Anda di halaman 1dari 10

MODEL PEMBELAJARAN IPA BERBASIS MASALAH UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN BERPIKIR


KRITIS
SISWA SMP

DISUSUN OLEH :

NAMA : EVA SUJIATI

NIM : E1A017123

KELAS : A/II

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2018
MODEL PEMBELAJARAN IPA BERBASIS MASALAH UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN BERPIKIR
KRITIS
SISWA SMP
Agus Budi Susilo, Wiyanto, Supartono
Prodi Pendidikan IPA, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Semarang, Indonesia

Dalam rangka mewujudkan tujuan pembelajaran IPA yaitu mengembangkan pemahaman


tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka menumbuhkan keterampilan berpikir siswa
terutama kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan sehingga penguasaan suatu konsep oleh
siswa tidak hanya berupa hafalan dari sejumlah konsep yang telah dipelajarinya, tetapi mereka
juga mampu menerapkan konsep yang dimilikinya pada aspek yang lain. Hal tersebut akan dapat
dicapai jika guru mampu mengembangkan proses pembelajaran yang menuntut keterlibatan
siswa secara aktif didalamnya sehingga kemampuan berpikir siswa akan berkembang dengan
masalah dan tantangan yang dihadapinya.Keikutsertaan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran akan dapat menghilangkan rasa jenuh serta menumbuhkan rasa senang dalam
belajar dan pada akhirnya hal tersebut akan berimbas dengan meningkatnya motivasi belajar
siswa. Untuk mewujudkan hal itu, maka sekolah dan guru sebagai komponen utama pendidikan
perlu mengelola pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar antara
lain: (1) kegiatan berpusat pada siswa, (2) belajar melalui berbuat, (3) belajar mandiri dan belajar
bekerja sama sehingga pembelajaran diharapkan tidak terfokus pada guru, tetapi bagaimana cara
mengaktifkan siswa dalam belajarnya (student active learning) (Muslich 2007).
Peran guru dan motivasi belajar siswa yang tinggi dalam suatu proses pembelajaran akan
sangat membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Saat ini masih banyak siswa
yang beranggapan bahwa mata pelajaran IPA sulit dipahami, menjemukan dan membosankan,
sehingga tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan dalam memahaminya. Siswa mengalami
kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal analisis yang berkaitan dengan kemampuan
memecahkan suatu permasalahan. Dari hasil wawancara dengan siswa diperoleh masukan
mereka merasa kesulitan ketika harus mengaplikasikan konsep-konsep yang mereka ketahui pada
permasalahan yang berbeda dengan penjelasan guru. Berdasar temuan tersebut dan pengamatan
terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru khususnya guru IPA diperoleh fakta bahwa
siswa tidak terbiasa dilatih untuk aktif berpikir kritis yaitu berpikir penuh dengan keterampilan
dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan
mengevaluasi dimana semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman,
pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan
tindakan. Guru lebih banyak berceramah dan memberikan latihan atau tugas tertulis dan kegiatan
laboratorium hanya sebatas melakukan langkah- langkah kegiatan sesuai lembar kerja yang
digunakan tetapi tidak memberika kesempatan kepada siswa untuk bereksperimen sesuai dengan
gagasan dan pengetahuannya sehingga proses pembelajaran menjadi kurang menarik dan
bermakna karena dominasi guru masih sangat menonjol dan akibatnya siswa kurang termotivasi
untuk belajar IPA. Pembelajaran berdasar masalah dimulai dari masalah yang autentik/
sehari-hari dari kehidupan nyata dan bermakna. Model pembelajaran berdasar masalah
mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian terhadap
masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengumpulkan dan
menganalisis informasi, melakukan percobaan dan merumuskan simpulan.
Dalam model ini, siswa dapat menumbuhkan keterampilan menyelesaikan masalah,
bertindak sebagai pemecah masalah dan dalam pembelajaran dibangun proses berpikir, kerja
kelompok, berkomunikasi, dan saling memberi informasi. Selain itu model PBL dapat
memberikan kesempatan pada siswa bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data untuk
memecahkan masalah, sehingga siswa mampu untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis
dalam menemukan alternatif pemecahan masalah (Sanjaya 2008).
Pembelajaran dengan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Rina
Rohana (2008) menunjukkan bahwa pembelajaran PBL sebagai upaya melatih kemampuan
berpikir kritis. Pembelajaran IPA berbasis masalah yang bertujuan untuk mengetahui
peningkatan motivasi belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa perlu dilaksanakan.
PERTANYAAN :
1. Bagaimana Peran seorang guru dalam membantu meningkatkan motivasi belajar siswa
dalam suatu proses pembelajaran, sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang
optimal?
2. Bagaimana cara kita seorang guru mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa
dalam setiap pembelajaran tanpa membuat siswa tesebut merasa jenuh?
3. Apa yang yang menyebabkan kemampuan koneksi dan berpikir kritis siswa masih rendah
dan belum sesuai dengan yang diharapkan?
JAWABAN :
1. Bagaimana Peran seorang guru dalam membantu meningkatkan motivasi belajar
siswa dalam suatu proses pembelajaran, sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar
yang optimal?

Dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, guru harus tepat dalam memilih metode
pembelajaran yang akan diterapkan. Salah satu cara meningkatkan motivasi siswa yaitu dengan
cara menerapkan metode diskusi, harapannya dengan metode diskusi siswa dapat termotivasi
dalam belajar.

Motivasi belajar merupakan “kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force),
atau pembangunan kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri pserta didik untuk belajar
secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik
dalam aspek kognitif, afektif, ataupun psikomotor”.

Penerapan metode diskusi sebagai cara meningkatkan motivasi belajar siswa karena didalam
pelaksanaan diskusi siswa akan terlibat langsung, siswa saling berinteraksi dan mengeluarkan
pendapat untuk memecahkan suatu permasalahan. Oleh karena itu diskusi merupakan salah satu
diantara teknik mengajar yang paling mujarab dalam rangka menumbuhkan motivasi siswa
terhadap pelajaran.
Tujuan penggunaan metode diskusi ialah untuk memotivasi dan memberi stimulasi kepada
siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam. Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar
mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses belajar
mengajar terjadi, dimana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar
menukar pengalaman, informasi, memcahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak
ada yang pasif sebagai pendengar saja.
Diskusi adalah aktivitas dari sekelompok siswa, berbicara saling bertukar informasi maupun
pendapat tentang sebuah topik atau masalah, dimana setiap anak ingin mencari jawaban /
penyelesaian problem dari segala segi dan kemungkinan yang ada.
Dalam perilaku motivasi belajar. Motivasi belajar tersebut ada yang intrinsik dan
ekstrinsik.penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut berada di tangan para guru/pendidik dan
anggota masyarakat lain. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar . Orang
tua bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat. Ulama sebagai pendidik juga
bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.

2. Bagaimana cara kita seorang guru mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa
dalam setiap pembelajaran tanpa membuat siswa tesebut merasa jenuh?

Berpikir kritis tidak berarti orang yang suka berdebat dengan mempertentangkan pendapat
atau asumsi yang keliru, akan tetapi pemikir kritis juga dapat memberikan suatu solusi dari
permasalahan dan pendapat yang disampaikan memiliki dasar yang tepat, rasional dan hati-hati.
Belakangan ini Indonesia juga telah mulai menggalakkan kurikulum 2013 yang dimana
tujuan utamanya adalah membuat anak mulai berpikir kritis disetiap mata pelajaran yang ia dapat
di sekolah. Kita sebagai seorang guru harus mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa dalam setiap pembelajaran.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa,
berpikir kritis telah terbukti mempersiapkan siswa dalam berpikir pada berbagai disiplin ilmu
karena berpikir kritis merupakan kegiatan kognitif yang dilakukan siswa dengan cara membagi-
bagi cara berpikir dalam kegiatan nyata dengan memfokuskan pada membuat keputusan
mengenai apa yang diyakini atau dilakukan.

