Problematika Pendidikan Indonesia Dan Gagasan Menuju Paradigma Baru
Problematika Pendidikan Indonesia Dan Gagasan Menuju Paradigma Baru
oleh
I Wayan Santyasa
Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
ABSTRACT
yang dirasakan sebagai akibat paradigma tersebut adalah terpuruknya sumber daya
manusia Indonesia yang tercermin dari tingkat keterampilan tenaga kerja
Indonesia terendah di Asia dan semakin bertambahnya pengangguran.
Didorong oleh keinginan untuk meningkatkan mutu dan standar pendidikan
nasional, maka muncullah paradigma keseragaman pendidikan nasional. Pardigma
ini melahirkan undang-undang positif dan berbagai peraturan yang menjamin
uniformitas suatu sistem, lahirnya norma-norma EBTANAS, dan berbagai tes
standar. Paradigma ini diarahkan untuk mencapai tujuan efesiensi perencanaan dan
manajemen pendidikan, memudahkan supervisi, mewujudkan persatuan dan
kesatuan bangsa, dan keyakinan bahwa etatisme pendidikan akan menjamin mutu
pendidikan nasional.
Di satu sisi, paradigma keseragaman pendidikan telah menghasilkan
percepatan pencapaian target-target kuantitatif pendidikan. Di sisi lain, paradigma
yang kaku tersebut ternyata mematikan inisiatif dan kemampuan berpikir kritis
anak didik dan masyarakat (Kartini Kartono, 1997; Tilaar, 2000a,b, Van Peursan,
1999).
Perlu disadari bahwa sistem pendidikan elitis pada zaman penjajahan
Kolonial dan pendidikan meliterisme Jepang sangat berpengaruh secara signifikan
terhadap terbatasnya jumlah anggota masyarakat yang melek huruf. Atas dasar
kenyataan ini, maka setelah kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, pendidikan
disempitkan hanya sebagai persekolahan. Pengertian sempit tentang pendidikan
tersebut tampak dalam UU. No. 4 th. 1990 yang terutama diarahkan untuk
pengajaran. Kemudian, sebagai akibat desakan perkembangan teknologi
komunikasi yang semakin canggih yang memperkenalkan pendidikan maya yang
bersifat global, maka paradigma proliferasi pendidikan diperluas dengan
memunculkan pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal
dengan kegiatan-kegiatan untuk pemenuhan tenaga kerja industri. Namun,
perluasan ruang lingkup pendidikan tersebut telah mengubah dimensi pendidikan
dari tanggung jawab keluarga beralih pada kekuatan-kekuatan di luar lingkungan
keluarga, formalistis, dan sistematis, serta sekadar untuk memenuhi tuntutan
popularisasi pendidikan.
Munculnya berbagai jenis program pendidikan dan pelatihan yang lebih
berorientasi pada aspek supply, mengakibatkan kebutuhan real akan tenaga kerja
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja,
No. 3 TH. XXXVI Juli 2003
ISSN 0215-8250
semua segi kehidupan, dia akan menampakkan wujud semakin hebat dan beresiko
pada keterbelakangan peradaban manusia Indonesia di mata dunia. Perlu disadari
bahwa, secara alamiah upaya untuk menyelamatkan diri dari krisis pendidikan
tersebut memerlukan keseriusan semua anak bangsa, menyadarinya, dan
meyakininya, bahwa krisis tersebut pasti akan bisa dilewati. Atas dasar keyakinan
tersebut, semua anak bangsa bersama pemerintah akan segera menginginkan suatu
perubahan, evolusi, atau revolusi menuju suatu paradigma baru pendidikan
Indonesia yang dapat dijadikan pijakan mengakhiri krisis, meningkatkan
pendidikan, sekaligus meningkatkan harkat dan martabat serta peradaban manusia
ke arah yang lebih baik, dan bisa berkecimpung dalam percaturan global.
Paradigma baru pendidikan Indonesia tersebut, di samping tetap
berorientasi pada empat indikator yang dijadikan pijakan untuk mengevaluasi
paradigma lama, juga berorientasi pada nilai-nilai orisinal yang bersifat lokal,
nasional, dan universal bersumber dari landasan dan wawasan pendidikan
Indonesia, nilai-nilai lokal, nasional, dan universal budaya Indonesia. Pertemuan
antara nilai-nilai tersebut dijadikan dasar untuk memformulasikan paradigma baru
pendidikan Indonesia.
perbedaan berbagai aspek kejiwaan antar peserta didik, bukan hanya berkaitan
dengan kecerdasan dan bakat, tetapi juga perbedaan pengalaman dan tingkat
perkembangan, perbedaan aspirasi dan cita-cita, bahkan perbedaan kepribadian
secara keseluruhan. Kajian psikologi pendidikan yang erat kaitannya dengan
pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar.
