Anda di halaman 1dari 17

METODE PENAMBANGAN & PEMILIHANNYA

Pembagian Metode Penambangan.

Secara garis besar metode penambangan dikelompokkan menjadi 3, yaitu :

1. Tambang terbuka (surface mining) : adalah metode penambangan yang


segala kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan di atas atau
relatif dekat dengan permukaan bumi, dan tempat kerjanya berhubungan
langsung dengan udara luar.
2. Tambang dalam/tambang bawah tanah (underground mining) : adalah
metode penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas
penambangannya dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat
kerjanya tidak langsung berhubungan dengan udara luar.
3. Tambang bawah air (underwater mining) : adalah metode penambangan
yang kegiatan penggaliannya dilakukan di bawah permukaan air atau
endapan mineral berharganya terletak dibawah permukaan air.

Tambahan

1. Tambang Ditempat (Insitu Mining or Novel Mining).

Pemilihan metode penambangan dilakukan berdasarkan pada keuntungan terbesar


yang akan diperoleh, bukan berdasarkan letak dangkal atau dalamnya suatu
endapan, serta mempunyai perolehan tambang (mining recovery) yang paling
baik.

Dari 4 kelompok besar metode penambang tersebut menurut Hartman, 1987


dibagi-bagi menjadi metode-metode penambangan yang lebih spesifik seperti
pada Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1. Klasifikasi Metode Penambangan, (Hartman, 1987)

SISTEM KELAS METODE BAHAN GALIAN


Konvensional
Mekanis Open pit mining* Metal, non-metal

Aquaeous Quarrying* Non-metal

Opencast mining* Batubara, non-metal


Tambang
Terbuka Auger mining Batubara, metal, non-
metal
Hydraulicking*
Metal, non-metal
Dregding *
Metal, non-metal
Room & Pillar Batubara, non-metal
mining*
Metal, non-metal
Stope & Pillar
mining* Metal, non-metal

Swa-sangga (Self- Underground Metal, non-metal


supported) gloryhole
Metal, non-metal
Gophering
Metal, non-metal
Tambang Shrinkage stoping
Bawah Tanah Sublevel stoping *
Cut & Fill stoping * Metal
Berpenyangga
Stull stoping Metal
buatan (Supported)
Square set stoping Metal
Longwall mining * Batubara, non metal

Ambrukan (Caving) Sublevel caving Metal

Block caving * Metal


Inkonvesional
Penggalian cepat Batuan keras

Automasi, Robotik Semua

Gasifikasi bawah Batubara, batuan lunak


tanah
Hidrokarbon
Novel Retorting bawah
tanah Metal

Tambang samudera Non-batubara

Tambang nuklir Metal, non-metal

Tambang luar bumi


Pemilihan Metode Penambangan

Dalam kegiatan penambangan, aturan utamanya adalah memilih suatu metoda


penambangan yang paling sesuai dengan karakteristik unik (alam, geologi,
lingkungan dan sebagainya) dari endapan mineral yang ditambang di dalam batas
keamanan, teknologi dan ekonomi, untuk mencapai ongkos yang rendah dan
keuntungan yang maksimum. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
tersebut adalah :

1. Karakteristik spasial dari endapan

Factor-faktor ini merupakan faktor penting yang dominan karena umumnya


sangat menentukan dalam pemilihan metode penambangan antara tambang
terbuka dengan tambang bawah tanah, penentuan tingkat produksi, metode
penanganan material, dan bentuk tambang dalam badan bijih. Factor-faktor
tersebut meliputi :

1. Ukuran (dimensi, terutama tinggi dan tebal)


2. Bentuk (tabular, lenticular, massive, irregular)
3. Orientasi (dip/inklinasi)
4. Kedalaman (rata-rata dan nilai ekstrem, yang akan berimbas pada stripping
ratio)

1. Kondisi geologi dan hidrogeologi

Karakteristik geologi, baik dari badan bijih maupun batuan samping, akan
mempengaruhi pemilihan metode penambangan, terutama dalam pemilihan antara
metode selektif dan nonselektif serta pemilihan system penyanggaan pada system
penambangan bawah tanah. Hidrologi berdampak pada kebutuhan akan penyaliran
dan pemompaan, sedangkan aspek mineralogy akan menentukan syarat-syarat
pengolahan.

