Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW 

Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 
 
 
PENGARUH CAMPURAN MINYAK GORENG MURNI DAN
JELANTAH TERHADAP KANDUNGAN ENERGI

Priskila Harli Siswantika1, Nur Aji Wibowo2, Made Rai Suci Shanti N. A.3, Andreas Setiawan4
Program Studi Pendidikan Fisika dan Fisika
Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga

andreas.setiawan@staff.uksw.edu4

ABSTRAK
Minyak jelantah merupakan minyak goreng yang telah beberapa kali digunakan. Ketika minyak
untuk menggoreng akan habis, biasanya pedagang gorengan sering menambahkan minyak goreng murni.
Hal itu akan mengakibatkan terjadinya pencampuran antara minyak goreng murni dan jelantah sehingga
akan mengubah komposisi minyak baik secara fisik maupun kimia. Jika jelantah tersebut tidak mendapat
penanganan akan menyebabkan permasalahan bagi lingkungan dan kesehatan. Namun, jelantah sendiri
berpotensi untuk dikonversi sebagai sumber energi alternatif. Maka dilakukan eksperimen untuk
mengukur kandungan energi campuran antara minyak goreng murni dan jelantah dengan metode Water
Boiling Test (WBT). Sampel yang digunakan merupakan minyak untuk media penggorengan krupuk
“rambak”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata energi kalor yang terserap dari minyak goreng
murni sebesar 413,201 kal/g dan jelantah sebesar 456,07 kal/g. Indikator dari prosentase 10% - 50%
mengalami kenaikan dari 322,45 kal/g sampai 457,16 kal/g. Jadi, semakin bertambahnya prosentase
penambahan minyak jelantah jenuh maka semakin besar energi kalor serapannya. Besarnya total energi
kalor yang diserap didekati melalui suatu permodelan. Hasil error minimum perbandingan antara
pengamatan dan permodelan dicapai pada rata-rata selisih energi e=0.075%, dengan konstanta k1=0,611
dan konstanta k2=1,42. Hasil dari Principal Component Analysis (PCA) mengelompokkan kelima
indikator dalam 3 kelompok berdasarkan karakteristiknya. Setelah penambahan kelipatan 20%, campuran
minyak tersebut baru memperlihatkan peningkatan kandungan energi yang signifikan.

Kata kunci : jelantah, campuran, WBT, kalor yang diserap, PCA

PENDAHULUAN minyak jelantah terhadap minyak goreng


Latar Belakang murni sebagai upaya penghematan tanpa
Di Indonesia, produksi minyak kelapa sawit mempertimbangkan kualitas minyak
hingga tahun 2010 diperkirakan mencapai tersebut[2].
lebih dari 3 juta ton per tahun. Minyak Berdasarkan penelitian Siti Aminah, dkk
jelantah (used cooking oil) banyak dihasilkan tahun 2010, jumlah minyak goreng yang
dari berbagai aktivitas memasak, salah digunakan cukup bervariasi bergantung pada
satunya dari UMKM. Sebuah restoran siap jumlah dan jenis makanan yang digoreng
saji terkenal dapat menghasilkan minyak serta jumlah anggota keluarga dan
jelantah berwarna hitam sebanyak kurang kegiatannya. Kisaran jumlah minyak yang
lebih 33.750 liter hanya dalam satu hari[1]. digunakan dalam menggoreng untuk
Melimpahnya jumlah UMKM yang tersebar pedagang berkisar 1500–4000 ml setiap kali
di berbagai tempat tentu meningkatkan menggoreng sedangkan, yang bukan
volume minyak jelantah. Sebagai akibatnya, pedagang adalah 250–500 ml[3].
kebutuhan akan minyak goreng semakin Penambahan minyak goreng murni dilakukan
meningkat di saat harga minyak goreng serta 1 – 2 kali selama penggorengan (2 - 3 jam).
bahan pokok lainnya kian melambung. Hal Pedagang melakukan kegiatan mengoreng 1 -
tersebut membuat para ibu rumah tangga dan 3 kali penggorengan dan perulangan
pedagang gorengan terus menggunakan mencapai 10 - 20 kali dalam satu periode
jelantah yang diikuti dengan pencampuran penggorengan. Minyak goreng yang masih

