PENDAHULUAN
1
digunakan luas sebagai dinding penahan tanah dengan ketinggian yang rendah
karena biaya pekerjaannya rendah dan pelaksanaan pekerjaannya mudah.
.2 Dinding Penahan dengan bahan Pasangan Batu atau Beton
Tipe Gravitasi (Gravity R.W) dan Tipe Semi Gravitasi (Semi Gravity
R.W).
Dinding penahan tipe gravitasi bertujuan untuk memperoleh ketahanan
terhadap tekanan tanah dengan beratnya sendiri. Karena bentuknya yang
sederhana danjuga pelaksanaannya yang mudah, jenis ini sering digunakan
apabila dibutuhkan konstruksi penahan yang tidak terlalu tinggi atau bila tanah
pondasinya baik. Sedangkan dinding penahan tipe semi gravitasi, yaitu
mendapatkan kemantapan dengan beratnya sendiri, tetapi dalam jenis ini batang
tulangan disusun karena adanya tegangan tarik pada badan dinding.
.3 Dinding Penahan dengan bahanBeton Tipe Sandaran (Lean Against
Type)
Dinding penahan dengan sandaran sebenarnya juga termasuk dalam
kategori dinding penahan gravitasi tetapi berbeda dalam fungsinya. Dinding
penahan dengan sandaran berbeda dalam kondisi kemantapan dan direncanakan
supaya keseimbangan tetap terjaga dengan keseimbangan berat sendiri badan
dinding dan tekanan tanah pada permukaan bagian belakang. Akibatnya apabila
tanah di bagian belakang permukaan dihilangkan akan mengakibatkan dinding
itu berguling. Karena alasan-alasan tersebut di atas, volume beton haruslah
sedikit sehingga konstruksi menjadi ekonomis dan dapat dipakai dalam
jangkauan luas, tetapi tidak dapat digunakan apabila tanah pondasi ada dalam
bahaya penurunan ataupun bahaya gelincir.
.4 Dinding Penahan dengan bahan Beton Tipe Balok Kantilever.
Dinding penahan dengan balok kantilever, tersusun dari suatu dinding
memanjang dan suatu pelat lantai yang masing-masing berlaku sebagai balok
kantilever. Kemantapan dinding didapatkan dengan berat badannya sendiri dan
berat tanah di atas tumit pelat lantai. Karena dinding penahan jenis ini relatif
2
ekonomis dan relatif mudah dilaksanakan, maka jenis ini juga dipakai dalam
jangkauan luas.
.5 Dinding Penahan dengan bahan Beton Bertulang Tipe Penopang
(Buttress).
Tipe ini dibangun pada sisi dinding di bawah tanah tertekan untuk
memperkecil gaya irisan yang bekerja pada dinding memanjang dan pelat lantai.
Dalam kenyataannya, dinding penahan jenis ini pada umumnya hanya
membutuhkan bahan yang sedikit. Jenis ini digunakan untuk dinding penahan
yang cukup tinggi. Kelemahan dari dinding penahan jenis ini adalah
pelaksanaannya yang lebih sulit daripada jenis lainnya dan pemadatan dengan
cara rolling pada tanah di bagian belakang adalah jauh lebih sulit.
.6 Dinding Penahan dengan bahan Beton Bertulang Tipe Topangan.
Tipe ini berfungsi sama dengan dinding penahan tipe penopang, tetapi
dinding penyokong yang berhubungan dengan penahan ditempatkan pada sisi
yang berlawanan dengan sisi dimana tekanan tanah bekerja. Karena dalam
dinding penahan jenis ini berbeda dari dinding penahan beton bertulang dengan
balok kantilever dan dinding penahan beton bertulang dengan penahan
(penopang), berat tanah di bagian belakang tumit pelat lantai tidak dapat
digunakan untuk menjamin kemantapan, maka dibutuhkan lebar pelat yang
lebih besar. Akibatnya jenis ini tidak dipakai lebih dari yang dibutuhkan kecuali
dalam hal dimana suatu kondisi khusus yang tak memungkinkan membangun
pelat lantai di belakang dinding penahan dapat teratasi.
