Anda di halaman 1dari 12

MODUL IMUN DAN KULIT (LBM 3)

STEP 1

 VCT  Voluntari Conseling and Testing, testing untuk mengetahui HIV


 Putaw  salah satu jenis narkoba
 Rehabilitasi  upaya untuk mengembaliakan fungsi ke kondisi awalnya

STEP 2

1. Apakah pengertian dari immunodefisiensi?


2. Macam-macam immunodefisiensi
3. Apa hubungan penggunaan narkoba dengan gejala yang dialaminya?
4. Apa patogenesis HIV-AIDS
5. Jelaskan stadium HIV!
6. Bagaimana cara transmisi HIV
7. Apa diagnosis dari skenario
8. Mengapa terjadi penurunan berat badan, diare, sariawan?
9. Bagaimana penatalaksanaan kasus tersebut?
10. Apa saja pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada pasien di skenario tersebut

STEP 3

1. Apakah pengertian dari immunodefisiensi?


 Adaah keadaan dimana kompones sistim imun tidak dapat berfungsi secara normal dan lebih
rentan terhadap infeksi virus, jamur, bakteri, dan infeksi berulang
2. Macam-macam immunodefisiensi
 Immunodefisiensi spesifik
- Kongenital (primer) :
 Severe combined Imunodefisiensi (Sel T, B, NK & Ab turun
 X-Linked agummaglobulinemic (maturasi sel B di sutul gagal)
 DiGeorge Syndrome (Piklogn sel
 Wiskott- Aldrid Syndrome
 Hyper-Ig M Syndrome (cacat pada sel B)
- Fisiologik (kehamilan :ibu membutuhkan nutrisi; usia lanjut: sistem imun menurun,
thymus mengecil)
- Didapat (malnutrisi, infeksi, AIDS)
 Immunodefisiensi non spesifik
- Komplemen (kongenital, fisiologik, didapat)
- Defisiensi interferon & lisozom (kongenital, didapat)
- Defisiensi sel NK (kongenital, didapat)
- Defisiensi sistem fagosit
3. Apa etiologi/penyebab dari immunodefisiensi
- Cacat yang diwariskan
- penyakit sekunder (kondisi autoimunitas, mal nutrisi)
- Secara umum : mengenai limfosit komplemen dan fagosit
- Defisiensi (kekurangan, melibatkan sel B, sel T, fagosit) dan disfungsi (tidak bisa
berfungsi secara normal)
4. Mengapa terjadi penurunan berat badan, diare, sariawan? Bagaimana tanda dan gejalanya?
- Mengalami sakit tenggorokan
- Demam
- Malaise
- Atalglia
- Limfadenopati
- Penurunan berat badan (jika terkena HIV otomatis imun akan menurun, sehingga
mudah terjadi infeksi sehingga dapat menyebabkan diare (dapat terjadi penurunan
cairan tubuh)
- Diare
- Dermatitis Seboroik
- Sariawan (di bagian mukosa, terdapat jamur Malasezia yang dapat menyebabkan
sariawan)
5. Apa patogenesis HIV-AIDS
Di bawa masuk ke sel langerhans/dendritik  Virus berreplikasi  Viremia  Dikendalikan
melalui reaksi imun (Ab anti HIV, CTL spesifik HIV)  Infeksi Kronik (Fase Laten)  Replikasi
virys meningkat  kerusakan jaringan limfoid/ deplesi CD 4
6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada pasien di skenario tersebut
- VCT = proses konseling testing HIV secara sukarela yang bersifat kontidental untuk
mengetahui status orang yang terkena HIV
- VCT ada 3 langkah :
o konseling sebelum di tes (pengambilan keputusan HIV dan Perencanaan)
o Konseling post testing (membantu seseorang untuk mengerti dan menerima
untuk menunjukkan rujukannya
o Testing HIV (Tes dan pemeriksaan sukarela dari kemungkinan terkena infeksi
menula seksual yang diberikan oleh rumah sakit dan dilakukan oleh seorang
konselor yang terlatih)
7. Jelaskan stadium HIV!
- Asimtopatik (tanpa gejala sama sekali
- Tingkat stadium 2 ( penurunan berat badan sekitar 10 %, dermatits seboroik, luka
pada sudut mulut)
- Stadium 3/ menengah (peningkatan berat badan 10 %, menderita tb paru, diare,)
- Stadiium 4 (lebih parah dari stadium yang lainnya, tubuh kurus, diare kronik)
8. Bagaimana cara transmisi HIV?
- Kontekseksual
- Nonkontakseksual ( dengan car jarum suntik, pisau cukur)
- Melalui air liur, gigitan serangga

