Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL DI BURSA SAHAM

PERLUKAH DIPERTENTANGKAN?

Untuk menghadapi pergerakan harga di bursa saham ada dua macam pendekatan,
yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.

Pada masing-masing pendekatan ada penganut yang agak fanatik sehingga


menimbulkan antagonisme seolah-olah yang satu lebih unggul daripada yang lain.
Para penganut haluan fundamental (fundamentalist) menganggap bahwa harga
bergerak secara acak (random) sehingga arahnya tidak mungkin bisa diduga
sebelumnya. Upaya untuk berbuat demikian tidak lain adalah spekulasi belaka,
yang tentu tidak bisa diterima oleh para teknisi pasar (market technician), sehingga
suka memplesetkan nama fundamentalist menjadi funnymentalist dalam ucapan
yang dipercepat. Antagonisme demikian tidak perlu terjadi bila kita
mempertimbangkan aspek-aspek berikut.

DASAR FUNDAMENTAL DAN RAGAM PELAKU BURSA

Dalam analisis fundamental, yang dijadikan dasar perkiraan harga (intrinsic value)
adalah faktor-faktor fundamental seperti laporan keuangan, informasi penting lain
yang sewaktu-waktu harus diumumkan perusahaan publik dan perkembangan
ekonomi makro, mau pun berita dalam bidang-bidang lain seperti politik, sosial,
cuaca, dsb. yang dianggap perlu, semuanya selama paling tidak dua tahun terakhir.
Tentu pekerjaan yang terlibat adalah kolosal, bila ingin ditinjau secara mendalam
dan tuntas.

Tidak mungkin bagi siapa saja untuk menyerap semua informasi yang ditawarkan
secara total. Perlu untuk meletakkan perbatasan menurut urutan prioritas dan
keterbatasan waktu maupun sumber daya masing-masing. Pembatasan yang
ditetapkan oleh analis menurut kebutuhan masing-masing adalah berbeda-beda. Di
samping itu akses kepada informasi yang tersedia tidaklah sama bagi semua pihak
yang sedang terlibat, dari segi waktu maupun jumlah. Perbedaan dalam
pembatasan ruang gerak analis akan berpengaruh terhadap proses pembentukan
harga, sehingga akan timbul perbedaan persepsi tentang tingkat harga yang
dianggap wajar.

Bila yang ikut ditinjau juga adalah motivasi berbagai pihak untuk terjun ke bursa
saham, maka gerak harga akan dipengaruhi juga oleh pertimbangan yang tidak
fundamental atau rasional. Pihak yang dianggap menggunakan pendekatan
fundamental adalah investor jangka panjang yang adakalanya perlu melaksanakan
penyesuaian portfolio, namun selalu berusaha untuk memilih saham dengan kinerja
terbaik. Golongan yang tidak selalu bersikap demikian, namun masih cukup
rasional adalah penggerak pasar (market maker) karena kewajibannya untuk
mencipta permintaan pada saham tertentu. Dalam golongan "market maker"
termasuk "specialist" yang oleh peraturan bursa dilarang untuk mencipta
permintaan yang menyesatkan, karena saham yang ditanganinya sebetulnya tidak
memenuhi persyaratan fundamental sama sekali. Para "specialist" ditugaskan untuk
memelihara perdagangan yang hidup dan liquid bagi saham-saham tertentu
berdasarkan imbalan perlakuan istimewa (privileges) dari pihak bursa di Amerika
Serikat.

Perbedaan motivasi antara investor dan para penggerak pasar sudah bisa
menyebabkan saham yang terbaik tidak mendapatkan harga tertinggi. Bisa saja
terjadi bahwa saham yang tidak begitu baik fundamentalnya, dikejar pelaku bursa
karena permintaan yang lebih tinggi.

Pelaku bursa dengan persentase rendah di bursa yang sudah maju, namun justru
lebih tinggi di bursa yang belum berkembang dengan baik, adalah para spekulator
yang tidak rasional. Para spekulator terdiri dari dua kelompok yang termakan isu
bahwa mencari untung di bursa adalah lebih mudah dan cepat daripada terjun ke
dalam bisnis normal.

