PENDAHULUAN
Sindrom nefrotik (SN) adalah suatu kondisi yang ditandai adanya proteinuria masif,
hyperlipidemia, dan hipoalbuminuria. Di Indonesia dilaporkan 6 dari 100.000 anak per
tahun, mengalami sindrom nefrotik dengan perbandingan anak laki – laki dan perempuan
2:1. Pada anak-anak, menentukan nilai kisaran nefrotik menjadi masalah. Sebab, anak –
anak memiliki besar tubuh yang sangat bervariasi. Sindrom nefrotik idiopatik umumnya
dialami anak berusia 1-6 tahun. Satu penelitian berbasis populasi, menemukan angka
insiden sebesar 2/100.000 dan prevalensi 16/100.000.
Sindrom nefrotik bukanlah penyakit, tetapi salah satu tanda bahwa organ ginjal
tidak bekerja dengan normal. Gangguan ini terjadi bila pembuluh darah kecil dalam
ginjal mengalami kerusakan sehingga ginjal tidak dapat melakukan fungsinya dengan
baik, seperti menyaring bahan – bahan yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh. Jika anak
mengalami hal ini, kadar protein dalam urine dan kadar kolestrol menjadi tinggi.
Sedangkan, kadar protein dalam darah menjadi rendah. Hal ini akan menyebabkan anak
mengalami pembengkakan, terutama di sekitar mata, kaki, dan pergelangan kaki. Selain
itu, bila tidak segera diobati, hal inidapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang lebih
serius.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sindrom nefrotik ?
2. Apa etiologi dari sindrom nefrotik ?
3. Apa manifestasi klinik dari sindrom nefrotik ?
4. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari sindrom nefrotik ?
5. Apa saja komplikasi dari sindrom nefrotik ?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari sindrom nefrotik.
2. Menjelaskan etiologi dari sindrom nefrotik.
3. Menjelaskan manifestasi klinik dari sindrom nefrotik.
4. Menjelaskan pemeriksaan penunjang dari sindrom nefrotik.
5. Menjelaskan komplikasi dari sindrom nefrotik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh :
a. Malaria kuartana (malariakuartana yang disebabkan plasmodium malariae,
memiliki masa inkubasi lebih lama dari pada penyakit malaria tertianaatautropika;
gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi
terjadi. Gejala itu kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari) atau parasit lainnya.
b. Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid.
c. Glumerulonefritis akut atau kronik.
d. Trombosis vena renalis.
e. Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, air raksa.
f. Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membran oproliferatif
hipokomplementemik. (Ngastiyah, 2005).
4
3. Dengan bulan sabit ( crescent). Didapatkan proliferasi sel mesangial dan
proliferasi sel epitel sampai kapsular dan viseral. Prognosis buruk.
4. Glomerulonefritis membranoproliferatif. Proliferasi sel mesangial dan
penempatan fibrin yang menyerupai membran basalis di mesangium. Titer
globulin beta-IC atau beta-IA rendah. Prognosis buruk.
5
kisaran nefrotik. Pemeriksaan dipsticks kimia albumin adalah protein utama yang
diuji.
a. Protein urin > 3,5 gram/1,73 m2 luas permukaan tubuh/hari.
b. Urinalisa cast hialin dan granular, hematuria
c. Dipstick urin positif untuk protein dan darah
d. Berat jenis urin meningkat (normal : 285 mOsmol)
2. Darah.
Pada pemeriksaan kimia darah dijumpai:
a. Protein total menurun (N : 6,2-8,1 mg/100ml)
b. Albumin menurun (N: 4-5,8 mg/100ml). Hal ini disebut sebagai hipoalbuminemia
(nilai kadar albumin dalam darah < 2,5 gram/100 ml). Pada SN ternyata
katabolisme protein meningkat akibat katabolisme protein yang terjadi di tubuh
ginjal. Peningkatan katabolisme ini merupakan faktor tambahan terjadinya
hipoalbuminemia selain dari proteinuria (albuminuria). Pada SN sering pula
dijumpai anoreksia akibat edema mukosa usus sehingga intake berkurang yang
pada gilirannya dapat menimbulkan hipoproteinemia. Pada umumnya edema
anasarka terjadi bila kadar albumin darah < 2 gram/100ml, dan syok hipovolemia
terjadi biasanya pada kadar < 1 gram/100ml. (Betz, 2002)
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rontgen dada bisa menunjukkan adanya cairan yang berlebihan.
b. USG ginjal dan CT Scan ginjal atau IVP menunjukkan pengkisutan ginjal.
c. Biopsi ginjal bisa menunjukkan salah satu bentuk glomerulonefritis kronis atau
pembentukkan jaringan parut yang tidak spesifik pada glomeruli. (Betz, 2002)
6
4. Penyulit (komplikasi) Sindrom Nefrotik tergantung dari beberapa faktor :
a. Kelainan histopatologis.
b. Lamanya sakit.
c. Usia pasien.
5. Malnutrisi, akibat hipolabuminemia berat.
6. Gangguan koagulasi, berhubungan dengan kenaikan beberapa factor pembekuan
yang menyebabkan keadaan hiperkoagulasi.
7. Akselerasi aterosklerosis, akibat dari hipelipidemia yang lama.
8. Kolaphipovolemia, akibat proteinuria yang berat.
9. Efek samping obat - obatan : diuretik, antibiotik, kortikosteroid, antihipertensi,
sitostatika yang sering digunakan pada pasien sindrom nefrotik.
10. Gagal ginjal.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sindrom nefrotik, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak,
merupakan suatu kumpulan gejala – gejala klinis yang terdiri dari proteinuria masif,
hipoalbuminemia, hiperkholesterolemia. Sindrom nefrotik bukanlah penyakit, tetapi salah
satu tanda bahwa organ ginjal tidak bekerja dengan normal. Gangguan ini terjadi bila
pembuluh darah kecil dalam ginjal mengalami kerusakan sehingga ginjal tidak dapat
melakukan fungsinya dengan baik, seperti menyaring bahan – bahan yang sudah tidak
dibutuhkan oleh tubuh.
3.2 Saran
Selesainya makalah ini diharapkan pembaca terutama calon perawat dapat menjadi
lebih mengetahui tentang gangguan system perkemihan pada anak, sehingga dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan benar dan tepat sesuai dengan gangguan yang
dialami oleh klien.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://makalahkeperawatan.wordpress.com/2012/06/25/makalah-anak-dengan-sindrom-
nefrotik/
https://makalahkeperawatan.wordpress.com/2012/06/25/makalah-anak-dengan-sindrom-
nefrotik/
http://marhendiwiwit.blogspot.com/2013/11/contoh-makalah-sindroma-nefrotik.html
http://jayruhal.blogspot.com/2012/05/sindrom-nefrotik-pada-anak.html