Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH FARMAKOLOGI PENYAKIT

“PNEUMONIA”

Dosen :
Dr. Refdanita, M.Si, Apt

Disusun Oleh:

Marcel Yudha 16330127


KELAS : A

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan walaupun dalam
bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini membahas tentang“PNEUMONIA” dan
kiranya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana dan apa
bahaya dari penyakit PNEUMONIA.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai penyakit saluran “PNEUMONIA”. Makalah
ini disusun dari berbagai macam sumber. Saya berharap dengan adanya makalah ini dapat
menambah wawasan kita semua. Selain itu, saya juga berharap semua dapat mengetahui dan
memahami tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu individu kita. Saya sangat
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat minim, sehingga saran dari guru
pengajar serta kritikan dari semua pihak masih saya harapkan demi perbaikan makalah ini. Saya
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan
makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 2 juli 2018

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....…………………………………………………………..
Kata Pengantar …………………………………………………………….
Daftar Isi ………………………………………………………….………..
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………….…..……………
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………..
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian ………………………………………………..………….. ..
B. Penyebab dan Gejala…...………………………………..……………..
C. Patofisiolgi………………………………………………………………
D. Diagnosis ………...………………………………………...……………
E. Pencegahan dan pengobatan ……………………………………………
F. Jenis obat………………………………………………………………..
G. Mekanisme kerja obat dan Dosis obat………………………………….
H. Efek samping obat………………………………………………………

BAB III: PENUTUP


A. Kesimpulan…………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….….


BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pneumonia adalah penyakit yang banyak terjadi sepanjang sejarah manusia. Gejalanya
digambarkan oleh Hippocrates : “Peripneumonia, dan afeksi pleuritis, hal-hal berikut perlu
diamati: Jika demam menjadi akut, dan jika sakit dirasakan di salah satu sisi tubuh, atau di kedua
sisi, dan jika batuk timbul dan ludah yang berwarna kuning atau gelap, atau sedikit, kering, dan
kemerahan, atau berciri berbeda dari biasanya... Apabila pneumonia mencapai puncaknya,
keadaan ini sulit diobati dan jika penderita tidak diobati, dan memburuk jika penderita pneumonia
juga menderita dyspnoea, dan urin sedikit dan tajam, jika keringat keluar dari daerah sekitar leher
dan kepala, karena keringat tersebut adalah keringat yang tidak sehat, karena diakibatkan oleh
sesak napas, dan kerasnya penyakit yang menyerang tangan bagian atas.” Namun, Hippocrates
menyebut pneumonia sebagai penyakit “dinamai di zaman kuno.” Dia juga melaporkan hasil dari
drainase bedah empiema. Maimonides melihat: “Gejala umumnya yang terjadi pada pneumonia
dan tidak pernah tidak terjadi adalah sebagai berikut: demam akut, nyeri pleuritis seperti ditusuk,
napas pendek dan terengah-engah, denyut naik turun dan batuk.” Gambaran klinis ini mirip dengan
yang ditemukan dalam buku teks modern, dan mencerminkan luasnya pengetahuan medis
dari Abad Pertengahan hingga abad ke-19.

