Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Definisi Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall).

Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall) merupakan konstruksi yang dibuat


untuk menahan tanah agar tidak mengalami longsor, sebagai akibat dari
perbedaan muka tanah (peil), pada tebing-tebing yang curam dan daerah sejenis
yang memiliki kemiringan ekstrim. Selain itu, Dinding Penahan Tanah juga
dapat berfungsi untuk menahan air, meninggikan muka air (bendung) dan
menampung air kolam.
Definisi lainnya, Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall) adalah suatu
bangunan yang dibangun untuk mencegah keruntuhan tanah yang curam atau
lereng, yang dibangun di tempat di mana kemantapan / kestabilannya tidak
dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri, yang juga dipengaruhi oleh kondisi
topografi daerah itu sendiri bila dilakukan pekerjaan tanah seperti penanggulan
atau pemotongan tanah. Terutama, bila dibangun jalan yang berbatasan dengan
sungai danau atau tanah paya. Dinding penahan itu dibangun untuk melindungi
kemiringan tanah, dan melengkapi kemiringan dengan pondasi yang kokoh.

I.2. Tipe-Tipe Dinding Penahan Tanah.

Tipe-Tipe Dinding Penahan dapat digolongkan menurut bahan-bahan yang


dipakai untuk bentuk bangunannya, yaitu sebagai berikut :
.1 Dinding Penahan dengan bahan Pasangan Batu
Tipe Balok / Bronjong (Crib R.W).
Dinding penahan jenis ini terutama digunakan untuk pencegahan terhadap
keruntuhan tanah, dan digunakan apabila tanah asli di belakang dinding itu
cukup baik serta tekanan tanah dianggap kecil. Dinding penahan jenis ini

1
digunakan luas sebagai dinding penahan tanah dengan ketinggian yang rendah
karena biaya pekerjaannya rendah dan pelaksanaan pekerjaannya mudah.
.2 Dinding Penahan dengan bahan Pasangan Batu atau Beton
Tipe Gravitasi (Gravity R.W) dan Tipe Semi Gravitasi (Semi Gravity
R.W).
Dinding penahan tipe gravitasi bertujuan untuk memperoleh ketahanan
terhadap tekanan tanah dengan beratnya sendiri. Karena bentuknya yang
sederhana danjuga pelaksanaannya yang mudah, jenis ini sering digunakan
apabila dibutuhkan konstruksi penahan yang tidak terlalu tinggi atau bila tanah
pondasinya baik. Sedangkan dinding penahan tipe semi gravitasi, yaitu
mendapatkan kemantapan dengan beratnya sendiri, tetapi dalam jenis ini batang
tulangan disusun karena adanya tegangan tarik pada badan dinding.
.3 Dinding Penahan dengan bahanBeton Tipe Sandaran (Lean Against
Type)
Dinding penahan dengan sandaran sebenarnya juga termasuk dalam
kategori dinding penahan gravitasi tetapi berbeda dalam fungsinya. Dinding
penahan dengan sandaran berbeda dalam kondisi kemantapan dan direncanakan
supaya keseimbangan tetap terjaga dengan keseimbangan berat sendiri badan
dinding dan tekanan tanah pada permukaan bagian belakang. Akibatnya apabila
tanah di bagian belakang permukaan dihilangkan akan mengakibatkan dinding
itu berguling. Karena alasan-alasan tersebut di atas, volume beton haruslah
sedikit sehingga konstruksi menjadi ekonomis dan dapat dipakai dalam
jangkauan luas, tetapi tidak dapat digunakan apabila tanah pondasi ada dalam
bahaya penurunan ataupun bahaya gelincir.
.4 Dinding Penahan dengan bahan Beton Tipe Balok Kantilever.
Dinding penahan dengan balok kantilever, tersusun dari suatu dinding
memanjang dan suatu pelat lantai yang masing-masing berlaku sebagai balok
kantilever. Kemantapan dinding didapatkan dengan berat badannya sendiri dan
berat tanah di atas tumit pelat lantai. Karena dinding penahan jenis ini relatif

2
ekonomis dan relatif mudah dilaksanakan, maka jenis ini juga dipakai dalam
jangkauan luas.
.5 Dinding Penahan dengan bahan Beton Bertulang Tipe Penopang
(Buttress).
Tipe ini dibangun pada sisi dinding di bawah tanah tertekan untuk
memperkecil gaya irisan yang bekerja pada dinding memanjang dan pelat lantai.
Dalam kenyataannya, dinding penahan jenis ini pada umumnya hanya
membutuhkan bahan yang sedikit. Jenis ini digunakan untuk dinding penahan
yang cukup tinggi. Kelemahan dari dinding penahan jenis ini adalah
pelaksanaannya yang lebih sulit daripada jenis lainnya dan pemadatan dengan
cara rolling pada tanah di bagian belakang adalah jauh lebih sulit.
.6 Dinding Penahan dengan bahan Beton Bertulang Tipe Topangan.
Tipe ini berfungsi sama dengan dinding penahan tipe penopang, tetapi
dinding penyokong yang berhubungan dengan penahan ditempatkan pada sisi
yang berlawanan dengan sisi dimana tekanan tanah bekerja. Karena dalam
dinding penahan jenis ini berbeda dari dinding penahan beton bertulang dengan
balok kantilever dan dinding penahan beton bertulang dengan penahan
(penopang), berat tanah di bagian belakang tumit pelat lantai tidak dapat
digunakan untuk menjamin kemantapan, maka dibutuhkan lebar pelat yang
lebih besar. Akibatnya jenis ini tidak dipakai lebih dari yang dibutuhkan kecuali
dalam hal dimana suatu kondisi khusus yang tak memungkinkan membangun
pelat lantai di belakang dinding penahan dapat teratasi.
.7 Dinding Penahan Khusus.
Jenis ini adalah dinding penahan khusus yang tidak termasuk dalam
dinding penahan yang disebutkan seperti di atas (1 - 6). Jenis ini dibagi
menjadi : dinding penahan macam rak, dinding penahan tipe kotak, dinding
penahan terbuat di pabrik, dinding penahan yang menggunakan jangkar, dinding
penahan dengan cara penguatan tanah, dinding penahan berbentuk Y terbalik
dan Sheet Pile Wall digunakan untuk tanah dasar yang lunak.

