PENDAHULUAN
1
definisi tersebut malpraktek harus dibuktikan bahwa apakah benar telah
terjadi kelalaian tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang ukurannya adalah lazim dipergunakan diwilayah tersebut.
Namun menurut World Medical Association, tidak semua kegagalan medis
adalah akibat malpraktik medis. Suatu peristiwa buruk yang tidak dapat
diduga sebelumnya yang terjadi saat dilakukan tindakan medis yang sesuai
standar tetapi mengakibatkan cedera pada pasien tidak termasuk dalam
pengertian malpraktik atau kelalaian medik.
Sejak 2006 hingga 2012, tercatat ada 182 kasus malpraktek yang
terbukti dilakukan dokter di seluruh Indonesia. Malpraktek ini terbukti
dilakukan dokter setelah melalui sidang yang dilakukan Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI). Akibat dari malpraktek yang
terjadi selama ini, sudah ada 29 dokter yang ijin prakteknya dicabut
sementara.
Oleh karena itu pengetahuan mengenai malpraktek penting untuk
dipahami bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan praktiknya, khususnya
penyedia pelayanan kesehatan primer seperti dokter umum.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui definisi dan jenis – jenis malpraktek.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
banyaknya norma etik yang telah diangkat menjadi norma hukum, atau
sebaliknya norma hukum yang mengandung nilai-nilai etika. Aspek etik
kedokteran yang mencantumkan juga kewajiban memenuhi standar profesi
mengakibatkan penilaian perilaku etik seseorang dokter yang diadukan
tidak dapat dipisahkan dengan penilaian perilaku profesinya. Etik yang
memiliki sanksi moral dipaksa berbaur dengan keprofesian yang memiliki
sanksi disiplin profesi yang bersifat administratif. Keadaan menjadi
semakin sulit sejak para ahli hukum menganggap bahwa standar prosedur
dan standar pelayanan medis dianggap sebagai domain hukum, padahal
selama ini profesi menganggap bahwa memenuhi standar profesi adalah
bagian dari sikap etis dan sikap profesional. Dengan demikian pelanggaran
standar profesi dapat dinilai sebagai pelanggaran etik dan juga sekaligus
pelanggaran hukum.
World Medical Association dalam Deklarasi Geneva pada tahun 1968
menelorkan sumpah dokter (dunia) dan Kode Etik Kedokteran
Internasional. Kode Etik Kedokteran Internasional berisikan tentang
kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap sesama
dan kewajiban terhadap diri sendiri. Selanjutnya, Kode Etik Kedokteran
Indonesia dibuat dengan mengacu kepada Kode Etik Kedokteran
Internasional. Selain Kode Etik Profesi di atas, praktek kedokteran juga
berpegang kepada prinsip-prinsip moral kedokteran, prinsip-prinsip moral
yang dijadikan arahan dalam membuat keputusan dan bertindak, arahan
dalam menilai baik-buruknya atau benar-salahnya suatu keputusan atau
tindakan medis dilihat dari segi moral. Pengetahuan etika ini dalam
perkembangannya kemudian disebut sebagai etika biomedis. Etika biomedis
memberi pedoman bagi para tenaga medis dalam membuat keputusan klinis
yang etis (clinical ethics) dan pedoman dalam melakukan penelitian di
bidang medis.
Pada banyak kasus medikolegal kompleks yang sampai ke pengadilan,
banyak yang memerlukan pendapat saksi ahli karena metodologi dan tata
laksana standar kedokteran ada di luar pengetahuan juri. Jika terdapat
4
tuduhan tindakan malpraktik maka orang yang mengajukan tuduhan
tersebut disyaratkan untuk memberikan bukti adanya penyimpangan
tersebut. Bukti tersebut harus datang dari ahli yang memiliki kualifikasi
yang sesuai dengan subjek yang dipermasalahkan. Karena itu, umumnya
banyak didapatkan dokter enggan bersaksi melawan teman sejawatnya.
Alasan keengganannya tersebut bervariasi mulai dari stigma tuduhan
malpraktik, nama buruk yang didapat setelah bersaksi, ancaman
pengeluaran dari komunitas tempat dia bernaung, ancaman dari perusahaan
asuransi dokter tersebut, ancaman pengadilan profesi, dan adanya
konspirasi untuk tutup mulut. Pembelaan yang lebih relevan dan dapat
diterapkan dalam praktik kedokteran sehari-hari termasuk: (1) Pasien
mengenai resiko berdasarkan surat persetujuan yang telah dibuat, (2) Faktor
penyebab kelalaian terletak di tangan pasien, (3) terletak pada pihak ke tiga.
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak
selalu berkonotasi yuridis. Secara harfiah “mal” memiliki arti “salah”,
“praktek” memiliki arti “pelaksanaan” atau “tindakan” sehingga malpraktek
berarti “pelaksanaan atau tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan
suatu profesi.
Dari segi hukum, malpraktek dapat terjadi karena suatu tinndakan
yang disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu, tindakan
kelalaian (negligence) ataupun suatu kekurangmahiran/ketidakkompetenan
yang tidak beralasan. Professional misconduct yang merupakan kesengajan
dalam bentuk pelanggaran ketentuan etik, ketentuan disiplin profesi, jukum
administratif serta hukum pidana dan perdata, seperti melakukan
kesengajaan yang merugikan pasien, fraud, pelanggaran wajib simpan
rahasia kedokteran, aborsi ilegal, euthanasia, penyerangan seksual,
misreprentasi, keterangan palsu, menggunakan iptekdok yang belum teruji,
berpraktik tanpa SIP, berpraktik di luar kompetensinya.