Edwin Klebs adalah orang pertama yang mengamati bakteri di saluran napas orang yang
meninggal karena pada 1875. Karya pertama yang mengidentifikasi dua bakteri penyebab
pneumonia yang paling umum, Streptococcus pneumoniae danKlebsiella
pneumoniae ditampilkan oleh Carl Friedländer dan Albert Fränkel pada 1882 dan 1884, secara
berturut-turut. Karya pertama Friedländer memperkenalkanGram stain, tes laboratorium dasar
yang masih digunakan saat ini untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan bakteri.
Tulisan Christian Gram yang menggambarkan prosedur tersebut pada 1884 membantu untuk
membedakan dua bakteri tersebut, dan menunjukkan bahwa pneumonia dapat diakibatkan oleh
lebih dari satu mikroorganisme.
Sir William Osler, dikenal sebagai “bapak kedokteran modern,” mengapresiasi kematian
dan kecacatan yang disebabkan oleh pneumonia, dengan menyebutnya “kapten pembunuh
manusia” pada 1918, karena telah melampaui tuberkulosis sebagai penyebab utama kematian pada
masa ini. Istilah ini berasal dari istilah yang diciptakan oleh John Bunyan berkaitan dengan
“penggerogotan” (tuberkulosis). Osler juga menggambarkan pneumonia sebagai “teman orang
tua” karena kematian yang terjadi seringkali berlangsung cepat dan tanpa rasa sakit sedangkan
sebenarnya masih ada cara yang lebih lama dan sakit untuk mati. Beberapa perkembangan pada
1900-an meningkatkan hasil pengobatan untuk pasien pneumonia. Dengan
kemajuan penicillin dan antibiotik lainnya, teknik pembedahan modern, dan perawatan intensif
pada abad ke-20, mortalitas akibat pneumonia, mendekati 30%, menurun di negara-negara maju.
Vaksinasi bayi untuk melawan Haemophilus influenzae tipe B mulai pada 1988 dan menyebabkan
penurunan dramatis pada kasus tersebut setelahnya. Vaksinasi melawan Streptococcus
pneumoniae pada orang dewasa mulai pada 1977, dan pada anak-anak pada 2000, yang
menghasilkan penurunan serupa.

C.TUJUAN
1.Untuk menjelaskan apa itu Pneumonia
2.Untuk menjelaskan penyebab penyakit Pneumonia, tanda dan gejala serta patofisiologinya
dalam tubuh.
3. Dapat mengetahui bagaimana mekanisme interaksi antara obat dan makanan ketika
dikonsumsi dalam tubuh,
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Paru-paru sebagai organ vital pernapasan, bisa saja terkena penyakit peradangan atau pneumonia,
dipicu oleh berbagai sebab. Bila hal ini terjadi, jelas sudah bahwa penderita paru-paru itu akan
mendapatkan sakit, karena paru-parunya tidak normal lagi. Pneumonia merupakan penyakit yang
semula dianggap berat. Namun hal itu sudah bisa diobati terutama setelah ditemukannya obat
antibiotik, sehingga penyakit seperti itu sudah tidak begitu menakutkan lagi. Namun demikian,
pneumonia harus dianggap sebagai penyakit yang erat kaitannya dengan berbagai penyakit organ
lain dalam tubuh, sehingga memerlukan perhatian besar.

B. PENYEBAB DAN GEJALA


1. Penyebab pneumonia adalah:
Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa):
- Streptococcus pneumoniae
- Staphylococcus aureus
- Legionella
- Hemophilus influenza
2. Virus: virus influenza, chicken-pox (cacar air)
3. Organisme mirip bakteri: Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anak-anak dan dewasa
muda)
4. Jamur tertentu.
Jika diteliti dengan seksama, penyebab pneumonia ini berbagai macam, konon ada sekitar
30 macam sumber penyebabanya. Ia bisa disebabkan oleh bakteri, virus, mikroplasma, jamur,
berbagai senyawa kimia, maupun partikel. Namun bakteri dianggap sebagai penyabab utama, yaitu
bakteri streptococcus. Penyakit pneumonia ini terjadi bila saluran udara pada paru-paru ikut
terserang infeksi. Infeksi ini banyak masalahnya, bisa saja muncul dengan masuknya kuman ke
tenggorokan bagian atas. Kemudian ia terus ke paru-paru.meskipun kuman itu sampai ke
tenggorokan, mereka akan memasuki kantong-kantong udara. Cairan akan cepat menumpuk di
sana, dan butir-butir udara yang lebih putih akan bercampur dengan cairan tadi. Pneumonia bisa
pula disebabkan oleh virus influenza. Namun dengan ditemukannya obat antibiotik, kasus
pneumonia tidak banyak lagi meminta korban meninggal dunia. Meski demikian, karena begitu
banyaknya abkteri yang masuk, virus dan jamur dalam berbagai kondisi telah memperbanyak
korban dari pneumonia ini.
Frekuensi gejala
Gejala Frekuensi
Batuk 79–91%
Kelelahan 90%
Demam 71–75%
Sulit bernapas 67–75%
Sputum 60-65%
Nyeri dada 39-49%

