Pembimbing:
dr. Faisal Syarifuddin, Sp.PD
Disusun oleh:
Argha Yudiansya 2013730126
Bismillahirrahmaanirrahiim
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Faisal Syarifuddin, Sp.PD selaku
pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam di RSIJ Cempaka Putih yang telah
memberikan masukan yang berguna dalam proses penyusunan laporan kasus ini. Tidak
lupa penulis menucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut serta membntu dalam
upaya penyelesaian laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun
dan bermanfaat. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dan berguna bagi setiap
pembacanya khususnya tentang masalah CKD.
Argha Yudiansya
BAB I
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Lemas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSIJ Cempaka Putih dengan keluhan lemas yang
memberat sejak 3 hari SMRS. Lemas dirasakan di seluruh badan pasien. Pasien
hanya berbaring di tempat tidur seharian.
Kurang lebih 3 bulan yang lalu pasien merasa semakin mudah lelah dan
lemas sehingga pasien sering merasa sesak, sesak lebih dirasakan ketika pasien
tidur denngan posisi terlentang. Pasien sering mengeluh sulit tidur, tidur dengan
bantal yang ditinggikan, pasien mengaku menggunakan 2 hingga 3 bantal saat tidur.
Saat itu juga pasien mulai merasa wajahnya lebih pucat. Makan pun pasien duduk
di tempat tidurnya, karena lemas untuk berjalan. Pasien pun mengeluhkan nafsu
makan menurun. Pasien juga merasa sakit kepala, tidak berputar, tidak dipengaruhi
posisi. Mual dan muntah tidak ada pada pasien. Demam tidak ada. BAB dan BAK
tidak ada keluhan. Keluhan bengkak pada anggota gerak, kelopak mata dan perut
tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi (+) sejak 8 tahun lalu, rutin konsumsi amlodipine dan
captopril
- Riwayat gagal ginjal sejak 3 bulan lalu, rutin hemodialisa sejak 2 bulan lalu
sebanyak 2 kali seminggu (senin dan kamis).
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Penyakit jantung (-), DM (-), asma (-), HT (-).
Riwayat Pengobatan
- Pasien rutin mengonsumsi obat anti hipertensi yaitu amlodipine dan
captopril
Riwayat alergi
- Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan, debu, cuaca, dll.
Riwayat Pekerjaan, Sosial dan Ekonomi
- Pasien merupakan IRT, sehari-hari hanya di rumah melakukan kegiatan
rumah tangga.
- Pasien sering mengonsumsi makan makanan yang asin seperti ikan asin.
- Pasien jarang berolahraga.
- Riwayat konsumsi alkohol (-).
- Riwayat merokok (-)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Nafas : 22 x/menit
Suhu : 36,7 °C
BB : 40 kg
TB : 150 cm
IMT : 17,8 (Underweight)
KEPALA & LEHER
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. DARAH
Tes Hasil Nilai Rujukan
17-09-2018
19-09-2018
RESUME
Pasien Ny. A, 63 tahun, datang ke RSIJ CempakaPutih dengan keluhan
lemas yang memberat sejak 3 hari SMRS. Lemas dirasakan di seluruh badan pasien,
hanya dapat berbaring di tempat tidur seharian. Lemas sudah dirasakan sejak 3
bulan SMRS. Mudah Lelah (+), Sering merasa sesak jika tidur dengan posisi
terlentang dan lebih nyaman tidur dengan 2 sampai 3 bantal, Sulit tidur (+), pasien
merasa wajah lebih pucat, nafsu makan menurun (+), sakit kepala (+) tidak berputar
maupun dipengaruhi dengan perubahan posisi. Mual-muntah (-), demam (-), BAB
dan BAK tidak ada keluhan, Bengkak anggota gerak, kelopak mata, dan perut (-).
Pasien memiliki riwayat Hipertensi selama 8 tahun dan rutin mengkonsumsi
obat anti hipertensi amlodipine dan captopril. Pasien telah di diagnosis CKD dan
rutin hemodialisa 2x seminggu sejak 2 bulan SMRS.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 160/100 mmHg, nadi 72x/menit,
napas 22x/menit, Suhu 36,7°C, IMT underweight, Konjungtiva anemis +/+.
