Anda di halaman 1dari 3

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 15 TAHUN 2004


TENTANG
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

Undang-undang Republik Indonesia no. 15 tahun 2004 yaitu undang-undang yang mengatur
tentang pemeriksaan, pengelolaan, dan tanggung jawab keuangan Negara. Undang-undang ini
disahkan oleh Megawati Soekarnoputri pada tanggal 19 Juli 2004 di Jakarta. alam Undang-
undang ini diatur hal-hal pokok yang berkaitan dengan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara sebagai berikut:

 Pengertian pemeriksaan dan pemeriksa


 Lingkup pemeriksaan
 Standar pemeriksaan
 Kebebasan dan kemandirian dalam pelaksanaan pemeriksaan
 Akses pemeriksa terhadap informasi
 Kewenangan untuk mengevaluasi pengendalian intern
 Hasil pemeriksaan dan tindak lanjut
 Pengenaan ganti kerugian Negara
 Sanksi pidana

Menurut undang-undang ini, yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan yaitu BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Sehubungan dengan itu, BPK diberi
kewenangan untuk melakukan 3 (tiga) jenis pemeriksaan, yakni:

 Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK dalam rangka
memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan pemerintah.
 Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta
pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen
oleh aparat pengawasan intern pemerintah.
 Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan
khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam
pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan
dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif.

Pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan di atas didasarkan pada suatu standar


pemeriksaan. Standar dimaksud disusun oleh BPK dengan mempertimbangkan standar di
lingkungan profesi audit secara internasional. Sebelum standar dimaksud ditetapkan, BPK perlu
mengkonsultasikannya dengan pihak pemerintah serta dengan organisasi profesi di bidang
pemeriksaan.

Pelaksanaan Pemeriksaan :

Penentuan objek pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan, penentuan waktu


dan metode pemeriksaan, serta penyusunan dan penyajian laporan pemeriksaan, dilakukan secara
bebas dan mandiri oleh BPK. Dalam merencanakan tugas pemeriksaan BPK memperhatikan
permintaan, saran, dan pendapat lembaga perwakilan. Dan, untuk melaksanakan hal itu, BPK
atau lembaga perwakilan dapat mengadakan pertemuan konsultasi.

Dalam merencanakan tugas pemeriksaan, BPK dapat mempertimbangkan informasi dari


pemerintah, bank sentral, dan masyarakat. Dalam menyelenggarakan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan
aparat pengawasan internal pemerintah. Karena itu, laporan hasil pemerintahan internal
pemerintah wajib disampaikan kepada BPK.

Hasil setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK disusun dan disajikan dalam laporan hasil
pemeriksaan (LHP) segera setelah kegiatan pemeriksaan selesai. Pemeriksaan keuangan akan
menghasilkan opini. Pemeriksaan kinerja akan menghasilkan temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi, sedangkan pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan menghasilkan kesimpulan.
Setiap laporan hasil pemeriksaan BPK disampaikan kepada DPR/DPD/DPRD, selain itu juga
disampaikan kepada pemerintah.
Pembahasan studi kasus

BPK memberi dukungan yang positif terhadap UU Keuangan Negara. Asas-asas dari UU
keuangan Negara ialah asas tahunan, universitas, kesatuan, dan spesialitas. Dengan dianutnya
asas-asas tersebut, UU Keuangan Negara akan membenahi manajemen keuangan yang
diharapkan dapat berdampak luas terhadap kehidupan perekonomian nasional.

Hal ini mengisyaratkan bahwa kementrian BUMN direduksi peranannya, karena UU Keuangan
Negara mengamanatkan semua yang berkaitan dengan asset Negara menjadi tanggung jawab
Menteri Keuangan.

Dengan pola privatisasi BUMN yang menjual saham kepada investor asing mengakibatkan
jumlah perusahaan Negara akan berkurang. Dengan demikian keberadaan kementrian BUMN
sebagai lembaga tersendiri menjadi tidak efektif. Maka dari itu BPK ingin merubah system yang
ada agar terciptanya kehidupan perekonomian yang baik.

Untuk mengantisipasi kebocoran UU Keuangan Negara membuat beberapa sanksi apabila


menteri, bupati, gubernur, wali kota, serta pimpinan unit organisasi kementrian Negara
melakukan penyimpangan terhadap APBN/APBD. Meskipun demikian tidak ada jaminan bahwa
sanksi yang ada dapat meminimalkan kebocoran Negara, karena mengingat kelemahan dalam
UU ini seperti tidak adanya rambu-rambu yang mengatur sejauh mana batas kekuasaan presiden
dan menteri keuangan dalam mengelola kekayaan Negara.

Dari kajian di atas sebenarnya Negara sudah memiliki kelengkapan aturan untuk mengurangi
kebocoran. Namun tak bisa dihindari jika kebocoran tersebut terjadi. Sebenarnya kebocoran
tersebut bisa dihilangkan apabila dalam diri masing-masing memiliki rasa peduli terhadap
kepentingan masyarakat luas yang dilandasi etika, moral, akhlak dan ilmu yang bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai