Anda di halaman 1dari 53

TATA TULIS & SEMINAR

PERBEDAAN ARTIKEL, MAKALAH, LAPORAN PENELITIAN

Dosen Pengampuh:

Fani Keprila Prima, S. Pd.,M.Pd. T

Selasa ,07.51 – 09.40

DISUSUN OLEH:

Putra Jonita Pratama

(19323016)

TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGRI PADANG

2021
A. Perbedaan Artikel, Makalah, Laporan Penelitian 

Artikel, makalah, dan laporan peneltian merupakan jenis jenis dari karya ilmiah. Dari
beberapa jenis tersebut terdapat beberapa perbedaan, yaitu :

Laporan
Aspek Artikel Makalah
Penelitian

Bahan Hasil penelitian, Data-data empiris (fakta Data pustaka,


nonpenelitian di lapangan), kajian lapangan,
teori laboratorium
Jenis Primer dan Deduktif, induktif atau Kuantitatif, kualitatif
sekunder campuran
Teknik Penulisan bab Penulisan bab tanpa Penulisan bab
Penulisan tanpa angka dan angka dan abjad dengan angka
abjad romawi/abjad
Kualitatif Membahas materi Materi yang di dapatkan Membahas materi
yang luas dan tidak banyak yang lebih spesifik
bermacam macam
Persyaratan Wajib memiliki Tidak harus memenuhi Tidak harus
administratif IISN,diterbitkan persyaratan memenuhi
secara teratur,dll administratif persyaratan
administratif

Waktu terbit Wajib terbit pada Hanya terbit satu kali Hanya terbit satu kali
rentang waktu
tertentu

Bentuk Publikasi untuk Publikasi yang terbatas Publikasi yang


publikasi umum terbatas
B. Artikel Ilmiah

Artikel ilmiah merupakan tulisan yang ilmiah dapat berbentuk artikel ulasan (review article)
maupun artikel penelitian (research article) dari laporan hasil penelitian yang ditulis kembali oleh
para penulisnya untuk dipublikasikan dalam jurnal bereputasi.

Definisi lain dari artikel ilmiah yaitu, karya tulis yang isinya dapat berupa laporan yang
tersusun secara sistematis dan bisa berupa hasil studi / hasil penelitian yang disajikan kepada
komunitas ilmiah tertentu.

Tujuan penulisan karya ilmiah adalah bertujuan mengkomunikasikan hasil penelitian dan
kontribusi untuk fefleksi, ulasan dan diskulis lisan dan tertulis. Khalayak ini dapat dipahami sebagai
siswa, guru, peneliti dan ilmuwan

Ciri-ciri Artikel Ilmiah


Berikut ini ciri-ciri artikel ilmiah:

1. Struktur sajiannya sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti
(pokok pembahasan), dan bagian penutup. 
2. Komponen dan substansi. Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun
semua tulisan mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. karya yang
dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
3. Sikap penulisnya adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa
impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang
pertama atau kedua.
4. Penggunaan Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin
dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Contoh dari karya ilmiah artikel ilmiah yaitu :


ARTIKEL ILMIAH
PENGARUH FAKTOR UMUR TERHADAP PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON NORMAL,
BETON MUTU TINGGI DAN BETON RINGAN

The Influence Of Age To Compressive Strength of Normal, High And Low Strength Of
Concrete

Tugas Akhir
Untuk memenuhi persyaratan

Mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil

Oleh :

Riko Fachri Afriandi


F1A 014 119

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2018
Artikel Ilmiah

PENGARUH FAKTOR UMUR TERHADAP PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON NORMAL,


BETON MUTU TINGGI DAN BETON RINGAN
Oleh:
Riko Fachri Afriandi

F1A 014 119

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

1. Pembimbing Utama

Ni Nyoman Xencanawati, ST., MT., Ph.D. NIP : Tanggal : IN November 2018


19760804 200003 2 001

2. Pembimbing Pendamping

I Nyoman Merdana, ST., MT.


NIP :19680913 199703 1 001 Tanggal : ($ November 2018

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Sipil

’”Fakultas Teknik

•.",I « *.' Universitas Mataram

0 19980 1 001
Artikel Ilmiah

PENGARUH FAKTOR UMUR TERHADAP PERBANDINGAN XUAT TEKAN BETON NORMAL,


BETON MUTU TINGGI DAN BETON RINGAN

O|eh:

RIKO FACHRI AFRIANDI


( F1A 014 119 )

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji


Pada tanggal 10 November 2018

dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan

Tim Penguji

Penguji I

Su arid T. Tanggal : IQ November 2018


NIP : 196708 199412 1 001

2. Penguji

Tanggal : |g November 2018


Dr. Siti N r Rahmah A, ST., MT NIP :
19720201 199803 2 001

3. Penguji III

Tanggal : ( November 2018


Harivadi, ST., MSc(En,q). Ph.D. NIP :
19731027 199802 1 001

Mataram, ,November 2018


ekan ku as eg

t’a

Akmaluddi Sc En Ph.D.
NIP : 19681231 199412 1 001
PENGARUH FAKTOR UMUR TERHADAP PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON NORMAL,
BETON MUTU TINGGI DAN BETON RINGAN