1. Mineralogi dan petrologi (Sulfida vs Oksida),


2. Komposisi kimia
3. Struktur endapan (lipatan, sesar, ketidakmenerusan, intrusi)
4. Bidang lemah, (kekar, rekahan)
5. Keseragaman, alterasi, erosi (zona dan daerah pembatas)

1. Air tanah dan hidrologi (kemunculan, debit aliran dan muka air)

1. Sifat-sifat geoteknik (mekanika tanah dan mekanika batuan) untuk bijih


dan batuan sekelilingnya. Hal-hal ini akan mempengaruhi pemilihan
peralatan pada system penambangan terbuka dan pemilihan klas metode
dalam system tambang bawah tanah (swasangga, berpenyangga atau
ambrukan)
1. Sifat-sifat fisik yang lain (bobot isi, voids, porositas, permeabilitas,
lengas)
2. Sifat elastik (kekuatan, modulus elastik, nisbah, dan lain-lain)
3. Perilaku elastik atau visko elastik (flow, creep)
4. Keadaan tegangan (tegangan awal, induksi)
5. Konsolidasi, kompaksi dan kompeten (kemampuan bukaan pada
kondisi tanpa penyangga)

1. Konsiderasi ekonomi
Faktor-faktor ini akan mempengaruhi hasil, investasi, aliran kas, masa
pengembalian dan keuntungan. Faktor ini meliputi :

1. Cadangan (tonase dan kadar),


2. Produksi,
3. Umur tambang,
4. Produktivitas,
5. Perbandingan ongkos penambangan untuk metode penambangan yang
cocok
6. Faktor teknologi

Kondisi paling cocok antara kondisi alamiah endapan dan metode penambangan
adalah yang paling diinginkan. Sedangkan metode yang tidak cocok mungkin
tidak banyak pengaruhnya pada saat penambangan, tetapi kemungkinan akan
mempengaruhi pada kegiatan pendukung tambang/terusannya (pengolahan,
peleburan, dll). Yang termasuk dalam faktor teknologi adalah :

1. Perolehan tambang, Dilusi (jumlah waste yang dihasilkan dengan bijih),


2. Ke-fleksibilitas-an metode dengan perubahan kondisi,
3. Selektifitas metode untuk memisahkan bijih dan waste,
4. Konsentrasi atau dispersi pekerjaan,
5. Modal, pekerja dan intensitas mekanisasi

1. Faktor lingkungan

Factor lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa lingkungan fisik saja, tetapi
juga meliputi lingkungan social-politik-ekonomi. Yang termasuk dalam faktor
lingkungan adalah :

Prosedur pemilihan metoda penambangan secara ringkas dapat ditunjukkan


oleh Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Prosedur pemilihan metode penambangan

Metode dan prinsip penambangan yang telah dijelaskan sebelumnya melibatkan


masalah-masalah geomekanika dan operasional. Pengelola industri harus bisa
memilih metode panambangan yang paling tepat untuk cebakan bijih tertentu.
Selain karakteristik badan bijih yang mempengaruhi pemilihan metode
panambangan, karakteristik operasional khusus untuk setiap metode penambangan
secara langsung juga ikut mempengaruhi pemilihan metode penambangan.

Karekteristik operasional tersebut meliputi:

ü Skala penambangan

ü Laju produksi

ü Selektivitas

ü Persyaratan pekerja

ü Keluwesan ekstraksi

Keputusan terakhir dalam pemilihan metode penambangan akan merefleksikan


sifat-sifat mekanik dari badan bijih dan lingkungannya serta hal-hal teknik praktis
lain. Misalnya, non-selective method seperti block caving tidak akan diterapkan
pada cebakan bijih dimana selective recovery diperlukan, walaupun cebakan
tersebut sangat sesuai untuk ditambang dengan metode block caving.