357 
 
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW 
Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 
 
 
tersisa, digunakan untuk menggoreng pada
hari berikutnya dengan menambahkan Akan Satu kali Dua kali
minyak goreng murni[3]. Kecenderungan ini digunakan penggunaan penggunaan
terus berulang, padahal minyak yang telah Hasil Hasil Hasil
Kode Kode Kode
mengalami penggorengan ulang akan (%) (%) (%)
menyebabkan penurunan mutu bahkan akan A0 0,348 A1 0,363 A2 0,399
B0 0,348 B1 0,388 B2 0,414
menimbulkan bahaya bagi kesehatan[5].
C0 0,409 C1 0,420 C2 0,450
Beberapa penelitian yang telah dilakukan D0 0,363 D1 0,440 D2 0,450
untuk memanfaatkan jelantah, seperti pada
penelitian yang dilakukan Sjaffriadi, dkk
tahun 2012, jelantah dimanfaatkan sebagai Total 1,468 Total 1,611 Total 1,713
bahan bakar kompor tekan multifuel yang Rerata 0,367 Rerata 0,403 Rerata 0,428
memanfaatkan jelantah secara langsung Ket : A, B, C, D : Pedagang jajanan hewani
sebagai bahan bakar sumber panas[6].
Penelitian tentang kandungan energi dari
campuran minyak goreng murni dan jelantah Bertambah tingginya kadar asam lemak jenuh
belum banyak dilakukan. Berdasarkan dan suhu penggorengan menyebabkan
perilaku tersebut maka dalam penelitian ini semakin tinggi nilai kalor karena jumlah atom
diteliti bagaimana pengaruh campuran karbonnya bertambah[8]. Pengaruh suhu
minyak goreng murni dan jelantah terhadap pemanasan terhadap nilai kalor ditunjukkan
kandungan energinya. Sehingga jelantah dalam gambar 1.
dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai 9000
Nilai Kalor (kal/g)

sumber energi alternatif. 8000

1. Minyak Jelantah 7000


Minyak goreng adalah minyak yang berasal 6000
dari lemak tumbuhan atau hewan yang 5000
dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu 150 225 300 375 450 525
kamar dan biasanya digunakan untuk Suhu pemanasan (0C)
menggoreng bahan makanan. Minyak goreng Gambar 1. Pengaruh suhu penggorengan
yang telah dipakai untuk memasak sudah terhadap nilai kalor[9]
dapat dikatakan sebagai minyak jelantah.
Penggorengan pada suhu tinggi dan Minyak yang berasal dari kelapa sawit
pemakaian berulang akan merusak ikatan mempunyai kadar asam lemak jenuh sebesar
rangkap pada asam lemak. Perubahan fisik 51% dan asam lemak tak jenuh 49%[5].
yang terjadi selama pemanasan menyebabkan Minyak goreng yang baru dipakai memiliki
perubahan indeks bias, viskositas, warna dan kandungan asam lemak omega-6 serta energi
penurunan titik bakar[7]. Keadaan tersebut metabolis sebesar 8.300 kcal/kg[10].
menyebabkan penerimaan panas oleh minyak Sedangkan minyak jelantah energi
menjadi lebih cepat sehingga waktu yang metabolisnya sedikit menurun menjadi 7.430
dibutuhkan saat minyak mulai dipanaskan kcal/kg. Dengan masa jenis berkisar 0,9g/cm3
hingga mencapai titik bakar menjadi lebih maka potensi energi 1 liter minyak jelantah :
cepat pada frekuensi menggoreng kcal 900kg
−3 3
berikutnya[8]. E = 7430 × 10 m × 3
Akibat reaksi kompleks pada minyak, ikatan kg m
asam lemak tak jenuh berubah menjadi jenuh. = 6,69 × 10 kcal
3