 Cara Berpikir Kritis


Cara berpikir kritis pada dasarnya datang dari dalam diri seseorang, mengembangkan
cara berpikir kritis dapat membantu seseorang untuk menjadi pribadi yang tidak gegabah dan
mengambil keputusan maupun mencari penyelesaian suatu masalah. Terutama dalam
penyelesaian masalah dalam pembelajaran. Berikut ialah cara mengembangkan keterampilan
berpikir kritis:
a. Selalu berpikir dengan kepala dingin. Setiap kali dihadapkan dengan masalah , jangan
terlalu cepat memutuskan untuk tidak tahu atau tidak bisa menyelesaikannya. Tidak
juga langsung gegabah bertanya kepada teman sebelum mebaca masalah yang
disajikan.
b. Tidak mendahulukan emosi dibandingkan logika. Kebanyakan siswa apabila
dihadapkan pada permasalahan dalam suatu pembelajaran langsung menampilkan
emosi ketidak sukaannya dari pada berpikir cara penyelesaiannya.
c. Selalu berpikir tentang segala kemungkinan yang terjadi., namun kebanyakan siswa
gagal memahami soal, sehingga merasa tidak tahu, atau terkadang hanya mengikuti
contohnya saja. Sehingga apabila soal kedua berbeda dengan soal pertama, ia akan
segera kebingungan dan menyerah.
d. Selalu siap dengan apa yang harus dihadapi dan menanggung resikonya. Kebanyakan
siswa dalam kelas memilih untuk mencontek, atau menyerah dari pada melanjutkan
pencariannya dalam memecahkan masalah. Ia lebih takut salah dari pada berusaha.
e. Mengambil keputusan berdasarkan data yang faktual dan bersifat fakta. Kebiasaan
siswa yang harus dirubah adalah selalu menerka jawaban tanpa melakukan
penyelesaiannya terlebih dahulu.

Berpikir kritis tidak hanya sampai pada tahap kompetensi menganalisis dan
menyimpulkan suatu permasalahan, akan tetapi peserta didik akan diarahkan untuk mampu
mengkomunikasikan serta mengkreasikan sesuatu yang berdampak positif bagi dirinya
maupun orang di sekitarnya. Dalam hal ini, peserta didik harus mampu berperan aktif dalam
pemecahan masalah dalam pembelajaran. Peserta didik harus benar-benar mampu untuk
mengkreasikan masalah atau pemecahan masalah dalam pembelajaran.
Pengintegrasian kemampuan berpikir kritis peserta didik diharapkan mampu
berkontribusi dalam kemajuan zaman di masa depan. Generasi muda yang berkarakter positif
akan mampu membangun bangsa yang unggul, berkompeten, dan berkarakter kuat. Dengan
meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran , diharapkan siswa juga
dapat menerpakan kemampuan berpikir kritis tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Serta
membangun karakter bangsa yang kuat di dalam dirinya sehingga dapat menganalisis setiap
informasi yang ia dapat.

3. Apa yang yang menyebabkan kemampuan koneksi dan berpikir kritis siswa masih
rendah dan belum sesuai dengan yang diharapkan?
Berpikir kritis harus mulai ditanamkan dari sekolah menengah pertama, karena pada tingkat
ini siswa dituntut untuk mengolah pola pikirnya yang realistis dan rasional sesuai dengan kaidah
atau pola yang sudah ada. Dengan adanya kemampuan siswa untuk berpikir kritis dalam kegiatan
pembelajaran secara otomatis akan berpengaruh pada keaktifan siswa selama proses kegiatan
belajar mengajar di kelas.