3
 Gambar Macam – Macam Tipe Dinding Penahan Tanah (DPT).

4
 Gambar Macam-Macam Tipe Dinding Penahan Tanah (DPT).

Tembok penahan Tembok penahan Tembok penahan


pasangan batu tipe gravitasi tipe semi gravitasi

Tembok penahan Tembok penahan Tembok penahan


tipe menyandar tipe balok kantilever tipe yang diperkuat
dengan penopang

Tembok penahan Tembok penahan


tipe topangan tipe kotak
Tembok penahan
dengan metode
penguatan tanah

Tembok penahan
bentuk Y terbalik

I.3. Pemilihan Tipe Dinding Penahan Tanah.

5
Berbagai tipe dinding penahan tanah digunakan seperti disebutkan di atas
dan dalam memilih tipenya, penting untuk mengetahui seluruh sifat-sifat dan
keadaan tanah dibawahnya (tanah pondasi), macam pondasi, kondisi tempat,
kondisi pelaksanaan dan efisiensi ekonomis.
Sebagai acuan dalam memilih tipe dinding penahan tanah, dipakai standar
ketinggian dinding seperti diperlihatkan pada diagram berikut ini :
 Diagram Penentuan Tinggi Dinding Penahan Tanah (DPT)
Tinggi
Tipe 5 10 15 (m)
Dinding penahan
Batu/pasangan

Dinding penahan
Tipe gravitasi

TP. Tipe balok


Kantilever

TP. Dengan dinding


penopang
(Sosrodarsono,nakazawa hal : 282 : mekanika tanah dan teknk pondasi)

Perencanaan Pondasi mempunyai persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi


yaitu :
1. Faktor aman terhadap keruntuhan akibat terlampauinya daya dukung, harus
dipenuhi. Apakah tanah yang bersangkutan cukup kuat untuk menahan
beban pondasi tanpa terjadi keruntuhan akibat menggeser (shear failure).
Hal ini tergantung pada kekuatan geser tanah. Dalam hitungan daya dukung,
umumnya digunakan faktor aman = 3.
2. Penurunan pondasi harus masih dalam batas–batas nilai yang ditoleransikan.
Khususnya penurunan yang tak seragam (differential settlement) harus tidak
mengakibatkan kerusakan pada struktur. Penurunan yang akan terjadi ini
tergantung pada macam tanah.

6
3. Tekanan yang diteruskan ke tanah harus lebih kecil dari daya dukung tanah
yang diijinkan.
Dalam perencanaan pondasi yang perlu diperhatikan adalah :
1. Tersedianya hasil pengujian di laboratorium untuk tanah yang akan
didirikan bangunan di atasnya, sehingga daya dukung tanah dapat dihitung.
Untuk bangunan-bangunan kecil seperti rumah tinggal mungkin hanya
cukup dengan pengamatan secara visual terhadap tanah tersebut.
2. Pondasi harus direncanakan seekonomis mungkin.
3. Mudah dan aman dalam pelaksanaan. Dengan kemudahan dalam
pelaksanaan akan mudah tercapai mutu pondasi seperti yang direncanakan.
Keadaan bangunan sekitar juga perlu diperhatikan sehingga tidak akan
terganggu dengan adanya pelaksanaan pondasi tersebut.

7
BAB II
PERENCANAAN
DINDING PENAHAN TANAH
TIPE GRAVITASI

II.1. Hal – Hal Dasar Dalam Perencanaan Dinding Penahan Tanah Tipe
Gravitasi.
1. Beban yang dipakai untuk perencanaan.
Beban yang terutama dipakai untuk perencanaan adalah sebagai berikut :
a. Berat sendiri dinding penahan : berat sendiri dinding penahan yang
digunakan dalam perhitungan kemantapan (stability) adalah berat
dinding penahan itu sendiri dan berat tanah pada bagian atas tumit pelat
lantai.
Rumus :
W=A   bahan

keterangan : W = berat dinding penahan tanah dan berat tanah pada


bagian atas tumit pelat lantai (kg).
A = luas penampang (m2)
 bahan = berat volume bahan yang digunakan atau berat

volume tanah di atas tumit pelat lantai (kg/m3).


b. Tekanan Tanah.
Tekanan tanah yang bekerja pada suatu bidang dinding yang
mengakibatkan dinding menjauhi tanah disebut Tekanan Tanah Aktif,
sedangkan tekanan yang bekerja pada suatu bidang dinding yang
mengakibatkan dinding mendekati tanah disebut Tekanan Tanah Pasif.
Tetapi dalam suatu perencanaan dinding penahan tanah, tekanan tanah

8
pasif diabaikan, dengan tujuan agar konstruksi yang direncanakan lebih
aman. Tekanan tanah aktif yang bekerja pada suatu dinding penahan
tanah diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah :
1). Akibat Muatan Terbagi Rata (q).
Rumus :
Ea  H  q  Ka  2c Ka

Keterangan : Ea = tekanan tanah aktif (kg).