.7 Dinding Penahan Khusus.
Jenis ini adalah dinding penahan khusus yang tidak termasuk dalam
dinding penahan yang disebutkan seperti di atas (1 - 6). Jenis ini dibagi
menjadi : dinding penahan macam rak, dinding penahan tipe kotak, dinding
penahan terbuat di pabrik, dinding penahan yang menggunakan jangkar, dinding
penahan dengan cara penguatan tanah, dinding penahan berbentuk Y terbalik
dan Sheet Pile Wall digunakan untuk tanah dasar yang lunak.
3
Gambar Macam – Macam Tipe Dinding Penahan Tanah (DPT).
4
Gambar Macam-Macam Tipe Dinding Penahan Tanah (DPT).
Tembok penahan
bentuk Y terbalik
5
Berbagai tipe dinding penahan tanah digunakan seperti disebutkan di atas
dan dalam memilih tipenya, penting untuk mengetahui seluruh sifat-sifat dan
keadaan tanah dibawahnya (tanah pondasi), macam pondasi, kondisi tempat,
kondisi pelaksanaan dan efisiensi ekonomis.
Sebagai acuan dalam memilih tipe dinding penahan tanah, dipakai standar
ketinggian dinding seperti diperlihatkan pada diagram berikut ini :
Diagram Penentuan Tinggi Dinding Penahan Tanah (DPT)
Tinggi
Tipe 5 10 15 (m)
Dinding penahan
Batu/pasangan
Dinding penahan
Tipe gravitasi
6
3. Tekanan yang diteruskan ke tanah harus lebih kecil dari daya dukung tanah
yang diijinkan.
Dalam perencanaan pondasi yang perlu diperhatikan adalah :
1. Tersedianya hasil pengujian di laboratorium untuk tanah yang akan
didirikan bangunan di atasnya, sehingga daya dukung tanah dapat dihitung.
Untuk bangunan-bangunan kecil seperti rumah tinggal mungkin hanya
cukup dengan pengamatan secara visual terhadap tanah tersebut.
2. Pondasi harus direncanakan seekonomis mungkin.
3. Mudah dan aman dalam pelaksanaan. Dengan kemudahan dalam
pelaksanaan akan mudah tercapai mutu pondasi seperti yang direncanakan.
Keadaan bangunan sekitar juga perlu diperhatikan sehingga tidak akan
terganggu dengan adanya pelaksanaan pondasi tersebut.
7
BAB II
PERENCANAAN
DINDING PENAHAN TANAH
TIPE GRAVITASI
II.1. Hal – Hal Dasar Dalam Perencanaan Dinding Penahan Tanah Tipe
Gravitasi.
1. Beban yang dipakai untuk perencanaan.
Beban yang terutama dipakai untuk perencanaan adalah sebagai berikut :
a. Berat sendiri dinding penahan : berat sendiri dinding penahan yang
digunakan dalam perhitungan kemantapan (stability) adalah berat
dinding penahan itu sendiri dan berat tanah pada bagian atas tumit pelat
lantai.
Rumus :
W=A bahan
8
pasif diabaikan, dengan tujuan agar konstruksi yang direncanakan lebih
aman. Tekanan tanah aktif yang bekerja pada suatu dinding penahan
tanah diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah :
1). Akibat Muatan Terbagi Rata (q).
Rumus :
Ea H q Ka 2c Ka
C = cohesi (kg/cm2)
= sudut geser tanah (0)
1
h1 b Ka
2
Rumus : Ea
2
Keterangan : h1 = tinggi tanah di atas muka air tanah (m).
γb = berat volume tanah basah (kg/m3).
3). Akibat tanah di bawah muka air tanah.
Rumus : Ea h1 h2 sat Ka
Keterangan : h2 = tinggi tanah di atas muka air tanah (m).
γ sat= berat volume tanah jenuh air (kg/m3).
4). Akibat air tanah.