Pada saat tuntutan malpraktek diajukan, akan menjadi sebuah tugas
bagi sang pemohon perkara (pasien maupun anggota keluarganya) untuk
mencari sendiri bukti yang mendukung tuntutannya tersebut. Hal ini akan
5
terus dilakukan oleh pemohon sampai perkara tersebut menjadi sebuah
kasus yang prima fasie dengan bukti – bukti yang cukup dihadirkan di
depan pengadilan dan di hadapan juri yang memungkinkan hakim
memberikan putusan secara seksama berdasar bukti itu sendiri. Setelah
bukti tersebut diajukan oleh pemohon, maka bukti yang dibawa pemohon
tersebut akan dihadapkan kepada orang yang disangkakan. Tertuduh (dokter
atau rumah sakit) lalu memberikan bukti – bukti yang menyanggah tuduhan
yang dikenakan kepadanya. Sanggahan yang dikemukakan oleh tertuduh
(dokter) terhadap kasusnya itu tidaklah cukup. Namun, terdapat sanggahan
– sanggahan yang dapat diterima yang dapat membuatnya lepas dari
tanggung jawabnya tersebut. Hal ini termasuk (1) resiko perawatan yang
dilakukan telah diketahui oleh pemohon dan ia setuju untuk tetap
melanjutkan perawatan (rIsiko diketahui dengan informed consent / surat
tanda persetujuan tindakan), (2) Pemohon memiliki andil pada terjadinya
luka atau sakitnya itu sendiri dengan tidak mematuhi instruksi dokter atau
melanggar pantangan – pantangan yang ada, atau (3) Bahwa luka atau
kerugian disebabkan oleh pihak ketiga dan bukan merupakan dampak dari
instruksi yang diberikan dokter. Penegakkan diagnosis tanpa bantuan
pemeriksaan penunjang yang tersedia dapat membawa kesalahan. Hal ini
dianggap sebagai kelalaian dokter dalam melakukan sesuatu yang mestinya
ia lakukan contohnya saat dokter lalai dalam menjalankan tugas yang
akhirnya menyebabkan kerugian pada pasien. Hal ini merupakan dasar dan
alasan yang penting dalam kaitan terhadap standar praktik kedokteran yang
berlaku. Pengadilan akan memberikan pengertian terhadap hal tersebut.
Kegagalan dalam menggunakan standar dan uji diagnostik yang
tersedia pada kenyataannya merupakan sebuah praktik kedokteran yang
substandar. Di lain pihak, penggunaan standar dan uji diagnostik yang
berlebihan pada masa mendatang harus diwaspadai. Sebelum hal ini terjadi
lebih lanjut, maka badan hukum mulai menyelidiki tagihan–tagihan yang
diberikan rumah sakit, dokter dan penyedia layanan kesehatan lain dengan
lebih seksama. Penyelidikan seksama diberikan terhadap prosedur–prosedur
6
yang tidak dapat dibenarkan secara medis, namun dikerjakan secara hati–
hati baik sehingga dapat membedakan hal tersebut dari tindakan yang
melecehkan tanggung jawab medikolegal. Tagihan yang tidak lazim,
pembayaran tagihan yang berlebihan dan persetujuan dokter – pasien yang
tidak lazim dapat menjadi dasar bagi diusulkannya peraturan – peraturan
yang lebih baik di masa depan. Nampaknya kelanjutan praktik kedokteran
yang bersifat defensif akan segera menjadi bahan perdebatan dan diskusi
yang menarik serta dapat dilakukan koreksi terhadap hal tersebut.
1. Ethical malpractice
7
2. Legal malpractice, teridiri dari :
a. Administrative malpractice
b. Civil malpractice
8
c. Criminal malpractice
9
atau adanya dokter yang sengaja melakukan pembedahan pada
pasiennya tanpa indikasi medik, (appendektomi, histerektomi dan
sebagainya), yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, jadi sematamata
untuk mengeruk keuntungan pribadi. Memang dalam masyarakat yang
menjadi materialistis, hedonistis dan konsumtif, dimana kalangan
dokter turut terimbas, malpraktek diatas dapat meluas.
c. Tenaga Kesehatan memiliki surat ijin praktek (SIP) dan Surat Tugas
dari Direktur Rumah Sakit, Dinas Tenaga Kesehatan, Dekan
(Pimpinan Pendidik), dan dari Pemerintah yang lainnya.
d. Tiap menangani pasien harus ada ijin atau persetujuan tertulis atau
lisan dari pihak pasien dan keluarganya.
e. Dalam pelayanan kesehatan harus menerapkan standar pelayanan dan
protap pelayanan kesehatan profesi yang dibuat oleh tenaga profesi.
10
Ini biasanya dibuat SK oleh Direktur Rumah Sakit atau pimpinan
Rumah Sakit setempat.
f. Hasil pemeriksaan / pelayanan atau tindakan ditulis dicatat secara
khusus oleh dokter yang melakukan tindakan atau pemeriksaan atau
singkatnya ditulis yang disebut sebagai rekam medis / rekam rumah
sakit. Untuk bidan dan perawat tertuang dalam Asuhan Keperawatan
atau kebidanan.
g. Point 4,5, dan 6 di atas harus dirahasiakan sesuai dengan peraturan PP
No.10 tahun 1966 dan Undang-undang kesehatan yang lain.
h. Dalam menangani pasien atau tindakan harus berdasarkan indikasi
medis dan kontra indikasi medis.
i. Dalam menangani pasien harus menerangkan mengenai resiko, antara
lain resiko keadaan pasien, resiko penyakitnya, dan resiko tindakan.
j. Dalam komunikasi dengan pasien dan keluarga serta masyarakat harus
menerapkan etika umum dan etika profesi dimana tenaga kesehatan
tersebut bekerja.
k. Kemungkinan dalam menangani pasien memperoleh kesulitan karena
tidak kompetensinya sehingga harus dirujuk/dikirim/ dikonsultasikan
kepada tenaga kesehatan yang kompeten atau dirujuk/dikirim ke
rumah sakit sesuai dengan tingkat pelayanan yang lebih prima.