H = tinggi dinding penahan (m).
q = muatan terbagi rata (kg/m2).
Ka = koefisien tekanan tanah aktif
 
= tan2  45  
 2

C = cohesi (kg/cm2)
 = sudut geser tanah (0)

2). Akibat tanah diatas muka air tanah.

1
 h1   b  Ka
2
Rumus : Ea 
2
Keterangan : h1 = tinggi tanah di atas muka air tanah (m).
γb = berat volume tanah basah (kg/m3).
3). Akibat tanah di bawah muka air tanah.

Rumus : Ea  h1  h2   sat  Ka
Keterangan : h2 = tinggi tanah di atas muka air tanah (m).
γ sat= berat volume tanah jenuh air (kg/m3).
4). Akibat air tanah.

1
Rumus : Ea   h2   w
2

Keterangan : γ w = berat volume air (kg/m3).

9
5). Akibat muatan garis (Q).

Rumus : Ea  Q  Ka

Keterangan : Q = muatan garis seprti roda kendaraan (kg).

2. Kemantapan Dinding Penahan Tanah.


Kemantapan dinding penahan tanah yang perlu dipertimbangkan dalam
suatu perencanaan adalah :
1). Kemantapan terhadap guling.
Syarat kestabilan terhadap bahaya guling :

M Pasif
n  1,5
M Aktif

a. Bila MPasif  MAktif  n  1 , Dinding penahan stabil (aman).


b. Bila MPasif < MAktif  n  1 , Terjadi guling.
2). Kemantapan terhadap geser.
K  H .tg .

Dimana : K = Gaya yang melawan Gaya (H)


N = Gaya normal bidang geser
f = tg . = koefisien gesekan antara tanah dan dasar
dinding.
3). Kemantapan terhadap daya dukung tanah pondasi.
4). Kemantapan keseluruhan sistem termasuk penanggulangan/pengisian
pada bagian belakang dan tanah pondasi sebagai suatu kesatuan.

II.2. Data – Data Tanah Pendukung Pondasi.


1. Perhitungan Daya Dukung Tanah (Bearing Capacity).

10
Dalam perhitungan daya dukung tanah digunakan beberapa rumus yang
tergantung dari data tanah yang tersedia. Rumus yang dimaksud adalah :
1). Rumus Mayerhof.

 D 1
a.  ult  N  B  1    (jika menggunakan data S.P.T)
 B  10
2
N  0,3 
i  1    (jika menggunakan data S.P.T)
0,08  B 

Keterangan :  i = Daya dukung / tegangan tanah yang diijinkan


(kN/m2)
 ult = Daya dukung / tegangan tanah batas / ultimit

(kN/m2)
N = harga rata-rata dari N pada kedalaman 0.500 D
di atas dasar pondasi dan 2B di bawah pondasi
(Nilai jumlah pukulan (SPT).
B = lebar pondasi referensi diambil 1.00 meter.
D = kedalaman pondasi (m)

 D 1
b.  ult  Qc  B  1    (jika menggunakan data sondir)
 B  40
2
Qc  0,3 
i  1    (jika menggunakan data sondir)
50  B 

keterangan : Qc = nilai konus sondir (kg/cm2)


Daya dukung tanah juga dapat dinyatakan dengan rumus berikut :
 ult
i   SF  n  safety factor ( faktor aman )
SF
SF = 3, jika yang bekerja beban normal (tetap).
SF = 2, jika yang bekerja beban sementara.
2). Rumus Terzaghi.

11
Apabila data yang tersedia berupa data laboratorium dan dengan
anggapan bahwa pondasi yang akan dibuat nantinya adalah pondasi
dangkal (shallow foundation), maka rumus yang dipakai adalah :
 ult  (  c  Nc )  ( b  Nq  Df )  (    b  B  N  )

keterangan : α , β = faktor pengali yang tergantung dari bentuk pondasi.


Bentuk Pondasi α β
Persegi Panjang 1 0.5
Bujur Sangkar 1.3 0.4
Lingkaran 1.3 0.3
c = kohesi tanah.
b = berat volume tanah (efektif).
Df = kedalaman dasar pondasi.
B = lebar pondasi dianggap 1.00 meter.
Nc,Nq,Nγ = faktor daya dukung tanah yang ditentukan
oleh besar sudut geser dalam (  ).

Data-data tanah yang tersedia diantaranya adalah :


(1). Daya Dukung Tanah Ijin Berdasarkan Hasil Uji Sondir (CPT).
 Tabel 1. CPT-1.