Adanya variasi kemampuan berpikir kritis dan keaktifan siswa disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain dari siswanya itu sendiri, guru, suasana kelas, maupun media atau alat
pembelajaran. Adapun faktor penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis dan keaktifan
siswa pada pembelajaran diantaranya sebagai berikut : 1) pembelajaran masih berpusat pada
guru dan sangat mendominasi dalam aktivitas mengajar sehingga menyebabkan siswa merasa
ketergantungan dan kurang aktif di dalam kelas, 2) rendahnya pemahaman dan kualitas
belajar terhadap mata pelajaran matematika, sehingga mengakibatkan kurangnya
kemampuan berpikir kritis siswa yang dapat menghambat keaktifan dan penguasaan konsep
materi pelajaran matematika, 3) sarana prasarana, media atau alat peraga di sekolah yang
masih kurang sebagai kelengkapan dalam kegiatan pembelajaran, jumlah siswa yang tidak
sesuai dengan ketersediaan ruangan kelas, 4) materi atau konsep pelajaran matematika yang
dianggap sulit oleh siswa.

Berdasarkan akar penyebab yang telah dijelaskan di atas, faktor penyebab rendahnya
kemampuan berpikir kritis dan keaktifan siswa dalam pembelajaran bersumber pada guru dan
siswanya itu sendiri. Faktor dari siswa berasal dari dalam dan luar dirinya. Faktor dari dalam itu
misalnya kurangnya motivasi, minat, keinginan dan kesadaran siswa untuk belajar, sedangkan
faktor dari luar yaitu lingkungan keluarga, teman-temannya. Sementara itu yang paling utama
disini adalah peran guru, dimana guru harus mampu memilih dan menerapkan strategi dan model
pembelajaran yang tepat dapat dipahami oleh siswa. Hal itu merupakan salah satu alasan yang
membuat siswa jadi malas untuk belajar karena siswa cenderung sulit untuk menerima dan
memahami materi pelajaran sehingga untuk berpikir kritispun juga sangat sulit serta akan
mengakibatkan pula kurangnya partisipasi maupun keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka guru sangat berperan penting dalam mendorong
terjadinya proses belajar secara optimal sehingga siswa belajar secara aktif. Perbaikan proses
belajar melalui upaya pemilihan model pembelajaran yang tepat dan inovatif yang tidak
membosankan dalam proses pembelajaran.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis harus
mulai benar-benar dilakukan di dalam dunia pendidikan Indonesia. Agar di kemudian hari,
penerus bangsa Indonesia memiliki karakter yang kuat dan tidak gegabah dalam mengambil
sebuah keputusan, serta dapat ikut berkonstribusi dalam mengembangkan lagi belajar dan
pembelajaran.
Dengan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika, siswa diharapkan mampu
memiliki kemampuan berpikir kritis lebih baik lagi dalam menghadapi masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Memiliki karakter yang kuat dan tidak mudah menerima informasi begitu saja.
Diharapkan juga dengan meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa, maka dapat
membangun karakter bangsa yang kuat pula.
REFLEKSI DIRI
1. Kita sebagai calon guru dapat mengetahui metode seperti apa yang harus diterapakan agar
peserta didik dapat berpikir kritis.
2. Dapat mengetahui apa yang harus dilakukan guru dalam menangani dan membantu siswa
yang mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan konsep-konsep yang mereka ketahui
pada permasalahan yang berbeda dari yang dijelaskan gurunya dalam menyelesaikan
soal-soal analisis.
3. Untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, maka sekolah dan kita sebagai calon
guru sebagai komponen utama pendidikan perlu mengelola pembelajaran sesuai dengan
prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar.
4. Jika kita sebai guru dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
maka kita sudah berusaha untuk membangun karakter bangsa menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Karena jika siswa kita telah memiliki sifat berpikir kritis di dalam kehidupannya,
maka ia akan memiliki karakter yang sangat kuat dan tidak mudah goyah atau asal ikutan saja
dengan perkembangan zaman. Ia akan bisa lebih cerdas menyikapi dan mengambil keputsan
bahkan dapat ikut berpartisipasi dalam perubahan zaman tersebut.

Anda mungkin juga menyukai