1. Dalam pelayanan atau upaya kesehatan terjadi sesuatu yang menimbulkan
sengketa atau tuntutan pasien dan keluarganya harus diselesaikan secara
komunikasi yang sehat, secara kemanusiaan dan berdasarkan rambu-
rambu aturan hukum kesehatan. Jangan menerapkan Undang-Undang
diluar Undang-Undang Hukum Kesehatan.
11
2. Bekerja sesuai standar profesi
12
2) Sarana Non Medis; meliputi tempat dan peralatan lainnya yang
diperlukan oleh seorang dokter dalam menjalankan profesinya.
c. Standar perilaku; yang didasarkan pada sumpah dokter dan pedoman
Kode Etik Kedokteran Indonesia, meliputi perilaku dokter dalam
hubungannya dengan penderita dan hubungannya dengan dokter
lainnya, yaitu :
1) Pasien harus diperlakukan secara manusiawi.
13
3. Membuat informed consent
14
a. Dokter harus menjelaskan pada pasien mengenai tindakan,
terapi dan penyakitnya
15
Sehingga persetujuan yang diberikan oleh pasien memerlukan
beberapa masukan sebagai berikut :
16
mempunyai banyak waktu untuk menunggu kedatangan keluarga pasien.
Kalaupun keluarga pasien telah hadir dan kemudian tidak menyetujui
tindakan dokter, maka berdasarkan doctrine of necessity, dokter tetap harus
melakukan tindakan medik. Hal ini dijabarkan dalam PerMenKes Nomor
585/PerMenKes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik, bahwa
dalam keadaan emergency tidak diperlukan informed consent.
Ketiadaan informed consent dapat menyebabkan tindakan malpraktek
dokter, khususnya bila terjadi kerugian atau intervensi terhadap tubuh
pasiennya. Hukum yang umum diberbagai negaramenyatakan bahwa akibat
dari ketiadaan informed consent setara dengan kelalaian atau keteledoran.
Akan tetapi, dalam beberapa hal, ketiadaan informed consent tersebut setara
dengan perbuatan kesengajaan, sehingga derajat kesalahan dokter pelaku
tindakan tersebut lebih tinggi. Tindakan malpraktek dokter yang dianggap
setara dengan kesengajaan adalah sebagai berikut :
17
terletak pada dokter yang merawat. Tahap memperdulikan ada tidaknya
bantuan yang diberikan kepadanya dalam melengkapi rekam medis oleh
staf lain di rumah sakit. Dokter mengemban tanggung jawab terakhir akan
kelengkapan dan kebenaran isi rekam medis.
Data harus dipelajari kembali, dikoreksi dan ditanda tangani juga
oleh dokter yang merawat. Pada saat ini banyak rumah sakit menyediakan
staf bagi dokter untuk melengkapi rekam medis. Namun demikian
tanggung jawab utama dari isi rekam medis tetap berada pada dokter yang
bertanggung jawab. Nilai ilmiah dari sebuah rekam medis adalah sesuai
dengan taraf pengobatan dan perawatan yang tercatat. Oleh karena itu
ditinjau dari beberapa segi rekam medis sangat bernilai penting karena :
a. Pertama bagi pasien, untuk kepentingan penyakitnya dimasa sekarang
maupun dimasa yang akan datang.
b. Kedua dapat melindungi rumah sakit maupun dokter dalam segi
hukum (medikolegal). Bila mana rekam medis tidak lengkap dan tidak
benar maka kemungkinan akan merugikan bagi pasien, rumah sakit
maupun dokter sendiri.
c. Ketiga dapat dipergunakan untuk meneliti medik maupun
administratif. Personil rekam medis hanya dapat mempergunakan data
yang diberikan kepadanya. Bilamana diagnosanya tidak benar dan
tidak lengkap maka kode penyakitnyapun tidak tepat, sehingga indeks
penyakit mencerminkan kekurangan. Hal ini berakibat riset akan
mengalami kesulitan. Oleh karena itu data statistik dan laporan hanya
dapat secermat informasi dasar yang benar.
Rekam medis harus memuat isi sebagai berikut :
18
oleh dokter lain Pada rumah Sakit Pendidikan, yaitu : Riwayat
Penyakit, Pemeriksaan fisik dan resume Lembaran lingkaran masuk
dan keluar tidak cukup apabila hanya ditanda tangani oleh seorang
dokter.
c. Bahwa laporan riwayat penyakit, dan pemeriksaan fisik dalam
keadaan lengkap dan berisi semua data penemuan baik yang positif
maupun negative.
d. Catatan perkembangan, memberikan gambaran kronologis dan analisa
klinis keadaan pasien Frekwensi catatan ditentukan oleh keadaan
pasien.
e. Hasil Laboratorium dan X-Ray dicatat dicantumkan tanggalnya serta
ditanda tangani oleh pemeriksa.
f. Semua tindakan pengobatan medik ataupun tindakan pembedahan
harus itulis dicantumkan tanggal, serta ditanda tangani oleh dokter.