Kasus pneumonia ini dimulai dari rasa demam dan menggigil. Sekitar 70% penderita akan
merasakan berat, nyeri di dada karena penyakit ini muncul memang pada paru-paru, sebagai organ
penting dari pernapasan. Rasa nyeri ini sering pindah ke bahu atau lambung, jika infeksi tersebut
sampai ke permukaan paru-paru dan diafragma turut terserang, sekat otot yang memisahkan dada.
Rasa sakit pada lambung bagian atas dan rasa tidak enak pada dinding lambung kadang-kadang
muncul secara spontan. Pada waktu itu, semua racun yang mengakibatkan infeksi akan mulai
terasa. Suhu badan akan naik, kepala pusing, dan rasa sakit seluruh tubuh mulai terasa, tidak dapat
tidur nyenyek, pikiran kacau, serta selalu merasa resah dan khawatir. Demikian saat itu kulit tubuh
terasa panas dan basah keringat, sedangkan napas seperti memburu dan pendek-pendek. Gejala
pneumonia biasanya yang tidak pernah luput adalah rasa demam yang tinggi, sesak napas, dan
napas cepat dari biasanya, serta hasil rontgen memperlihatkan tanda-tanda pada bagian paru.
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi oleh sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan
reaksi tubuh untuk membunuh kuman tadi. Namun hal ini mengakibatkan fungsi paru terganggu
dan sulit untuk bernapas karena tidak ada sisa ruang untuk oksigen. Pada beberapa kasus yang
sangat berat sampai menyebabakan beberapa bagian tubuh tampak mebiru dan susah minum air.
Kondisi ini biasanya berlangsung selama sepekan, bila terjadi krisis, penyakit itu mendadak akan
bisa infeksi yang semakin hebat tengah berlangsung. Namun kondisi ini sudah banyak berubah
dengan adanya obat antibiotik, sehingga rasa sakit yang muncul bisa dikurangi dengan segera.

PATOFISIOLOGI
Suatu penyakit infeksi pernapasan dapat terjadi akibat adanya serangan agen infeksius yang
bertransmisi atau di tularkan melalui udara. Namun pada kenyataannya tidak semua penyakit
pernapasan di sebabkan oleh agen yang bertransmisi denagan cara yang sama. Pada dasarnya
agen infeksius memasuki saluran pernapasan melalui berbagai cara seperti inhalasi (melaui
udara), hematogen (melaui darah), ataupun dengan aspirasi langsung ke dalam saluran
tracheobronchial. Selain itu masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pernapasan juga dapat
di akibatkan oleh adanya perluasan langsung dari tempat tempat lain di dalam tubuh. Pada kasus
pneumonia, mikroorganisme biasanya masuk melalui inhalasi dan aspirasi.
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini
disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru
merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat
berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai
antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat
melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan
jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses
peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah
baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler
di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-
sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup
histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos
vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan
eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar
kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang
harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.

2. Stadium II (48 jam berikutnya)


Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin
yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena
menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna
paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada
atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat
singkat, yaitu selama 48 jam.
3. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru
yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera.

Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin
dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami
kongesti.
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-
sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke
strukturnya semula.
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya daya tahan tubuh
seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti bakteri yang menyerang saluran
pernapasan.

Pada Pneumonia Komnitas Pada Pneumonia Nosokomial

1. Pneumokokus yang resisten penisilin dan obat lain.


Usia > 65 tahun, pengobatan betalaktam dalam 3 bulan terakhir, alkoholisme,
penyakitimunosupresif, penyakit penyerta multiple, kontak pada klinik lansia.
2. Patogen gram negatif
Tinggal di rumah jompo, penyakit kardiopulmonal penyerta, penyakit penyerta yang
jamak, baru selesai mendapat terapi antubiotika.
3. Pseudomonas serugino
Penyakit paru struktural (bronkiektasis), terapi kortikosteroid (>10 mg prednison/hari),
terapi antibiotik spektrum luas> 7 hari pada bulan sebelumnya, malnutrisi.

