Anda di halaman 1dari 5

Review Mata Kuliah Kontinuitas dan Transformasi Budaya

Muhamad Septia Andi Akbarsyah (1506684546)

Bahan Bacaan:

- Radcliffe Brown, A.R, 1952. Introduction di dalam Structure and Function in Primitive
Society
- Edmund Leach, 1971. Political Systems of Highland Burma, Introduction dan Ch. I, hal
1-28.

Pada halaman pertama buku Radcliffe Brown berjudul “Structure and Function in
Primitive Society” terdapat bahasan Introduction. Pada Introduction ada beberapa pembahasan,
pertama History and Theory, kedua Social Process, ketiga culture, keempat Social System,
kelima Statics and Dynamics, keenam Social Evolution, ketujuh Adaptation, kedelapan Social
Structure, dan kesembilan Social Function. Selain bahasan itu, pada tulisan ini terdapat beberapa
sudut pandang teoritis. Teori yang dimaksudkan adalah skema atas intepretasi yang
diaplikasikan, intinya applicable (berlaku dan dapat diterapkan atau digunakan) untuk
memahami fenomena pada golongan tertentu. Sebuah teori terdiri dari kumpulan konsep analitis,
yang harus didefinisikan secara jelas dengan realitas yang konkrit dan harus terhubung secara
logis. Tujuan dari tulisan-tulisan di buku ini untuk mendefinisikan beberapa konsep dengan
tujuan untuk menganalisis fenomena sosial.

Radcliffe Brown itu adalah seorang fungsionalis, maka menurut beliau masyarakat itu
statis jadi udah ada fungsinya sendiri-sendiri. Karena Radcliffe Brown melihat itu sebagai
struktur, maka dia menjelaskan struktur fungsional. Radcliffe Brown melihat dalam struktur
sosial ada norma, struktur, dalam hal tersebut ada masyarakat. Karena adanya norma
memungkinkan adanya keberlangsungan masyarakat. Melihat juga manusia sebagai proses. Lalu
juga ada hubungan antara aspek-aspek lain, seperti saling terhubung atau interkoneksi dan
interdependen. Beliau juga liat norma, pola, dan struktur itu membuat manusia bisa bertahan.
Ada proses yang stabil, proses itu dilihat sebagai suatu yang statis tapi hubungan di dalamnya itu
dinamis. Jika kita pahami kata yang diatas, manusia itu dilihat sebagai proses bukan sebagai
entitas. Karena itu beda manusia, beda juga prosesnya. Dalam prosesnya, manusia itu punya
aspek-aspek lainnya seperti, budaya (culture) & tradisi.

Lalu masuk ke bahasan pertama yaitu, History and Theory. Pada bahasan ini menjelaskan
tentang perbedaan antara studi historis suatu institusi sosial dengan studi teoritas dapat dengan
mudah dilihat dengan cara membandingkan economic history dengan theoritical econimics atau
dengan membandingkan history of law dengan theoritical jurispredence. Dalam antropologi
masih terdapat perdebatan dengan istilah “history” dan “science”/”theory” karena artinya masih
berbeda-beda. Perdebatan itu bisa dihindari dengan menggunakan istilah yang diakui atas dasar
logika dan metodologi dan yang membedakan antara pertanyaan idiografis dan nomotetis.
Pertanyaan idiografis bertujuan untuk pembuktian atas beberapa statement yang dapat diterima.
Kalau pertanyaan nomothetic justru kontras karena dia memiliki tujuan. Tujuan yang dimaksud
adalah untuk menghadirkan proposisi umum yang dapat diterima. Sejarah seperti yang kita
ketahui adalah sebuah studi mengenai catatan dan monumen yang bertujuan untuk memberikan
pengetahuan tentang keadaan dan kejadian di masa lampau. Sejarah itu sendiri terdiri dari
pertanyaan idiografis bukan dari pertanyaan nomotetik. Hal tersebut dikarenakan dalam sejarah
diceritakan apa yang memang terjadi dan bagaimana hal tersebut terjadi. Dalam antropologi,
terdapat pengertian mengenai apa yang kita katakan sebagai orang primitif atau terbelakang.
Dalam istilah etnografi menerapkan apa yang secara spesifik terdapat dalam model pertanyaan
idiografis. Tujuannya adalah untuk memberikan narasi deskripsi yang dapat diterima seperti
antara lain tentang manusia dan juga kehidupan sosialnya. Dijelaskan juga bahwa etnografi itu
berbeda dengan sejarah. Kalau etnografi itu ilmunya diperoleh dari observasi langsung atau
pengamatan secara langsung, tidak seperti sejarawan yang menuliskan berdasarkan rekaman
jejak, riwayat, atau arsip. Kalau arkeologi sejarah cabangnya antropologi itu bisa dikatakan
sebagai studi idiografi karena bertujuan untuk memberikan ilmu yang faktual mengenai
prasejarah di masa lampau. Studi teoritis pada institusi sosial pada umumnya biasanya merujuk
pada sosiologi. Frazer di tahun 1908 bilang kalau antropologi sosial adalah cabang dari sosiologi
yang berhubungan masyarakat primitif. Sebenarnya beberapa hal yang menyebabkan adanya
kebingungan di ranah antrop itu adalah kegagalan untuk membedakan antara penjelasan historis
dengan pemahaman teoritis. Ilmu antropologi ingin memakai penjelasan historis harus
menggunakan historical rekaman jejak, data, atau arsip sejarah yang dapat diandalkan.