1
Rumus : Ea h2 w
2
9
5). Akibat muatan garis (Q).
Rumus : Ea Q Ka
M Pasif
n 1,5
M Aktif
10
Dalam perhitungan daya dukung tanah digunakan beberapa rumus yang
tergantung dari data tanah yang tersedia. Rumus yang dimaksud adalah :
1). Rumus Mayerhof.
D 1
a. ult N B 1 (jika menggunakan data S.P.T)
B 10
2
N 0,3
i 1 (jika menggunakan data S.P.T)
0,08 B
(kN/m2)
N = harga rata-rata dari N pada kedalaman 0.500 D
di atas dasar pondasi dan 2B di bawah pondasi
(Nilai jumlah pukulan (SPT).
B = lebar pondasi referensi diambil 1.00 meter.
D = kedalaman pondasi (m)
D 1
b. ult Qc B 1 (jika menggunakan data sondir)
B 40
2
Qc 0,3
i 1 (jika menggunakan data sondir)
50 B
11
Apabila data yang tersedia berupa data laboratorium dan dengan
anggapan bahwa pondasi yang akan dibuat nantinya adalah pondasi
dangkal (shallow foundation), maka rumus yang dipakai adalah :
ult ( c Nc ) ( b Nq Df ) ( b B N )
12
KEDALAMA
N NILAI ult ijin KEDALAMAN NILAI ult ijin
(m) KONUS kg/cm2 kg/cm2 (m) KONUS kg/cm2 kg/cm2
kg/cm2 SF= 3 kg/cm2 SF= 3
0.0 0 0.00 0.00 4.6 30 4.2 1.4
0.2 150 4.5 1.5 4.8 30 4.35 1.45
0.4 60 2.1 0.7 5 25 3.75 1.25
0.6 200 8 2.67 5.2 25 3.875 1.292
0.8 60 2.7 0.9 5.4 30 4.8 1.6
1 60 3 1 5.6 25 4.125 1.375
1.2 50 2.75 0.917 5.8 25 4.25 1.417
1.4 50 3 1 6 25 4.375 1.4583
1.6 50 3.25 1.083 6.2 45 8.1 2.7
1.8 45 3.15 1.05 6.4 60 11.1 3.7
2 60 4.5 1.5 6.6 75 14.25 4.75
2.2 45 3.6 1.2 6.8 60 11.7 3.9
2.4 40 3.4 1.133 7 45 9 3
2.6 40 3.6 1.2 7.2 45 9.225 3.075
2.8 40 3.8 1.267 7.4 50 10.5 3.5
3 40 4 1.333 7.6 50 10.75 3.583
3.2 50 5.25 1.75 7.8 55 12.1 4.033
3.4 55 6.05 2.017 8 45 10.125 3.375
3.6 60 6.9 2.3 8.2 40 9.2 3.067
3.8 45 5.4 1.8 8.4 190 44.65 14.883
4 45 5.625 1.875 8.6 250 60 20
4.2 35 4.55 1.517 8.8 250 61.25 20.417
4.4 30 4.05 1.35
Tabel 2. CPT-2.