Kadang-kadang muncul permasalahan bahwa pemilihan metode penambangan


dapat menimbulkan beberapa kesulitan teknis. Kesulitan yang timbul adalah
bagaimana menggabungkan bebarapa faktor yang berpengaruh agar bisa
memutuskan metode penambangan yang sesuai untuk suatu cebakan bijih.
Berdasarkan perkembangan filosofi dan sejarah ilmu pertambangan, metode
penambangan dikembangkan untuk dapat mengakomodir dan mengeksploitasi
beberapa kondisi penambangan. Prosedur paling baik yang dapat dikembangkan
dalam pemilihan metode penambangan adalah dengan melibatkan logika berpikir
suatu sistem komputer.

Pemilihan metode panambangan sulit diterapkan bila berhadapan dengan badan


bijih besar yang harus ditambang dengan dua metode panambangan yang berbeda,
misalnya block caving dan open stoping. Block caving akan menjadi metode yang
lebih disukai karena jumlah tenaga kerja yang sedikit, biaya per tonne yang
rendah dan keuntungan-keuntungan teknis lainnya. Prasyarat utama yang harus
dipenuhi adalah bahwa ambrukan dapat diinisiasi pada badan bijih dan merambat
dengan kecepatan konstan melalui badan bijih sebagai broken ore. Kapan
ambrukan dapat diterapkan pada suatu badan bijih ? Jawabannya bukan hal yang
sederhana. Solusi praktis untuk menjawab pertanyaan ini (mengerti tentang
mekanisme ambrukan) dapat ditemukan pada klasifikasi geomekanik yang
dimodifikasi berdasarkan kondisi massa batuan di daerah penambangan.
Tujuan utama dalam pemilihan suatu metode untuk menambang suatu endapan
mineral adalah dalam rangka merancang suatu sistem eksploitasi yang paling
sesuai dengan kondisi sebenarnya. Dalam hal ini pengalaman berperan utama
dalam pengambilan keputusan, yang memerlukan banyak pertimbangan
berdasarkan evaluasi rekayasa. Evaluasi tersebut dilakukan dalam tiga tahap
seperti pada Gambar 3.1, yaitu studi
konseptual, studi rekayasa, dan studi rancangan rinci. Hasilnya ialah sebuah
laporan rekayasa final.

Contoh pedoman untuk penentuan metode penambangan terbuka berdasarkan


kekuatan bijih dan batuan di sekitarnya serta geometri cadangan menurut Hartman
(1987) dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Resume dari tabel tersebut adalah :

1. Tambang terbuka umumnya lebih serba guna, terutama berkaitan dengan


kekuatan bijih dan batuan samping, dip endapan, dan kadar bijih, tetapi
sangat bergantung dengan bentuk dan ukuran endapan, keseragaman kadar
dan kedalaman (keduanya mutlak dan bergantung pada nisbah
kupas/stripping ratio)
2. Penerapan ideal pada endapan yang besar, perlapisan datar (atau massif)
dengan sebaran secara mendatar luas dan tebal dan keterdapatannya dekat
permukaan.
3. Kurang cocok untuk endapan yang kecil, tipis, kadar tidak merata,
kemiringan besar dan posisinya dalam.
4. Penambangan dengan ekstraksi mekanis lebih konvensional, banyak
diterapkan, mudah dalam pelaksanaannya dan fleksibel dalam perubahan
metode penambangan.
5. Penambangan dengan ekstraksi aqueous lebih murah dan cocok untuk
diterapkan pada endapan kecil dengan kadar yang bervariasi, tetapi sangat
terbatas penerapannya pada endapan yang rentan terhadap terhadap air dan
jika pemenuhan kebutuhan air memerlukan biaya yang mahal.

Sedangkan contoh pedoman untuk penentuan metode penambangan bawah tanah


berdasarkan kekuatan bijih dan batuan di sekitarnya serta geometri cadangan
menurut Hartman (1987) dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.2. Pemilihan Metode Penambangan Terbuka Berdasarkan Kekuatan


Bijih Dan Batuan Serta Geometri Cadangan
konseptual, studi rekayasa, dan studi rancangan rinci. Hasilnya ialah sebuah
laporan rekayasa final.