g. Semua konsultasi yang dilaksanakan harus sesuai dengan peraturan
staf medik harus dicatat secara lengkap serta ditanda tangani Hasil
konsultasi, mencakup penemuan konsulen pada pemeriksaan fisik
terhadap pasien termasuk juga pendapat dan rekomendasinya.
h. Pada kasus observasi, catatan prenatal dan persalinan dicatat secara
lengkap, mencakup hasil tes dan semua pemeriksaaan pada saat
prenatal sampai masuk rumah sakit Jalannya persalinan dan
kelahirannya sejak pasien masuk rumah sakit, juga harus dicatat secara
lengkap.
i. Catatan perawat dan catatan prenatal rumah sakityang lain tentang
Observasi & Pengobatan yang diberikan harus lengkap catatan ini
harus diberi cap dan tanda tangan.
j. Resume telah ditulis pada saat pasien pulang Resume harus berisi
ringkasan tentang penemuan, dan kejadian penting selama pasien
dirawat, keadaan waktu pulang saran dan rencana pengobatan
selanjutnya.
19
k. Bila otopsi dilakukan, diagnosa sementara / diagnosa anatomi, dicatat
segera ( dalam waktu kurang dari 72 jam ) : keterangan yang lengkap
harus dibuat dan digabungkan dengan rekam medis
l. Analisa kualitatif oleh personel medis untuk mengevaluasi kualitas
pencatatan yang dilakukan oleh dokter untuk mengevaluasi mutu
pelayanan medik Pertanggung jawaban untuk mengevaluasi mutu
pelayanan medik terletak pada dokter yang bertanggung jawab.
Berikut pasal yang mengatur mengenai rekam medis :
Pasal 46
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran
wajib membuat rekam medis.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera
dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.
(3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda
tangan petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.
Pasal 47
20
upaya penyelamatan nyawa pasien terlebih dahulu. Rekam Medis harus
diberi data yang cukup terperinci, sehingga dokter lain dapat mengetahui
bagaimana pengobatan dan perawatan kepada pasien dan konsulen dapat
memberikan pendapat yang tepat setelah dia memeriksanya ataupun
dokter yang bersangkutan dapat memperkirakan kembali keadaan pasien
yang akan datang dari prosedur yang telah dilaksanakan.
21
7. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga,
dan masyarakat sekitar
22
profesi medis. Selanjutnya dari hubungan hukum yang terjadi ini
timbullah hak dan kewajiban bagi pasien dan dokter.
1. Gagal Berkomunikasi
23
tunduk pada perintah tenaga kesehatan tanpa memperhatikan feedback
langsung dari lawan bicaranya.
Ketidaksempurnaan tenaga kesehatan dalam membangun
komunikasi terhadap pasien akan berakibat buruk terhadap proses
terapeutik yang dikelolanya nanti. Karena tak jarang, tenaga kesehatan
terlalu intervensif dalam melakukan anamnesis. Seorang tenaga
kesehatan menurut sebuah penelitian di Amerika, umumnya menyela
keluhan yang disampaikan pasiennya setelah 22 detik. Artinya, tenaga
kesehatan sering tidak sabar menunggu Anda menyelesaikan semua
keluhan, dan lebih suka menghentikannya di tengah-tengah
pembicaraan. Padahal, jika tenaga kesehatan mau bersikap lebih sabar
sedikit saja terhadap pasiennya, dan mendengarkan semua penjelasan
yang disampaikan, hal itu tidak memakan waktu lama. Penelitian yang
dilakukan di Swiss, menyimpulkan bahwa pasien rata-rata hanya butuh
waktu dua menit untuk menyelesaikan semua keluhan yang dirasakan.
2. Krisis waktu
24
2.4.2 Penyelesaian ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan
dokter
25
secara kekeluargaan atau dengan bantuan penengah/mediator yang
dipercayai dan dihormati oleh kedua pihak.
Selain cara-cara penyelesaian masalah di atas, terdapat pula
Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK) jika pasien merasa
dokter berlaku tidak sesuai etika. Untuk masalah yang berkaitan
dengan kinerja/tindakan dokter di dalam praktiknya, pasien dapat
mengadukannya ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia (MKDKI) yang anggotanya terdiri atas tokoh masyarakat,
sarjana hukum, dan dokter.
Pasien bisa mengadu ke kedua lembaga tersebut sekaligus dengan
meminta bantuan kantor cabang organisasi profesi dokter atau dinas
kesehatan setempat.
Hubungan pasien dan SPK memang dinamis sehingga masalah pun akan
selalu timbul. Dengan cara penyelesaian masalah yang tepat, diharapkan
hubungan di antara keduanya dapat terus terjalin dengan baik sehingga
dunia pelayanan kesehatan di Indonesia dapat lebih berkualitas.
26
besar masyarakat. Hal ini semakin membuat para dokter terlena dan
sewenang-wenang mengobati pasien. Padahal tindakan medis apapun
sebenarnya sudah terukur. Proses penanganan medis ada prosedunya dan
hasil dari tindakan dokter jelas terukur dan dapat diperkirakan, dengan
adanya pemahaman masyarakat seperti itu maka jika ada malpraktek,
dokter dianggap masyarakat Indonesia dapat lepas tangan dan tak
tersentuh oleh hukum. Masyarakat pun tak menuntut para dokter yang tak
profesional karena adanya pemahaman masyarakat mengenai hal tersebut.
a. Menahan-nahan pasien
27
3) Penahanan terhadap orang itu untuk melawan hak.
28
2) Bahwa orang itu diwajibkan untuk menyimpan rahasia
tersebut dan ia harus betul–betul mengetahui, bahwa ia wajib
menyimpan rahasia itu.