KEDALAMA
N NILAI ult ijin KEDALAMAN NILAI ult ijin
(m) KONUS kg/cm2 kg/cm2 (m) KONUS kg/cm2 kg/cm2
kg/cm2 SF= 3 kg/cm2 SF= 3
0.0 0 0.00 0.00 4 40 5 1.667
0.2 30 0.9 0.3 4.2 35 4.55 1.5167
0.4 30 1.05 0.35 4.4 30 4.05 1.35
0.6 15 0.6 0.2 4.6 20 2.8 0.933
0.8 15 0.675 0.225 4.8 20 2.9 0.967
1 20 1 0.333 5 15 2.25 0.75
1.2 20 1.1 0.367 5.2 15 2.325 0.775
1.4 25 1.5 0.5 5.4 15 2.4 0.8
1.6 25 1.625 0.5417 5.6 15 2.475 0.825
1.8 35 2.45 0.8167 5.8 20 3.4 1.133
2 35 2.625 0.875 6 20 3.5 1.167
2.2 20 1.6 0.533 6.2 30 5.4 1.8
2.4 35 2.975 0.9917 6.4 30 5.55 1.85
2.6 25 2.25 0.75 6.6 40 7.6 2.533
2.8 30 2.85 0.95 6.8 40 7.8 2.6
13
3 30 3 1 7 40 8 2.667
3.2 40 4.2 1.4 7.2 35 7.175 2.3917
3.4 45 4.95 1.65 7.4 40 8.4 2.8
3.6 40 4.6 1.533 7.6 40 8.6 2.867
3.8 40 4.8 1.6 7.8 40 8.8 2.933
KEDALAMA
N NILAI ult ijin KEDALAMAN NILAI ult ijin
(m) KONUS kg/cm2 kg/cm2 (m) KONUS kg/cm2 kg/cm2
kg/cm2 SF= 3 kg/cm2 SF= 3
8 25 5.625 1.875 8.6 175 42 14
8.2 20 4.6 1.533 8.8 190 46.55 15.5167
8.4 80 18.8 6.267 9 250 62.5 20.833
14
a. Umumnya lebar pelat lantai dasar (B) besarnya berkisar antara 0,5 H ~
0,7 H dari tinggi dinding penahan termasuk tebal pelat pondasi (H).
b. Lebar bagian puncak (B’) digunakan lebih dari 0,2 m dari titik
pelaksanaan. Bila dibuat pagar pengaman maka ditetapkan lebih dari 0,3
m.
c. Memiliki tinggi dinding penahan tanah kurang dari 6 m.
2. Dinding penahan tipe kantilever.
a. Kemiringan dinding longitudinal paling sedikit 1:15
b. Lebar pelat lantai dasar (B) berkisar antara 0,5 H - 0,8 H.
H
c. Secara ekonomis pelat ujung digunakan atau lebih.
8
d. Dalam kondisi perhitungan harga B’, C1, C2 diambil lebih dari 0,3 m.
e. Memiliki tinggi dinding penahan tanah lebih dari 6 m – 11 m.
1 1
Pendekatan yang umum digunakan adalah : Df ~ H
6 4
dimana : H = tinggi dinding penahan tanah sudah termasuk kedalaman / tebal
pelat pondasi (m).
15
BAB III
PENENTUAN
BENTUK DAN DIMENSI
DINDING PENAHAN TANAH
16
III.1. Analisis Daya Dukung Tanah Berdasarkan Tes Sondir (CPT).
Asumsi Dimensi rencana :
Tinggi DPT termasuk tebal pelat pondasi (H) = 4,8 m
Lebar pelat pondasi (B) = 0,7 4,8 m = 3,5 m
Tebal pelat pondasi (Df) = 1/5 4,8 m = 0,8 m
1). Daya Dukung Tanah Dengan Pondasi Telapak Sebagai Acuan.
Digunakan rumus Mayerhof untuk pondasi telapak / langsung, untuk CPT-2
(paling dalam) dengan kedalaman = 4,8 m; Qc = qc = 20 kg/cm2:
a). Dengan asumsi B = 3,5 m ( B > 1,20 m) :
2 2
Qc 0,3 20 0,3
ijin 1 1 0,472 kg/cm2 = 47,200 ton/m2
50 B 50 3,5
17
1
ult C Nc d .Nq .B. N
2
ult 5,7 C .D
ult 5,7 0,015 0,173 1,3
0,0855 0,2249
0,3104
ult
Iijin
3
0,3104
0,1035 kg / cm 2 10,350 ton / m 2
3
Jadi, tegangan ijin tanah yang dipakai sesuai dengan asumsi di atas adalah
tegangan ( ijin ) yang terkecil yaitu 0,1035 kg/cm2 atau 10,350 ton/m2
Berikut adalah hasil analisis daya dukung tanah ijin berdasarkan tes Sondir
(CPT) untuk setiap kedalaman tes :
Tabel 1. CPT-1.