Semakin tinggi kandungan asam lemak jenuh Potensi jelantah tersebut untuk konversi
pada minyak menandakan semakin sempurna. Perhitungan diatas berarti seluruh
menurunnya mutu dari minyak tersebut. energi metabolis jelantah telah terkonversi.
Hubungan asam lemak jenuh dan frekuensi
menggoreng ditunjukkan pada tabel 1.
2. Water Boiling Test (WBT)
Teknik pengambilan data dengan WBT
Tabel 1.Kadar asam lemak jenuh minyak cukup singkat, simulasi sederhana dari
goreng bekas makanan jajanan hewani[4]
358 
 
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW 
Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 
 
 
pemanasan air pada umumnya. Dengan dengan minyak tanah dikarenakan titik bakar
metode WBT dapat mengukur konsumsi minyak kepala sawit lebih tinggi daripada
bahan bakar pada suatu tungku pembakaran minyak tanah[12]. Tetapi bila terus mengalami
dan menunjukkan prediksi kegunaan bahan pemanasan maka akan terjadi penurunan titik
bakar secara kasar untuk berbagai keperluan bakar.
pembakaran dengan penentuan efisiensi
termal maksimum dan minimum. 3. Pengujian Kandungan Energi Kalor
Metode WBT digunakan untuk mengukur Minyak Jelantah dengan metode WBT
beberapa aspek dari tungku yang berkaitan Sampel yang telah diberi perlakuan seperti
dengan kemampuan tungku untuk tabel 2 dibakar untuk memanaskan air seperti
memelihara bahan bakar. Metode WBT gambar 2. Suhu pada air akan terpantau pada
dirancang cukup baik untuk mengukur termokopel. Pada pengambilan data dengan
efisiensi termal, laju pembakaran, konsumsi WBT, masa air dan kenaikan suhu dikontrol
spesifik bahan bakar dan kemampuan pada 50 gram dan kenaikan 50C. Setelah
pembakaran[11]. kenaikan suhu 50C api dimatikan, kemudian
dicatat selang waktu yang dibutuhkan dan
BAHAN DAN METODE masa minyak yang terkonsumsi.
1. Bahan Penelitian
Minyak goreng yang digunakan sebagai
bahan sampel adalah minyak goreng yang
digunakan oleh industri rumah tangga (home
industry) penggorengan krupuk “rambak”.
Minyak goreng murni yang digunakan ini
merupakan minyak goreng yang belum
pernah digunakan untuk menggoreng.
Sedangkan minyak jelantah jenuhnya
merupakan minyak yang telah mengalami
penggorengan sampai 18 kali, warnanya
Gambar 2. Pengkontrolan masa air dan uji
hitam dan bau tengiknya cukup tajam ketika
kandungan energi dengan WBT
dibakar.
Besar kalor yang diterima oleh air mengikuti
2. Perlakuan Sample sebagai Indikator
persamaan:
Kualitas Minyak Goreng
Q = m.c.ΔT ……………………..….(1)
Dalam penelitian ini, dilakukan eksperimen
dimana minyak goreng murni dicampurkan Dimana :
minyak jelantah jenuh. Sehingga sampel Q = Energi kalor yang diserap (kalori)
dibagi menjadi 5 indikator dari penambahan m = Masa air (gram)
10% sampai 50%. Perlakuan sampel sebagai c = kalor jenis bahan (kal/gr C)
indikator kualitas minyak ditunjukkan pada ΔT = Perubahan suhu ( C)
tabel 2. Setelah didapatkan nilai energi kalor serapan
dari pembakaran minyak jelantah. Energi
Tabel 2. Prosentase pencampuran minyak kalori jelantah per masa yang dapat
goreng murni dan jelantah dihasilkan melalui pembakaran dapat
Prosentase diperoleh melalui persamaan 2.
No Indikator Q
Murni Jelantah E= ……………………………(2)
1. A 90% 10% Δm
2. B 80% 20% Dimana :
3. C 70% 30% E = nilai kalori jelantah (kal/g)
4. D 60% 40% Q = kalor yang diserap (kal)
5. E 50% 50% Δm = masa minyak yang terpakai
(gram)
Pengukuran digunakan untuk memprediksi
Pada awal penyalaan api dengan minyak
secara kasar penentuan efisiensi termal
kelapa sawit akan lebih lama dibandingkan