Pembahasan selanjutnya mengenai sosial process. Sebelum memasuki pembahasan itu,


disini kita disuguhkan pertanyaan yang harus ditanyakan apabila kita akan merumuskan teori
sistematis atas sosiologi komparatif adalah: apakah yang konkrit, tampak, dan mengandung
realitas fenomenal yang bersangkutan dengan teori? “Societies” dan “problem” itu keduanya
merupakan entitas-entitas yang merepresentasikan permasalah. Menurut pandangan penulis,
realitas konkrit yang menjadi konsentrasi para antropolog sosial adalah hal-hal yang berkaitan
dengan observasi, deskripsi, perbandingan, dan klasifikasi, yang semuanya itu bukanlah
semacam kesatuan atau entitas tapi lebih menekankan pada proses. Proses yang dimaksud itu
dari kehidupan sosial yang unit investigasinya adalah kehidupan sosial di beberapa regional di
dunia dalam kurun waktu tertentu. Proses sosial yang terjadi itu juga tentu saja terdiri atas hal-hal
yang sangat banyak mengenai tindakan dan interaksi manusia, baik itu bertindak secara
individual, kombinasi, maupun grup. Menurut penulis konsep mengenai antropologi sosial
adalah mengenai studi komparatif teoritis mengenai kehidupan sosial diantara masyarakat
primitif. Sistemnya dari Discoverable regularities (keteraturan) ke general features (fitur umum)
menjadi form of social life (bentuk kehidupan sosial). Bentuk dari kehidupan sosial bisa saja
sama dari masa ke masa, tetapi melewati waktu yang cukup atau juga bisa mengalami perubahan
atau modifikasi. Synchronic description adalah mengabstraksi penelitian sebuah bentuk dari
kehidupan sosial jauh dari perubahan, kalau diachronic description adalah penelitian mengenai
perubahan dari waktu ke waktu.
Pembahasan ketiga mengenai culture (budaya). Antropolog menggunakan kebudayaan
tersebut sebagai kesamaan dari bentuk dalam kehidupan sosial. Culture disini merujuk pada
sebuah proses (yang diperoleh seseorang) dengan cara kontak atau berhubungan dengan orang
lain, atau dapat juga dengan buku pengetahuan, kemampuan, seni, pemikiran, kepercayaan, rasa,
dan sentimen. Intinya lebih menekankan bahwa kebudayaan itu terbentuk karena proses.
Beberapa masyarakat ada cultural tradition. Tradisi itu diserahkan atau diturunkan ke generasi
dibawahnya, contohnya bahasa. Jadi jika realitas sosial itu proses, maka culture dan cultural
tradition adalah aspek dari proses tersebut. Kontinyuitas dan perubahan dalam bentuk dari
kehidupan sosial menjadi subjek dalam investigasi dari sosiologi perbandingan.