Kecerdasan umum dan kecerdasan dalam bidang tertentu banyak dipengaruhi oleh
kemampun potensial. Namun, kemampuan potensial hanya akan berkembang
secara aktual apabila dikembangkan dalam situasi yang kondusif. Peserta didik
selalu berada dalam proses perubahan, baik karena pertumbuhan maupun karena
perkembangan. Pertumbuhan terjadi sebagai akibat faktor internal sebagai akibat
kematangan dan proses pendewasaan, sedangkan perkembangan terutama terjadi
karena pengaruh lingkungan. Lingkungan pendidikan dapat berwujud lingkungan
sekolah, keluarga, masyarakat, pramuka, dan media masa (Dimyati, 2000, 2001).
Landasan Ilmiah dan Teknologi. Pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
teknologi memiliki kaitan yang sangat erat. Iptek menjadi bagian utama isi
pengajaran, artinya, pendidikan berperan sangat penting dalam pewarisan dan
pengembangan iptek. Di sisi lain, setiap perkembangan iptek harus segera
diakomodasi oleh pendidikan, yakni dengan segera memasukkan hasil
pengembangan iptek ke dalam isi bahan pelajaran. Sebaliknya, pendidikan sangat
dipengaruhi oleh cabang-cabang iptek, utamanya ilmu-ilmu prilaku (psikologi,
sosiologi, antroplogi). Seiring dengan kemajuan iptek pada umumnya, ilmu
pendidikan juga mengalami kemajuan yang pesat; demikian pula dengan cabang-
cabang khusus dari ilmu-ilmu prilaku yang mengkaji pendidikan. Kemajuan
cabang-cabang ilmu tersebut menyebabkan tersedianya informasi empiris yang
cepat dan tepat, dan pada gilirannya, diterjemahkan menjadi program, alat,
dan/atau prosedur kerja yang akan bermuara pada kemajuan teknologi pendidikan.
Dengan perkembangan iptek dan kebutuhan masyarakat yang makin
kompleks, maka pendidikan dalam segala aspeknya harus mengakomodasi
perkembangan tersebut. Di sisi lain, pendidikan formal telah berkembang
sedemikian rupa sehingga menjadi suatu lingkup kegiatan yang luas dan
kompleks. Konsekuensinya, penataan kelembagaan, pemantapan struktur
organisasi dan mekanisme kerja, pemantapan pengelolaan, haruslah dilakukan
dengan pemanfaatan iptek. Oleh karena kebutuhan pendidikan yang sangat
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja,
No. 3 TH. XXXVI Juli 2003
ISSN 0215-8250
mendesak, maka teknologi dari berbagai bidang ilmu harus segera diadopsi ke
dalam penyelenggaraan pendidikan, dan atau kemajuan ilmu harus segera
dimanfaatkan oleh penyelenggara pendidikan tersebut.
menghindarkan diri dari berbagai rintangan atau ancaman keselamatan atau gerak
majunya. Jadi, sistem “among” adalah cara pendidikan yang dipakai dalam sistem
Taman Siswa dengan maksud mewajibkan pada guru supaya mengingatkan dan
mementingkan kodrat-iradatnya para siswa dengan tidak melupakan segala
keadaan yang mengelilinginya.
Dua semboyan lainnya, sebagai bagian tak terpisahkan dari Tut Wuri
Handayani, pada hakikatnya bertolak dari wawasan tentang anak yang sama, yakni
tidak ada unsur perintah, paksaan atau hukuman, tidak ada campur tangan yang
dapat mengurangi kebebasan anak untuk berjalan sendiri dengan kekuatan sendiri.
Di sisi lain, pendidik setiap saat siap memberi uluran tangan apabila diperlukan
oleh anak. “Ing ngarsa sung tulada” adalah hal yang baik mengingat kebutuhan
anak maupun pertimbangan guru. “Ing madya mangun karsa” diterapkan dalam
situasi kurang bergairah atau ragu-ragu untuk mengambil keputusan atau tindakan,
sehingga perlu diupayakan untuk memperkuat motivasi. Ketiga semboyan tersebut
sebagai satu kesatuan asas telah menjadi asas penting dalam pendidikan di
Indonesia.
Asas Belajar Sepanjang Hayat. Asas belajar sepanjang hayat (life long
learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur
hidup (life long education). Pendidikan seumur hidup merupakan suatu konsep
yang memiliki makna baru dari ide lama, tetapi secara universal definisi yang
dapat diterima adalah sulit. Oleh karena itu, UNESCO Institute for Education
menetapkan suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup adalah pendidikan
yang (1) meliputi seluruh hidup setiap individu, (2) mengarah kepada
pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaan secara sistematis
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya,
(3) tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment) setiap
individu, (4) meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri, (5)
mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi,
termasuk yang formal, non-formal, dan informal.