NILAI ijin NILAI ijin
KEDALAMAN KONUS ijin Nilai B KEDALAMAN KONUS ijin Nilai B
(m) Qc B = 3,5m diabaikan (m) Qc B = 3,5m diabaikan
(kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)
0.0 0 3,5363 0 2 60 1,4145 1.5
0.2 150 1,4145 3.75 2.2 45 1,0609 1.125
0.4 60 4,7151 1.5 2.4 40 0,9430 1
0.6 200 1,4145 5 2.6 40 0,9430 1
0.8 60 1,4145 1.5 2.8 40 0,9430 1
1 60 1,1788 1.5 3 40 0,9430 1
18
1.2 50 1,1788 1.25 3.2 50 1,1788 1.25
1.4 50 1,1788 1.25 3.4 55 1,2967 1.375
1.6 50 1,0609 1.25 3.6 60 1,4145 1.5
1.8 45 3,5363 1.125 3.8 45 1,0609 1.125
Tabel 2. CPT-2.
19
III.2.Penentuan Dimensi Dinding Penahan Tanah.
Dimensi rencana, dinding penahan tanah :
Tinggi DPT termasuk tebal pelat pondasi (H) = 4,8 m
Lebar pelat pondasi (B) = 0,5 H ~ 0,7 H direncanakan 0,7 H
B = 0,7 4,8 = 3,5 m
1 1 1
Tebal pelat pondasi (Df) = ~ H direncanakan H
6 4 5
1
Df = 4,8 m = 0,8m
5
Lebar puncak DPT (B’) = 0,4 m. Kedalaman tanah keras
20
III.3.Data Pembebanan Yang Digunakan Dalam Perhitungan.
Adapun rincian data pembebanan yang digunakan dalam perhitungan, antara
lain :
1. Berat sendiri dinding penahan tanah.
Berdasarkan dimensi DPT yang direncanakan, antara lain tinggi dan lebar
DPT, tebal pelat tumit, lebar pelat ujung, dan kemiringan dinding
longitudinal.
2. Tekanan tanah.
a. Tekanan tanah aktif : akibat tekanan tanah dari tanah yang ada di
belakang dinding penahan tanah.
b. Tekanan tanah pasif : akibat tanah urugan kembali yang berada di
depan dinding penahan, ketinggiannya diambil dari dasar pondasi
DPT, sampai setinggi muka tanah asli atau dapat kurang dari muka
tanah asli. Dalam perhitungan ketinggian diambil 1,4 m dari dasar
pelat pondasi DPT.
2. Beban penggunaan dinding penahan tanah.
21
Dinding penahan tanah ini digunakan untuk menahan jalan raya, sehingga
pembebanan yang digunakan berupa beban lalu lintas yang terdiri dari
beban lajur dan beban kendaraan ( truck ). Beban – beban tersebut
dianggap sebesar beban merata (q) = 0,7 ton/m2 atau 700 kg/m2 yang
merupakan beban luar wajib yang telah ditentukan.
