Anda di halaman 1dari 10

PENETAPAN HARGA TRANSFER

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Sistem Pengendalian Manajemen


Semester Genap Tahun Ajaran 2016/2017

Disusun Oleh:
 ERI PATMASARI 125020300111014
 INDRI KUSUMA DEWI 145020301111090
 DESY NUR ISMIRIANTI 145020301111058

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA – MALANG
PENETAPAN HARGA TRANSFER

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tiga sub bab, yakni:
 TUJUAN PENETAPAN HARGA TRANSFER
 METODE PENGETAPAN HARGA TRANSFER
 ADMISTRASI HARGA TRANSFER

Latar Belakang
Berawal dari adanya pembagian atas organisasi dalam suatu perusahaan menjadi pusat
laba, maupun pusat investasi. Sehingga perputaran maupun trabsfer barang yang dilakuakn
antar perusahaan pun menimbulkan suatu permaslahan mislanya dalam menentukan harga
transfer barang. Dalam keadaan seperti into menejer dituntut untuk menganalisis bagaimanakah
tindakan efektif yang harus dilakukan, untuk memberikan sutu keputusan akapah barang
tersebut debeli dari pemasok luar atakau diberi dari departemen dalam satu perusahaan,
ataukah melakukan penjualan kepada pihak ketiga maupun melakukan penjualan kepada
depatremen lain dalam satu perusahaan. Dari sekian keputusan manakah yang paling
memebrikan tingkat efektifitas dan manajemen laba paling tinggi, sehingga keputusan tersebut
harus diambil?
Perusahaan sendiri akan melakukan berbagai metode untuk penetapan harga yang
dirasa paling adil dan membawa keuntungan bagi perusahaana. Pada perusahaan-perusahaan
kecil biasanya ditetapkan oleh manajemen puncak bukannya oleh bagian pemasaran.Sedangkan
pada perusahaan-perusahaan besar penetapan harga biasanya ditangani oleh manajer divisi dan
lini produk. Bahkan disni manajemen punjak juga menetapkan tujuan dan kebijakan umum
penetapan harga serta serta memberian persetujuan atas ususlan harga dari manajemen
dibawahnya. Masalah penentuan Harga Transfer dijumpai dalam perusahaan yang organisasinya
disusun menurut pusat – pusat laba, dan antara pusat laba yang dibentuk terjadi transfer barang
atau jasa. Latar belakang timbulnya masalah harga transfer dapat dihubungkan dengan proses
diferensiasi bisnis dan perluna integrasi dalam organisasi yang telah melakukan diferensiasi
bisnis.

Pengertian Harga Transfer


Harga transfer adalah nilai yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam
suatu transaksi yang setidaknya salah satu dari dua pihak yang bertransaksi merupakan pusat
laba. Untuk organisasi yang terdesentralisasi, keluaran dari sebuah unit dipakai sebagai masukan
bagi unit lain. Transaksi antar unit ini mengakibatkan timbulnya suatu mekanisme transfer
pricing. Transfer pricing didefenisikan sebagai suatu harga jual khusus yang dipakai dalam
pertukaran antar divisional untuk mencatat pendapatan unit penjual (selling division)dan unit
divisi pembeli (buying divison). Pada penjelasan ini pengertian harga transfer dibatasi pada nilai
yang diberikan atas suatu transfer barang atau jasa dalam suatu transaksi yang setidaknya salah
satu dari kedua pihak yang terlibat adalah pusat laba.
Harga transfer dalam arti luas adalah harga barang dan jasa yang ditransfer antar pusat
pertanggungjawaban dalam suatu organisasi tanpa memandang bentuk pusat
pertanggungjawaban. Dalam arti sempit, harga transfer adalah harga barang atau jasa yang
ditransfer antar pusat laba atau setidak-tidaknya salah satu dari pusat pertanggungjawaban
merupakan pusat laba. Untuk pembahasan lebih lanjut, maka harga transfer ini digunakan untuk
kepentingan penilaian kemampuan laba divisi.
Di dalam suatu perusahaan terdapat:
1. Divisi yang menjual produk (barang/jasa) = penjual.
2. Divisi yang membeli produk (barang/jasa) = pembeli.
Oleh karena itu dalam divisi-divisi tersebut perlu dibuat 2 (dua) macam keputusan, yaitu :
1. Keputusan pemilihan sumber, adalah menetapkan membeli dari luar perusahaan atau
eksternal pemasok) atau membeli dari dalam perusahaan atau internal (divisi penjual).
2. Keputusan penetapan (penentuan) besarnya harga transfer

