Model Pembelajaran Ipa Berbasis Masalah Untuk
Model Pembelajaran Ipa Berbasis Masalah Untuk
DISUSUN OLEH :
NIM : E1A017123
KELAS : A/II
UNIVERSITAS MATARAM
2018
MODEL PEMBELAJARAN IPA BERBASIS MASALAH UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN BERPIKIR
KRITIS
SISWA SMP
Agus Budi Susilo, Wiyanto, Supartono
Prodi Pendidikan IPA, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Semarang, Indonesia
Dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, guru harus tepat dalam memilih metode
pembelajaran yang akan diterapkan. Salah satu cara meningkatkan motivasi siswa yaitu dengan
cara menerapkan metode diskusi, harapannya dengan metode diskusi siswa dapat termotivasi
dalam belajar.
Motivasi belajar merupakan “kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force),
atau pembangunan kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri pserta didik untuk belajar
secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik
dalam aspek kognitif, afektif, ataupun psikomotor”.
Penerapan metode diskusi sebagai cara meningkatkan motivasi belajar siswa karena didalam
pelaksanaan diskusi siswa akan terlibat langsung, siswa saling berinteraksi dan mengeluarkan
pendapat untuk memecahkan suatu permasalahan. Oleh karena itu diskusi merupakan salah satu
diantara teknik mengajar yang paling mujarab dalam rangka menumbuhkan motivasi siswa
terhadap pelajaran.
Tujuan penggunaan metode diskusi ialah untuk memotivasi dan memberi stimulasi kepada
siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam. Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar
mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses belajar
mengajar terjadi, dimana interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar
menukar pengalaman, informasi, memcahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak
ada yang pasif sebagai pendengar saja.
Diskusi adalah aktivitas dari sekelompok siswa, berbicara saling bertukar informasi maupun
pendapat tentang sebuah topik atau masalah, dimana setiap anak ingin mencari jawaban /
penyelesaian problem dari segala segi dan kemungkinan yang ada.
Dalam perilaku motivasi belajar. Motivasi belajar tersebut ada yang intrinsik dan
ekstrinsik.penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut berada di tangan para guru/pendidik dan
anggota masyarakat lain. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat motivasi belajar . Orang
tua bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat. Ulama sebagai pendidik juga
bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.
2. Bagaimana cara kita seorang guru mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa
dalam setiap pembelajaran tanpa membuat siswa tesebut merasa jenuh?
Berpikir kritis tidak berarti orang yang suka berdebat dengan mempertentangkan pendapat
atau asumsi yang keliru, akan tetapi pemikir kritis juga dapat memberikan suatu solusi dari
permasalahan dan pendapat yang disampaikan memiliki dasar yang tepat, rasional dan hati-hati.
Belakangan ini Indonesia juga telah mulai menggalakkan kurikulum 2013 yang dimana
tujuan utamanya adalah membuat anak mulai berpikir kritis disetiap mata pelajaran yang ia dapat
di sekolah. Kita sebagai seorang guru harus mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa dalam setiap pembelajaran.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa,
berpikir kritis telah terbukti mempersiapkan siswa dalam berpikir pada berbagai disiplin ilmu
karena berpikir kritis merupakan kegiatan kognitif yang dilakukan siswa dengan cara membagi-
bagi cara berpikir dalam kegiatan nyata dengan memfokuskan pada membuat keputusan
mengenai apa yang diyakini atau dilakukan.
Berpikir kritis tidak hanya sampai pada tahap kompetensi menganalisis dan
menyimpulkan suatu permasalahan, akan tetapi peserta didik akan diarahkan untuk mampu
mengkomunikasikan serta mengkreasikan sesuatu yang berdampak positif bagi dirinya
maupun orang di sekitarnya. Dalam hal ini, peserta didik harus mampu berperan aktif dalam
pemecahan masalah dalam pembelajaran. Peserta didik harus benar-benar mampu untuk
mengkreasikan masalah atau pemecahan masalah dalam pembelajaran.
Pengintegrasian kemampuan berpikir kritis peserta didik diharapkan mampu
berkontribusi dalam kemajuan zaman di masa depan. Generasi muda yang berkarakter positif
akan mampu membangun bangsa yang unggul, berkompeten, dan berkarakter kuat. Dengan
meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran , diharapkan siswa juga
dapat menerpakan kemampuan berpikir kritis tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Serta
membangun karakter bangsa yang kuat di dalam dirinya sehingga dapat menganalisis setiap
informasi yang ia dapat.
3. Apa yang yang menyebabkan kemampuan koneksi dan berpikir kritis siswa masih
rendah dan belum sesuai dengan yang diharapkan?