BAB IV
PERHITUNGAN
22
BEBAN DAN STABILITAS
DINDING PENAHAN TANAH
0,00
- 1,0 m
2:4 3 4 Lapisan I
W3 W4 - 2,0 m
1.0000 2
H = 4,8
W2
- 3,0 m
- 3,5 m 6
0,5 5 W5 W6 Lapisan II
- 4,0 m
D = 0,8 1 W1
A
B = 3.5
1.7500
2.0667
2.8000
3.2500
0.5000
1.0663
23
Keterangan : pas.batu kali = 2,35 ton/m3
lapisan jenis tanah b tanah ∅
I Lempung (coklat) 3
1,73 ton/m 0
II Lempung (coklat) 1,70 ton/m3 0
Catatan : 1 gr/cm3 = 1 ton/m3
Wi= beban (vertikal) tiap bagian tubuh DPT (ton) ditinjau per m’
li = lengan momen terhadap titik A (meter)
Wi l i = momen terhadap titik A (ton.meter)
0
2 3 1 0 kritis 45 45 45
2 2
2 2 2 0
Ka2 = Ka3 = Ka1 = tan 45 tan 45 1
2 2
2 2 0
Kp = tan 45 1 tan 45 1
2 2
24
0.4000
q = 0,7 ton / m2
2:4
I
h1 = 4 m
Ea1
Ea3
- 3,5 m
II
h pasif = 1.30 m Ep1 Ea2 Ea4
Ep2 h2 = 0.8 m
Ea5
III
A
B = 3,5
X
P=0 P=0
H
H' Ea
1/3 H'
a b b
I II III
25
Keterangan : Pada Gambar I : a = 2.C Ka ; b = H . .Ka
Pada Gambar II : a = 2.C Ka ; b =
H . .Ka 2.C Ka
Ea =
1
2
H ' H . t .Ka 2.C. Ka ; bekerja pada
1
3
H'
2.C
Dimana : H ' H X H
t Ka
2.C 2 1,5
1). X 3 1,7341 m
b . Ka 1 1,73 1
Ea3 =
1
2
H 1 ' h1 . b .Ka1 2.C. Ka1
=
1
2
2,2659 4,0 1,73 1 2 1,5 1
= 4,8400 ton
1
Lengan momen terhadap titik A = H 1 ' h2 = 1,5553 m
3
ton
1
Lengan momen terhadap titik A = h2 = 0,4 m
2
Berarti tidak terjadi tekanan tanah aktif pada lapisan 2 akibat tanah
lapisan 1, dimana X2 > h2, sehingga : Ea5 = 0
26
Sehingga, Momen guling (Mg) terhadap titik A oleh tekanan tanah aktif dan
beban luar, adalah :
Eai Wi (t) li (m) Wi. li (tm)
1 2,8 2,8 7,84
2 0,56 0,4 0,224
3 4,84 1,5553 7,527652
4 3,136 0,4 1,2544
H = 11,336 Mg 16,8460
1 1
2). Ep2 =
2
h pasif b Kp =
2
(1,3)2 1,70 1 = 1,4365 ton
2
1
Lengan momen terhadap titik A = h pasif = 0,433 m
3
Dan momen guling (Mg) terhadap titik A oleh tekanan tanah pasif, yaitu :
Epi Wi (t) li (m) Wi. li (tm)
1 4,42 0,65 2,873
2 1,4365 0,433 0,622
Hp = 5,8565 Mp 3,495
Keterangan :
Wi = Gaya geser akibat tekanan tanah (ton)
27
li = lengan momen terhadap titik A (meter)
Wi l i = momen guling terhadap titik A (ton.meter)
Mg, Mp = momen guling aktif dan momen guling pasif (ton.meter)
H, Hp = gaya geser aktif dan gaya geser pasif (ton)
28
Jumlah momen-momen ( Mo ):
Mo Mv Mp Mg 53,261 3,495 16,8460
= 39,91 t.m
Letak pusat titik berat (O):
M O 39,91
X 1,654 m
V 24,135
1 1
syarat e B ( 3,8 m = 0,633 m); terpenuhi.
6 6
Momen baru yang dihasilkan :
SV
X = 1,654
SV
A O A O
e = 0,096
V 6e
ext = 1 ; dalam 1 m lebar pias; L =1 m
B.L B
V 6e 24,135 6 0,096
maks = 1 1
B.L B 3,5 3,5
29
= 8,031 ton/m2 σ ijin = 10,350 ton/m2
V 6e 24,135 6 0,096
min = 1 1
B.L B 3,5 3,5
= 5,758 ton/m2 ≥ 0
BAB V
PENUTUP
30
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
31
Sosrodarsono, Dr. Ir. Suyono ; Nakazawa ; Kazuto, Mekanika Tanah dan Teknik
Pondasi, Pradnya Paramita, Jakarta, 1980.
Wesley, Dr . L . D, Mekanika Tanah, B. P Pekerjaan Umum, Jakarta, 1973.
32