Bagaimana kondisi keturunan apabila si ibu terkena HIV = tetaplahir namun anaknya
terkena dermatitis seboroik (baru muncul manifestasi klinik di usia tertentu

9. Bagaimana faktor risiko dari HIV?


- Paling banyak terdapat pada orang yang melakukan homoseksual
- Wanita yang terinfeksi dari pria yang terkena HV
- Penggunaan narkotika
- Transfusi darah
- Penderita hemofilia (karena membtuhkan transfusi drah
- Ibu yang menularkanke janin (melalui apa penularannya)
10. Apa saja jenis, morfologi, cara berreplikasi virus HIV? (LI)

11. Bagaimana penatalaksanaan kasus tersebut?


- Dengan antibiotik atau antivral yang tepat
- Transplantasi sumsum tulang (jika penderita memiliki hubungan genetik dengan
pendonornya); diharapkan limfosit T kembali semula memproduksi
- Transfusi neutrofil
12. Apa hubungan penggunaan narkoba dengan gejala yang dialaminya?
Hubungannya:
Di skenario pasien menggunakan narkoba, penggunaan putaw secar bersamaan contohnya
penggunaan jarum suntik yang bersamaan)
HIV pada awalnya tidak terlihat gejala, namun lama-kelamaan akan timbul gejala seperti bb
turun
13. Apa diagnosis dari skenario
Diskenario terkena HIV stadium ke 2 ( karena terdapat dermatitis seboroik, penurunan berat
badan yang mencapai 20 kg,
*Grade seseorang yang tidak ada menjadi ada dan yang sudah ada maka gradenya akan
bertambah berat

STEP 6

1. Apakah pengertian dari immunodefisiensi?

Merupakan suatu penyakit penurunan sistem imun yang disebabkan oleh cacat yang diwariskan
yang mengganggu perkembangan sistem imun, atau disebabkan oleh pengaruh sekunder dari
penyakit lain (ex: infeksi, malnutrisi, penuaan, imunosupresi, autoimunitas, atau kemoterapi).
Cacat imunitas seluler cenderung mengalami infeksi yang disebabkan oleh virus, fungus dan
bakteri intrasel.
Kumar, Abbas, Aster. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Singapore : Elsevier

2. Macam-macam immunodefisiensi

o Imunodefisiensi primer (kongenital)


 Ditentukan oleh faktor genetik dan memengaruhi baik imunitas adaptif (ex:
humoral dan seluler) atau mekanisma pertahanan tuan rumah alami/bawaan.
 Disebabkan oleh mutasi gen yang terlibat pada pematangan atau fungsi limfosit,
atau pada imunitas alami/bawaan.
o Imunodefisiensi Sekunder
 Merupakan penurunan sistem imun yang lebih sering ditemui pada penderita
dengan malnutrisi, kanker, penyakit ginjal atau sarkoidosis. Penyebab yang
sering dikarenakan terapi yang menginduksi supresi sumsum tulang atau fungsi
limfosit.
 Contoh penyakit yang penting adalah HIV/AIDS.

Kumar, Abbas, Aster. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Singapore : Elsevier

3. Apa etiologi/penyebab dari immunodefisiensi


Disebabkan oleh cacat yang diwariskan yang mengganggu perkembangan sistem imun, atau
mungkin disebabkan oleh pengaruh sekunder dari penyakit lain (contoh infeksi, malnutrisi,
penuaan, imunosupresi, autoimunitas atau kemoterapi.