1.1 TUJUAN PENETAPAN HARGA TRANSFER


Adapun tujuan penetapan harga transfer, antara lain:
 Memberi informasi yang relevan kepada masing-masing unit usaha untuk menentukan imbal
balik yang optimum antara biaya dan pendapatan perusahaan.
 Menghasilkan keputusan yang selaras dengan cita-cita (meningkatkan laba unit usaha namun
juga dapat meningkatkan laba perusahaan).
 Membantu pengukuran kinerja ekonomi dari unit usaha individual.
 Sistem tersebut harus mudah dimengerti dan dikelola.
Harga transfer sering memicu masalah terutama pada penentuan harga sepakatannya,
karena melibatkan dua unit, yaitu unit pembeli dan unit penjual, dan harga transfer juga
mempengaruhi pengukuran laba unit, harga transfer yang tinggi akan merugikan unit pembeli
sedangkan harga transfer yang terlalu rendah akan merugikan unit penjual, maka penentuan
harga transfer menjadi hal yang sangat penting.

1.2 METODE PENGETAPAN HARGA TRANSFER


Secara umum harga transfer dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode berikut:
1. Harga Transfer Berdasarkan Harga Pasar (Market-Based Transfer Prices)
Harga transfer berdasarkan harga pasar dipandang sebagai penentuan harga transfer
yanJg paling independen. Barang-barang yang diproduksi unit penjual dihargai sama dengan
harga yang berlaku di pasar, pada sisi divisi penjual ada kemungkinan untuk memperoleh
profit, pada sisi pembeli harga yang dibayarkan adalah harga yang sewajarnya
Namun yang menjadi kelemahan utama dari sistem ini adalah jika harga suatu produk
ternyata tidak tersedia di pasar. Tidak semua barang-barang yang diperjual-belikan antar
divisi tersedia di pasar, misalnya pada suatu industri yang terdeferensiasi dan terintegrasi
seperti industri kertas, jika divisi penjual harus mengirim kertas yang setengah jadi ke divisi
lain, pasar tidak menyediakan harga kertas mentah atau setengah jadi.
Namun, jika harga pasar tersedia atau dapat diperkirakan maka ada baiknya
menggunakan harga pasar. Meskipun demikian, jika tidak ada cara untuk memperkirakan
harga kompetitif, pilihan lainnya adalah mengembangkan harga transfer berdasarkan
biaya(cost-based transfer price).
2. Harga Transfer Berdasarkan Biaya (Cost-based Transfer Prices)
Perusahaan menggunakan metode penetapan harga transfer atas dasar biaya yang
ditimbulkan oleh divisi penjual dalam memproduksi barang atau jasa, penetapan harga
transfer metode ini relatif mudah diterapkan namun memiliki beberapa kekurangan.
Pertama, penggunaan biaya sebagai harga transfer dapat mengarah pada keputusan yang
buruk, jika seandainya unit penjual tidak dapat memproduksi dengan optimal sehingga
menghasilkan biaya yang lebih tinggi daripada harga pasar, maka dapat terjadi
kecenderungan pembelian barang dari luar. Kedua, jika biaya digunakan sebagai harga
transfer, divisi penjual tidak akan pernah menghasilkan laba dari setiap transaksi internal.
Ketiga, penentuan harga transfer yang berdasarkan biaya berarti tidak ada insentif bagi
orang yang bertanggung jawab mengendalikan biaya.
Umumnya perusahaan menetapkan harga transfer atas biaya berdasarkan biaya
variabel dan atau biaya tetap dalam bentuk: biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah
mark-up (full cost plus markup) dan gabungan antara biaya variabel dan tetap (variable cost
plus fixed fee).
3. Harga Transfer Negoisasi (Negotiated Transfer Prices)
Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi dalam
perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk menegosiasikan harga
transfer yang diinginkan. Harga transfer negoisasi memiliki beberapa kelebihan. Pertama,
pendekatan ini melindungi otonomi divisi dan konsisten dengan semangat desentralisasi.
Kedua, manajer divisi cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang biaya dan laba
potensial atas transfer dibanding pihak-pihak lain dalam perusahaan. Harga transfer
negosiasian mencerminkan prespektif kontrolabilitas yang inheren dalam pusat-pusat
pertanggungjawaban karena setiap divisi yang berkepentingan tersebut pada akhirnya yang
akan bertanggung jawab atas harga transfer yang dinegosiasikan. Namun transfer pricing ini
tidak begitu mudah untuk ditentukan karena posisinya pada situasi sulit yang bisa
menimbulkan conflict of interest diantara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu divisi
penjual dan divisi pembeli. Artinya, tidak akan ada satu metode transfer price yang terbaik,
yang akan diterima mutlak oleh kedua belah pihak.