DIAGNOSIS

Pneumonia didiagnosis berdasarkan tanda klinik dan gejala, hasil pemeriksaan


laboratorium dan mikrobiologis, evaluasi foto x-ray dada. Gambaran adanya infiltrate dari foto
x-ray merupakan standar yang memastikan diagnosis. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan adanya leukositosis dengan “shift to the left”. Sedangkan evaluasi mikrobiologis
dilaksanakan dengan memeriksa kultur sputum (ada kemungkinan terkontaminasi dengan
koloni saluran pernapasan bagian atas). Pemeriksaan mikrobiologis lainnya yang lazim
dipakai adalah kultur darah, khususnya pada pasien dengan pneumonia yang fulminan, serta
pemeriksaan Gas Darah Arteri (Blood Gas Arterial) yang akan menentukan keparahan dari
pneumonia dan apakah perlu-tidaknya dirawat di ICU.
1. Gambaran klinis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan :
a. demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 40°C, batuk dengan dahak
mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.
b. Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada
inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat
mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai
bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar
pada stadium resolusi.

2. Pemeriksaan penunjang
a. Gambaran radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrate sampai konsolidasi Foto toraks saja
tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat
bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering
menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa
lobus.
b. Pemeriksaan labolatorium Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah
leukosit, biasanya lebih dari 10.000/μl kadang- kadang mencapai 30.000/μl, dan pada
hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk
menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.
Kultur darah dapat positif pada 20- 25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik

PENGOBATAN
Pengobatan pneumonia bergantung pada tingkat keparahan penyakit. Jika keadaan klinis baik
dan tidak ada indikasi rawat, maka dapat diobati di rumah.
Pengobatan utama pada pneumonia adalah antibiotika, pemberian cairan, analgetik, dan istirahat.
Pada pneumonia ringan, dapat diberikan antibiotik tablet/pil (per oral), analgetik ringan, dan
istirahat. Namun, penderita dengan sesak napas hebat, penderita dengan gejala pneumonia berat,
penderita dengan penyakit penyerta lain, atau penderita usia tua perlu dirawat di rumah sakit
untuk mendapatkan antibiotik suntik dan pengawasan lebih ketat.
Pengobatan pneumonia komuniti dibagi menjadi:
a. Penderita rawat jalan
Pengobatan sesuai gejala, yaitu istirahat di tempat tidur, minum secukupnya, bila demam tinggi
dikompres atau minum obat penurun panas, bila perlu dapat ditambah obat batuk pengencer
dahak. Perlu diberikan antibiotika dalam 8 jam setelah timbul gejala.
b. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa
Pengobatan sesuai gejala yaitu pemberian oksigen, obat penurun panas, obat batuk pengencer
dahak, dan pemasangan infus untuk pemberian cairan dan nutrisi. Perlu diberikan antibiotik
dalam 8 jam setelah timbul gejala.
c. Penderita rawat inap di ICU
Pengobatan sesuai gejala dan bila ada indikasi, penderita dipasang alat bantu napas (ventilator).
Pemberian antibiotik sebaiknya berdasarkan data mikro-organisme dan hasil uji kepekaannya.
Namun, karena diperlukan waktu untuk pembiakan bakteri di laboratorium dan mengingat
potensi komplikasi pneumonia, maka penderita pneumonia harus segera diberikan antibiotik
spektrum luas yang diketahui berefek terhadap sebagian besar kuman penyebab pneumonia.
Selain itu, bakteri yang berhasil tumbuh pada pemeriksaan laboratorium belum tentu merupakan
penyebab pneumonia yang sedang diderita. Terdapat perbedaan jenis antibiotik yang digunakan
untuk pneumonia komuniti dan pneumonia nosokomial karena perbedaan pola kuman penyebab.

D. Terapi Antibiotik
Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau
dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak memberi respons yang baik maka diberikan
selama 5 hari. Selanjutnya terapi dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin
oral (15 mg/ kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya.

 Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang berat (tidak
dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau
tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka ditambahkan kloramfenikol (25
mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam).
 Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan pengobatan
kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.
 Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali sehari).
 Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, maka bila memungkinkan buat foto dada.
 Apabila diduga pneumonia stafilokokal (dijelaskan di bawah untuk pneumonia
stafilokokal), ganti antibiotik dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB IM sekali sehari) dan
kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam) atau klindamisin (15 mg/kgBB/hari –3
kali pemberian). Bila keadaan anak membaik, lanjutkan kloksasilin (atau dikloksasilin)
secara oral 4 kali sehari sampai secara keseluruhan mencapai 3 minggu, atau klindamisin
secara oral selama 2 minggu.
 Pada umumnya, pneumonia yang mendapatkan pengobatan dapat pulih. Perawatan yang
baik dan intensif sangat mempengaruhi kepulihan penderita. Angka kematian penderita
pneumonia komuniti <5% pada rawat jalan dan 20% pada rawat inap.