Kelompok yang satu memang mempunyai uang lebih, sehingga secara menyeluruh
tidak akan kehilangan segala-galanya secara menyakitkan. Kerugian akan
membuat mereka mendapatkan pelajaran pahit yang mudah-mudahan dapat
menjadi pendorong untuk mau berlelah-lelah dalam membuat analisis sebelum
terjun di bursa, daripada mengandalkan rumor atau naluri saja.

Kelompok yang satu lagi adalah mereka yang sebetulnya tidak mempunyai uang
lebih, namun yang tersedia hanya belum dibutuhkan dengan segera. Karena sama
sekali tidak mempunyai pengertian tentangmanajemen dana, tidak ada cadangan
untuk menghadapi kerugian yang tiba bersamaan dengan atau lebih cepat dari
kebutuhan penggunaannya. Pengalaman demikian akan membuat mereka jera
masuk ke bursa lagi.

Dari latar belakang materi fundamental dan pelaku bursa saham dapat ditarik
kesimpulan bahwa upaya untuk menetapkan harga di muka, tidak mungkin bisa
berhasil dengan baik. Harga yang telah dihitung dan diperkirakan tidak bisa
diharapkan untuk muncul di bursa. Apa yang dapat diharapkan adalah pedoman
untuk tindakan jual atau beli berdasarkan perbandingan antara analisis dan
kenyataan yang dihadapi pelaku bursa. Juallah saham yang disebut "overvalued"
(harga berada di atas nilai yang telah dihitung/diperkirakan), sebaliknya belilah
saham yang "undervalued" (harga berada di bawah nilai yang telah
dihitung/diperkirakan). Sikap yang rasional demikian memang akan menghasilkan
keuntungan bila jangka waktu yang digunakan adalah cukup lama. Namun apakah
suatu strategi "buy-and-hold" untuk saham yang "undervalued" bisa menghasilkan
keuntungan yang maksimal?

DASAR TEKNIKAL DAN SINERGI FUNDAMENTAL


Ada suatu kelompok pelaku bursa saham yang belum diulas sampai kini, ialah
mereka yang memanfaatkan analisis teknikal.

Keunikan dengan cara analisis ini adalah bahwa pekerjaan baru


dimulai setelah harga terbentuk di bursa. Ingatlah bahwa pekerjaan dalam analisis
fundamental dilaksanakan sebelum harga terbentuk di bursa . Tindakan jual-beli
kemudian didasarkan perbandingan antara hasil analisis dan kenyataan di bursa,
yang bisa ditetapkan sebagai "over" atau "undervalued."

Jelaslah dari urutan peristiwa bahwa analisis fundamental dibutuhkan sebelum bisa
ada upaya untuk melaksanakan analisis teknikal. Adalah kekuatan-kekuatan pasar
secara kolektif yang menyebabkan pembentukan harga. Kekuatan-kekuatan ini
adalah hasil dari analisis fundamental yang dilancarkan oleh para investor dan
penggerak pasar maupun spekulator. Hasil dari kekuatan-kekuatan ini atau tarik
menarik antara permintaan dan penawaran adalah yang dipelajari dalam analisis-
teknikal. Interaksi antara permintaan dan penawaran secara kolektif dan kumulatif
menghasilkan grafik gerak harga, yang bila dibaca dengan benar, bisa menjadi
pedoman tindakan beli atau jual yang menguntungkan secara total.

Dalam pandangan analisis teknikal,


semua faktor fundamental sudah
masuk ke dalam dan
dipresentasikan oleh harga yang
terbentuk, sehingga tidak lagi perlu
mempertimbangkan segi
fundamental suatu saham. Setelah
terjadi pembentukan harga, maka
adalah mubazir untuk
memperhatikan segi fundamental
yang menyebabkannya. Yang
diperlukan adalah justru
kemampuan membaca dengan
benar arah yang akan diambil oleh
harga.