359 
 
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW 
Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 
 
 
maksimum dan minimum efisiensi Pengujian energi kalor menggunakan metode
pembakaran minyak jelantah. WBT didekati dengan permodelan seperti
pada persamaan 3. 
HASIL DAN DISKUSI Q = Qmurni + Q jelantah
Berdasarkan pengukuran kandungan energi (3)
yang diserap air dari pembakaran sampel Q = mm .cm .ΔT .k1 + m j .c j .ΔT .k 2
…..
minyak goreng murni dan jelantah dengan Dimana :
WBT diperoleh hasil yang ditunjukkan Q = kalor total yang diserap (kal/g)
gambar 3. mm = prosentase minyak murni
650 mj = prosentase minyak jelantah
Energi yang diserap

550 cm = kalor jenis minyak murni


(kal/g 0C)
(Kal/g)

450
cj = kalor jenis minyak jelantah
350 (kal/g 0C)
250 Minyak Murni k1 = konstanta konstribusi minyak
Jelantah murni akibat WBT
150
k2 = konstanta kontribusi minyak
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Percobaan ke-
jelantah akibat WBT
Gambar 3. Energi kalor serapan minyak
Konstanta k1 dan k2 merupakan konstanta
goreng murni dan jelantah jenuh pada masa
yang menunjukkan kontribusi konversi energi
air sebanyak 50 gram dan kenaikan suhu
dari masing-masing komponen yang ada
sebesar 50C
dalam bahan bakar. Nilai konstanta k1 dan k2
diperoleh dari optimasi dengan melakukan
Berdasarkan gambar 3 diperoleh bahwa
interpolasi nilai k1, k2 dan error (e) atau
minyak goreng murni memiliki rata-rata
rerata selisih energi antara eksperimen dan
energi kalor serapan 413,201 kal/g.
permodelan yang ditunjukkan pada gambar 4.
Sedangkan minyak jelantah jenuh memiliki
rata-rata energi kalor serapan 456,07 kal/g.

2.5

1.5
erorr

0.5

0
1.428
1.426
0.618
1.424 0.616
X: 0.611
1.422 Y: 1.42 0.614
Z: 0.000749
1.42 0.612
0.61
1.418
0.608
1.416 0.606
konstanta kedua
konstanta pertama

Gambar 4. Optimasi interpolasi k1, k2 dan e

360 
 
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW 
Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 
 
 
Nilai k1 dan k2 diperoleh dari konstanta- EE=457,16 kal/g. Terlihat bahwa nilai energi
konstanta yang menghasilkan e minimum. mengalami peningkatan dari penambahan
Dari interpolasi pada gambar 4 diperoleh minyak jelantah jenuh dari 10% sampai 50%
error minimum, e = 0.075% pada k1=0,611 sesuai permodelan yang dilakukan. Dari
dan k2=1,42. Sehingga persamaan 3 dapat kelima indikator diketahui bahwa energi
diubah menjadi : kalor serapan rata-rata tertinggi dihasilkan
Q = ( m m .c m .ΔT ) 0,611 + ( m j c j .ΔT )1, 42 (4) oleh minyak pada indikator E dengan
.... prosentase 50% yaitu 457,16 kal/g.
Hasil data eksperimen pengukuran Berdasarkan pola distribusi data energi kalor
kandungan energi campuran minyak goreng serapan dapat dikelompokkan dengan
murni dan jelantah dengan WBT serta data melakukan PCA (Principal Component
permodelan dari persamaan 4 ditunjukkan Analysis). Masing-masing indikator
oleh grafik gambar 5. mempunyai karakteristik seperti yang
480 ditunjukkan pada gambar 6.
Energi kalor yang diserap