1.3 ADMISTRASI HARGA TRANSFER


1. Negosiasi
Hampir semua perusahaan,unit usaha menegosiasikan harga transfer satu sama lain,
maksudnya harga transfer yang tidak ditentukan oleh kelompok staf pusat.alasan yang paling
penting untuk hal ini adalah kepercayaan bahwa dengan menetapkan harga jual dan mencapai
kesepakatan atas harga pembelian yang paling sesuai merupakan salah satu fungsi utama dari
manajemen lini. Unit –unit usaha harus mengetahui aturan dasar yang dijadikan patokan dalam
melakukan negosiasi harga tersebut.disebagian kecil perusahaan,kantor pusat
menginformasikan kapada unit – unit usaha tersebut bebas bertransaksisatu sama lain atau
ddengan perusahaan luar yang ditemui,dengan persyaratan bahwa jika impas,maka bisnis
tersebut harus tetap dalam perusahaan.
2. Arbitrase dan Penyelesaian Konflik
Arbitrase dapat dilakukan dengan beberapa cara.dalm sistem yang formal,kedua pihak
menyerahkan kasus secara tertulis kepada pihak penengah/pendamai( arbitrator ).arbitrator
akan meninjau posisi mereka masing – masing dan memutuskan harga yang akan ditetapkan
kadangkala dengan bantuan staf kantor yang lain.
Selain tingkat formalitas arbitrase,jenis proses penyelesaian konflik yang digunakan juga
mempengaruhibefektifitas suatu sistem harga transfer.terdapaat empat cara untuk
menyelesaikan konflik : Memaksa (forcing ) ; Membujuk ( smoothing ) ; Menawarkan (bargaining
) ; Penyelesaian masalah (problem solving )
Luas dan formalitas dari perolehan sumber daya dan peraturan penentuan harga transfer
bergantung pada banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan ketersediaan pasar serta
harga pasar.semakin besar jumlah transfer dan ketersediaan harga pasar,maka semakin formal
dan spesifik peraturan yang ada.jika harga pasar selalu siap sedia,maka perolehan sumber daya
dapat dikendalikan dengan peninjauan kantor pusat atas keputusan buat atau beli ( make-ar-buy
decision )yang melebihi jumlah tertentu.
Beberapa perusahaan membagi produknya kedalam dua kelas :
 Kelas I meliputi seluruh produk untuk mana manajaemen senior ingin mengendalikan
perolehan sumber daya.produk ini biasanya merupakan produk – produk yang
bervolume besar;produk – produk yang tidak memiliki sumber dari luar;dan produk –
produk yang produksinya tetap ingin dikendalikan oleh pihak manajemen demi alasan
kualitas atau alasan tertentu.
 Kelas II meliputi seluruh produk lainnya.secara umum,ini merupakan produk – produk
yang dapat diproduksi diluar perusahaan tanpa adanya gangguan terhadap operasi yang
sedang berjalan,produk – produk yang volumenya relatif kecil,diproduksi dengan
peralatan umum( general-purpose equipment).produk-produk kelas II ditansfer pada
harga pasar.
PENGENDALIAN TERHADAP MANAJEMEN OPERASI

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Sistem Pengendalian Manajemen


Semester Genap Tahun Ajaran 2016/2017

Disusun Oleh:
 ERI PATMASARI 125020300111014
 INDRI KUSUMA DEWI 145020301111090
 DESY NUR ISMIRIANTI 145020301111058

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA - MALANG
PENGENDALIAN TERHADAP MANAJEMEN OPERASI

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tiga sub bab, yakni:
 INFORMASI DALAM PENGENDALIAN OPERASI
 PERKEMBANGAN TERKINI DALAM TEKNIK PENGENDALIAN OPERASIONAL DAN IMPLIKASINYA
DALAM PENGENDALIAN MANAJEMEN
 TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TPQ)
 COMPUTER INTEGRATED MANUFACTURING (CIM) DECSION SUPPORT SYSTEMS (DSS)

PENDAHULUAN
Kegiatan pengendalian dapat diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu :
1. Pengendalian Manajemen (management control)
2. Pengendalian Operasional (operational control)
Pengendalian Operasional
 Proses untuk memastikan bahwa tugas yang telah ditentukan dilaksanakan secara efektif dan
efisien
 Orientasi jangka pendek
 Difokuskan pada proses pengendalian
 Perbedaan antara formulasi strategi dan pengendalian manajemen:
– Formulasi strategi adalah proses pengambilan keputusan strategi baru
– Pengendalian manajemen adalah proses implementasi strategi tersebut
– Perbedaan antara pengendalian tugas dan pengendalian manajemen.