Berpikir kritis harus mulai ditanamkan dari sekolah menengah pertama, karena pada tingkat
ini siswa dituntut untuk mengolah pola pikirnya yang realistis dan rasional sesuai dengan kaidah
atau pola yang sudah ada. Dengan adanya kemampuan siswa untuk berpikir kritis dalam kegiatan
pembelajaran secara otomatis akan berpengaruh pada keaktifan siswa selama proses kegiatan
belajar mengajar di kelas.
Adanya variasi kemampuan berpikir kritis dan keaktifan siswa disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain dari siswanya itu sendiri, guru, suasana kelas, maupun media atau alat
pembelajaran. Adapun faktor penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis dan keaktifan
siswa pada pembelajaran diantaranya sebagai berikut : 1) pembelajaran masih berpusat pada
guru dan sangat mendominasi dalam aktivitas mengajar sehingga menyebabkan siswa merasa
ketergantungan dan kurang aktif di dalam kelas, 2) rendahnya pemahaman dan kualitas
belajar terhadap mata pelajaran matematika, sehingga mengakibatkan kurangnya
kemampuan berpikir kritis siswa yang dapat menghambat keaktifan dan penguasaan konsep
materi pelajaran matematika, 3) sarana prasarana, media atau alat peraga di sekolah yang
masih kurang sebagai kelengkapan dalam kegiatan pembelajaran, jumlah siswa yang tidak
sesuai dengan ketersediaan ruangan kelas, 4) materi atau konsep pelajaran matematika yang
dianggap sulit oleh siswa.
Berdasarkan akar penyebab yang telah dijelaskan di atas, faktor penyebab rendahnya
kemampuan berpikir kritis dan keaktifan siswa dalam pembelajaran bersumber pada guru dan
siswanya itu sendiri. Faktor dari siswa berasal dari dalam dan luar dirinya. Faktor dari dalam itu
misalnya kurangnya motivasi, minat, keinginan dan kesadaran siswa untuk belajar, sedangkan
faktor dari luar yaitu lingkungan keluarga, teman-temannya. Sementara itu yang paling utama
disini adalah peran guru, dimana guru harus mampu memilih dan menerapkan strategi dan model
pembelajaran yang tepat dapat dipahami oleh siswa. Hal itu merupakan salah satu alasan yang
membuat siswa jadi malas untuk belajar karena siswa cenderung sulit untuk menerima dan
memahami materi pelajaran sehingga untuk berpikir kritispun juga sangat sulit serta akan
mengakibatkan pula kurangnya partisipasi maupun keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka guru sangat berperan penting dalam mendorong
terjadinya proses belajar secara optimal sehingga siswa belajar secara aktif. Perbaikan proses
belajar melalui upaya pemilihan model pembelajaran yang tepat dan inovatif yang tidak
membosankan dalam proses pembelajaran.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis harus
mulai benar-benar dilakukan di dalam dunia pendidikan Indonesia. Agar di kemudian hari,
penerus bangsa Indonesia memiliki karakter yang kuat dan tidak gegabah dalam mengambil
sebuah keputusan, serta dapat ikut berkonstribusi dalam mengembangkan lagi belajar dan
pembelajaran.
Dengan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika, siswa diharapkan mampu
memiliki kemampuan berpikir kritis lebih baik lagi dalam menghadapi masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Memiliki karakter yang kuat dan tidak mudah menerima informasi begitu saja.
Diharapkan juga dengan meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa, maka dapat
membangun karakter bangsa yang kuat pula.
REFLEKSI DIRI
1. Kita sebagai calon guru dapat mengetahui metode seperti apa yang harus diterapakan agar
peserta didik dapat berpikir kritis.
2. Dapat mengetahui apa yang harus dilakukan guru dalam menangani dan membantu siswa
yang mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan konsep-konsep yang mereka ketahui
pada permasalahan yang berbeda dari yang dijelaskan gurunya dalam menyelesaikan
soal-soal analisis.
3. Untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, maka sekolah dan kita sebagai calon
guru sebagai komponen utama pendidikan perlu mengelola pembelajaran sesuai dengan
prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar.
4. Jika kita sebai guru dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran
maka kita sudah berusaha untuk membangun karakter bangsa menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Karena jika siswa kita telah memiliki sifat berpikir kritis di dalam kehidupannya,
maka ia akan memiliki karakter yang sangat kuat dan tidak mudah goyah atau asal ikutan saja
dengan perkembangan zaman. Ia akan bisa lebih cerdas menyikapi dan mengambil keputsan
bahkan dapat ikut berpartisipasi dalam perubahan zaman tersebut.