Evaluasi Kualitas Penggunaan Antibiotik

Evaluasi kualitas penggunaan antibiotik pada penelitian ini menggunakan diagram alur
gyssens. Evaluasi dilakukan menggunakan kategori VI hingga kategori 0. Analisis
penggunaan antibiotik menggunakan diagram alur gyssens dimulai dari kategori VI
dengan menganalisis kelengkapan data rekam medis hingga sampai pada kriteria 0 yang
menunjukkan penggunaan antibiotik yang rasional. Apabila terdapat peresepan antibiotik
masuk dalam salah satu kategori maka analisis peresepan antibiotik tersebut tidak
dilanjutkan kembali. Evaluasi dilakukan berdasarkan penilaian kualitas penggunaan
antibiotik dengan melihat rekam medik pemberian obat dan rekam medik pasien.
Penilaian antibiotik dilakukan dengan dasar pertimbangan diantaranya kesesuaian
diagnosis (gejala klinis dan hasil lab), indikasi, regimen dosis, keamanan dan harga
(Kemenkes, 2011). Menurut Kemenkes (2011) bahwa evaluasi terapi antibiotik perlu
dilakukan karena untuk upaya meminimalisir terjadinya resistensi antibiotik dan sebagai
acuan dalam menetapkan surveilans penggunaan antibiotik di rumah sakit secara
sistematik dan terstandar. Menurut Kemenkes (2011) bahwa evaluasi terapi antibiotik
perlu dilakukan karena untuk upaya meminimalisir terjadinya resistensi antibiotik dan
sebagai acuan dalam menetapkan surveilans penggunaan antibiotik di rumah sakit secara
sistematik dan terstandar. 58 Evaluasi penggunaan antibiotik secara kualitatif pada pasien
rawat inap pneumonia di Rumah Sakit Khusus Paru Respira Yogyakarta.

E. Terapi Oksigen

 Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia berat


 Bila tersedia pulse oximetry, gunakan sebagai panduan untuk terapi oksigen (berikan
pada anak dengan saturasi oksigen < 90%, bila tersedia oksigen yang cukup). Lakukan
periode uji coba tanpa oksigen setiap harinya pada anak yang stabil. Hentikan pemberian
oksigen bila saturasi tetap stabil > 90%. Pemberian oksigen setelah saat ini tidak berguna
 Gunakan nasal prongs, kateter nasal, atau kateter nasofaringeal. Penggunaan nasal prongs
adalah metode terbaik untuk menghantarkan oksigen pada bayi muda. Masker wajah atau
masker kepala tidak direkomendasikan. Oksigen harus tersedia secara terus-menerus
setiap waktu.
 Lanjutkan pemberian oksigen sampai tanda hipoksia (seperti tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam yang berat atau napas > 70/menit) tidak ditemukan lagi.
JENIS OBAT YANG DIGUNAKAN

Pemberian antibiotik sebaiknya berdasarkan data mikro-organisme dan hasil uji kepekaannya.
Namun, karena diperlukan waktu untuk pembiakan bakteri di laboratorium dan mengingat
potensi komplikasi pneumonia, maka penderita pneumonia harus segera diberikan antibiotik
spektrum luas yang diketahui berefek terhadap sebagian besar kuman penyebab pneumonia.
Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk
memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Antibiotik yang seringkali digunakan dalam perawatan tipe pneumonia ini termasuk:
Ceftriaxone

adalah obat golongan antibiotik cephalosporin. Obat ini hanya dapat dibeli dengan resep dokter
untuk membantu mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti meningitis, pneumonia.

