Anda di halaman 1dari 3

AZIZA CINTHIA PUTRI

110114120005
HUKUM PIDANA KHUSUS (F)

1. Analisis jalinan system antara ketentuan induk dalam KUHP dengan


perundang-undangan diluar KUHP
 KUHP berisikan asas-asas hukum pidana yang mengatur batasan-
batasan dari penerapan pasal-pasal dari tindak pidana tersebut. Asas yang
dimaksud bukan merupakan hukum acara pidana yang mengatur tata cara
penegak hukum menjalankan peradilan pidana yang diatur dalam
peraturan sendiri. Asas-asas hukum pidana ini terdapat dalam buku I
KUHP yang mengikat penerapan pasal-pasal tindak pidana yang
tercantum dalam Buku II dan Buku III KUHP dan yang diatur diluar KUHP
sepanjang tidak ditentukan lain (Pasal 103 KUHP).
Aturan umum pasal 1 sampai pasal 85 bab I sampai bab VIII buku I KUHP
yang terkait dalam jalinana system asturan khusus dalam buku II, III dan
ketentuan pidana di luar KUHP dapat di identidikasi sebagai berikut;
tentang kualifikasi juridis (kejahatan dan pelanggaran), tentang
kualifikasi keilmuan (delik aduan), tentang system penentuan volume
pidana, tentang pedoman pemidanaan pidana pengganti denda.
Implementasi jalinan system antara ketentuan umum dengan ketentuan
khusus dalam system pemidanaan substantive di Indonesia saat ini belum
ideal, karena masih terabaikannya system pemidanaan dalam ketentuan
induknya di KUHP. Hal ini akan sulit ketika RUU KUHP baru tidak disikapi
dengan baik.

2. Apakah ketentuan perundang-undangan diluar KUHP boleh menyimpang


dari ketentuan induknya?
 Dalam konteks akademik, memang sebaiknya hukum pidana memiliki
kesatuan asas yang dapat dipraktikkan kepada seluruh aturan hukum
pidana. Namun ternyata dalam perkembangan, harus ada aturan khusus
yang kemudian menyimpangi atau menegecualikan asas-asas hukum
pidana umum karena kebutuhannya yang mengharuskannya demikian.
Namun penyimpangan tersebut tetap harus didasari oleh landasan atau
pertimbangan yang cukup, tidak semata-mata hanya berdasarkan
kehendak pembentuk undang-undang saja.
Hukum pidana khusus mempunyai ciri mengatur hukum pidana material
dan formal yang berada diluar hukum kodifikasi, dengan memuat norma,
sanksi, dan asas hukum yang disusun khusus menyimpang karena
kebutuhan masyarakat terhadap hukum pidana yang mengandung,
peraturan dari anasir-anasir kejahatan yang konvensional.

3. Pemasalahan yuridis dalam undang-undang:


 UU PENCURIAN IKAN
 Sanksi terhadap birokrasi perijinan dan pengawasan serta
aparat penegak hukum dilaut yang dengan sengaja
melakukan pungutan diluar ketentuan atau meloloskan
pelanggar yang belum diatur dengan tegas.
 UU PRAKTIK KEDOKTERAN
 Unsur tindak pidana
Unsur tindak pidana dilihat dari perbuatan. Identifikasi
tindak pidana terdiri dari kulifikasi yuridis dan kualifikasi
keilmuan. Kualifikasi yuridis yaitu penentuan atau
pernyataan yang menegaskan bahwa delik tersebut masuk
kedalam kejahatan atau pelanggaran.Sedangkan kulifikasi
keilmuan yaitu contohnya delik dollus delik culpa,delik
aduan.
Pasal 75 : melakukan praktik kedokteran tanpa
memiliki surat tanda registrasi dalam pasal ini tidak
terdapat kualifikasi yuridis.apakah termasuk kejahatan
atau pelanggaran.Hal itulah yang merupakan
permasalahn yuridis.
 Unsur pertanggungjawaban pidana
Dalam KUHP tidak diatur mengenai aturan atau pedoman
penjatuhan pidana terhadap korporasi. Sehingga apabila
ketentuan pidana dalam Undang - Undang tidak mengatur
sanksi terhadap korporasi.Maka akan tidak jelas siapa yang
akan menjalankan pidananya., apakah rumah sakit atau
dokter ? Dalam ketentuan umum Undang - undang tersebut
dijelaskan tentang pengertian perseorangan atau organi-
sasi.Sedangkan bunyi pasal 75 hanya mengatur denda
terhadap manusia saja,sehingga apabila korporasi
melakukan kewajibannya untuk membayar denda ,maka
kita cari pedoman pemidanaanya di KUHP,yaitu pasal 30.
Hal tersebut sebenarnya bukanlah permasalahan
yuridis.karena dapat di diberlakukan pasala 30
KUHP.Namun masalah yuridisnya adalah terlalu kecilnya
nominal denda yang diatur dalam pasal 30 KUHP.. Serta
terlalu ringannya lama pidana kurungan pengganti denda
jika tidak dibayarkan.Maksimal hanya 6 bulan..
 Unsur pidana dan pemidanaan
Tidak diaturnya pedoman pelaksanaan terhadap minimum
khusus dari pidana penjara.
 UU PORNOGRAFI
 Pasal 1 angka 1, pasal 4 dan pasal 10 dirasa bertentangan
dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat.
 Pasal 1 angka 1 dianggap multifasir dengan beragamnya
budaya di Indonesia.. pasal 4 ayat (1) huruf d dinilai
merugikan hak konstitusional pemohon yang bekerja
sebagai pekerja seni di minahasa. Dan pasal 10
mengandung multifasir.
 UU TPPU
 Belum ditegaskan bahwa TPPU adalah independent
crimes.dan masih terbatasnya pelapor yang disebabkan
belum adanya kewajiban pelapodan bagi pihak yang rentan
untuk menjadi gate keeper.
 Belum diaturnya dengan tegas tentang kewenangan
penyidik TNI jika TPPU dilakukan oleh oknum TNI Karena
dalam pasal 74 disebutkan penyidik TPPU adalah polisi,
jaksa, beacukai, pajak, KPK dan BNN.

Anda mungkin juga menyukai