Lkjiniop
Lkjiniop
STEP 1
STEP 2
STEP 3
Bagaimana kondisi keturunan apabila si ibu terkena HIV = tetaplahir namun anaknya
terkena dermatitis seboroik (baru muncul manifestasi klinik di usia tertentu
STEP 6
Merupakan suatu penyakit penurunan sistem imun yang disebabkan oleh cacat yang diwariskan
yang mengganggu perkembangan sistem imun, atau disebabkan oleh pengaruh sekunder dari
penyakit lain (ex: infeksi, malnutrisi, penuaan, imunosupresi, autoimunitas, atau kemoterapi).
Cacat imunitas seluler cenderung mengalami infeksi yang disebabkan oleh virus, fungus dan
bakteri intrasel.
Kumar, Abbas, Aster. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Singapore : Elsevier
2. Macam-macam immunodefisiensi
Kumar, Abbas, Aster. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Singapore : Elsevier
Kumar, Abbas, Aster. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Singapore : Elsevier
4. Mengapa terjadi penurunan berat badan, diare, sariawan? Bagaimana tanda dan gejalanya?
Limfosit T CD4+ merupakan sel sistem imun yang diserang dan dirusak oleh virus HIV
(Yogev, 2004; Akib, 2004; Miller, 2011) sehingga hitung jumlah CD4+ dianggap menggambarkan
status imunologisnya dan derajat supresi imun. Konsep bahwa status imunologis sangat
berperan dalam menentukan kemampuan pertahanan individu untuk melawan berbagai agen
penyakit telah diterima secara luas. Artinya, telah dipahami bahwa semakin rendah status
imunologis atau semakin tinggi derajat supresi imun maka akan semakin tinggi resiko seorang
individu mengalami sakit dan sebaliknya. Terdapat hubungan yang kuat antara gambaran klinis
infeksi HIV dengan derajat imunosupresi (Agrawal, 2008). Berbagai literatur menyebutkan bahwa
diare, pneumonia, tuberkulosis, monilisasis dan malnutrisi adalah beberapa manifestasi klinis
supresi imun yang paling sering (Yogev, 2004; Agrawal, 2008; Asnake, 2005; Chintu, 2008;
UNAIDS, 2008; Akib, 2004; Olga, 2005). Diare pada HIV dapat terjadi pada semua stadium klinis,
baik stadium dini maupun lanjut. Pada tahap awal HIV biasanya diare ringan, intermiten dan
dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Pada tahap lanjut, bersamaan dengan fungsi imun
tubuh yang semakin menurun, diare menjadi kronik, terjadi penurunan berat badan serta
malnutrisi. Derajat supresi imun pada HIV selama ini dikaitkan dengan peningkatan resiko
terjadinya manifestasi diare yang kronis atau persisten (Yogev, 2004; Miller, 2011).
Wibowo, Satrio. 2012. HUBUNGAN ANTARA KATEGORI IMUNODEFISIENSI DENGAN DIARE PADA
ANAK DENGAN HIV/AIDS Vol. 7 No.2. p142-147
Menurut Sylvia & Wilson (2005) AIDS memiliki beragam manifestasi klinis meliputi:
Keganasan
Sarkoma Kaposi (SK) adalah jenis keganasan yang tersering di jumpai pada laki-laki homoseks
atau biseks yang terinfeksi oleh HIV (20%), tetapi jarang pada orang dewasa lain (kurang dari
2%) dan sangat jarang pada anak. Tanda lesi berupa bercak-bercak merah kekuningan di
kulit, tetapi warna juga mungkin bervariasi dari ungu tua, merah muda, sampai merah
coklat. Gejala demam, penurunan berat badan, dan keringat malam.
6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada pasien di skenario tersebut
Pemeriksaan anti-HIV yang baru reaktif setelah 12 minggu sejak infeksi. Pemeriksaan tersebut
dilakukan dengan 3 jenis ELISA yang berbeda. Bila hasilnya non-reaktif tetapi klinis diduga
menderita AIDS perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk konfirmasi dengan metode western blot.
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN Ed ke 7 FK UI
Pada tingkat ini penderita belum mengalami kelainan dan dapat melakukan aktivitas normal
Pada tingkat ini penderita sudah menunjukkan gejala, tetapi aktivitas tetap normal
Tingkat klinis 4
Neoplasma yang memberikan petunjuk kemungkinan AIDS
1) Sarkoma kaposi laki-laki dibawah 60 tahun
2) Limfoma (non-Hodgkin)
3) Karsinoma sel skuamosa pada mulut dan anus
Kumar, Abbas, Aster. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Singapore : Elsevier
Virus terdapat di dalam semen, baik ekstrasel maupun di dalam sel inflamasi mononukleus,
dan masuk ke dalam tubuh resipien melalui laserasi atau abrasi pada mukosa.
