1. Analisis jalinan system antara ketentuan induk dalam KUHP dengan
perundang-undangan diluar KUHP KUHP berisikan asas-asas hukum pidana yang mengatur batasan- batasan dari penerapan pasal-pasal dari tindak pidana tersebut. Asas yang dimaksud bukan merupakan hukum acara pidana yang mengatur tata cara penegak hukum menjalankan peradilan pidana yang diatur dalam peraturan sendiri. Asas-asas hukum pidana ini terdapat dalam buku I KUHP yang mengikat penerapan pasal-pasal tindak pidana yang tercantum dalam Buku II dan Buku III KUHP dan yang diatur diluar KUHP sepanjang tidak ditentukan lain (Pasal 103 KUHP). Aturan umum pasal 1 sampai pasal 85 bab I sampai bab VIII buku I KUHP yang terkait dalam jalinana system asturan khusus dalam buku II, III dan ketentuan pidana di luar KUHP dapat di identidikasi sebagai berikut; tentang kualifikasi juridis (kejahatan dan pelanggaran), tentang kualifikasi keilmuan (delik aduan), tentang system penentuan volume pidana, tentang pedoman pemidanaan pidana pengganti denda. Implementasi jalinan system antara ketentuan umum dengan ketentuan khusus dalam system pemidanaan substantive di Indonesia saat ini belum ideal, karena masih terabaikannya system pemidanaan dalam ketentuan induknya di KUHP. Hal ini akan sulit ketika RUU KUHP baru tidak disikapi dengan baik.
2. Apakah ketentuan perundang-undangan diluar KUHP boleh menyimpang
dari ketentuan induknya? Dalam konteks akademik, memang sebaiknya hukum pidana memiliki kesatuan asas yang dapat dipraktikkan kepada seluruh aturan hukum pidana. Namun ternyata dalam perkembangan, harus ada aturan khusus yang kemudian menyimpangi atau menegecualikan asas-asas hukum pidana umum karena kebutuhannya yang mengharuskannya demikian. Namun penyimpangan tersebut tetap harus didasari oleh landasan atau pertimbangan yang cukup, tidak semata-mata hanya berdasarkan kehendak pembentuk undang-undang saja. Hukum pidana khusus mempunyai ciri mengatur hukum pidana material dan formal yang berada diluar hukum kodifikasi, dengan memuat norma, sanksi, dan asas hukum yang disusun khusus menyimpang karena kebutuhan masyarakat terhadap hukum pidana yang mengandung, peraturan dari anasir-anasir kejahatan yang konvensional.
3. Pemasalahan yuridis dalam undang-undang:
UU PENCURIAN IKAN Sanksi terhadap birokrasi perijinan dan pengawasan serta aparat penegak hukum dilaut yang dengan sengaja melakukan pungutan diluar ketentuan atau meloloskan pelanggar yang belum diatur dengan tegas. UU PRAKTIK KEDOKTERAN Unsur tindak pidana Unsur tindak pidana dilihat dari perbuatan. Identifikasi tindak pidana terdiri dari kulifikasi yuridis dan kualifikasi keilmuan. Kualifikasi yuridis yaitu penentuan atau pernyataan yang menegaskan bahwa delik tersebut masuk kedalam kejahatan atau pelanggaran.Sedangkan kulifikasi keilmuan yaitu contohnya delik dollus delik culpa,delik aduan. Pasal 75 : melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi dalam pasal ini tidak terdapat kualifikasi yuridis.apakah termasuk kejahatan atau pelanggaran.Hal itulah yang merupakan permasalahn yuridis. Unsur pertanggungjawaban pidana Dalam KUHP tidak diatur mengenai aturan atau pedoman penjatuhan pidana terhadap korporasi. Sehingga apabila ketentuan pidana dalam Undang - Undang tidak mengatur sanksi terhadap korporasi.Maka akan tidak jelas siapa yang akan menjalankan pidananya., apakah rumah sakit atau dokter ? Dalam ketentuan umum Undang - undang tersebut dijelaskan tentang pengertian perseorangan atau organi- sasi.Sedangkan bunyi pasal 75 hanya mengatur denda terhadap manusia saja,sehingga apabila korporasi melakukan kewajibannya untuk membayar denda ,maka kita cari pedoman pemidanaanya di KUHP,yaitu pasal 30. Hal tersebut sebenarnya bukanlah permasalahan yuridis.karena dapat di diberlakukan pasala 30 KUHP.Namun masalah yuridisnya adalah terlalu kecilnya nominal denda yang diatur dalam pasal 30 KUHP.. Serta terlalu ringannya lama pidana kurungan pengganti denda jika tidak dibayarkan.Maksimal hanya 6 bulan.. Unsur pidana dan pemidanaan Tidak diaturnya pedoman pelaksanaan terhadap minimum khusus dari pidana penjara. UU PORNOGRAFI Pasal 1 angka 1, pasal 4 dan pasal 10 dirasa bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Pasal 1 angka 1 dianggap multifasir dengan beragamnya budaya di Indonesia.. pasal 4 ayat (1) huruf d dinilai merugikan hak konstitusional pemohon yang bekerja sebagai pekerja seni di minahasa. Dan pasal 10 mengandung multifasir. UU TPPU Belum ditegaskan bahwa TPPU adalah independent crimes.dan masih terbatasnya pelapor yang disebabkan belum adanya kewajiban pelapodan bagi pihak yang rentan untuk menjadi gate keeper. Belum diaturnya dengan tegas tentang kewenangan penyidik TNI jika TPPU dilakukan oleh oknum TNI Karena dalam pasal 74 disebutkan penyidik TPPU adalah polisi, jaksa, beacukai, pajak, KPK dan BNN.