3) Bahwa kewajiban untuk menyimpan rahasia itu adalah
akibat dari suatu jabatan atau pekerjaan yang sekarang,
maupun yang dahulu pernah jabatan.
4) Membukanya rahasia itu dilakukan dengan sengaja. Yang
diartikan dengan rahasia yaitu barang sesuatu yang hanya
diketahui oleh orang yang berkepentingan, sedang orang
lain belum mengetahuinya. Siapakah yang diwajibkan
menyimpan rahasia itu, tiap–tiap peristiwa harus ditinjau
sendiri–sendiri oleh hakim yang masuk disitu misalnya
seorang dokter harus menyimpan rahasia penyakit
pasiennya.
29
kepentingan tersebut dan akhirnya pemutusan apakah wajib
menyimpan rahasia menggunakan hak tolaknya atau tidak,
dilakukan sendiri oleh wajib penyimpan rahasia, kalau dirasa
perlu setelah berunding dengan satu orang atau lebih yang ia
pilih, rekan atau bukan rekan.
Seorang saksi sebelum memberi kesaksian harus sumpah
bahwa ia akan memberi keterangan tentang segala sesuatu yang
benar dan tidak lain dari pada yang benar. Ia tidak dapat
mengungkapkan hanya sebagian dari kebenaran dan
menyembuhkan bagian yang lain, ini akan mendapatkan
kedustaan dan demikian sumpah palsu. Jadi seorang dokter
atau wajib penyimpan rahasia lain dihadapkan sebagai saksi
menggunakan hak tolaknya, walaupun diminta dengan sangat
oleh pasiennya untuk memberi kesaksian, ada kemungkinan
bahwa dokter tersebut berbuat demikian untuk kepentingan
pasiennya.
30
1) Sanksi terhadap pelanggaran dari hukum diterapkan oleh
penguasa (orang atau lembaga yang memegang kekuasaan).
2) Sanksi terhadap pelanggaran dari etika diterapkan oleh
masyarakat.
c. Aborsi ilegal
31
Keputusan untuk melakukan abortus provocatus
therapeuticus harus dibuat oleh sekurang-kurangnya dua dokter
dengan persetujuan tertulis dari wanita hamil yang bersangkutan,
suaminya dan atau keluarhanya yang terdekat. Hendaknya
dilakukan dalam suatu rumah sakit yang mempunyai cukup sarana
untuk melakukannya.
Menurut penyelidikan, abortus provocatus paling sering
terjadi pada wanita bersuami, yang telah sering melahirkan,
keadaan sosial dan keadaan ekonomi rendah. Ada harapan abortus
provocatus di kalangan wanita bersuami ini akan berkurang
apabila keluarga berencana sudah dipraktekkan dengan tertib.
Setiap dokter perlu berperan serta untuk membantu suksesnya
program keluarga berencana ini.Seperti yang telah diatur pada
pasal 349 KUHP, “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat
membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun
melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan
dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana
kejahatan dilakukan.” dimana dokter dapat dikenakan sanksi 4
tahun penjara.
d. Euthanasia
32
Pada suatu saat seorang dokter mungkin menghadapi
penderitaan yang tidak tertahankan, misalnya karena kanker dalam
keadaan yang menyedihkan, kurus kering bagaikan tulang
dibungkus kulit, menyebarkan bau busuk, menjerit-jerit dan
sebagainya. orang yang berpendirianpro euthanasia dalam butir c,
akan mengajukan supaya pasien diberi saja morphindalam dosis
lethal, supaya ia bebas dari penderitaan yang berat itu. di beberapa
Negara Eropa dan Amerika sudah banya terdengar suara yang pro-
euthanasia. mereka mengadakan gerakan yang mengukuhkannya
dalam undang-undang. Sebaliknya, bagi mereka yang
kotraeuthanasia berpendirian bahwa tindakan demikian sama
dengan pembunuhan. Kita di Indonesia sebagai umat yang
beragama dan berfalsafah atau berazazkan Pancasila percaya pada
kekuasaan mutlak dari Tuhan Yang Maha Esa. segala sesuatu yang
diciptakannya serta penderitaan yang dibebankan kepada
makhlukNya mengandung makna dan maksud terentu. dokter
harus mengerahkan segala kepandaianannya dan kemampuannya
untuk meringankan penderitaan dan memelihara hidup akan tetapi
tidak untuk mengakhirinya.
e. Memberikan keterangan palsu
Pada pasal 267 KUHP dinyatakan bahwa :
33
3) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan
sengaja memakai surat keterangan palsu itu seolah-olah
isinya sesuai dengan kebenaran.
f. Melakukan praktek tanpa ijin
Pada pasal 2 kodeki, disebutkan bahwa, “Seorang dokter
harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi yang tertinggi”. Ijazah yang dimiliki seseorang,
merupakan persyartan untuk memperoleh ijin kerja sesuai
profesinya (SID (surat ijin dokter) atau SP (Surat Penugasan)).
Untuk melakukan pekerjaan profesi kedokteran, wajib dituruti
peraturan perundangundangan yang berlaku (SP, yaitu : Surat Ijin
Penugasan).