Pembahasan keempat adalah social systems. Pembahasan pertama kali diawali oleh
Montesquieu di abad ke 18 yang meletakkan fondasi utama untuk sosiologi komparatif dan
merumuskan dan mengkonsepkan hal yang saat ini kita kenal sebagai sistem sosial. Selanjutnya,
teori-teorinya kemudian dikatakan oleh comte sebagai hukum utama dalam statistik sosial.
Bentuk khusus dari kehidupan sosial yang didalamnya terdapat relasi atau hubungan,
interkoneksi, dan interdepensi atau yang dikatakan oleh Comte sebagai hubungan dari solidaritas
diantara berbagai macam yang lainnya. Contoh yang diberikan dalam tulisan ini adalah sistem
kekerabatan. Social system theory juga menjelaskan bahwa fitur-fitur dalam kehidupan sosial
bersatu kedalam sebuah keseluruhan yang koheren.

Pembahasan kelima adalah Statics and Dynamics. Dalam sosiologi Comte mengatakan
terdapat dua problem besar yaitu statis (mencoba menemukan dan mendefinisikan kondisi dari
kehidupan atau hidup berdampingan) dan dinamis (mencoba menemukan kondisi dari
perubahan). Di dalam hal yang statis kita berupaya untuk menemukan dan mendefinisikan
kondisi dari eksistensi dan koeksistensi, namun dalam dinamis kita mencoba untuk menemukan
kondisi untuk perubahan. Sedangkan problem dari dinamika sosial adalah bagaimana
menghadapi kondisi perubahan dalam bentuk kehidupan sosial. Basis dari ilmu pengetahuan
adalah sistem klasifikasi yang tidak spesifik, tetapi typological (berusaha memformulasikan
generalisasi). Namun bentuk dari kehidupan sosial tidak bisa secara mudah diklasifikasikan
seperti spesies dan genus, seperti kita mengklasifikasikan hewan, tumbuhan, dan organisme
lainnya. Lebih menekankan ke dinamisnya karena lebih fokus terhadap perubahan sistem sosial.

Pembahasan keenam adalah social evolution. Teori umum evolusi sosial adalah Herbert
Spencer. Teori evolusi ini merupakan teori perkembangan kehidupan di Bumi (prosesnya).
Perkembangan bentuk kehidupan organik dan kehidupan sosial manusia telah terjadi proses
diversifikasi yang mana banyak bentuk kehidupan organik atau sosial telah berkembang dari
jumlah aslinya yang lebih sedikit. Penerimaan teori evolusi hanya mensyaratkan penerimaan
proposisi-proposisi ini sebagai pemberian sebagai skema intepretasi untuk diterapkan pada studi
kehidupan organik dan sosial.

Pembahasan ketujuh adalah adaptation. Adaptasi merupakan konsep kunci dari teori
evolusi. Konsep ini dapat diaplikasikan di dalam kedua hal yaitu kehidupan organik atau sosial
dalam kehidupan manusia. Organisme ada dan melanjutkan keberadaannya jika sudah
beradaptasi internal dan eksternal. Adaptasi internal adalah pengaturan dari berbagai organ dan
aktivitasnya (physiological processes), sedangkan adaptasi eksternal adalah lingkungan tempat
hidup (di masyarakat). Kehidupan sosial dan adaptasi sosial melibatkan pengaturan dari perilaku
individu untuk kebutuhan dari proses yang membuat kehidupan sosial berlanjut. Dalam
beradaptasi dibutuhkan sebuah kerjasama dan adaptional system yang berjumlah 3 aspek, yang
pertama adaptasi ekologi mengenai lingkungan fisik, kedua adaptasi institusional mengenai
kehidupan sosial tertib terpelihara, dan ketiga adaptasi kultural mengenai proses dimana individu
membutuhkan kebiasaan dan karakteristik mental yang sesuai di kehidupan sosialnya dari
memungkinkannya berpartisipasi.