Sebaliknya meskipun dimulai dengan analisis fundamental, pelaku bursa masih


bisa mengambil manfaat lebih jauh dari analisis teknikal. Dalam keadaan
"overvalued" apakah saham langsung dijual atau apakah tindakan itu bisa ditunda
dulu untuk meraih keuntungan lebih banyak lagi? Berapa lama lagi waktu harus
dibiarkan berlalu sebelum tercapai suatu titik balik dalam gerak harga? Ini
bergantung dari pemanfaatan analisis teknikal dengan baik.

Dari ulasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis fundamental dan
analisis teknikal saling membutuhkan: yang pertama untuk pembentukan harga dan
yang kedua untuk kelanjutan gerak harga. Perbedaan mendasar antara kedua cara
analisis ini adalah dominannya segi eksakta dalam analisis fundamental dan
hadirnya intuisi—berdasarkan pengalaman di masa lampau—dalam kadar tertentu
pada analisis teknikal.

Jack D. Schwager sebagai pengaran buku The Market Wizards (1989, New York
Institute of Finance/Simon & Schuster) dan The New Market Wizards:
Conversations with America's Top Traders (1992, Harper Business), setelah
mengadakan wawancara dengan puluhan pakar dalam perdagangan di bursa saham
dan komoditi, ia menulis bahwa analisis fundamental dan teknikal bisa digunakan
terpisah atau tergabung, dengan berhasil.

Dalam bukunya yang terakhir Schwager on Futures (1996, John Wiley & Sons), ia
mengakui di kata pengantarnya bahwa mula-mula ia merupakan "pure
fundamentalist" dan sangat meremehkan analisis teknikal. Namun setelah mencoba
memanfaatkan analisis grafik, ia berubah 180 derajat dari skeptisismenya yang
semula. Perubahan sikap demikian telah dialami banyak fundamentalist lain
melalui pandangan terbuka (open mindedness) yang memungkinkan mereka
mengadakan percobaan. Dengan demikian maka analisis fundamental dan teknikal
tidak perlu dipertentangkan, karena saling membutuhkan untuk hasil yang
maksimal.

SPEKULASI BUKAN FAKTOR TEKNIKAL

Memang ruang lingkup analisis


teknikal, yang hanya
memperhatikan sifat dan pola gerak
harga, tidaklah seluas analisis
fundamental yang mencakup ilmu
akunting, ekonomi mikro dan
makro, bidang sosial politik, cuaca,
dsb. Namun cara analisis ini
tidaklah sederhana juga, apa lagi
program komputer mutakhir
memanfaatkan lebih dari 150
indikator atau alat analisis untuk
seleksi yang terbaik antara ribuan
saham dalam waktu beberapa menit
saja.

Mereka yang menggunakan analisis teknikal dengan benar pasti bukanlah


spekulator yang tidak menguasai dan mengerti tindakan mereka sendiri. Pada
umumnya spekulator menggunakan analisis teknikal dan karena itu cenderung
diasosiasikan dengan analisis teknikal. Karena sesungguhnya belum dimanfaatkan
secara profesional sehingga tingkat keberhasilannya rendah, maka pendekatan
teknikal dianggap spekulatif. Meskipun demikian analisis teknikal tidak identik
dengan spekulasi, yang tidak konsisten dalam hasilnya. Pelaku bursa yang fanatik
teknikal seperti Richard Dennis (buku New Market Wizards, pasal Silence of the
Turtles) di samping mendapatkan hasil yang konsisten dengan melipatkgandakan
beberapa ribu dolar menjadi $200 juta, juga telah melatih puluhan orang lain untuk
berhasil secara konsisten. Agar tidak merusak pasar, mereka terikat kontrak untuk
bungkam tentang sistem dagang mereka.

http://www.bumianyar.com/bi/AFvsAT.htm

Anda mungkin juga menyukai