Berdasarkan gambar 6, indikator A, B, C, D


430 dan E dikelompokkan menjadi 3 kelompok.
Kelompok I yaitu indikator A dan B,
(kal/g)

380 kelompok II yaitu indikator C dan D, serta


kelompok III hanya indikator E.
330 Indikator A dan B ini menunjukkan sifat yang
permodela
hampir sama, terlihat juga dari besar masa
n
280 jenis A dan B yang mendekati sama (ρ=0,88
g/cm3). Kelompok II yang berisi indikator C
0% 10% 20% 30% 40% 50%
Prosentase penambahan jelantah (%) dan D mempunyai masa jenis sebesar 0,87
g/cm3. Sedangkan, pada kelompok III yang
Gambar 5. Hasil permodelan dan eksperimen hanya ada indikator E memiliki masa jenis
kandungan energi campuran sebesar 0,9 g/cm3. Dari PCA diketahui bahwa
indikator pada satu kelompok memiliki
Dari eksperimen kandungan energi kalor persamaan. Antara kelompok I,II dan III
serapan yang terukur pada indikator A (10%) menunjukkan bahwa perningkatan kandungan
EA=322,45 kal/g, indikator B (20%) energi yang cukup signifikan baru terlihat
EB=330,32 kal/g, indikator C (30%) setelah penambahan jelantah dengan
EC=363,9 kal/g, indikator D (40%) prosentase 20%.
ED=381,03 kal/g dan indikator E (50%)

0.9

0.8
III E

0.7

0.6
PC2

0.5
I
0.4
B
0.3
A
0.2
II
C
D
0.1
-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6
PC1

Gambar 6. Analisa komponen utama (Principal Component Analysis)

361 
 
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW 
Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 
 