2. Unsur Pelanggaran
a. Negligence (kelalaian)
34
injury to the patient. WMA mengingatkan pula bahwa tidak semua
kegagalan medis adalah akibat malpraktik medis. Suatu peristiwa
buruk yang tidak dapat diduga sebelumnya yang terjadi saat
dilakukan tindakan medis yang sesuai standar tetapi
mengakibatkan cedera pada pasien tidak termasuk dalam
pengertian malpraktik atau kelalaian medik. Suatu perbuatan atau
sikap tenaga medis dianggap lalai apabila memenuhi empat unsur
di bawah ini :
1) Duty atau kewajiban tenaga medis untuk melakukan
sesuatu tindakan atau tidak melakukan sesuatu tindakan
tertentu terhadap pasien tertentu pada suatu kondisi medis
tertentu
2) Dereliction of the duty / penyimpangan kewajiban tersebut
35
Melakukan tindakan diluar kemampuan atau kompetensi
seorang dokter, kecuali pada situasi kondisi sangat darurat,
seperti melakukan pembedahan oleh bukan dokter, dan
mengobati pasien diluar spesialisasinya.
a. Pasal 359
b. Pasal 360
“Barangsiapa karena salahnya menyebabkan orang luka berat
dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-
lamanya 1 tahun.”
c. Pasal 361
“Barangsiapa karena salahnya menyebabkan orang menjadi sakit
atau tidak dapat menjalankan jabatannya atau pekerjaanya sementara,
dihukum dengan selamalamanya sembilan bulan atau hukuman
selama-lamanya enam bulan atau hukumkan denda setinggi-tingginya
Rp 4.500.000,00.
a. Pasal 75 ayat 1
36
pidana penjara paling lama 3 tahun atau denda paling banyak Rp
100.000.000,00.
b. Pasal 76
c. Pasal 79
37
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) atau
keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia di tingkat
Provinsi(MKDKI-P) yang mengikatnya.Sanksi disiplin tersebut dijelaskan
lebih lanjut pada pasal 28 ayat (1).
Sanksi disiplin yang diberikan dapat berupa:
38
b. Menetapkan jenis pengaduan pelanggaran disiplin atau
pelanggaran etika atau bukan keduanya
c. Memeriksa pengaduan pelanggaran disiplin dokter dan dokter
gigi
39
tahap pemeriksaan disiplin. Tahap pemeriksaan awal adalah sebagai
berikut :
1. Setiap orang atau kepentingan yang dirugikan melakukan pengaduan
tertulis kepada MKDKI, dengan memenuhi persyaratan pengaduan
yang telah ditentukan dalam perkonsil
2. Ketua MKDKI menetapkan Majelis Pemeriksa Awal, yang terdiri
atas anggota MKDKI, untuk menangani kasus dugaan pelanggaran
disiplin kedokteran tersebut.
3. Majelis Pemeriksa Awal melakukan investigasi dan membuat satu
di antara 3 keputusan, yaitu:
a. Kasus yang diadukan bukan merupakan kasus diluar disiplin.
Kasus diserahkan kembali kepada pengadu.
b. Kasus yang diadukan merupakan kasus pelanggaran etik. Kasus
seperti ini diserahkan oleh secretariat MKDKI kepada organisasi
profesi, dalam hal ini IDI.
c. Kasus tersebut benar merupakan kasus pelanggaran disiplin.
Selanjutnya, ketua MKDKI menetapkan Majelis Pemeriksa
Disiplin untuk melakukan tahap pemeriksaan disiplin.
d.
Langkah-langkah tersebut dapat disederhanakan dalam bagan berikut:
40
Bagan 1. Tahap pemeriksaan awal penanganan kasus dugaan pelanggaran
disiplin (Sumber: Hartono dkk, Pemahaman Etik Medikolegal: Pedoman Bagi Profesi
Dokter, 2008, hlm.42)
41
Pemeriksaan awal Penetapan Majelis Pemeriksaan
pelanggaran Pemeriksa oleh proses Keputusan
disiplin ketua MKDKI pembuktian
42
b. Harus sesuai dengan ukuran medis (kriteria yang ditentukan dalam
kasus konkret yang dilaksanakan berdasarkan ilmu pengetahuan
medik), yang berupa cara tindakan medis tertentu. Dan tindakan
medis yang dilakukan haruslah berdasarkan ilmu pengetahuan
medik dan pengalaman.
c. Sesuai dengan kemampuan rata-rata yang dimiliki oleh seorang
dokter dengan kategori keahlian medis yang sama.
d. Dalam kondisi yang sama
e. Dengan sarana dan upaya yang wajar sesuai dengan tujuan konkrit
tindakan medis tertentu tersebut.
2.9.1 Rumusan Leenen tentang Standar Profesi Kedokteran tersebut
lebih dijelaskan secara detail oleh Hariyani sebagai berikut :
a. berbuat secara teliti atau seksama (zorgvuldig handelen) dikaitkan
dengan culpa/ kelalaian. Bila dokter bertindak tidak teliti, tidak
berhati-hati maka ia memenuhi unsur kelalaian, dan bila
tindakannya sangat tidak berhati-hati atau ceroboh maka ia
memenuhi “culpa lata”.
b. Sesuai ukuran ilmu medik (volgens de medische standard).
43
keterampilan teknis/skill dan sikap perilaku/professional attitude) minimal
yang harus dikuasai oleh individu untuk dapat melakukan kegiatan
profesinya di masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi
profesi. Standar profesi kedokteran adalah batasan kemampuan minimal
dokter, sebagai syarat untuk melakukan kegiatan profesionalnya. Standar
profesi ini dibuat oleh suatu organisasi profesi, dalam hal ini adalah
Ikadan Dokter Indonesia (IDI).Dokter yang melaksanakan praktik
kedokteran sesuai dengan standar profesi dan standar operasional
prosedur, berhak memperoleh perlindungan hukum.
Pada pasal 2 KODEKI disebutkan bahwa seorang dokter harus
senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi. Melakukan
profesi kedokteran adalah sesuai dengan ukuran ilmu kedokteran
mutakhir, etika umum, etika kedokteran, hukum dan agama sesuai tingkat
atau jenjang pelayanan kesehatan, serta kondisi dan situasi setempat.
