Anda di halaman 1dari 3

" H i j r a h " Ole h : M. T anzula R. H.

Dalam kondisi yang bertolak belakang. Entah mengapa, pagi ini agar engkau mengampuninya.
cerah meskipun perasaanku sedang gundah. Setapak demi setapak
kaki ini kugerakkan. Lari dari perasaan yang sedang menyiksa hati. Satu bulan, dua bulan, satu tahun kulewati. Karma datang
Sungguh alasan kenapa ini terjadi mengerucut kedirinya. Seorang menghampiriku. Entah itu benar atau tidak, tapi itu hanya
perempuan yang sudah menemaniku kira - kira sudah dua lusin anggapanku. Hidupku seperti pelaut yang terombang ambing ombak
purnama lamanya. Oh, sungguh tak bisaku bayangkan lagi kenangan dan hanya seorang diri diperahunya. Mengarungi luasnya samudera,
dengannya. Bisa - bisa kujadikan berpuluh - puluh bahkan ratusan, tak tahu juga akan menepi kemana. Setiap hari hanya ditemani
ribuan naskah film jika mau. Ah, maaf jika hal tersebut sangatlah teriknya sang surya dan dinginnya rembulan. Sampai suatu saat
hiperbola, mungkin aku hanya terbawa suasana. Berbicara tentang menepilah aku karena ada beberapa perempuan yang menarik hati,
dia, hatiku menjadi penuh penyesalan. Dia perempuan yang cuek tapi itu hanya untuk sementara waktu. Oh tidak, aku hanya merayu
sebenarnya, tapi itu tidak berlaku untukku. Hahaha, dia penurut. Dia saja. Ibarat bunga mawar itu hanya jebakan saja, indah, tapi sakit
seolah sudah menjadi pelengkap hidup yang kudambakan. Dia juga jika tertusuk dengan durinya. Sakit, menangislah mereka karena hal
perempuan yang kuat jika dilihat dari sudut pandang keluarganya. itu. Sungguh, kenapa aku tak bisa menahan apa yang ada dalam
Aku sangat salut, dia seperti wonder woman saja, hahaha. diriku, sulit sangat untuk bertanggungjawab. Namun, hari demi hari
langkah kecil kuarungi. Kucoba untuk bertanggung jawab, akhirnya
Oh iya, berbicara mengenai kenapa kisah kami berakhir, itu kata maafku diterima dengan lapang dada olehnya.
dimulai ketika perang batin terbit. Dulu aku hanya lelaki bodoh yang
hanya mementingkan, hmm dunia sendiri. Aku merusaknya, aku Sekedar bercerita, itu semua bermuara padanya. Yah, aku tahu
merusak semua. Entah kenapa aku dulu belum sadar bahwa dia tak mungkin untuk melupakannya, tapi setidaknya hilangkan gejolak
adalah perempuan yang sempurna untukku, untuk lelaki biasa hati ini karena dia. Dua tahun berlalu seperti hanya menghitung
sepertiku. Akhirnya kami berpisah, dengan baik - baik. Hmm, lamanya penderitaan hati ini. Akhirnya kuikuti langkahnya jauh
meskipun itu hanya semu semata. Hati yang terus bergejolak, penuh disana. Aku diujung timur, dia diujung barat. Kudapatkan hal yang
penyesalan. Aku yang salah, biar kutanggung Tuhan, semua tinta menyejukkan hati, dia bahagia disana. Terlihat dari kesehariannya,
hitam yang akan kujadikan dosa. Sungguh, aku berdoa kepadaMu dari kehidupan selama ini tanpaku, dia nyaman, dia merasa sejahtera.
Indah melihatnya bahagia, meski hati ini tetap menderu - deru
bergejolak. Aku bahagia, aku tenang jika kau bahagia.
Kutakmasalah jika orang lain yang membahagiakanmu, karena
kuyakin, tak lain dia hanyalah untuk sementara.
Karena aku berikrar . . .
"Kelak, akan kubahagiakan dirimu serta anak - anak kita, setelah aku
sanggup dan aku pantas untuk menempatkan cincin yang akan
nyaman berada dijari manismu, dan kan kupinang engkau didepan
orangtuamu serta orangtuaku. Semoga didunia dan dikahirat nanti
kita akan bahagia. Amin . . . "
Tunggu sampai angan ini terwujud, semoga juga aku masih pantas
untukku menebus dosa dan bertanggungjawab. Semoga ini
diridhoiNya.

Anda mungkin juga menyukai