12
KEDALAMA
N NILAI  ult  ijin KEDALAMAN NILAI  ult  ijin
(m) KONUS kg/cm2 kg/cm2 (m) KONUS kg/cm2 kg/cm2
kg/cm2 SF= 3 kg/cm2 SF= 3
0.0 0 0.00 0.00 4.6 30 4.2 1.4
0.2 150 4.5 1.5 4.8 30 4.35 1.45
0.4 60 2.1 0.7 5 25 3.75 1.25
0.6 200 8 2.67 5.2 25 3.875 1.292
0.8 60 2.7 0.9 5.4 30 4.8 1.6
1 60 3 1 5.6 25 4.125 1.375
1.2 50 2.75 0.917 5.8 25 4.25 1.417
1.4 50 3 1 6 25 4.375 1.4583
1.6 50 3.25 1.083 6.2 45 8.1 2.7
1.8 45 3.15 1.05 6.4 60 11.1 3.7
2 60 4.5 1.5 6.6 75 14.25 4.75
2.2 45 3.6 1.2 6.8 60 11.7 3.9
2.4 40 3.4 1.133 7 45 9 3
2.6 40 3.6 1.2 7.2 45 9.225 3.075
2.8 40 3.8 1.267 7.4 50 10.5 3.5
3 40 4 1.333 7.6 50 10.75 3.583
3.2 50 5.25 1.75 7.8 55 12.1 4.033
3.4 55 6.05 2.017 8 45 10.125 3.375
3.6 60 6.9 2.3 8.2 40 9.2 3.067
3.8 45 5.4 1.8 8.4 190 44.65 14.883
4 45 5.625 1.875 8.6 250 60 20
4.2 35 4.55 1.517 8.8 250 61.25 20.417
4.4 30 4.05 1.35

 Tabel 2. CPT-2.
KEDALAMA
N NILAI  ult  ijin KEDALAMAN NILAI  ult  ijin
(m) KONUS kg/cm2 kg/cm2 (m) KONUS kg/cm2 kg/cm2
kg/cm2 SF= 3 kg/cm2 SF= 3
0.0 0 0.00 0.00 4 40 5 1.667
0.2 30 0.9 0.3 4.2 35 4.55 1.5167
0.4 30 1.05 0.35 4.4 30 4.05 1.35
0.6 15 0.6 0.2 4.6 20 2.8 0.933
0.8 15 0.675 0.225 4.8 20 2.9 0.967
1 20 1 0.333 5 15 2.25 0.75
1.2 20 1.1 0.367 5.2 15 2.325 0.775
1.4 25 1.5 0.5 5.4 15 2.4 0.8
1.6 25 1.625 0.5417 5.6 15 2.475 0.825
1.8 35 2.45 0.8167 5.8 20 3.4 1.133
2 35 2.625 0.875 6 20 3.5 1.167
2.2 20 1.6 0.533 6.2 30 5.4 1.8
2.4 35 2.975 0.9917 6.4 30 5.55 1.85
2.6 25 2.25 0.75 6.6 40 7.6 2.533
2.8 30 2.85 0.95 6.8 40 7.8 2.6

13
3 30 3 1 7 40 8 2.667
3.2 40 4.2 1.4 7.2 35 7.175 2.3917
3.4 45 4.95 1.65 7.4 40 8.4 2.8
3.6 40 4.6 1.533 7.6 40 8.6 2.867
3.8 40 4.8 1.6 7.8 40 8.8 2.933

KEDALAMA
N NILAI  ult  ijin KEDALAMAN NILAI  ult  ijin
(m) KONUS kg/cm2 kg/cm2 (m) KONUS kg/cm2 kg/cm2
kg/cm2 SF= 3 kg/cm2 SF= 3
8 25 5.625 1.875 8.6 175 42 14
8.2 20 4.6 1.533 8.8 190 46.55 15.5167
8.4 80 18.8 6.267 9 250 62.5 20.833

Data Tanah Berdasarkan Uji Bore Log dan Uji Laboratorium


Data tanah berdasarkan hasil uji Bore Log, antara lain :
 Jenis tanah pada kedalaman 0,0 – 1,0 m adalah campuran tanah lempung
coklat berfraksi halus dengan pasir (Clay Fine Sand) . Kedalaman 1,0 –
9,0m adalah tanah lempung coklat (Clay).
 Jenis tanah lempung (Clay) disebut juga Friction Less Soil, karena tidak
memiliki sudut geser dalam (  = 0)
Data tanah berdasarkan hasil tes laboratorium :
Test Laboratorium Kedalaman Kedalaman
2,0 m 4,0 m
Berat jenis butir tanah /spesific Gravity (GS), temperatur 27,5oC 2,56 2,59
Kadar air / Water Content (Wc) 33,48 % 34,29 %
Berat volume tanah (  t ) 1,73 gr/cm3 1,70 gr/cm3
Test tekan bebas / Kuat tekan/tegangan geser tanah 0,30 gr/cm3 0,28 gr/cm3
Unconfined Compression (qu)
Test (UCT) Kohesi undrained (Cu) 0,15 gr/cm3 0,14 gr/cm3
Cu = Su = ½ qu

II.3. Pendekatan Terhadap Dimensi Dinding Penahan Tanah.


Pada umumya dinding penahan tanah yang sering digunakan adalah tipe
gravitasi dan tipe kantilever, adapun standar perencanaannya yaitu :
1. Dinding penahan tipe gravitasi.