Pengendalian Manajemen mengarah pada pengendalian kegiatan secara menyeluruh demi


mendapatkan keyakinan bahwa strategi perusahaan telah dijalankan secara efektif dan efisien.
Sedangkan Pengendalian Operasional hanya menyangkut tugas-tugas tertentu telah dilaksanakan
secara efektif dan efisien. Dalam kaitannya dengan fungsi manajemen, pengendalian manajemen
merupakan penerapan semua fungsi manajemen, Dikatakan demikian, karena dalam pelaksanaan
pengendalian manajemen meliputi kegiatan perencanaan operasional perusahaan, pengorganisasian
kegiatan, koordinasi kegiatan, pengendalian kegiatan dan pembinaan pelaksana kegiatan, Konsep
sistem pengendalian manajemen juga diartikan sebagai manajemen secara keseluruhan.
1. INFORMASI DALAM PENGENDALIAN OPERASI
Peranan sistem informasi untuk operasi bisnis adalah untuk memproses transaksi bisnis, mengontrol
proses industrial, dan mendukung komunikasi serta produktivitas kantor secara efisien.
A. Transaction Processing Systems
Transaction processing systems (TPS) berkembang dari sistem informasi manual untuk sistem proses
data dengan bantuan mesin menjadi sistem proses data elektronik (electronic data processing
systems). Transaction processing systems mencatat dan memproses data hasil dari transaksi bisnis,
seperti penjualan, pembelian, dan perubahan persediaan/inventori. Transaction processing systems
menghasilkan berbagai informasi produk untuk penggunaan internal maupun eksternal. Sebagai
contoh, TPS membuat pernyataan konsumen, cek gaji karyawan, kuitansi penjualan, order
pembelian, formulir pajak, dan rekening keuangan. TPS juga memperbaharui database yang
digunakan perusahaan untuk diproses lebih lanjut oleh SIM.
B. Process Control Systems
Sistem informasi operasi secara rutin membuat keputusan yang mengendalikan proses operasional,
seperti keputusan pengendalian produksi. Hal ini melibatkan process control systems (PCS) yang
keputusannya mengatur proses produksi fisik yang secara otomatis dibuat oleh komputer. Kilang
minyak petroleum dan jalur perakitan (assembly lines) dari pabrik-pabrik yang otomatis
menggunakan sistem ini.
C. Office Automation Systems
Office automation systems (OAS) mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mengirim data dan
informasi dalam bentuk komunikasi kantor elektronik. Contoh dari office automation (OA) adalah
word processing, surat elektronik (electronic mail), teleconferencing, dan lain-lain.

2. PERKEMBANGAN TERKINI DALAM TEKNIK PENGENDALIAN OPERASIONAL DAN IMPLIKASINYA


DALAM PENGENDALIAN MANAJEMEN
Dalam perkebangannya, Teknik pengendalian operasioanal yang awalnya tradisional menjadi
memiliki terori baru yakni Total Quality manajemen. Dan seiring berjalannya waktu tknologi yang
juga berkembang semakin cepat juga ikut berkecimpung dalam dunia manajemen dan pengendalian
manajemen, seperti munculnya berbagai aplikasi atuapun program-program yang dirancang untuk
memenihi kebutuhan pasar bisnis dalam melakukan usahannya demi. Salah satu contohnya adalah
Computer Integrated Manufacturing (CIM) dan Decsion Support Systems (Dss) yang akan dijelaskan
pada sub bab berikut ini.

3. TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TPQ)


Filosofi dari TQM atau total quality management adalah selalu meningkatkan kualitas barang dan
jasa untuk meningkatkan kepuasan pelanggan sebagai strategi jangka panjang perusahaan dalam
bersaing dan bertumbuh. Peningkatan kualitas harus dikerjakan seluruh lini perusahaan mulai dari
pembelian barang baku, proses produksi, bagian keuangan , bagian sumber daya manusia dan lain-
lain.
Pemikiran-pemikiran dalam TQM adalah
1. Kualitas dapat dan harus dikendalikan
2. Kualitas versi pelanggan harus diperhatikan supaya kepuasan pelanggan terjaga.
3. Manajeman harus emberi kepemimpinan dalam melakukan manajemen mutu.
4. Terus menerus melakukan peningkatan kualitas sebagai strategi perusahaaan.
Tentu ini melibatkan perencanaan, eksekusi dan evaluasi secara terus menerus.
5. Peningkatan kualitas adalah tanggung jawab setiap karyawan.
Karyawan harus diberikan training dan pendidikan supaya kualitas terus-menerus
meningkat.
6. Masalah harus sedapat mungkin dicegah, kurangi proses perbaikan
7. Standar kualitas adalah tanpa cacat
8. Kualitas harus bisa diukur