Standar profesi dokter merupakan pedoman bagi para dokter dalam
menjalankan profesinya untuk menjaga mutu pelayanan. Acuan yang
dipakai dalam menyusun standar profesi adalah katalog pendidikan dokter.
Menurut SK Mendiknas No. 45/U/2002 kompetensi adalah seperangkat
tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggapmampu oleh masyarakat dalam menjalankan
tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Standar kompetensi dokter di
indonesia dibuat dengan tujuan agar kemampuan profesi dapat diukur
dengan jelas.
Standar kompetensi dokter Indonesia terdiri atas 7 (tujuh) area
kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas, peran, dan fungsi
dokter layanan primer :
1. Profesionalitas yang luhur
3. Komunikasi efektif
4. Pengelolaan informasi
44
5. Landasan ilmiah ilmu kedokteran
6. Keterampilan klinis
7. Pengelolaan masalah kesehatan
45
Analisa kasus:
Atas kasus ini, tim dokter yang terdiri atas dr Ayu, dr Hendi
Siagian dan dr Hendry Simanjuntak, dituntut Jaksa Penuntut Umum (JPU)
hukuman 10 bulan penjara karena laporan malpraktik keluarga korban.
Namun Pengadilan Negeri (PN) Manado menyatakan ketiga terdakwa
tidak bersalah dan bebas murni. Hal tersebut dikarenakan dari hasil otopsi
46
ditemukan bahwa sebab kematiannya adalah karena adanya emboli udara
pada bilik jantung kanan, sehingga mengganggu peredaran darah. Emboli
udara merupakan hal yang tidak dapat diprediksi oleh dokter sebelumnya.
Kasus ini masih bergulir karena jaksa mengajukan kasasi ke Mahkamah
Agung yang kemudian dikabulkan.
18 September 2012
Dr. Dewa Ayu dan dua dokter lainnya yakni dr Hendry Simanjuntak dan
dr Hendy Siagian akhirnya masuk daftar pencarian orang (DPO).
11 Februari 2013
Keberatan atas keputusan tersebut, PB POGI melayangkan surat ke
Mahkamah Agung dan dinyatakan akan diajukan upaya Peninjauan
Kembali (PK). Dalam surat keberatan tersebut, POGI menyatakan bahwa
putusan PN Manado menyebutkan ketiga terdakwa tidak terbukti secara
sah dan meyakinkan kalau ketiga dokter tidak bersalah melakukan tindak
pidana. Sementara itu, Majelis Kehormatan dan Etika Profesi Kedokteran
(MKEK) menyatakan tidak ditemukan adanya kesalahan atau kelalaian
para terdakwa dalam melakukan operasi pada pasien.
8 November 2013
Dr Ayu diputuskan bersalah oleh Mahkamah Agung dengan putusan 10
bulan penjara.
Pada kasus ini terdapat beberapa tuntutan yang ditujukan oleh dokter,
yaitu:
1. Menurut ibu kandung Ny.F, anaknya ditelantarkan dan tidak segera
ditangani oleh RS Dr Kandau Manado.
47
2. Adanya emboli udara dari bilik kanan jantung Ny. F yang
didapatkan dari hasil otopsi dianggap keluarga ny. F merupakan
kesalahan tim dr.Ayu.
3. Menurut ibu Ny.F tidak diberikan penjelasan yang jelas mengenai
tindakan operasi saecar dan resiko tindakan, dan hanya diminta
untuk segera tanda tangan
4. Dr. Ayu dituduh tidak melakukan pemeriksaan penunjang pre
operasi.
Analisa kasus:
1. Di RS Dr Kandau Manado, Ny.F tidak ditelantarkan oleh dokter
namun dilakukan observasi inpartu dan telah diberikan antibiotik
profilaksis untuk penatalaksanaan ketuban pecah dini.
2. Emboli udara yang terjadi merupakan hal yang tidak dapat diprediksi
oleh dokter sebelumnya.
3. Dokter tidak menyampaikan informed consent ke pasien atau
keluarganya dengan baik sehingga keluarga merasa tidak diberikan
penjelasan mengenai tindakan operasi caesar yang akan dilakukan
terhadap Ny.F
4. Pada operasi cito sectio saecaria tidak memungkinkan dilakukan
pemeriksaan penunjang (jantung)
48
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai
dengan standar profesi atau standar prosedur operasional. Kelalaian dalam
praktek medik jika memenuhi beberapa unsur (1) duty atau kewajiban
tenaga medis untuk melakukan sesuatu tindakan atau untuk tidak
melakukan suatu tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi
dan kondisi yang sama, (2) dereliction of the duty atau penyimpangan
kewajiban tersebut, (3) damage atau kerugian yaitu segala sesuatu yang
49
dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari pelayanan kesehatan /
kedokteran yang diberikan oleh pemberi layanan, (4) direct causal
relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata. Sedangkan unsur
pelanggaran displin yaitu pelanggaran meliputi negligence, malfeasance,
misfeasance, lack of skill.
3.2 Saran
Diperlukan suatu pemahaman yang baik agar tidak salah dalam
memahami tentang penjelasan mengenai malpraktek, unsur-unsur
malpraktek, aspek hukum malpraktek, serta contoh kasus yang
membedakan antara malpraktek atau bukan, dan pemahaman standar
profesi secara keseluruhan sehingga angka kejadian malpraktek yang
dilakukan dokter dapat ditekan.