14
a. Umumnya lebar pelat lantai dasar (B) besarnya berkisar antara 0,5 H ~
0,7 H dari tinggi dinding penahan termasuk tebal pelat pondasi (H).
b. Lebar bagian puncak (B’) digunakan lebih dari 0,2 m dari titik
pelaksanaan. Bila dibuat pagar pengaman maka ditetapkan lebih dari 0,3
m.
c. Memiliki tinggi dinding penahan tanah kurang dari 6 m.
2. Dinding penahan tipe kantilever.
a. Kemiringan dinding longitudinal paling sedikit 1:15
b. Lebar pelat lantai dasar (B) berkisar antara 0,5 H - 0,8 H.
H
c. Secara ekonomis pelat ujung digunakan atau lebih.
8
d. Dalam kondisi perhitungan harga B’, C1, C2 diambil lebih dari 0,3 m.
e. Memiliki tinggi dinding penahan tanah lebih dari 6 m – 11 m.

II.4. Menetapkan Kedalaman / Tebal Pelat Pondasi (Df).


Dalam menetapkan kedalaman / tebal pelat pondasi / footing suatu
konstruksi dinding penahan tanah (Retaining Wall) digunakan suatu pendekatan,
dimana pendekatan ini berdasarkan atas bentuk dan dimensi (ukuran) badannya.

1 1
Pendekatan yang umum digunakan adalah : Df   ~   H
6 4
dimana : H = tinggi dinding penahan tanah sudah termasuk kedalaman / tebal
pelat pondasi (m).

II.5. Memilih Tipe Pondasi.


Tipe bangunan yang digunakan ditentukan oleh dosen pembimbing tugas.
Tipe pondasi dipilih berdasarkan data tanah yang telah didapatkan.

15
BAB III
PENENTUAN
BENTUK DAN DIMENSI
DINDING PENAHAN TANAH

16
III.1. Analisis Daya Dukung Tanah Berdasarkan Tes Sondir (CPT).
Asumsi Dimensi rencana :
 Tinggi DPT termasuk tebal pelat pondasi (H) = 4,8 m
 Lebar pelat pondasi (B) = 0,7  4,8 m = 3,5 m
 Tebal pelat pondasi (Df) = 1/5  4,8 m = 0,8 m
1). Daya Dukung Tanah Dengan Pondasi Telapak Sebagai Acuan.
Digunakan rumus Mayerhof untuk pondasi telapak / langsung, untuk CPT-2
(paling dalam) dengan kedalaman = 4,8 m; Qc = qc = 20 kg/cm2:
a). Dengan asumsi B = 3,5 m ( B > 1,20 m) :
2 2
Qc  0,3  20  0,3 
 ijin  1    1    0,472 kg/cm2 = 47,200 ton/m2
50  B  50  3,5 

b). Dengan asumsi nilai B diabaikan :


Qc 20
 ijin    0,5 kg/cm2 = 50 ton/m
40 40

Digunaka rumus Terzaghi


Keterangan :
Untuk   0 ( Buku Mekanika Tanah ,penerbit Nova,halaman 214)
N c  5,7
N q 1
N  0

17
1
 ult  C  Nc    d .Nq   .B.  N
2
 ult  5,7  C   .D
 ult  5,7  0,015  0,173 1,3
 0,0855  0,2249
 0,3104
 ult
 Iijin 
3
0,3104
  0,1035 kg / cm 2  10,350 ton / m 2
3
Jadi, tegangan ijin tanah yang dipakai sesuai dengan asumsi di atas adalah
tegangan (  ijin ) yang terkecil yaitu 0,1035 kg/cm2 atau 10,350 ton/m2
Berikut adalah hasil analisis daya dukung tanah ijin berdasarkan tes Sondir
(CPT) untuk setiap kedalaman tes :

 Tabel 1. CPT-1.
NILAI  ijin NILAI  ijin
KEDALAMAN KONUS  ijin Nilai B KEDALAMAN KONUS  ijin Nilai B
(m) Qc B = 3,5m diabaikan (m) Qc B = 3,5m diabaikan
(kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)
0.0 0 3,5363 0 2 60 1,4145 1.5
0.2 150 1,4145 3.75 2.2 45 1,0609 1.125
0.4 60 4,7151 1.5 2.4 40 0,9430 1
0.6 200 1,4145 5 2.6 40 0,9430 1
0.8 60 1,4145 1.5 2.8 40 0,9430 1
1 60 1,1788 1.5 3 40 0,9430 1

18
1.2 50 1,1788 1.25 3.2 50 1,1788 1.25
1.4 50 1,1788 1.25 3.4 55 1,2967 1.375
1.6 50 1,0609 1.25 3.6 60 1,4145 1.5
1.8 45 3,5363 1.125 3.8 45 1,0609 1.125

NILAI  ijin NILAI  ijin


KEDALAMAN KONUS  ijin Nilai B KEDALAMAN KONUS  ijin Nilai B
(m) Qc B = 3,5m diabaikan (m) Qc B = 3,5m diabaikan
(kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)
4 1,0609 1,1032 1.125 6.6 75 1,7682 1.875
4.2 0,8251 0,8580 0.875 6.8 60 1,4145 1.5
4.4 0,7073 0,7355 0.75 7 45 1,0609 1.125
4.6 0,7073 0,7355 0.75 7.2 45 1,0609 1.125
4.8 0,7073 0,7355 0.75 7.4 50 1,1788 1.25
5 0,5894 0,6129 0.625 7.6 50 1,1788 1.25
5.2 0,5894 0,6129 0.625 7.8 55 1,2967 1.375
5.4 0,7073 0,7355 0.75 8 45 1,0609 1.125
5.6 0,5894 0,6129 0.625 8.2 40 0,9430 1
5.8 0,5894 0,6129 0.625 8.4 190 4,4793 4.75
6 0,5894 0,6129 0.625 8.6 250 5,8939 6.25
6.2 1,0609 1,1032 1.125 8.8 250 5,8939 6.25
6.4 1,4145 1,4709 1.5

 Tabel 2. CPT-2.

