
pemboran, hal-hal yang perlu
diperhatikan dan direncanakan
dengan baik adalah:
 kondisi geologi dan topografi,
 tipe pemboran yang akan digunakan,
 spasi pemboran,
 waktu pemboran, dan
 pelaksana (kontraktor) pemboran.

 Selain itu aspek logistik juga harus dipikirkan dengan


cermat, antara lain:
 juru bor,
 peralatan dan onderdil yang dibutuhkan,
 alat transportasi,
 konstruksi peralatan pemboran, dll.
 Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat
pemboran:
 tujuan (open hole – coring),
 topografi dan geografi (keadaan medan, sumber air),
 litologi dan struktur geologi (kedalaman pemboran, pemilihan mata
bor),
 biaya dan waktu yang tersedia, serta
 peralatan dan keterampilan.

 Hasil yang diharapkan dari pemboran eksplorasi, antara lain:


 identifikasi struktur geologi,
 sifat fisik batuan samping dan badan bijih,
 mineralogi batuan samping dan badan bijih,
 geometri endapan,
 sampling, dll.
Perencanaan Pemboran

 Metode pemboran yang digunakan bergantung kepada asumsi


letak dan ketebalan target yang akan dibor berdasarkan pada
informasi/data permukaan yang diperoleh.
 Pembuatan lubang bor secara vertikal untuk kondisi dimana zona
mineralisasi diperkirakan pada kedalaman yang dangkal atau
pada endapan disseminated.

S
DDH 02
N  Kondisi lubang bor yang
Overburden
40°
cenderung miring atau curam
(tanah penutup) Anomali
digunakan untuk target
endapan yang mempunyai
Weathered zone
(zona pelapukan) 50°
kemiringan yang besar, agar
dapat menembus zona
"Fresh" bedrock
(batuan dasar segar)
mineralisasi pada sudut 900
(relatif tegak lurus).
i
as
lis

EOH
ra
ine
m
na
Zo
Pola Pemboran

 Pemboran dilakukan untuk:


 menentukan batas (outline) dari beberapa endapan, dan
 kemenerusan dari endapan tersebut yang berfungsi untuk perhitungan
cadangan.
 Spasi antar lubang bor bergantung pada tipe mineralisasi dan
kemenerusannya.
 Contoh kasus seperti endapan urat - tipe spasi untuk endapan urat
adalah 25–50 m sedangkan untuk endapan stratiform spasinya
antara 100 m sampai beberapa ratus meter.
 Penentuan pola pemboran secara normal dilakukan dengan grid
yang teratur pada suatu zona mineralisasi.
Berikut adalah gambar Lay out pemboran berdasarkan anomali
permukaan (Annels, 1991)

N
Anomali

4 1 2 5

6 3 7
Drill lines

8 9 Titik bor
tambahan
(In fill drilling)

 Titik bor ke-1 dan ke-2 ditujukan untuk memastikan (membuktikan)