Pembahasan kedelapan adalah social structure. Pada bahasan ini membicarakan


kontinyuitas dalam bentuk kehidupan sosial tergantung pada kontinyuitas structural (antara orang
yang satu dengan yang lain). Bahasan ini juga mengenai pengaturan seseorang, misalnya
seseorang berubah dari waktu ke waktu akan tetap berlanjut keberadaannya (institutionally).
Hubungan sosial yang melanjutkan jaringan, ditentukan oleh proses sosial yang dikendalikan
oleh norma, aturan, atau pola. Norma yang telah mapan disebut institusi. Tipe atau kelas
hubungan dan interaksi sosial yang bisa dibedakan (bisa berdasarkan kelompok). Hubungan
antara intitusi dan struktur sosial dua kali lipat. Norma yang ada pada institusi adalah kelompok
atau kelas. Norma yang dimapankan dengan pengakuan sebagaimana perilaku yang sesuai
didefinisikan (sistem struktural). Sedangkan organisasi lebih ke aktivitasnya. Jadi kesimpulannya
struktur sama dengan sistem dari posisi sosial dan organisasi dan sistem dari peran.

Pembahasan terakhir dari bab “Introduction” Radcliffe Brown ini adalah tentang social
function. Fungsi sosial ini mengenai hubungan antara struktur dari organisme dan proses
kehidupannya. Pada konsepnya fungsi proses dan struktur sosial berhubungan timbal balik.

Selanjutnya saya review bab “Introduction” pada buku “Political System of Highland
Burma” karangan Edmund Leach. Bahasan pada bahasan ini mengenai ketidakpuasan Leach
terhadap argumennya fungsionalis. Karena dalam fungsionalis ada needs dan goals. Menurut
Malinowski dan Parsons yang merupakan fungsionalis beranggapan manusia itu punya
kekuasaan. Namun manusia itu ingin mempunyai kekuasaan lain. Karena kekuasaan itu
berkaitan dengan needs dan goals. Lalu beliau menjelaskan tentang esteem (penghargaan), jadi
kalau masyarakat Kachin, seseorang itu punya berbeda status di sistem yang berbeda atau
perannya banyak. Kalau esteem di Kachin itu sebagai cultural product dan cara memperoleh
esteem itu tidak jelas, karena status yang berbeda-beda itu yang membuat status tidak jelas.

Leach menegaskan bahwa bukunya beda dengan antropolog lain, dia berusaha untuk
mendefinisikan teori. Beliau melihat bahwa konteks masyarakat itu Shan dan Kachin, Kachin
sering dilihat primitif, sedangkan Shan itu beradab. Padahal jika dilihat dari linguistiknya dan
sejarahnya mereka sama. Leach melihat ada yang berbeda dalam melihat masyarakat. Makanya
beliau mengkritik komparison Radcliffe Brown. Intinya Leach menyangangkan antropolog yang
menggunakan perbedaan rasial. Dia bilang meskipun fakta-fakta sejarah tidak mungkin ada di
equilibrium, tapi kita bisa dapat wawasan yang sebenarnya dari fakta-fakta sejarah. Makanya
biasanya untuk analisis fakta-fakta tersebut diandaikan seakan-akan fakta itu ada di equilibrium.
Jika kita lihat contoh Kachin itu termasuk dalam kategori verbal mereka. Contoh yang
dipaksakan pada Kachin adalah kita akan menggeneralisasikan Kachin itu seakan-akan semua
sama, padahal sebenarnya beda. Hal ini dikarenakan banyak antropolog lebih fokus pada
nometetik saja. Makanya dalam menganalisis kita akan pakai general itu.

Jika kita telaah, apakah mungkin untuk menggambarkan masyarakat yang tidak
diasumsikan ketika model kontekstual itu equilibrium, masyarakatnya itu tidak bisa dianggap
equilibrium. Equilibrium itu semu di masyarakat. Radcliffe Brown menganggap bahwa setiap
masyarakat akan sampai ke titik equilibrium. Dulu banyak orang memakai sistem equilibrium
untuk menganalisis masyarakat, tapi pada kenyataannya tidak seperti itu. Interpretasi fakta bukan
originalitas. Primitifnya Kachin itu karena generalisasi para antropolog yang equilibrium. Shan
dan Kachin tak terpisahkan, tapi justru banyak literatur yang mendiskriminasi Kachin.
Kecenderungan umum yang membuat semuanya berubah. Ditambah ada argumen yang
menyebutkan kalau semua budaya Kachin itu sama, padahal Kachin itu ada banyak dan tidak
semua sama.

Anda mungkin juga menyukai