NILAI  ijin NILAI  ijin


KEDALAMAN KONUS  ijin Nilai B KEDALAMAN KONUS  ijin Nilai B
(m) Qc B = 3,5m diabaikan (m) Qc B = 3,5m diabaikan
(kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)
0.0 0 0,0000 0.00 4.6 20 0,4715 0.5
0.2 30 0,7073 0.75 4.8 20 0,4715 0.5
0.4 30 0,7073 0.75 5 15 0,3536 0.375
0.6 15 0,3536 0.375 5.2 15 0,3536 0.375
0.8 15 0,3536 0.375 5.4 15 0,3536 0.375
1 20 0,4715 0.5 5.6 15 0,3536 0.375
1.2 20 0,4715 0.5 5.8 20 0,4715 0.5
1.4 25 0,5894 0.625 6 20 0,4715 0.5
1.6 25 0,5894 0.625 6.2 30 0,7073 0.75
1.8 35 0,8251 0.875 6.4 30 0,7073 0.75
2 35 0,8251 0.875 6.6 40 0,9430 1
2.2 20 0,4715 0.5 6.8 40 0,9430 1
2.4 35 0,8251 0.875 7 40 0,9430 1
2.6 25 0,5894 0.625 7.2 35 0,8251 0.875
2.8 30 0,7073 0.75 7.4 40 0,9430 1
3 30 0,7073 0.75 7.6 40 0,9430 1
3.2 40 0,9430 1 7.8 40 0,9430 1
3.4 45 1,0609 1.125 8 25 0,5894 0.625
3.6 40 0,9430 1 8.2 20 0,4715 0.5
3.8 40 0,9430 1 8.4 80 1,8860 2
4 40 0,9430 1 8.6 175 4,1257 4.375
4.2 35 0,8251 0.875 8.8 190 4,4793 4.75
4.4 30 0,7073 0.75 9 250 5,8939 6.25

19
III.2.Penentuan Dimensi Dinding Penahan Tanah.
Dimensi rencana, dinding penahan tanah :
 Tinggi DPT termasuk tebal pelat pondasi (H) = 4,8 m
 Lebar pelat pondasi (B) = 0,5 H ~ 0,7 H  direncanakan 0,7 H
B = 0,7  4,8 = 3,5 m
1 1 1
 Tebal pelat pondasi (Df) =  ~  H  direncanakan H
6 4 5
1
Df =  4,8 m = 0,8m
5
 Lebar puncak DPT (B’) = 0,4 m. Kedalaman tanah keras

 Berikut adalah gambar design DPT, berdasarkan dimensi rencana di atas :

20
III.3.Data Pembebanan Yang Digunakan Dalam Perhitungan.
Adapun rincian data pembebanan yang digunakan dalam perhitungan, antara
lain :
1. Berat sendiri dinding penahan tanah.
Berdasarkan dimensi DPT yang direncanakan, antara lain tinggi dan lebar
DPT, tebal pelat tumit, lebar pelat ujung, dan kemiringan dinding
longitudinal.
2. Tekanan tanah.
a. Tekanan tanah aktif : akibat tekanan tanah dari tanah yang ada di
belakang dinding penahan tanah.
b. Tekanan tanah pasif : akibat tanah urugan kembali yang berada di
depan dinding penahan, ketinggiannya diambil dari dasar pondasi
DPT, sampai setinggi muka tanah asli atau dapat kurang dari muka
tanah asli. Dalam perhitungan ketinggian diambil 1,4 m dari dasar
pelat pondasi DPT.
2. Beban penggunaan dinding penahan tanah.

21
Dinding penahan tanah ini digunakan untuk menahan jalan raya, sehingga
pembebanan yang digunakan berupa beban lalu lintas yang terdiri dari
beban lajur dan beban kendaraan ( truck ). Beban – beban tersebut
dianggap sebesar beban merata (q) = 0,7 ton/m2 atau 700 kg/m2 yang
merupakan beban luar wajib yang telah ditentukan.

BAB IV
PERHITUNGAN

22
BEBAN DAN STABILITAS
DINDING PENAHAN TANAH

IV.1. Akibat Beban Sendiri.