Kegunaan obat Ceftriaxone hanya untuk infeksi, tidak mengobati infeksi yang disebabkan oleh
virus

Mekanisme obat Ceftriaxone merupakan obat antibiotik cephalosporin yang mampu mengikat
lebih dari satu penicillin-binding proteins (PBP) sehingga menghambat transpeptidasi tahap
akhir dari sintesis peptidoglikan pada dinding sel bakteri. Dengan penghambatan tersebut, maka
mencegah biosintesis dan pembentukan dinding sel sehingga mengakibatkan matinya sel bakteri.
Ceftriaxone biasanya digunakan untuk membantu mengobati infeksi serius yang disebabkan oleh
bakteri
Kontraindikasi

Memiliki hipersensitif atau alergi terhadap Ceftriaxone dan obat antibiotik cephalosporin
lainnya, seperti cefadroxil dan cefalexin. Memiliki hipersensitif atau alergi terhadap
Penicilin dan obat antibakteri beta laktam lainnya. Neonatus (bayi baru lahir sampai usia 28 hari)
yang mengalami hiperbilirubinemia.
Dosis Ceftriaxone untuk orang dewasa:

Bagi penderita infeksi intra-abdomen, dosis yang dianjurkan adalah 1 gram sampai 2 gram
melalui infus IV atau suntikan IM per hari yang digunakan selama 4-7 hari (dikombinasikan
dengan metronidazol). Bagi penderita otitis media bakterial akut, dosis yang dianjurkan adalah
50 mg/ kg melalui suntikan IM satu kali sehari. Bagi penderita inflamasi panggul, dosis yang
dianjurkan adalah 250 mg melalui suntikan IM per hari yang dikombinasikan dengan
doxycycline selama 14 hari. Bagi penderita sepsis, dosis yang dianjurkan adalah 2 gram melalui
infus IV per hari yang dikombinasikan dengan clindamycin. Bagi penderita infeksi kulit, dosis
yang dianjurkan adalah 1 gram sampai 2 gram melalui infus IV yang dikombinasikan
dengan doxycycline. Bagi penderita infeksi sendi, dosis yang dianjurkan adalah 2 gram melalui
infus IV per hari yang digunakan selama 2-6 minggu. Bagi penderita meningitis, dosis yang
dianjurkan adalah 2 gram melalui infus IV yang diberikan setiap 12 jam sekali selama 1-2
minggu. Bagi penderita gonore, dosis yang dianjurkan adalah 250 mg per hari. Untuk profilaksis
bedah, dosis yang dianjurkan adalah 1 gram melalui infus IV yang diberikan 30 menit atau 2 jam
sebelum operasi.

Dosis Ceftriaxone untuk anak-anak:

Bayi berusia kurang dari 1 minggu, dosis yang dianjurkan adalah 50 mg/kg melalui infus IV atau
suntikan IM per hari. Bayi berusia 1-4 minggu, dosis yang dianjurkan 50 mg/kg sampai 75mg/kg
melalui infus IV atau suntikan IM per hari. Usia lebih dari 1 bulan, dosis yang dianjurkan 2
g sampai 4 g melalui infus IV atau suntikan IM per hari. Bagi penderita meningitis usia < 1
bulan, dosis yang dianjurkan adalah 50 mg sampai 75 mg per hari. Bagi penderita meningitis
usia > 1 bulan, dosis yang dianjurkan adalah 100 mg sampai 75 mg per hari selama 1-2 minggu.
Bagi penderita otitis media bakterial akut, dosis yang dianjurkan adalah 50 mg/kg melalui
suntikan IM satu kali sehari
Efek Samping Ceftriaxone

Seperti halnya dengan obat-obat lainnya, Ceftriaxone juga berpotensi menyebabkan efek
samping. Efek samping yang biasanya terjadi diantaranya: Tempat bekas suntikan membengkak.
Mual, muntah, dan sakit perut. Pusing dan sakit kepala. Lidah bengkak. Berkeringat. Vagina
terasa gatal atau mengeluarkan cairan.

Penicilin.
Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah dengan perlekatan pada protein pengikat
penisilin yang spesifik (PBPs) yang berlaku sebagai reseptor pada bakteri, penghambatan sintesis
dinding sel dengan menghambat transpeptidasi dari peptidoglikan, dan pengaktifan enzim
autolitik di dalam dinding sel, yang menghasilkan kerusakan sehingga akibatnya bakteri
mati. Antibiotik golongan penisilin yang biasa digunakan adalah amoksisilin.