Contoh pedoman untuk penentuan metode penambangan terbuka berdasarkan


kekuatan bijih dan batuan di sekitarnya serta geometri cadangan menurut Hartman
(1987) dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Resume dari tabel tersebut adalah :


1. Tambang terbuka umumnya lebih serba guna, terutama berkaitan dengan
kekuatan bijih dan batuan samping, dip endapan, dan kadar bijih, tetapi
sangat bergantung dengan bentuk dan ukuran endapan, keseragaman kadar
dan kedalaman (keduanya mutlak dan bergantung pada nisbah
kupas/stripping ratio)
2. Penerapan ideal pada endapan yang besar, perlapisan datar (atau massif)
dengan sebaran secara mendatar luas dan tebal dan keterdapatannya dekat
permukaan.
3. Kurang cocok untuk endapan yang kecil, tipis, kadar tidak merata,
kemiringan besar dan posisinya dalam.
4. Penambangan dengan ekstraksi mekanis lebih konvensional, banyak
diterapkan, mudah dalam pelaksanaannya dan fleksibel dalam perubahan
metode penambangan.
5. Penambangan dengan ekstraksi aqueous lebih murah dan cocok untuk
diterapkan pada endapan kecil dengan kadar yang bervariasi, tetapi sangat
terbatas penerapannya pada endapan yang rentan terhadap terhadap air dan
jika pemenuhan kebutuhan air memerlukan biaya yang mahal.
6. Berdasarkan perkembangan filosofi dan sejarah ilmu pertambangan,
metode penambangan dikembangkan untuk dapat mengakomodir dan
mengeksploitasi beberapa kondisi penambangan. Prosedur paling baik
yang dapat dikembangkan dalam pemilihan metode penambangan adalah
dengan melibatkan logika berpikir suatu sistem komputer.Pemilihan
metode panambangan sulit diterapkan bila berhadapan dengan badan bijih
besar yang harus ditambang dengan dua metode panambangan yang
berbeda, misalnya block caving dan open stoping. Block caving akan
menjadi metode yang lebih disukai karena jumlah tenaga kerja yang
sedikit, biaya per tonne yang rendah dan keuntungan-keuntungan teknis
lainnya. Prasyarat utama yang harus dipenuhi adalah bahwa ambrukan
dapat diinisiasi pada badan bijih dan merambat dengan kecepatan konstan
melalui badan bijih sebagai broken ore. Kapan ambrukan dapat diterapkan
pada suatu badan bijih ? Jawabannya bukan hal yang sederhana. Solusi
praktis untuk menjawab pertanyaan ini (mengerti tentang mekanisme
ambrukan) dapat ditemukan pada klasifikasi geomekanik yang
dimodifikasi berdasarkan kondisi massa batuan di daerah penambangan.
7. Tujuan utama dalam pemilihan suatu metode untuk menambang suatu
endapan mineral adalah dalam rangka merancang suatu sistem eksploitasi
yang paling sesuai dengan kondisi sebenarnya. Dalam hal ini pengalaman
berperan utama dalam pengambilan keputusan, yang memerlukan banyak
pertimbangan berdasarkan evaluasi rekayasa. Evaluasi tersebut dilakukan
dalam tiga tahap seperti pada Gambar 3.1, yaitu studi