0,00

- 1,0 m
2:4 3 4 Lapisan I
W3 W4 - 2,0 m
1.0000 2
H = 4,8
W2
- 3,0 m
- 3,5 m 6

0,5 5 W5 W6 Lapisan II
- 4,0 m
D = 0,8 1 W1

A
B = 3.5

1.7500

2.0667

2.8000

3.2500

0.5000

1.0663

i Tinjau per m’ Wi (t) li (m) Wi. li (tm)


1 3,500  0.8  2,35 6,58 1,75 11,515
2 2,000  4,000  1/2× 2,35 9,4 2,07 19,458
3 0,400  4,000  2,35 3,76 2,8 10,528

0,500  4,000  1,73


4 3,46 3,25 11,245
5 0,85 0,50 0,425
1,000  0,500  1,70
6 0,085 1,07 0,09
0,500  0,200  1/2 x1,70
V  24,135 Mv  53,261
Tabel. Perhitungan Momen Terhadap Titik O
Jumlah momen yang didapat adalah momen penahan (Mv) untuk menahan
guling.

23
Keterangan :  pas.batu kali = 2,35 ton/m3
lapisan jenis tanah  b tanah ∅
I Lempung (coklat) 3
1,73 ton/m 0
II Lempung (coklat) 1,70 ton/m3 0
Catatan : 1 gr/cm3 = 1 ton/m3
Wi= beban (vertikal) tiap bagian tubuh DPT (ton) ditinjau per m’
li = lengan momen terhadap titik A (meter)
Wi l i = momen terhadap titik A (ton.meter)

IV.2. Akibat Tekanan Tanah dan Beban Luar.


Berdasarkan data tanah yang diperoleh dari test Bore Log dan test
Laboratorium, didapatkan jenis tanah lempung / friction less soil, sehingga
dianggap tidak memiliki sudut geser dalam (  = 0)
 Perhitungan koefisien tekanan tanah (Ka; Kp) dan  kritis

 0
 2  3  1  0   kritis  45   45   45
2 2

2 2  2 0
Ka2 = Ka3 = Ka1 = tan  45    tan  45    1
 2  2

2   2 0
Kp = tan  45  1   tan  45    1
 2  2

24
0.4000
q = 0,7 ton / m2

2:4
I
h1 = 4 m
Ea1

Ea3
- 3,5 m

II
h pasif = 1.30 m Ep1 Ea2 Ea4
Ep2 h2 = 0.8 m
Ea5
III
A
B = 3,5

1. Akibat Tekanan Tanah Aktif.


a. Tekanan Akibat Beban Merata :
1). Ea1 = h1  q  Ka1 = 4,0  0,7 ton/m3  1 = 2,8 ton
1
Lengan momen terhadap titik A = h1  h2 = 2,8 m
2
2). Ea2 = h2  q  Ka2 = 0,8  0,7 ton/m3  1 = 0,56 ton
1
Lengan momen terhadap titik A = h2 = 0,4 m
2
b. Tekanan Akibat Tanah Lapisan I ( b  1,73 ton / m 3 ; Cu = 0,15 kg/cm2):

X
P=0 P=0
H
H' Ea
1/3 H'

a b b
I II III

25
Keterangan : Pada Gambar I : a = 2.C Ka ; b = H . .Ka
Pada Gambar II : a = 2.C Ka ; b =
H . .Ka  2.C Ka

Pada jarak X seolah-olah tidak ada tekanan.

Untuk tanah kohesif, berlaku rumus berikut:

Ea =
1
2

 H ' H . t .Ka  2.C. Ka ; bekerja pada
1
3
H' 
2.C
Dimana : H '  H  X  H 
 t Ka
2.C 2  1,5
1). X 3    1,7341 m
 b . Ka 1 1,73  1

H1’ = h1 – X3 = 4,0 – 1,7341 = 2,2659 m

Ea3 =
1
2

 H 1 ' h1 . b .Ka1  2.C. Ka1 
=
1
2

 2,2659   4,0  1,73  1  2  1,5  1 
= 4,8400 ton
1
Lengan momen terhadap titik A = H 1 ' h2 = 1,5553 m
3

2). Ea4 =   b1  H 1 '  h  Ka 2 2 = (1,73  2,2659)  0,8  1 = 3,136

ton
1
Lengan momen terhadap titik A = h2 = 0,4 m
2

c. Tekanan Akibat Tanah Lapisan II ( t  1,70 ton / m 3 Cu = 0,14 kg/cm2):


2.C 2 2  1,4
1). X 2   = 1,647 m ; X2 > h2
 b 2 . Ka 2 1,70  1

Berarti tidak terjadi tekanan tanah aktif pada lapisan 2 akibat tanah
lapisan 1, dimana X2 > h2, sehingga : Ea5 = 0

26
Sehingga, Momen guling (Mg) terhadap titik A oleh tekanan tanah aktif dan
beban luar, adalah :
Eai Wi (t) li (m) Wi. li (tm)
1 2,8 2,8 7,84
2 0,56 0,4 0,224
3 4,84 1,5553 7,527652
4 3,136 0,4 1,2544
H = 11,336 Mg  16,8460

2. Akibat Tekanan Tanah Pasif.


Lapisan tanahnya sama dengan lapisan 2.
1). Ep1 = hPasif  2.C Kp = 1,3  2  1,5  1 = 4,42 ton
1
Lengan momen terhadap titik A = h pasif = 0,65 m
2

1 1
2). Ep2 =
2
 h pasif   b  Kp =
2
 (1,3)2  1,70  1 = 1,4365 ton
2
1
Lengan momen terhadap titik A = h pasif = 0,433 m
3
Dan momen guling (Mg) terhadap titik A oleh tekanan tanah pasif, yaitu :
Epi Wi (t) li (m) Wi. li (tm)
1 4,42 0,65 2,873
2 1,4365 0,433 0,622
Hp = 5,8565 Mp  3,495

Keterangan :
Wi = Gaya geser akibat tekanan tanah (ton)

27
li = lengan momen terhadap titik A (meter)
Wi l i = momen guling terhadap titik A (ton.meter)
Mg, Mp = momen guling aktif dan momen guling pasif (ton.meter)
H, Hp = gaya geser aktif dan gaya geser pasif (ton)

IV.3. Stabilitas Dinding Penahan Tanah.