adanya zona mineralisasi (secara vertikal) pada pusat anomali.
 Pemboran pada titik bor ke-3 bersifat memastikan kemenerusan
zona mineralisasi tersebut (ke arah kemiringan).
 Titik bor ke-4 dan ke-5 merupakan titik bor yang ditujukan untuk
melihat kemenerusan zona mineralisasi ke arah jurus dari hasil
pemboran pada titik ke-1 dan ke-2.
 Begitu juga dengan titik bor ke-6 dan ke-7, ditujukan untuk
mengetahui kemenerusan searah jurus hasil pemboran pada
titik bor ke-3.
 Dilanjutkan dengan titik bor ke-8 dan ke-9, yang ditujukan untuk
mengetahui kemenerusan titik bor sebelumnya, dan seterusnya
dengan pola yang sama sampai diperkirakan zona mineralisasi
telah tercakup secara keseluruhan.
 Pemboran yang dilakukan
merupakan kombinasi antara
bor tegak dan pemboran
miring.
 Sketsa suatu hasil pemboran
dalam penentuan badan bijih
suatu endapan (Evans, 1995)
Keputusan Pemboran Diakhiri
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengambil
keputusan adalah :
 Tidak adanya mineralisasi yang dijumpai.
 Mineralisasinya dapat dilokalisasi tetapi tidak ekonomis atau
terlalu dalam.
 Pemboran yang dilakukan menghasilkan beberapa zona
mineralisasi yang ekonomis tetapi penyebaran kadarnya
terbatas atau perhitungan cadangan menunjukkan bahwa
endapan tersebut terlalu kecil dibanding yang diinginkan.
 Tubuh kadar yang ekonomis sudah diketahui pasti.
 Biaya pemboran sudah habis.
Teknik Eksplorasi
V. Eksplorasi Tidak Langsung
Perbedaan mendasar dari kedua jenis kegiatan eksplorasi
(metode langsung dan tidak langsung)dapat dilihat pada
Tabel berikut.
Eksplorasi Tak Langsung Eksplorasi Langsung
Tidak berhubungan (kontak)
Langsung berhubungan (kontak)
Kegiatan umum langsung dengan objek yang
dengan objek yang dieksplorasi
dieksplorasi
Melakukan
Prinsip Memanfaatkan sifat-sifat fisik/kimia pengamatan/penyelidikan secara
pekerjaan dari endapan langsung terhadap terhadap
endapan secara fisik
Melalui anomali-anomali yang Melakukan analisis megaskopis dan
Identifikasi diperoleh dari hasil mikroskopis terhadap objek
pengamatan/pengukuran penyelidikan
Penginderaan jarak jauh, survei Pemetaan, uji sumur, uji parit,
Metoda
geokimia, survei geofisika pemboran
Digunakan pada tahapan
Tahapan Digunakan pada tahapan Prospeksi
Reconnaissance (Eksplorasi
eksplorasi  Finding (Eksplorasi Detail)
Pendahuluan) s/d Prospeksi
Membutuhkan peralatan (teknologi) Membutuhkan teknologi yang lebih
Teknologi
relatif tinggi sederhana s/d manual
Biaya Biaya per satuan luas murah Biaya per satuan luas mahal
Waktu Relatif cepat Memerlukan waktu lebih lama
Metode Eksplorasi Tidak Langsung

Metoda-metoda eksplorasi tak langsung, yaitu :


 Penginderaan jarak jauh (inderaja).
 Metoda eksplorasi geokimia.
 Metoda eksplorasi geofisika.
Penginderaan Jarak Jauh
(Inderaja)
Secara umum penginderaan jarak jauh (inderaja) ini dapat
dilakukan dengan 3 (tiga) sistem, yaitu:
 Pemotretan dengan kamera atau fotografi dengan
menggunakan pesawat udara yang dikenal dengan Foto
Udara (Aerial Photograph).
 Melakukan scanning melalui gelombang mikro (Radar) yang
ditempatkan pada wahana luar angkasa.
 Melakukan pemotretan permukaan bumi dengan
menggunakan satelit (Landsat) yang dikenal dengan Citra
Satelit.
a. Foto Udara