Pemeriksaan laboratorium yang bermakna : Hb 6,7 mg/dl
DAFTAR MASALAH
1. Malaise
S : Lemas yang memberat sejak 3 hari SMRS, mudah cepat lelah, lebih
banyak berbaring di tempat tidur
O : TD 160/100 mmHg, Nadi : 72x/menit, Napas 22x/menit, Suhu
36,7°C, IMT Underweight, CA +/+, Hb : 6.7 g/dL
A : Malaise ec anemia penyakit kronis
P :
Planning Diagnostik : MDT, Glukosa darah, Ureum, Kreatinin
Planning Farmakologi : tranfusi PRC 250 cc
Planning Non-Farmakologi : Tirah baring, Posisikan pasien Semi
Fowler
2. Hipertensi
S : Memiliki riwayat darah tingg sejak 8 tahun yang lalu
O : TD 160/100 mmHg, Nadi : 72x/menit, Napas 22x/menit, Suhu
36,7°C, IMT Underweightweight, CA +/+
A : Hipertensi grade II (JNC 7)
P :
Planning Diagnostik : Cek Tekanan darah berkala, Profil Lipid.
Planning Farmakologi : Amlodipine 1 x 10 mg, Captopril 3 x 25mg,
Clonidine 3 x 0,15 mg
Planning Non-Farmakologi : Diet rendah garam, Tidak merokok dan
konsumsi alcohol
3. CKD on HD
S : Memiliki riwayat gagal ginjal dan sudah menjalani cuci darah sejak
2 blan yang lalu 2 kali dalam seminggu
O : TD 160/100 mmHg, Nadi : 72x/menit, Napas 22x/menit, Suhu
36,7°C, IMT Underweight, CA +/+
A : CKD on HD
P :
Planning Diagnostik : Elektrolit, Ureum, Kreatinin.
Planning Farmakologi : Hemodialisa
Planning Non-Farmakologi : Batasi cairan, diet rendah protein, diet
rendah garam
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
P: 22 x/menit
P: 20 x/menit
Obat anti hipertensi yang biasa digunakan adalah ACE-i dan ARB yang
dapat menghambat angiotensin-induced vasokonstriksi pada arteriol aferen dari
mikrosirkulasi glomerular sehingga dapat menurunkan tekanan filtrasi
intraglomerular dan proteinuria. Beberapa studi menunjukkan bahwa obat-obatan
ini efektif pada pasien gangguan ginjal dengan DM maupun non DM. Efektivitas
obat dalam menghambat progresi perburukan PGK adalah bergantung dari efeknya
terhadap menurunkan proteinuria. Jika pada penggunaan satu jenis obat tidak
ditemukan respons anti proteinuria, maka bisa digunakan kombinasi obat ACE-I
dan ARB.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa
kelainan structural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju
filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi:
- Kelainan patologis
- Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi
darah atau urin, atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging test)
2. Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 selama
3bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal
Pada keadaan tidak terdapat kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan, dan LFG
sama atau lebih dari 60 ml/menit/1,73m2, tidak termasuk kriteria penyakit ginjal
kronik.
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi ginjal kronik didasarkan atas dua hal,yaitu, atas dasar derajat
(stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung
dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut :
Transplant glomerulopathy
2.1.3 Epidemiologi
Diperkirakan paling sedikit 6% dari populasi dewasa U.S. mempunyai
kerusakan ginjal kronis dengan LFG >60 (stage 1 dan 2), dan diambang resiko
penurunan progresif yang lebih jauh pada LFG. Tambahan mendekati 4,5% dari
populasi U.S. ada di stage 3 dan 4. Diabetes dan hipertensi adalah etiologi dasar
dari CRD dan ESRD.
2.1.4 Etiologi
Dua penyebab utama dari PGK ini adalah diabetes dan tekanan darah tinggi,
yang terjadi pada dua dari tiga kasus. Diabetes terjadi ketika gula darah terlalu
tinggi, menyebabkan kerusakan banyak organ dalam tubuh, termasuk ginjal dan
jantung, serta pembuluh darah, saraf dan mata. Tekanan darah tinggi atau
hipertensi, terjadi ketika tekanan darah terhadap dinding pebuluh darah meningkat.
Jika tidak terkendali, atau tidak terkontrol, tekanan darah tinggi dapat menjadi
penyebab utama serangan jantung, stroke dan PGK. PGK juga menyebabkan
tekanan darah tinggi.