Istilah “pendidikan seumur hidup” erat kaitannya dan memiliki makna
yang sama dengan istilah “belajar sepanjang hayat”. Kedua istilah ini tidak dapat
dipisahkan, tetapi dapat dibedakan. Penekanan istilah “belajar” adalah perubahan
pengetahuan (kognitif, afektif, psikomotor) pebelajar, sedangkan istilah
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja,
No. 3 TH. XXXVI Juli 2003
ISSN 0215-8250
anak. Kedua, peran pendidikan untuk rekonstruksi dan pembaharuan sosial. Peran
ini akan menciptakan masyarakat demokrasi, masyarakat ilmiah, dan
perkembangan menuju masyarakat industri. Ketiga, konsep eksperimentasi dalam
pendidikan. Konsep ini akan mengembangkan kemapuan anak untuk berpikir
rasional, kritis, penarikan kesimpulan berdasarkan pembuktian, keterbukaan, dan
akuntabilitas. Konsep ini dapat dijembatani melalui penerapan inquiry-based
learning, problem solving, problem based learning, project based learning,
cooperative learning, conceptual change instruction.
Penerimaan nilai-nilai asing dalam pendidikan Indonesia hendaknya
berdasarkan pada prinsip seleksi asimilasi dengan muatan lokal atau nilai-nilai
lokal. Dalam proses seleksi tersebut, terjadi proses dialektika dengan nilai-nilai
lokal. Pada tahap akhir, proses dialektika tersebut akan menghasilkan sintesis
berupa konvergensi nilai asing dan nilai kepribadian dasar. Secara praktis, nilai-
nilai progresif yang bersifat global dapat disandingkan dengan nilai-nilai ke
Indonesiaan yang menunjukkan identitas unik bangsa Indonesia. Demikian pula
konsep progresif tentang fungsi pendidikan sebagai agen pembaharuan sosial
seharusnya disesuaikan dengan kondisi sosiologis masyarakat Indonesia. Konsep
progresif itu dapat dipertemukan dengan konsep tri pusat pendidikan Ki hajar
Dewantara: keluarga, sekolah, masyarakat, dan dua pusat pendidikan lainnya:
lembaga pramuka dan media massa.
Untuk mengantisipasi tidak terjadinya konflik global antarbudaya, maka
diperlukan paradigma pendidikan antarbudaya tingkat internasional. Pendidikan
ini akan menciptakan generasi-generasi baru yang tidak terkungkung oleh
perspektif nasional, rasial, etnik, dan teritorial. Lewat pendidikan antarbudaya,
perspektif-perspektif tersebut akan direduksi menjadi pandangan-pandangan yang
lebih sesuai dengan realitas-realitas dan tuntutan internasional sekaligus global.
Pendidikan antar budaya dapat berwujud formal, nonformal, atau informal.
Pelajaran bahasa asing, studi etnik, komunikasi antar budaya, adalah bidang-
bidang studi yang cukup penting diajarkan di sekolah dan di perguruan tinggi. Di
samping itu, program pertukaran siswa, mahasiswa, ilmuwan, artis, dan
olahragawan juga merupakan kurikulum pendidikan antar budaya. Media massa
juga merupakan sarana untuk memasyarakatkan nilai-nilai universal ini, melalui
berita, ulasan, feature, pandangan mata, dan sebagainya. Demikian pula, buku-
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja,
No. 3 TH. XXXVI Juli 2003
ISSN 0215-8250
Pendidikan dan politik memiliki hubungan yang sangat erat. Oleh sebab
itu, politisasi pendidikan hendaknya dirumuskan sedemikian rupa, sehingga baik
pendidikan maupun politik secara bersinergi dapat mencapai tujuan dalam
meningkatkan peradaban manusia. Paradigmanya adalah (1) pendidikan nasional
ikut serta dalam mendidik manusia Indonesia sebagai insan politik yang
demokratis, sadar akan hak-hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang
bertanggung jawab, (2) masyarakat, termasuk keluarga bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan pendidikan. Secara operasional, paradigma ini dapat
diimplementasikan melalui program-program (1) menerapkan sistem merit dan
profesionalisme dalam rangka membersihkan birokrasi departemen dari
kepentingan-kepentingan politik, (2) menegakkan disiplin serta tanggung jawab
para pelaksana lembaga-lembaga pendidikan, (3) menyelenggarakan pendidikan
budi pekerti.