Kekuatan 250 mg, 500 mg


Nama Obat Amoksisilin / Koamoksiklav
Dosis Dewasa 3x250-500mg / 2x1000mg
Dosis Anak 25-50mg/kg/hari dalam 3 dosis
terbagi
Efek Samping Obat mual, muntah, diare, anemia
hemolitik, thrombocytopenia
Interaksi tetrasiklin dan Kloramfenikol
mengurangi aktifitas amoksisilin
Informasi untuk pasien Obat diminum sampai seluruh
obat habis, meskipun kondisi
klinik membaik sebelum obat
habis

Levofloxacin
adalah obat golongan antibiotik quinolone yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi
bakteri, seperti infeksi saluran kemih, pneumonia.

Nama Obat Levofloksasin


Kekuatan 500 mg
Dosis Dewasa Eksaserbasi Bronkhitis kronik:
1x500mg selama 5 hari
Sinusitis akut: 1 x500mg selama 10 hari
CAP: 1x500mg selama 7-14 hari
Dosis Anak -
Efek Samping 3-10%: sakit kepala, pusing,mual,
Obat diare, reaksi alergi,
reaksi anafilaktik,angioneurotik
oedema,
bronkhospasme, nyeri dada
Interaksi Hindari pemberian bersamaan dg
eritromisin,cisapride,
antipsikotik,antidepressant karena akan
memperpanjang kurva QT pada
rekaman
EKG.Demikian pula hindari pemberian
bersama betabloker,
amiodarone karena menyebabkan
bradikardi.Hindari pemberian bersama
insulin, karena
akan merubah kadar
glukosa.Meningkatkan perdarahan
bila diberikan bersama
warfarin.Meningkatkan kadar
digoksin.
Informasi untuk Obat diminum 1-2 jam sebelum makan.
pasien Jangan
diminum bersamaan dengan antasida.
Anda dapat
mengalami fotosensitifitas oleh karena
itu gunakan
sunscreen, pakaian protektif untuk
menghindarinya

Azithromycin
Azithromycin adalah golongan antibiotik makrolida yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi
bakteri pada beberapa bagian tubuh, seperti saluran pernapasan Mekanisme kerja obat Azithromycin
bekerja dengan cara menghentikan dan mencegah perkembangbiakan bakteri yang menjadi penyebab
infeksi. Obat ini hanya diberikan berdasarkan resep dokter. Penyalahgunaan atau konsumsi antibiotik
yang tidak perlu dapat menurunkan efektivitasnya.

Nama Obat Azitromycin


Kekuatan 250 mg, 500 mg
Dosis Dewasa ISPA: 1x500mg hari pertama, diikuti
1x250mg pada hari kedua sampai kelima
Dosis Anak Anak> 6 bln:
CAP: 10mg/kg pada hari I diikuti
5mg/kg/hari sekali
sehari sampai hari kelima
Otitis media: 1x30mg/kg;
10mg/kg sekali sehari selama 3 hari
Anak>2th :
Faringitis,Tonsilitis: 12mg/kg/hari
selama 5 hari
Efek Samping Obat 1-10%: sakit kepala, rash, diare,
mual,muntah

Interaksi Meningkatkan aritmia bila diberikan dg


astemizole,
cisapride, gatifloksasin,
moksifloksasin,sparfloksasin,
thioridazine.
Meningkatkan kadar plasma
benzodiazepine, alfentanil,
carbamazepin, CCB, clozapin, cilostazol,
digoksin,
bromokriptin, statin,
teofilin,warfarin,neuromuskulerbloking
Flukonazol meningkatkan kadar plasma
klaritromisin

Informasi untuk Obat diminum bersama makanan untuk


pasien mengatasi efek

Clarithromycin
adalah antibiotik golongan macrolide yang mempunyai spektrum luas. Obat ini umumnya
digunakan sebagai antibiotik untuk infeksi pada saluran pernafasan atas dan bawah, juga infeksi
kulit dan jaringan lunak. Antibiotik ini aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif.
Clarithromycin adalah bakteriostatik yang bekerja dengan cara mengikat sub unit 50s dari
ribosom bakteri sehingga menghambat translasi mRNA. Dengan demikian sistesis protein akan
terganggu sehingga pertumbuhan bakteri akan terhambat.