Kumar, Abbas, Aster. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Singapore : Elsevier

4. Mengapa terjadi penurunan berat badan, diare, sariawan? Bagaimana tanda dan gejalanya?

Limfosit T CD4+ merupakan sel sistem imun yang diserang dan dirusak oleh virus HIV
(Yogev, 2004; Akib, 2004; Miller, 2011) sehingga hitung jumlah CD4+ dianggap menggambarkan
status imunologisnya dan derajat supresi imun. Konsep bahwa status imunologis sangat
berperan dalam menentukan kemampuan pertahanan individu untuk melawan berbagai agen
penyakit telah diterima secara luas. Artinya, telah dipahami bahwa semakin rendah status
imunologis atau semakin tinggi derajat supresi imun maka akan semakin tinggi resiko seorang
individu mengalami sakit dan sebaliknya. Terdapat hubungan yang kuat antara gambaran klinis
infeksi HIV dengan derajat imunosupresi (Agrawal, 2008). Berbagai literatur menyebutkan bahwa
diare, pneumonia, tuberkulosis, monilisasis dan malnutrisi adalah beberapa manifestasi klinis
supresi imun yang paling sering (Yogev, 2004; Agrawal, 2008; Asnake, 2005; Chintu, 2008;
UNAIDS, 2008; Akib, 2004; Olga, 2005). Diare pada HIV dapat terjadi pada semua stadium klinis,
baik stadium dini maupun lanjut. Pada tahap awal HIV biasanya diare ringan, intermiten dan
dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Pada tahap lanjut, bersamaan dengan fungsi imun
tubuh yang semakin menurun, diare menjadi kronik, terjadi penurunan berat badan serta
malnutrisi. Derajat supresi imun pada HIV selama ini dikaitkan dengan peningkatan resiko
terjadinya manifestasi diare yang kronis atau persisten (Yogev, 2004; Miller, 2011).

Wibowo, Satrio. 2012. HUBUNGAN ANTARA KATEGORI IMUNODEFISIENSI DENGAN DIARE PADA
ANAK DENGAN HIV/AIDS Vol. 7 No.2. p142-147

Menurut Sylvia & Wilson (2005) AIDS memiliki beragam manifestasi klinis meliputi:
 Keganasan
Sarkoma Kaposi (SK) adalah jenis keganasan yang tersering di jumpai pada laki-laki homoseks
atau biseks yang terinfeksi oleh HIV (20%), tetapi jarang pada orang dewasa lain (kurang dari
2%) dan sangat jarang pada anak. Tanda lesi berupa bercak-bercak merah kekuningan di
kulit, tetapi warna juga mungkin bervariasi dari ungu tua, merah muda, sampai merah
coklat. Gejala demam, penurunan berat badan, dan keringat malam.

5. Apa patogenesis HIV-AIDS


Masuknya virus HIV ke dalam tubuh, dapat melalui hubungan seksual, cairan tubuh, atau jarum
suntik yang tercemar HIV, dan transfusi darah.
HIV menginfeksi sistem imun terutama sel limfosit CD4 dan menimbulkan destruksi sel tersebut.
HIV dapat berada laten dalam sel imun dan dapat sewaktu-waktu aktif kembali. Replikasi virus di
dalam sel menimbulkan kematian sel dan menyebar juga limfosit yang tidak terinfeksi, defisiensi
imun dan AIDS. Bila sel CD4 turun di bawah 100/ mikron liter, infeksi oportunistik dan terjadinya
keganasan meningkat. Dimensia akibat infeksi HIV dapat terjadi akibat bertambahnya virus di
otak.
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN Ed ke 7 FK UI

6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan pada pasien di skenario tersebut
Pemeriksaan anti-HIV yang baru reaktif setelah 12 minggu sejak infeksi. Pemeriksaan tersebut
dilakukan dengan 3 jenis ELISA yang berbeda. Bila hasilnya non-reaktif tetapi klinis diduga
menderita AIDS perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk konfirmasi dengan metode western blot.
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN Ed ke 7 FK UI

7. Jelaskan stadium HIV!


Tingkat klinis 1 (asimptomatik/limfadenopati generalisata persisten (LGP))
 Tanpa gejala sama sekali
 LGP

Pada tingkat ini penderita belum mengalami kelainan dan dapat melakukan aktivitas normal

Tingkat klinis 2 (dini)


 Penurunan berat badan kurang dari 10%
 Kelainan mulut dan kulit yang ringan, misalnya dermatitis seboroik, prurigo,
onikomikosis, ulkus pada mulut yang berulang dan keilitis angularis
 Herpes zoster yang timbul pada 5 tahun terakhir
 Infeksi saluran nafas bagian atas berulang, misalnya sinusitis

Pada tingkat ini penderita sudah menunjukkan gejala, tetapi aktivitas tetap normal

Tingkat klinis 3 (menengah)