50
DAFTAR PUSTAKA
Ali MM, Sidi IPS, Hadad T. Komunikasi efektif dokter pasien. November
2006. Cited from : http://inamc.or.id/download/Manual
%20Komunikasi%20Efektif.pdf
Apriani D. Malpraktik. Mei 2013. Cited from:
http://deniaprianichan.wordpress.com/type/quote/
Dasar Hukum Penyelenggaraan Rekam Medis. Cited
from :
http://permatakakilangit.files.wordpress.com/2010/12/dasar-hukum-
penyelenggaraanhttp://permatakakilangit.files.wordpress.com/2010/12/
dasar-hukum-penyelenggaraan-rm.pdfrm.pdf
51
Dinamika etika dan hokum kedokteran dalam tantangan zaman. Chrisdiono
M. Achadiat.EGC.
Hariyani, Safitri, 2005, SengketaMedik: Alternatif Penyelesaian Perselisihan
Antara Dokter Dengan Pasien, Jakarta: PT. Diadit Media.
Hartono HS dkk. 2008. Pemahaman Etik Medikolegal: Pedoman Bagi Profesi
Dokter. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
http://books.google.co.id/books?
id=azM_UllflUYC&pg=PA193&lpg=PA193&dq=mem
perlakukan+pasien+secara+manusiawi&source=bl&ots=-
http://elearning.unlam.ac.id/course/info.php?id=43
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Forensik/PERSETUJUAN
%20TINDAKA N%20KEDOKTERAN.pdf
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Forensik/Rhs
%20Kedokteran.pdf
http://hukum.kompasiana.com/2013/11/23/malpraktek-dewa-ayu-mitos-
dokter-danhttp://hukum.kompasiana.com/2013/11/23/malpraktek-
dewa-ayu-mitos-dokter-dan-momentum-penyadaran-publik-
613370.htmlmomentum-penyadaran-publik-613370.html
http://ocw.usu.ac.id/course/download/6110000036-ilmu-kesehatan-gigi-
masyarakathttp://ocw.usu.ac.id/course/download/6110000036-ilmu-
kesehatan-gigi-masyarakat-
i/gm_131_slide_rahasia_kedokteran_wajib_simpan.pdfi/gm_131_slide
_rahasia_kedokteran_wajib_simpan.pdfhttp://ocw.usu.ac.id/course/dow
nload/6110000036-ilmu-kesehatan-gigi-masyarakat-
i/gm_131_slide_rahasia_kedokteran_wajib_simpan.pdf
http://www.freewebs.com/etikakedokteranindonesia/
http://www.jamsosindonesia.com/cetak/print_artikel/67
http://www.tempo.co/read/news/2013/03/25/058469172/Terjadi-182-Kasus-
Malpraktekhttp://www.tempo.co/read/news/2013/03/25/058469172/Ter
jadi-182-Kasus-Malpraktek-di-Balikpapandi-Balikpapan.
52
Informasi rekam medis dan bidang kesehatan. Gatot kaca. Februari 2009.
Cited from :
http://rekamkesehatan.wordpress.com/2009/02/25/definisi-dan-isi-
rekam-medis-
sesuaihttp://rekamkesehatan.wordpress.com/2009/02/25/definisi-dan-
isi-rekam-medis-sesuai-permenkes-no-
269menkesperiii2008/permenkes-no-269menkesperiii2008/
Ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan RS. Oktober 2011. Cited from :
Kode etik kedokteran
Indonesia.http://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/Kode-
Etikhttp://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/Kode-Etik-
Kedokteran.pdfKedokteran.pdf
Kompasiana. Malpraktek Dewa Ayu, Mitos Dokter dan Momentum
Penyadaran Publik.
M Kottow. 2004. The battering of informed consent. J Med Ethics. Cited from
: http://jme.bmj.com/content/30/6/565.full
Nasser M. Sengketa Medis dalam Pelayanan Kesehatan. Maret 2011. Cited
from :
http://kebijakankesehatanindonesia.net/sites/default/files/file/2011/M
%20Nasser.pdf
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta :Rineka
Cipta. Penelitian Hukum Normatif terhadap UUPK No.29/2004 dan
PERMENKES R.I. No. 585/ Men.Kes /Per/ IX /1989. Masters thesis,
Unika Soegija pranata.
Perkonsil No.15 tentang Organisasi dan Tata Kerja Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia dan Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia di Tingkat Provinsi. Konsil Kedokteran
Indonesia.
Perkonsil No.16 tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan
Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi oleh Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia. Konsil Kedokteran Indonesia.
53
Perkonsil No.2 tahun 2011 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan
Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi. Konsil Kedokteran
Indonesia.
Rahim, Dian H. 2007. Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent) Dan
Perlindungan Hukum Bagi Dokter Informed Consent And Legal
Protection For Doctor
Solichin S. Persetujuan tindakan medik (informed consent).
Departemen/instalasi ilmu kedokteran forensik dan medikolegal. Cited
from : STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA
2013 available at
http://www.kki.go.id/assets/data/arsip/SKDI_Perkonsil,_11_maret_13.p
df.
STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA 2012
available at http://bemfkur.org/wp-
content/uploads/2013/11/SKDI- 2012.pdf
Suharto G. 2008. Aspek Medikolegal Praktek Kedokteran. Semarang: ABH
Associates.
Sukmana BI. Malpraktek (MP). http://elearning.unlam.ac.id/course/info.php?
id=43
UU No.29 tentang Praktek Kedokteran.
WNrQe7kYDwDg&redir_esc=y#v=onepage&q=memperlakukan%20pasien
%20secara% 20manusiawi&f=false
World Medical Association. World medical association statement on medical
malpractice.
http://www.wma.net/en/30publications/10policies/20archives/m2/index
.html , 2 Desember 2013.
54