Tabel 3.2. Pemilihan Metode Penambangan Terbuka Berdasarkan


Kekuatan Bijih Dan Batuan Serta Geometri Cadangan
Kekuatan bijih Klasifikasi Geometri ca Metode
dan batuan sistem penamb dangan Penamba
angan ngan
Bijih : kuat Tabular, datar, Room &
sampai mod tipis, ukuran besar Pillar
erat
Swa – SanggaSelf Tabular, datar, Stope &
– Supported tebal,ukuran besar Pillar
Batuan : Tabular, miring, Shrinkage
kompeten (tidak tipis,ukuran Stoping
runtuh meski sembarang
tidak disangga)
Tabular, miring, Sub-level
tebalukuran besar Stoping
Bijih: Bentuk tak teratur, Cut & Fill
Moderat s miring, tipis, Stoping
ampai lemah ukuran sembarang
Penyangga Tabular, miring, Stull
buatanArtifically tipis, ukuran kecil Stoping
supported
Batuan: Bentuk, kemiringan Square Set
Inkompeten ukuran sembarang, Stoping
(runtuh jika tidak tebal
disangga)
Bijih : Tabular, datar, Longwall
Moderat sa tipis, ukuran besar
mpai lemah
AmbrukanCaving Tabular atau masif, Sub-level
miring, caving
Batuan : cavable Masif, miring, Block
(dapat ambruk) tebal, ukuran besar Caving
Tidak terlepas dari pedoman di atas, terdapat pedoman umum dalam
menentukan apakah akan menggunakan tambang bawah tanah atau tambang
terbuka. Metode tambang bawah tanah diterapkan jika kedalaman endapan,
dan atau nisbah pengupasan (stripping ratio) overburden terhadap bijih (atau
batubara atau mineral berharga lainnnya) menjadi sangat besar untuk
ditambang dengan metode tambang terbuka.

Metode penambangan yang biasa diterapkan didasarkan pada cara


penyanggaan (lihat pada Gambar 3.2). Pada gambar ini ditunjukkan
bagaimana perubahan pada perpindahan dan strain energy di daerah near field.

Laubscher (1977) melakukan penelitian tentang hubungan antara sifat


geomekanik batuan dengan kemudahan caving atau stoping. Pola
pengklasifikasian yang disusun oleh Laubscher menampilkan hasil korelasi
antara kinerja metode penambangan dengan kondisi massa batuan di dalam
serta di sekitar badan bijih asbestos dan emas di Zimbabwe. Pola Laubscher
merupakan pengembangan asli dari teknik klasifikasi geomekanik
lainnya. Penerapan pola Laubscher dalam pemilihan metode panambangan
dan aspek-aspek lain dalam perencanaan dan perancangan tambang telah
dijabarkan oleh Laubscher (1981) seperti ditunjukkan pada Tabel 3-4.

Klasifikasi Laubscher memberikan perkiraan kuantitatif atau indeks sifat


massa batuan (angka dalam interval 0-100) yang digunakan untuk menentukan
urutan kelas (1-5). Setiap kelas berada pada interval indeks 20. Kelas 1
massa batuan diartikan kondisi insitu material dengan kekuatan tinggi,
frekuensi kekar yang kecil, kuat gesar kekar yang tinggi, dan tekanan air yang
rendah. Berdasarkan uraian ringkas tentang mekanisme ambrukan yang
diberikan pada bagian awal, jelas bahwa massa batuan dengan urutan kelas
yang tinggi tersusun oleh kekar yang banyak dan bersifat getas, akan sangat
sesuai bila dilakukan ambrukan.

Penyelidikan Laubscher dapat menerangkan hubungan langsung antara nomer


kelas dengan faktor kinerja, misalnya kecenderungan massa batuan untuk
menahan ambrukan (seperti cavability), ukuran butiran bijih, keperluan
secondary blasting pada drawpoint (yang mempunyai hubungan terbalik
dengan fragmentasi alami) dan kebutuhan dimensi undercut untuk
menginisiasi ambrukan. Parameter terakhir dijelaskan sebagai jari-jari
hidraulik ekivalen, misalnya perbandingan luas undercut terhadap keliling
undercut untuk menghitung geometri penggalian.

Interpretasi data pada Tabel 3-4 menunjukkan bahwa untuk kelas geomekanik
3-5 lebih baik menerapkan metode penambangan ambrukan. Untuk kelas 1
dan 2, metode penambangan open stope akan lebih baik diterapkan. Sebagai
tambahan, Tabel 3-1 tidak selamanya harus dijadikan patokan, karena dapat
juga memperhitungkan kondisi lainnya. Misalnya untuk kelas geomekanik III-
3, penerapan ambrukan dapat dilakukan dengan memperhitungan orientasi
kekar dan pengaruhnya terhadap ambrukan. Kendorski (1978) menyebutkan
perlu adanya critical factor dalam mengaplikasikan ambrukan pada badan bijih
bila terdapat kekar sub-horisontal.