Dalam suatu pengamatan foto udara terdapat 7 (tujuh) komponen


dasar foto udara yang perlu diketahui, yaitu :
 Bentuk, berhubungan dengan kenampakan fisik suatu objek.
 Ukuran, berhubungan dengan dimensi suatu objek dan umumnya
berfungsi sebagai skala,
 Pola, berhubungan dengan posisi/sifat/karakteristik spasial suatu
objek,
 Bayangan, dapat menjadi petunjuk interpretasi (sebagai guide
untuk kenampakan suatu objek), namun dapat juga menjadi
kendala dalam interpretasi (jika menghalangi fisik objek yang
penting),
 Rona, merupakan tingkat (gradasi) kecerahan/warna relatif suatu
objek terhadap objek lain,
 Tekstur, merupakan kombinasi dari bentuk, ukuran, pola, bayangan,
atau rona,
 Situs/lokasi/indeks, merupakan letak/posisi relatif objek terhadap
objek lain.
Interpretasi-interpretasi (informasi) yang dapat diperoleh dari hasil
pengamatan (analisis) foto udara adalah :
 Relief permukaan bumi  peta topografi,
 Rona muka bumi  interpretasi litologi (batuan) dan alterasi,
 Tekstur muka bumi (objek)  untuk menginterpretasikan jenis
batuan atau perbedaan kekerasan batuan,
 Pola aliran sungai,
 Tingkat erosi permukaan,
 Tata guna lahan,
 Kelurusan-kelurusan objek yang bermanfaat untuk interpretasi
struktur geologi.
b. Penginderaan Gelombang Mikro

 Penginderaan dengan gelombang mikro umumnya menggunakan


sensor gelombang mikro aktif yang dikenal dengan RADAR (Radio
Detection and Ranging)
 Transmisi berupa ledakan pendek (pulsa gelombang mikro) dan
merekam kekuatan gema/pantulan yang direspon oleh objek.
c. Penginderaan Jauh Dengan Satelit
(Landsat)
 Perbandingan citra landsat dengan foto udara

Citra Landsat Foto Udara

Format Foto 185 x 185 mm 230 x 230 mm

Skala 1 : 20.000 s/d 1 : 120.000 1 : 1.000.000


Cakupan areal 21 s/d 760 km2 34.000 km2

Untuk kenampakan geologi Untuk kenampakan geologi


yang kecil (detail) kurang teliti yang kecil (detil) cukup teliti
Untuk kenampakan geologi
Hasil Untuk kenampakan geologi pada dimensi besar
pada dimensi besar cukup membutuhkan banyak
terlihat lembaran foto (terpotong-
potong)
Interpretasi 2 (dua) dimensi 3 (tiga) dimensi
Waktu Cepat Lebih lama
Biaya Murah Murah
Eksplorasi Geokimia
 Eksplorasi geokimia adalah pengukuran secara sistematis satu
atau lebih unsur jejak dalam batuan, tanah, sedimen sungai
aktif, vegetasi, air atau gas untuk mendapatkan anomali
geokimia yaitu konsentrasi abnormal dari unsur tertentu yang
kontras terhadap lingkungannya (background geokimia).
 Dalam eksplorasi geokimia tidak mengutamakan akurasi yang
tinggi, yang terpenting adalah dapat dilaksanakan dengan
cepat, semurah mungkin, dan sederhana.
 Metode analisis yang umumnya digunakan dalam prospeksi
geokimia adalah
 kromatografi,
 kalorimetri,
 spektroskopi emisi,
 XRF (X-Ray Fluoresence), dan
 AAS (Atomic Absorption Spectrometry).
 Pengolahan data dimulai dengan mengambil informasi
geokimia dari conto yang dikumpulkan. Hal ini dapat
diperoleh dengan cara mengelompokkan conto dengan
indeks yang sama, seperti :
 hasil analisis dari laboratorium,
 koordinat conto, dan
 observasi lapangan.

 Terdapat tiga metode statistik yang digunakan dalam


pengolahan data, yaitu:
 melibatkan pengolahan variabel yang diambil satu persatu
(analisis univarian)
 teknik analisis bivarian, dan ketiga analisis multivarian
 Analisis univarian atau analisis elementer memungkinkan
perangkuman karakteristik dari distribusi unsur baik melalui
perhitungan maupun secara grafis.
 Analisis bivarian terdiri dari analisis dua karakter dari variasi
simultan, baik secara grafis ataupun perhitungan koefisien
korelasi linier.
 Analisis multivarian terdiri dari regresi multipel dan analisis
faktorial. Regresi multipel memungkinkan variasi-variasi dari
suatu variabel dihubungkan dengan variasi-variasi dari satu
atau beberapa variabel lain.

Anda mungkin juga menyukai