Definisi Contoh
2.1.6 Patofisiologi
Mayoritas penyebab terjadinya penyakit ginjal progresif biasanya terjadi
karena kerusakan parenkim ginjal yang bersifat irreversibel. Elemen kunci jalur
tersebut adalah hilangnya masa nefron, hipertensi kapiler glomerular dan
proteinuria. Beberapa peneliti meyakini bahwa kerusakan ginjal ini berhubungan
dengan peningkatan tekanan atau peregangan sisa glomerulus. Hal ini terjadi akibat
vasodilatasi fungsional atau peningkatan tekanan darah dan regangan kronis pada
arteriol dan glomeruli diduga akhirnya menyebabkan sklerosis pada pembuluh.
Lesi-lesi sklerosis ini akhirnya dapat mengakibatkan penurunan ginjal lebih lanjut
yang berakhir pada ESRD.
2.1.7 Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda PGK stadium awal
1) Lemah
2) Nafsu makan berkurang
3) Nokturia, poliuria
4) Terdapat darah pada urin, atau urin berwarna lebih gelap
5) Urin berbuih
6) Sakit pinggang
7) Edema
8) Peningkatan tekanan darah
9) Kulit pucat
Gejala dan tanda PGK stadium lanjut
1) Umum (lesu, lelah, peningkatan tekanan darah, tanda-tanda kelebihan
volume, penurunan mental, cegukan)
2) Kulit ( penampilan pucat, uremic frost, pruritic exexcoriations)
3) Pulmonari (dyspnea, efusi pleura, edema pulmonari, uremic lung)
4) Gastrointestinal (anoreksia, mual, muntah, kehilangan berat badan,
stomatitis, rasa tidak menyenangkan di mulut)
5) Neuromuskuler (otot berkedut, sensorik perifer dan motorik neuropati,
kram otot, gangguan tidur, hiperrefleksia, kejang, ensefalopati, koma)
6) Metabolik endokrin (penurunan libido, amenore, impotensi)
7) Hematologi (anemia, pendarahan abnormal)
2.1.8 Diagnosa
Setiap sistem organ utama akan dipengaruhi oleh penyakit gagal ginjal
kronik, hal itu terutama terjadi jika perkembangannya telah mencapai end-stage
renal disease (ESRD). Tanda dan gejala dihubungkan dengan uremia dan
komplikasi sekunder PGK. Secara subyektif dan obyektif, tanda dan gejala yang
nampak bergantung dengan stadium PGK yang diderita.
Pendekatan diagnosis PGK mempunyai sasaran berikut :
2.1.9 Tatalaksana
Penatalaksanaan penyakit gagal ginjal kronik meliputi :
2.2 Anemia
2.2.1 Definisi
Anemia menurut KDOQI didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin kurang dari 13,5 g/dL pada pria dewasa, dan kurang dari 12 g/dL pada
wanita dewasa. Menurut WHO, anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel
darah merah atau kapasitas membawa oksigen tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis yang bervariasi menurut umur, jenis kelamin, ketinggian,
merokok dan status kehamilan.
2.2.2 Klasifikasi
Secara morfologi anemia dibagi menjadi:
2.2.5 Diagnosa
Diagnosis dan evaluasi anemia pada pasien PGK menurut Kidney Disease:
Improving Global Outcomes :
1. Dr. Sibuea, W. Herdin. Dr. Panggabean, Marulam M.. Dr. Gultom S.P.. Ilmu Penyakit
Dalam. FK-UKI dengan Rumah Sakit DGI Tjikini : Jakarta : 2005, hal 123-132 ,hal
66-67
2. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem . Jakarta : EGC, 2001 hal
462-502
3. Suwitra, Ketut. Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. Jakarta: FK-UI,2006, hal 570-573
4. Skorecki, Karl, Green J., Brenner B.M.. Harrison’s : Principles of Internal Medicine :
USA : Mc Graw-Hill,2005 page 1653-1663
5. Silbernagl, Stefan et Lang, Florian. Teks&Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta :
EGC, 2007 hal 110
6. Eaton, Douglas C. et Pooler, John P..Vander’s : Renal Physiology. USA : Mc Graw-
Hill, 2009 page 1 – 23
7. Price, Sylvia A. et Wilson Lorraine M..Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC, 2006 page 256 – 258
8. Kidney disease informing global outcomes (KDIGO). KDIGO Clinical Practice
Guideline For Anemia In Chronic Kidney Disesae. Kidney international supplements.
2012. 2 (4):283-323.
9. Arici, M. Management of Chronic Kidney Disease. Berlin Heidelberg : Sringer-
Verlag. 2014.
10. PERNEFRI. Konsensus Manajemen Anemia Pada Penyakit Ginjal Kronik. Jakarta :
Perhimpunan Nefrologi (PERNEFRI). 2011. Hal 3-48.
25