Informasi pada Tabel 3-4 untuk ukuran undercut akan sangat berguna dalam
memperkirakan tata latak ambrukan. Misalnya untuk panel ambrukan dengan
penggalian undercut segiempat, dan kelas massa batuan 4, rata-rata jari-jari
ekivalen yang disarankan adalah 14 m dengan dimensi undercut 56
m. Perhitungan dimensi undercut harus dilengkapi dengan analisis detail
kondisi spesifik massa batuan, misalnya kondisi tegangan insitu dan
kekuatan massa batuan. Bagaimanapun bagusnya klasifikasi geomekanik
tersebut, hal tersebut diperoleh berdasarkan pengalaman, sehingga masih
diperbolehkan keputusan-keputusan lain dalam aplikasinya.

Tabel 3-4. Unjuk kerja ambrukan untuk berbagai kelas geomekanik dari
massa batuan (Laubscher, 1981).

Kelas 1 2 3 4 5
geomekanik
Cavability Tidak Buruk Sedang Baik Sangat
terjadi baik
Ukuran fragmen – Besar Sedang Kecil Sangat
kecil
Secondary – Tinggi Medium Kecil sangat
blasting kecil
Dimensi – 30 30 – 20 20 – 8 8
undercut (m)*

* Jari-jari hidraulik ekivalen

3.3. TAMBANG TERBUKA ATAU TAMBANG BAWAH TANAH

Operasi penambangan meliputi : pemboran dan peledakan yang dilakukan


untuk memecah batuan, pemuatan dan pengangkutan, atau dapat juga
ditambahkan proses peremukan bijih untuk menghasilkan ukuran yang
sesuai. Operasi tersebut dapat diterapkan pada tambang bawah tanah, open
pit, atau penambangan di laut. Operasi yang sama juga dilakukan pada
berbagai pekerjaan konstruksi, misalnya pembuatan jalan, PLTA,
dll. Sebelum sampai pada analisis ekonomi yang sangat mempengaruhi
pemilihan tambang bawah tanah atau open pit dan pada kondisi bagaimana
harus dilakukan perubahan dari open pit ke tambang bawah tanah atau
sebaliknya, sangat menarik bila dipertimbangkan beberapa faktor-faktor
umum.

3.3.1. Tambang Terbuka vs Tambang Bawah Tanah

3.3.1.1. Produksi
Tabel 3-5 menunjukkan jumlah material yang ditangani pada penambangan
open pit dan tambang bawah tanah di tahun 1973. Di dunia barat, industri
pertambangan dapat menangani material sebanyak 3 milyar ton bijih/ tahun.

Metode penambangan bervariasi sesuai dengan jenis logamnya. Bijih besi


dan tembaga lebih sering ditambang dengan metode open pit. Untuk emas,
nikel, timbal, dan seng lebih sering ditambang dengan metode bawah tanah.

Tabel 3-5. Jumlah material yang dipindahkan selama penambangan dan


pekerjaan konstruksi tahun 1973 (Committee for Mineral Policy, 1978)

106 m3 %
Penambangan 1550 41

Terbuka 620 17

Bawah tanah
Pekerjaan konstruksi 1450 39

Terbuka 130 3

Bawah tanah
3750 100

Jumlah penambangan bijih dengan open pit bervariasi untuk setiap


negara. Di USA sekitar 85% penambangan bijih logam dilakukan melalui
open pit tetapi untuk negara Swedia hanya 30%.

Tabel 3-6 memperlihatkan jumlah penambangan open pit dan bawah tanah di
dunia barat yang menghasilkan 150.000 ton bijih/ tahun (tidak termasuk
tambang batubara). Tabel 3-5 dapat mewakili 90% produksi tambang di
seluruh belahan dunia yang meningkat dari 1.900 juta sampai 3-500 juta ton
per tahun selama periode 1968-1977.