Penularan melalui hubungan seks dibantu dan ditambah oleh penyakit lain hubungan seks
lain yang menyebabkan laserasi genital termasuk sifilis, syankroid dan infeksi klamidia,
merupakan kofaktor dari penularan HIV, terutama dengan meningkatkan isi cairan semen
dengan sel radang (mungkin mengandung HIV).
Para penyalah guna obat tanpa riwayat homoseks merupakan kelompok kedua terbesar,
mewakili sekitar 17% dari semua penderita.
Resipien darah dan unsur darah (tapi bukan hemofilia) yang mendapat transfusi darah
penuh atau unsur darah (contoh trombosit, plasma) yang terinfeksi HIV berjumlah
sekitar 1% dari penderita.
Penderita hemofilia, terutama yang menerima banyak faktor VIII atau IX sebelum 1985,
mencapai sekitar 1% dari semua kasus.
Epidemiologi infeksi HIV dan AIDS sangat berbeda pada golongan anak (diagnosis ketika
usia lebih muda dari 13 tahun). Sekitar 1% dari semua kasus AIDS terjadi pada populasi
ini, dan sebagian oleh transmisi vertikal dari ibu yang terinfeksi ke janin atau anak baru
lahir. Tiga jalur yang terlibat :
1) In utero, melalui penyebaran transplasenta
2) Intrapartum, selama persalinan
3) Melalui konsumsi air susu ibu yang tercemar HIV
Penularan virus ke anak baru lahir dapat terjadi baik melalui virus yang masuk secara
langsung atau sel yang terinfeksi ke dalam pembuluh darah yang cedera karena jejas
trauma atau diambil oleh DC mukosa.
Kumar, Abbas, Aster. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Singapore : Elsevier
10. Apa saja jenis, morfologi, cara bereplikasi virus HIV?
Jenis
Morfologi
Virion HIV-1 berbentuk sferik dan mengandungi struktur padat elektron, dengan teras yang
berbentuk kerucut dikelilingi oleh selubung lipid yang berasal dari membran sel tuan rumah.
Teras virus berisi
1) Protein kapsid mayor p24
2) Protein nukleokapsid p7/p9
3) Dua kopi genom RNA
4) Tiga enzim virus-protease, reverse transciptase dan integrase
Protein p24 adalah antigen virus yang paling mudah dideteksi dan dijadikan sasaran antibodi
yang digunakan untuk diagnosis HIV. Teras virus dikelilingi oleh matriks oleh matriks protein yang
disebut p17, terletak di bawah selubung virion. Selubung virion sendiri dibangun oleh dua
glikoprotein virus (gp120 dan gp41), penting untuk infeksi HIV pada sel.
Cara bereplikasi
Entri dan replikasi HIV ke dalam limfosit T CD4+
1. Perlekatan
2. Fusi dan masuknya virus ke dalam sel
3. Terbukanya selubung nukleokapsid dan bekerjanya reverse transcriptase pada RNA untuk
menghasilkan DNA salinan (cDNA)
4. DNA untai-ganda bermigrasi ke dalam inti sel
5. Integrasi ke dalam DNA pejamu menghasilkan suatu provirus dan memicu transkripsi
membentuk mRNA
6. mRNA virus ditranslasikan menjadi enzim-enzim dan protein struktural virus di sitoplasma
7. RNA genom virus dibebaskan ke dalam sitoplasma
8. RNA virus bergabung dengan protein-protein inti dan membentuk tunas virus melalui
membran sel
9. Virion HIV baru dibebaskan dari limfosit T CD4+ yang terinfeksi
Kumar, Abbas, Aster. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Singapore : Elsevier
Meningkat tajamnya prevalensi HIV pada pengguna NAPZA suntik disebabkan oleh penggunaan
jarum dan alat suntik yang tidak steril ditambah dengan praktek penyuntikan berkelompok
Sebagian besar menggunakan jarum suntik dan semprit secara bergantian. Sterilisasi alat dan
jarum suntik tidak dilakukan dengan baik, sebagian besar melaporkan hanya menggunakan air
dingin untuk membersihkan alat dan jarum suntik bekas pakai.
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 8, NO. 2, DESEMBER 2004: 53-5853
POTENSI PENYEBARAN HIV DARI PENGGUNA NAPZA SUNTIK KE MASYARAKAT UMUM
Besral, Budi Utomo, Andri Prima Zani
Manifestasi klinik:
Bercak merah
Bersisik pada wajah
Gatal yang tidak mnengganggu
Sariawan = dikarenakan penurunan sistem imun sehingga mikroba flora
normal dalam tubuh menjadi berlebih dan menjadikannya patogen.
Penurunan berat badan
Kehilangan nafsu makan
Sisik berminyak = menandakan adanya tanda awal dari dermatitis seboroik.
Riwayat pengguna narkoba
VCT (untuk megetahui kadar HIV seseorng)
Diagnosis: HIV/AIDS
Kumar, Abbas, Aster. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Singapore : Elsevier
IKAPI. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7. Jakarta : FK UI