Dengan konsep total pengendalian kualitas, maka system pengendalian kualitas menjadi:
1. Departemen kualitas menjadi hanya coordinator yang akan mempengaruhi kualitas pada
fungsimasing-masing.
2. Masing-masing fungsi dalam organisasi harus mempunyai pedoman pengendalian mutu
yangakan menunjukkan jalan untuk menjaga mutu dalam kinerja.
3. Konsep total pengendalian kualitas mengharuskan Departemen kualitas untuk
lebihmenitikberatkan perhatian pada perencanaan dan mengurangi perhatian pada pemeriksaan
dan pengawasan.
4. Pendekatan total kualitas menekankan pencegahan terhadap suatu kesalahan
danmemperkenalkan semua konsep mutu dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan
sehinggamasing-masing fungsi akan bertanggung jawab pada mutu pekerjaan
5. Departemen kualitas menyiapkan semua perangkat untuk menjamin bahwa semua fungsi
didalam organisasi melaksanakan apa yang diinginkan oleh system pengendalian kualitas.Sebuah
program hanya diterapkan ke seluruh bagian dari organisasi di mana program ini
akanmenjelaskan bagaimana total pengendalian kualitas harus diselenggarakan, bagaimana
masing-masing individu sadar berperan serta dalam pengendalian kualitas dan bagaimana
pendekatan inidiukur pada masing-masing kinerja.

4. COMPUTER INTEGRATED MANUFACTURING (CIM) DECSION SUPPORT SYSTEMS (DSS)


5.1 COMPUTER INTEGRATED MANUFACTURING (CIM)
Adalah alat bantu dalam mendesain proses adalah CIM ( computer integrated manufacturing.
CIM merupakan komputer yang diintegrasikan dalam proses operasi untuk membantu pekerja
menciptakan produk berkualitas tinggi, meningkatkan produktivitas, memenuhi kebutuhan
konsumen lebih cepat dan lebih fleksibel. CIM terdiri dari beberapa jenis yaitu;
 CAM atau computer aided manufacturing : Digunakan untuk mendesain proses produksi
dan mengontrol peralatan mesin dan aliran material melalui otomatisasi.
 CAD atau computer aided design : Merupakan sistem elektronik berupa komputer desktop
yang hebat dan sofware grafik yang memudahkan desainer membuat ukuran geometris
untuk mendesain peralatan atau produk baru, menggantikan proses tradisional. Sistem CAM
dan CAD mengintegrasikan fungsi desain dan manufaktur dengan menterjemahkan
spesifikasi desain final dalam instruksi detail.
 Mesin NC ( numerically controlled) : Merupakan perlatan mesin yang besar, diprogram
untuk menghasilkan peralatan dalam berbagai ukuran.
 Robot : Merupakan mesin yang diprogram untuk menjalankan berbagai tugas.
 Material handling otomatis : Merupakan proses pergerakan, pengemasan, sampai dengan
penyimpanan produk secara otomatis.
5.2 DECSION SUPPORT SYSTEMS (DSS)
Definisi Decision Support System dapat dikatakan sebagai sistem komputer yang mengolah data
menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari masalah semi-terstruktur yang spesifik. Tujuan
dari Decision Support System (DSS) antara lain adalah :
 membantu manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi struktur
 mendukung penilaian manajer bukan mencoba menggantikannya
 meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan seorang manajer daripada efisiensinya.
Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan antara lain adalah :
 kegiatan intelijen,
 kegiatan merancang,
 kegiatan memilih dan menelaah.
Jenis-jenis DSS menurut tingkat kerumitan dan tingkat dukungan pemecahan masalahnya adalah
sebagai berikut:
 Mengambil elemen-elemen informasi.
 Menaganalisis seluruh file.
 Menyiapkan laporan dari berbagai file.
 Memperkirakan dari akibat keputusan.
 Mengusulkan keputusan.
 Membuat keputusan.

Anda mungkin juga menyukai