Tabel 3-6 menunjukkan bahwa produksi tambang meningkat bukan karena


peningkatan jumlah industri pertambangan, tetapi lebih dikarenakan
perluasan daerah penambangan. Jumlah industri pertambangan besar
meningkat, dan selama periode waktu yang sama, jumlah tambang kecil dan
medium meningkat dengan konstan atau sebaliknya menurun menjadi semakin
kecil.

3.3.1.2. Perkembangan Produksi

Perkembangan teknis yang cepat selama beberapa dekade terakhir


menghasilkan peningkatan produktivitas yang tinggi. Produktivitas
menunjukkan peningkatan yang lebih besar pada tambang-tambang besar
dibandingkan tambang-tambang kecil serta lebih tinggi diperoleh dari
tambang terbuka daripada tambang bawah tanah. Pada tambang terbuka
hanya terdapat sedikit pembatasan untuk bisa mempergunakan mesin-mesin
dengan kapasitas yang besar, berbeda dengan tambang bawah tanah yang
dibatasi oleh ruang kerja yang sempit.

Pada studi perbandingan antara tambang terbuka di USA dengan tambang


bawah tanah di Swedia yang telah dilakukan beberapa memperlihatkan bahwa
produksi tambang terbuka per tambang secara berkala lebih menunjukkan
peningkatan dibandingkan tambang bawah tanah, tetapi prosentase
peningkatan lebih besar terjadi pada tambang bawah tanah. Sejak awal abad
masehi, untuk tambang terbuka produktivitas meningkat sebanyak 250% dan
untuk tambang bawah tanah 350%, dan produktivitas mulai meningkat akhir-
akhir ini pada tambang bawah tanah besar dibandingkan tambang bawah tanah
kecil.

TAMBANG TERBUKA
Salah satu teknik penambang yang terkenal yaitu teknik tambang terbuka. Dan
untuk kali ini kita akan mebahas mengenai tambang terbuka untuk mengenal
pertambangan lebih dekat. karena ada pepatah mengatakan “tak kenal maka
tak sayang”.

Ayo kita mulai…

Tambang tebuka atau sering disebut juga surface mining adalah adalah metode
penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan
di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi, dan tempat kerjanya
berhubungan langsung dengan udara luar. Untuk mencapai badan bijih yang
umumnya terletak di kedalaman, diperlukan pengupasan tanah/batuan penutup
(waste rock) dalam jumlah yang besar. Tujuan utama dari operasi
penambangan adalah menambang dengan biaya serendah mungkin sehingga
dicapai keuntungan yang maksimal.
Berikut ini beberapa metoda tambang terbuka :

1. Open Pit
Open Pit adalah suatu metoda penambangan untuk endapan bahan galian
dengan cara memindahakn tanah penutupnya dan menggali bahan galian
tersebut sehingga menimbulkan pit atau sumur terbuka.

2. Strip Mine (Berlapis)


Strip Mine adalah suatu metoda tambang terbuka untuk endapan bahan galian
yang letaknya mendatar. Strip mine biasanya diterapkan untuk endapan
batubara ataupun endapan lain yang letaknya relative mendatar.

3. Quarry
Quarry adalah Metoda tambang yang diterapkan untuk penambangan terbuka
bahan galian C, contoh endapan pasir di perbukitan, tanah liat, batu kapur dan
andesit.
4.Tambang Semprot
Ini adalah salah satu metoda penambangan terbuka dengan menggunakan
pompa ( yang dilengkapi monitor ) untuk menyemprot bahan galian dan
memindahkannya ke tempat pengolahan.

5. Auger Mining
Auger Mining adalah Suatu sistem penambangan terbuka dengan
menggunakan alat yaitu auger. Alat ini berupa spiral panjang yang dapat
berputar secara horizontal atau sedikit miring sehingga bahan galian dapat
digali dan dikeluarkan.

6. Tambang Alluvial

Suatu metoda tambang terbuka yang bahan galian berasal dari endapan
alliuvial. Endapan bahan galian yang dapat ditambang secara tambang alluvial
ini yaitu pasir batu, kerikil, pasir besi, emas, timah dan batu mulia.
8.

Anda mungkin juga menyukai