Data-data gaya dan momen dari perhitungan sebelumnya :
 Gaya Vertikal total ( V ) = 24,135ton.
 Momen Penahan ( Mv )= 53,261 ton.meter.
 Gaya Geser Aktif ( H ) = 11,336ton.
 Momen Guling ( Mg ) = 16,8460 ton.meter.
 Gaya Geser Pasif ( Hp ) = 5,8565 ton.
 Momen Guling Pasif ( Mp ) = 3,495 ton.meter  sebagai momen
penahan.
Perhitungan stabilitas Dinding Penahan Tanah :
a. Kontrol Terhadap gaya Guling :
Safety Factor (SF)  1,5
Gaya Penahan Mv  Mp 53,261  3,495 56,756
SF = Gaya Guling  Mg

16,8460

16,8460

SF = 3,369 ≥ 1,5 ( oke )


b. Kontrol Terhadap gaya Geser :
2 2
Koefisien gesek alas (  = 0,675); C '  Cu  .0,14  0,0933
3 3
Gaya Penahan  .V  Hp   B  C '
SF = GayaBergeser  H

0,675.(24,135)  5,8565   3,5  0,0933 22,4741


=   1,9825
11,336 11,336

SF = 1,9825 ≥ 1,5 (oke )


c. Kontrol Terhadap Daya Dukung Tanah :

28
 Jumlah momen-momen ( Mo ):
Mo  Mv  Mp  Mg  53,261  3,495  16,8460

= 39,91 t.m
 Letak pusat titik berat (O):
M O 39,91
X    1,654 m
V 24,135

 Eksentrisitas terhadap titik berat alas pondasi yang dihasilkan (e) :


B 3,5
e= X=  1,654  0,096 m di kiri O
2 2

1 1
syarat e  B  (  3,8 m = 0,633 m); terpenuhi.
6 6
Momen baru yang dihasilkan :

M= V  e = 24,135  0,096= 2,32 t.m

SV
X = 1,654
SV

A O A O
e = 0,096

V  6e 
  ext = 1   ; dalam 1 m lebar pias; L =1 m
B.L  B 

V  6e  24,135  6  0,096 
 maks = 1   1  
B.L  B 3,5  3,5 

29
= 8,031 ton/m2  σ ijin = 10,350 ton/m2
V  6e  24,135  6  0,096 
 min = 1   1  
B.L  B 3,5  3,5 

= 5,758 ton/m2 ≥ 0

BAB V
PENUTUP

30
KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam menetapkan kedalaman pondasi suatu konstruksi dinding penahan


tanah digunakan suatu pendekatan, konstruksi dinding penahan tanah yang
direncanakan memiliki ketinggian dinding(H) adalah 4,8 meter sehingga didapat
kedalaman pondasi D=1/5.4,8 meter=0,8 meter.
Tipe pondasi yang digunakan adalah pondasi dangkal karena berdasarkan
pendekatan, kedalaman pondasi yang direncanakan untuk dinding penahan tanah
dengan ketinggian dinding 4,8 meter
Daya dukung tanah ijin yang dipergunakan selanjutnya dalam perencanaan
dinding penahan tanah ini adalah daya dukung dengan nilai terkecil yaitu 0,1035
kg/cm2 (daya dukung tanah ijin bedasarkan rumus Mayerhof dan Therzagi)
Perencanaan dimensi dinding penahan tanah didasarkan atas keadaan tanah
yang ada. Keadaan tanah ini diperoleh melalui pengujian di laboratorium dan
pengujian di lapangan. Perencanaan dimensi ini juga harus memperhatikan beberapa
syarat-syarat yang harus dipenuhi. Dinding penahan tanah yang kita rencanakan
haruslah memenuhi syarat terhadap bahaya penggulingan, bahaya penggeseran dan
juga harus memenuhi syarat terhadap daya dukung tanah.Dan didapatkan dimensi
dengan kedalaman(D)=0,8 meter dan lebar pondasi(B)=3,5 meter.
Pada perencanaan dimensi ini perlu dibuatkan beberapa alternatif sehingga
kita dapat memilih dimensi yang seefisien mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Bowles, Joseph F.,Analisis dan Desain Pondasi, Erlangga, Jakarta, 1997.


Hardiyatmo, Hary Christiady, Teknik Pondasi 2,Beta Offset, Yogyakarta, 2002.

31
Sosrodarsono, Dr. Ir. Suyono ; Nakazawa ; Kazuto, Mekanika Tanah dan Teknik
Pondasi, Pradnya Paramita, Jakarta, 1980.
Wesley, Dr . L . D, Mekanika Tanah, B. P Pekerjaan Umum, Jakarta, 1973.

32

Anda mungkin juga menyukai