Pendidikan dan kebudayaan adalah suatu kebutuhan dari dan untuk
masyarakat lokal. Agar lembaga sosial utamanya lembaga pendidikan, baik
sekolah maupun program-program pendidikan non formal, berfungsi secara
optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, maka diperlukan paradigma
pemberdayaan masyarakat lokal, universitas-universitas di daerah, lembaga
pemerintah di daerah, dan lembaga pendidikan. Implementasinya adalah sebagai
berikut. Antara pemda kabupaten dan masyarakat di dalam penyelenggaraan
pendidikan dan kebudayaan diciptakan hubungan akuntabilitas horizontal. Artinya,
masyarakat dan pemda kedua-duanya bertanggung jawab terhadap stake holder
(masyarakat) yang memiliki pendidikannya. Pemda wajib membantu masyarakat
agar penyelenggaraan pendidikannya dilakukan secara efisien dan bermutu.
Universitas di daerah memiliki hubungan konsultatif dengan masyarakat lokal dan
pemda kabupaten. Hubungan tersebut akan menciptakan peluang bagi universitas
di daerah untuk menjadi agen pembaharuan dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan, baik di kabupaten, di provinsi, maupun di tingkat pusat.
Dalam memasuki era globalisasi, terdapat dua dimensi mengenai visi dan
misi pendidikan tinggi yang berkaitan sangat erat, yaitu dimensi lokal dan dimensi
global. Paradigma pengembangan kedua dimensi tersebut sangat penting dalam
memasuki milenium ketiga ini. Dimensi lokal visi pendidikan tinggi terdiri dari
unsur-unsur akuntabilitas, relevansi, kualitas, otonomi kelembagaan, dan jaringan
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja,
No. 3 TH. XXXVI Juli 2003
ISSN 0215-8250
6. Penutup
Lamanya zaman penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia cukup
memberikan pengaruh signifikan terhadap mental para pemegang kebijakan di
bidang pendidikan Indonesia. Mereka sulit berubah dalam menentukan arah
pendidikan untuk menuju pada sistem pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Pendidikan dikembangkan lebih banyak mengarah pada pencapaian
tujuan pelestarian kekuasaan ketimbang upaya memanusiakan manusia.
Paradigma lama pendidikan Indonesia yang berkembang secara subur
selama Orde Baru dampaknya masih sangat dirasakan hingga sekarang. Dampak
berlakunya paradigma lama tersebut adalah tingkat keterampilan tenaga kerja
Indonesia terendah di Asia, jumlah pengangguran semakin bertambah dari tahun
ketahun, terabaikannya peranan pendidikan informal yang justru menjadi sumber
pengembangan pertama kreativitas anak bangsa, pendidikan mengutamakan
supply ketimbang demand, sakralisasi ideologi nasional yang berakibat penjinakan
terhadap critical dan creative thinking, dan keterpurukan di bidang profesi bagi
para praktisi pendidikan. Oleh sebab itu, sangat diperlukan gagasan untuk menuju
paradigma baru pendidikan Indonesia di milineum ketiga ini.
Paradigma baru pendidikan Indonesia berorientasi pada landasan dan azas
pendidikan Indonesia. Lima landasan pendidikan yang diacu adalah: landasan
filosofis, landasan sosiologis, landasan kultural, landasan psikologis, dan landasan
ilmiah dan teknologi. Sedangkan asas pendidikan yang diacu adalah asas Tut Wuri
Handayani, asas belajar sepanjang hayat, dan asas kemandirian dalam belajar.
Landasan dan azas pendidikan tersebut, diharapkan dapat melahirkan paradigma
demokratisasi pembelajaran, paradigma pendidikan antarbudaya tingkat
internasional dan nasional, paradigma polarisasi, sistematisasi, proliferasi sistem
delivery, politisasi pendidikan, dan paradigma pemberdayaan pendidikan berbasis
masyarakat.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja,
No. 3 TH. XXXVI Juli 2003
ISSN 0215-8250
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, J.G. & Martin G. Brooks. 1993. In search of understanding: The case for
constructivist classrooms. Virginia: Association for Supervision and
Curriculum Development.
Oetama, J., & Widodo, J. 1990. Menuju masyarakat baru Indonesia: Antisipasi
terhadap tantangan abad XXI. Jakarta: Gramedia.
Redja Mudyahardjo, Waini Rasyidin, dan Saleh Soegianto. 1992. Materi pokok
dasar-dasar kependidikan. Modul 1-6. Jakarta: P2TK-PT Depdikbud.
Suyanto, 2001. Formula pendidikan nasional era global. Makalah. Disajikan dalam
simposium pendidikan nasional dan munas I alumni PPS.UM. di Malang,
13 Oktober 2001.
Tilaar, H.A.R. 2000. Paradigma baru pendidikan nasional. Jakarta: Rineka Cipta.