 
KESIMPULAN Prosiding Seminar Nasional UNIMUS
Dari penelitian ini diperoleh bahwa rata-rata 2010, ISBN : 978.979.704.883.9.
energi kalor serapan minyak goreng murni [4]. Ayu, Dewi Fortuna dan Farida Hanum
sebesar 413,201 kal/g dan minyak jelantah Hamzah. 2010. Evaluasi Sifat Fisiko-
jenuh sebesar 456,07 kal/g. Kimia Minyak Goreng yang Digunakan
Dari kelima indikator berdasarkan oleh Pedagang Makanan Jajanan di
pencampuran minyak jelantah jenuh terhadap Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru.
minyak goreng murni menunjukkan bahwa Pekanbaru : SAGU, Maret 2010 Vol. 9
penambahan minyak jelantah berbanding No. 1:4-14, ISSN 1412-4424.
lurus dengan kenaikan energi kalor yang [5]. Edwar, Zulkarnian, dkk. 2011. Pengaruh
diserap. Nilai kalor serapan tertinggi pada Pemanasan terhadap Kejenuhan Asam
indikator E dengan prosentase minyak Lemak Minyak Goreng Sawit dan
jelantah jenuh sebesar 50% dan rata-rata Minyak Goreng Jagung. J Indon Med
energi kalor yang diserap 457,1 kal/g. Assoc, Volum: 61, Juni 2011
Korelasi penambahan minyak jelantah jenuh [6]. Sjaffriadi, dkk. 2012. Kompor Tekan
pada minyak goreng murni antara hasil Multifuel Berbahan Bakar Jelantah.
pengamatan dan model dicapai dengan rata- SEMINAR NASIONAL TEKNIK
rata selisih energi 0.00075 kal/g dengan KIMIA UNIVERSITAS KATHOLIK
konstanta k1 = 0,611; k2 = 1,42 dan e = PARAHYANGAN BANDUNG, 25
0,075%. APRIL 2012
Kelima indikator dapat dikelompokkan [7]. Anwar, Reskiati Wiradhika. 2012. Studi
menjadi 3 kelompok berdasarkan Pengaruh Suhu dan Jenis Bahan
karakteristik masing masing. kelompok I yaitu Pangan Terhadap Stabilitas Minyak
indikator A dan B, kelompok II terdiri dari Kelapa Selama Proses Penggorengan.
indikator C dan D, serta kelompok III yaitu Makasar : Program Studi Ilmu dan
indikator E. Peningkatan kandungan energi Teknologi Pangan, Jurusan knologi
baru terlihat signifikan pada penambahan Pertanian, Universitas Hasanuddin.
kelipatan 20%. [8]. Gunawan, Mudji Triatmo MA dan
Arianti Rahayu. 2003. Analisa Pangan ;
UCAPAN TERIMA KASIH Penentuan Angka Peroksida dan Asam
Penelitian ini mendapat dukungan dari Lemak Bebas pada Minyak Keledai
Penelitian Starter UKSW (Universitas Kristen dengan Variasi Menggoreng. Semarang
Satya Wacana) tahun 2011 dan pihak-pihak : JSKA Vol. VI No. 3 Tahun 2003
yang telah membantu. [9]. Tirono,M dan Ali Sabit. 2011. Efek Suhu
Pada Proses Pengarangan terhadap
DAFTAR PUSTAKA Nilai Kalor Arang Tempurung Kelapa
[1]. Rosita, Alinda Fradiani dan Wenti (Coconut Shell Charcoal). Jurnal
A.W.2009.Peningkatan Kualitas Minyak Neutrino Vol 3, No.2, April 2011
Goreng Bekas KFC dengan [10]. NRC (National Research Council).
Menggunakan Adsorben Karbon Aktif. 1984. Nutrients Requirements of
Semarang : Seminar Tugas Akhir S1 Poultry. Eight Revised Ed. National
Jurusan Teknik Kimia UNDIP. Academy. Press, Washington, DC. 555
[2]. Kadarwati,Sri dan Sri Wahyuni. 2010. pp.
Regenerasi Minyak Jelantah dengan [11]. Volunteers in Technical Assistance
Zeloit Alam Sebagai Upaya Peningkatan (VITA), 1985. Testing The Efficiency of
Kesehatan Masyarakat. Semarang : Wood-Burning Cookstoves. USA :
Prodi Kimia Jurusan Kimia FMIPA VITA Publications Department
Universitas Negeri Semarang. [12]. Prastowo, Bambang. 2007. Bahan
[3]. Aminah, Siti dan Joko Teguh Isworo. Bakar Nabati Asli Tanaman Perkebunan
2010. Praktek Penggorengan dan Mutu Sebagai Alternatif Pengganti Minyak
Minyak Goreng Sisa Pada Rumah Tanah untuk Rumah Tangga. Perspektif
Tangga di RT V RW III Kedungmundu volume 6 nomor 1 (Juni, 2007), page
Tembalang Semarang. Semarang : 10-18.

362 
 
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW 
Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:2087‐0922 
 
 
Nama Penanya : Debora N. Sudjito
Instansi : FSM - UKSW
Pertanyaan :
1. Kalau pada akhirnya minyak bumi dan jelantah dicampur, apa keuntungan penelitian
anda bagi masyarakat ? (minyak bumi dicampur jelantah kan jadi jelantah juga)
Jawaban :
1. Penelitian ini berdasarkan kecenderungan masyarakat yang mencampur minyak murni
dan jelantah sehingga dengan penelitian ini kita bisa menguji potensi energi keluar
limbah minyak tersebut (campuran)

Nama Penanya : Vellisya


Instansi : FSM - UKSW
Pertanyaan :
1. Membenarkan : Tadi priskila bilang ayam lemak tidak jenuh → semakin bahaya ?
Sebenarnya lemak tidak jenuh >> → semakin bagus mutunya
2. Berarti kalau 50:50 (minyak jelantah : minyak bumi) energy yang dihasilkan hampir
sama dengan 100% minyak jelanta. Berarti mending pake minyak jelanta saja, kan
energinya hampir sama
Jawaban :
1. Maaf mungkin tadi terbalik, sebenarnya ang saya maksud, asam lemak jenuh
meningkat, mutu minyak menurun
2. Berdasarkan kecenderungan → Pencampuran → energi

363 
 

Anda mungkin juga menyukai