Nama Obat Klaritromisin


Kekuatan 250 mg, 500 mg
Dosis Dewasa 2x250-500mg selama 10 -14 hari (ISPA
atas)
2x250-500mg selama 7-14 hari (ISPA
bawah)
Dosis Anak Anak>6 bln: 15mg/kg/hari dlm 2 dosis
terbagi selama 10
Hari
Efek Samping 1-10%: sakit kepala, rash, diare,
Obat mual,muntah,meningkatkan BUN,
meningkatkan
prothrombin time diare,
Interaksi Meningkatkan aritmia bila diberikan dg
astemizole,
cisapride, gatifloksasin,
moksifloksasin,sparfloksasin,
thioridazine.
Meningkatkan kadar plasma
benzodiazepine, alfentanil,
carbamazepin, CCB, clozapin,
cilostazol, digoksin,
bromokriptin, statin,
teofilin,warfarin,neuromuskulerbloking
Flukonazol meningkatkan kadar plasma
klaritromisin
Informasi untuk Diminum bersama makanan
pasien

INDIKASI
Kegunaan Clarithromycin adalah untuk pengobatan infeksi oleh kuman yang peka terhadap
antibiotik ini, seperti :

 Infeksi saluran pernapasan (faringitis, tonsilitis, sinusitis, sinusitis maksilaris akut,


eksaserbasi akut bronkitis obstruktif kronik, otitis media akut, pneumonia).
 Clarithromycin juga digunakan untuk mengobati penyakit infeksi kulit dan jaringan lunak.
 Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk eradikasi Helicobacter pylori, bakteri
penyebab gastritis.

KONTRA INDIKASI
 Clarithromycin tidak boleh diberikan pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitifitas
pada Clarithromycin dan antibiotika macrolide lainnya.
 Obat ini juga dikontraindikasikan untuk pasien dengan fungsi hati dan ginjal yang rusak.
 Antibiotik ini sebaiknya tidak digunakan jika pasien memiliki masalah jantung atau sedang
memakai obat-obatan yang dapat menyebabkan masalah jantung tertentu (misalnya,
perpanjangan QT atau bradycardia), atau terjadinya ketidakseimbangan elektrolit (misalnya,
level kalium atau natrium yang rendah).
 Tidak boleh digunakan oleh pasien yang memiliki riwayat ikterus kolestatik atau disfungsi
hati yang terkait dengan penggunaan antibiotik ini sebelumnya.
 Tidak boleh digunakan oleh pasien yang sedang menggunakan obat-obat lain seperti,
terfenadine, astemizole, pimozide, cisapride, ergotamine atau dihydroergotamine.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru.
Pneumonia pada anak dibedakan menjadi: Pneumonia lobaris, Pneumonia interstisial
(bronkiolitis) dan Bronkopneumonia.
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus
yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution).
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru
yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya,
yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh
mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan.
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang
terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering
menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak
dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang
dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan angka kematian
anak. Setelah kami membahas makalah mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien
pneumonia, sebagaimana yang telah dipaparkan dalam makalah menyatakan bahwa pneumonia
merupakan inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian alfeoli dengan
cairan. Penyebabnya termasuk berbagai agen infeksi, iritan kimia, dan terapi radiasi
B. Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus dan resiko
yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita pneumonia disarankan untuk
menghindari merokok, tidak meminum minuman yang mengandung alkohol, dan menerapkan pola
hidup sehat

Daftar Pustaka
- Arief Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. EGC : Jakarta.
- Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
-Doenges, Marilynn, E. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta
- Jeremy, dkk. 2005. At a Glance Sistem Respirasi, Edisi 2. Erlangga : Jakarta
- Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. 2005. Patofisiologi Jilid 2, Edisi 4. EGC :
Jakarta.
- Soeparman, dkk. 1998. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. FKUI : Jakarta
-Pertiwi, Dian. 2016. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada Balita
di Kelurahan Air Tawar Barat Padang

Anda mungkin juga menyukai