 Penurunan berat badan lebih dari 10%
 Diare kronik lebih dari 1 bulan, tanpa diketahui sebabnya
 Demam yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan, hilang timbul maupun
terus menerus
 Kandiosis mulut
 Bercak putih berambut di mulut (hairy leukoplakia)
 Tuberkulosis paru setahun terakhir
 Infeksi bakterial berat, misalnya pneumoni

Tingkat klinis 4
Neoplasma yang memberikan petunjuk kemungkinan AIDS
1) Sarkoma kaposi laki-laki dibawah 60 tahun
2) Limfoma (non-Hodgkin)
3) Karsinoma sel skuamosa pada mulut dan anus

ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN Ed ke 7 FK UI

8. Bagaimana cara transmisi HIV?


Transmisi HIV terjadi karena pengaruh keadaan yang memberi peluang terjadinya pertukaran
darah atau cairan tubuh yang mengandungi virus atau sel yang sel yang terinfeksi virus. Jalan
masuk utama infeksi HIV adalah kontak sels, penyuntikan parenteral dan penurunan virus dari
ibu yang terinfeksi kepada anak baru lahir.

Kumar, Abbas, Aster. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Singapore : Elsevier

9. Bagaimana faktor risiko dari HIV?


 Pria yang melakukan hubungan seks dengan pria merupakan kelompok terbesar individu
yang terinfeksi, mencapai 48% dari kasus yang dilaporkan pada periode 2001 sampai
2004 dan 56% dari pria yang terinfeksi (sekitar 4% di antaranya juga menggunakan obat
yang disuntikkan).
 Kontak heteroseks dari kelompok risiko tinggi adalah 34% dari infeksi yang terjadi pada
2001 sampai 2004. Di Afrika dan Asia, ini sebenernya kelompok paling besar dari
penderita dengan infeksi baru, dan sebagian besar kasus baru adalah wanita yang
terinfeksi melalui mitra prianya.

Virus terdapat di dalam semen, baik ekstrasel maupun di dalam sel inflamasi mononukleus,
dan masuk ke dalam tubuh resipien melalui laserasi atau abrasi pada mukosa.

Penularan melalui hubungan seks dibantu dan ditambah oleh penyakit lain hubungan seks
lain yang menyebabkan laserasi genital termasuk sifilis, syankroid dan infeksi klamidia,
merupakan kofaktor dari penularan HIV, terutama dengan meningkatkan isi cairan semen
dengan sel radang (mungkin mengandung HIV).

 Para penyalah guna obat tanpa riwayat homoseks merupakan kelompok kedua terbesar,
mewakili sekitar 17% dari semua penderita.
 Resipien darah dan unsur darah (tapi bukan hemofilia) yang mendapat transfusi darah
penuh atau unsur darah (contoh trombosit, plasma) yang terinfeksi HIV berjumlah
sekitar 1% dari penderita.
 Penderita hemofilia, terutama yang menerima banyak faktor VIII atau IX sebelum 1985,
mencapai sekitar 1% dari semua kasus.
 Epidemiologi infeksi HIV dan AIDS sangat berbeda pada golongan anak (diagnosis ketika
usia lebih muda dari 13 tahun). Sekitar 1% dari semua kasus AIDS terjadi pada populasi
ini, dan sebagian oleh transmisi vertikal dari ibu yang terinfeksi ke janin atau anak baru
lahir. Tiga jalur yang terlibat :
1) In utero, melalui penyebaran transplasenta
2) Intrapartum, selama persalinan
3) Melalui konsumsi air susu ibu yang tercemar HIV

Penularan virus ke anak baru lahir dapat terjadi baik melalui virus yang masuk secara
langsung atau sel yang terinfeksi ke dalam pembuluh darah yang cedera karena jejas
trauma atau diambil oleh DC mukosa.

Kumar, Abbas, Aster. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Singapore : Elsevier
10. Apa saja jenis, morfologi, cara bereplikasi virus HIV?
Jenis
Morfologi

Virion HIV-1 berbentuk sferik dan mengandungi struktur padat elektron, dengan teras yang
berbentuk kerucut dikelilingi oleh selubung lipid yang berasal dari membran sel tuan rumah.
Teras virus berisi
1) Protein kapsid mayor p24
2) Protein nukleokapsid p7/p9
3) Dua kopi genom RNA
4) Tiga enzim virus-protease, reverse transciptase dan integrase

Protein p24 adalah antigen virus yang paling mudah dideteksi dan dijadikan sasaran antibodi
yang digunakan untuk diagnosis HIV. Teras virus dikelilingi oleh matriks oleh matriks protein yang
disebut p17, terletak di bawah selubung virion. Selubung virion sendiri dibangun oleh dua
glikoprotein virus (gp120 dan gp41), penting untuk infeksi HIV pada sel.

Cara bereplikasi
Entri dan replikasi HIV ke dalam limfosit T CD4+
1. Perlekatan
2. Fusi dan masuknya virus ke dalam sel
3. Terbukanya selubung nukleokapsid dan bekerjanya reverse transcriptase pada RNA untuk
menghasilkan DNA salinan (cDNA)
4. DNA untai-ganda bermigrasi ke dalam inti sel
5. Integrasi ke dalam DNA pejamu menghasilkan suatu provirus dan memicu transkripsi
membentuk mRNA
6. mRNA virus ditranslasikan menjadi enzim-enzim dan protein struktural virus di sitoplasma
7. RNA genom virus dibebaskan ke dalam sitoplasma
8. RNA virus bergabung dengan protein-protein inti dan membentuk tunas virus melalui
membran sel
9. Virion HIV baru dibebaskan dari limfosit T CD4+ yang terinfeksi

Kumar, Abbas, Aster. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Singapore : Elsevier

11. Bagaimana penatalaksanaan kasus tersebut?


Mengenai orang dengan HIV-AIDS (ODHA) sendiri pengobatan kombinasi penghambat reverse
transcriptase dan penghambat protease. Beberapa penelitian terakhir membuktikan bahwa
obat-obat antivirus yaitu indinavir, retrovir dan lamivudin yang diberikan sebagai kombinasi
dapat meningkatkan CD4 dan menghilangkan HIV pada 24/26 sampai di tingkat unmeasurable
genes of HIV. Namun setelah beberapa waktu, mungkin HIV akan bermutasi menjadi resisten dan
toksisitas obat akan muncul sehingga perlu obat baru.
Di RSCM Jakarta, pengobatan HIV/AIDS dilakukan dengan mengkombinasi 3 obat antiretroviral
yakni:
 Zidovudin (AZT)
Dosis : 500-600 mg sehari pre os
 Lamivudin (3TC)
Dosis : 150 mg sehari per os
 Nevirapin
Dosis :200 mg sehari selama 14 hari ,kemudian 2x200mg sehari
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN Ed ke 7 FK UI

12. Apa hubungan penggunaan narkoba dengan gejala yang dialaminya?

Meningkat tajamnya prevalensi HIV pada pengguna NAPZA suntik disebabkan oleh penggunaan
jarum dan alat suntik yang tidak steril ditambah dengan praktek penyuntikan berkelompok
Sebagian besar menggunakan jarum suntik dan semprit secara bergantian. Sterilisasi alat dan
jarum suntik tidak dilakukan dengan baik, sebagian besar melaporkan hanya menggunakan air
dingin untuk membersihkan alat dan jarum suntik bekas pakai.
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 8, NO. 2, DESEMBER 2004: 53-5853
POTENSI PENYEBARAN HIV DARI PENGGUNA NAPZA SUNTIK KE MASYARAKAT UMUM
Besral, Budi Utomo, Andri Prima Zani

13. Apa diagnosis dari skenario


Dermatitis seboroik yang mengarah ke HIV
Dermatitis seboroik merupakan tanda awal infeksi HIV

Manifestasi klinik:
Bercak merah
Bersisik pada wajah
Gatal yang tidak mnengganggu
Sariawan = dikarenakan penurunan sistem imun sehingga mikroba flora
normal dalam tubuh menjadi berlebih dan menjadikannya patogen.
 Penurunan berat badan
 Kehilangan nafsu makan
 Sisik berminyak = menandakan adanya tanda awal dari dermatitis seboroik.
 Riwayat pengguna narkoba
 VCT (untuk megetahui kadar HIV seseorng)
Diagnosis: HIV/AIDS

Kumar, Abbas, Aster. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Singapore : Elsevier
IKAPI. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7. Jakarta : FK UI

ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN Ed ke 7 FK UI

Anda mungkin juga menyukai