The Influence of Age to Compressive Strength of Normal, High Strength And Lightweight
Strength

Riko Fachri Afriandi1, Ni Nyoman Kencanawati2, I Nyoman Merdana3


JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK

Pembangunan dalam bidang konsturksi akan terus meningkat, baik itu berupa perumahan
maupun non perumahan. Bahan bangunan yang sering digunakan saat ini adalah beton. Beton adalah
campuran antara semen Portland, agregat kasar, agregat halus air, dan terkadang ditambahkan
dengan bahan kimia maupun non kimia dengan perbandingan tertentu. Dalam perkembangannya,
beton telah banyak dimodifikasi beberapa diantaranya adalah beton mutu tinggi dan beton ringan.
Berdasarkan SNI 03-2834-2000, tercantum tentang kuat tekan beton akan semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya umur beton.

Dalam penelitian ini, akan dibuat 3 jenis beton, yakni beton normal, beton mutu tinggi dan
beton ringan yang akan diuji dalam beberapa variasi hari. Beton mutu tinggi menggunakan bahan
tambah berupa silikafume dan superplaticizer, sedangkan untuk beton ringan menggunakan batu apung
sebagai agregat kasarnya. Benda uji akan dirawat dan diuji sesuai dengan umur beton, yaitu pada umur
3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari, dan 56 hari. Benda uji yang digunakan berupa silinder dengan
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat tekan beton meningkat seiring dengan
bertambahnya umur beton. Nilai kuat tekan pada beton normal umur 33 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28
hari, dan 56 hari berturut-turut sebesar 19,72MPa, 22,84MPa, 26,80MPa, 29,44MPa, 32,65MPa, dan
33,88 MPa. Sedangkan untuk beton mutu tinggi memiliki kuat tekan berturut- turut sebesar 45,20MPa,
50,58MPa, 54,54MPa, 57,56MPa, 62,28MPa, dan 65,30 MPa. Dan untuk beton ringan memiliki kuat
tekan berturut-turut sebesar 8,49MPa, 10,29MPa, 13,40MPa, 15,85MPa, 17,74MPa, dan 18,59MPa.

Kata Kunci : Faktor Umur, Kuat Tekan, Beton Normal, Beton Mutu Tinggi, Beton Ringan,
Silikafume, Superplasticizer

1
Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Mataram
2
Dosen Pembimbing Utama
3
Dosen Pembimbing Pendamping
PENDAHULUAN lebih ekonomis sedangkan beton mutu tinggi
memiliki kuat tekan yang lebih tinggi jika
Salah satu bahan bangunan yang dibandingkan dengan beton normal pada
banyak digunakan adalah beton. Beton umumnya karena menggunakan bahan tambah
banyak digunakan karena memiliki bebrapa pada saat pencampuran beton dengan
kelebihan, salah satu diantaranya adalah perbandingan tertentu.
memiliki kuat tekan yang cukup tinggi. Dalam hal perkembangan kuat tekan,
Beton merupakan bahan campuran dari berdasarkan SNI 03-6805-2002 dinyatakan
agregat kasar dan agregat halus, semen bahwa perbandingan umur beton dengan kuat
dan air dengan perbandingan tertentu. tekan beton adalah berbanding lurus. Dimana
Perkembangan teknologi membuat semakin panjang umur beton maka kuat tekan
banyak ditemukannya beton dengan beton akan semakin meningkat dan sebaliknya
modifikasi yang beragam, seperti beton semakin pendek umur beton maka semakin kecil
ringan dan beton mutu tinggi. Beton ringan pula kuat tekannya. Telah ada konversi umur
memiliki berat yang ringan serta harga yang beton pada PBI 1971 N.I.-2 yaitu 3 hari, 7 hari,
14 hari, 21
kurang dari 20 MPa, beton mutu sedang
hari, 28 hari, 90 hari dan 365 hari, namun
dengan kuat tekan berkisar antara 21 MPa-
kuat tekan yag tercantum disana hanyalah
40 MPa, dan beton mutu tinggi dengan kuat
untuk beton normal saja, sedangkan untuk
tekan lebih dari 41 MPa (SNI 03-2847-
beton mutu tinggi dan beton ringan belum
2002).
ada.
Beton normal adalah beton yang
TINJAUAN PUSTAKA menggunakan agregat pasir sebagai
agregat halus dan split sebagai agregat
Kekuatan beton akan naik secara kasar sehingga mempunya berat jenis
linier sampai umur 28 hari, tetapi setelah itu beton antara 2200kg/m3-2400kg/m3 dengan
kenaikannya akan kecil. Laju kenaikan kuat tekan berkisar antara 15MPa-40MPa
umur beton sangat tergantung dari (Ali, 2014).
penggunaan bahan penyusunnya terutama Beton ringan adalah beton yang
pada penggunaan bahan semen karena memiliki berat jenis lebih ringan jika
semen cenderung secara langsung dibandingkan dengan beton normal,
memperbaiki kinerja tekanannya (Ali, 2014). mengandung agregat ringan dan berat
Beton adalah campuran semen volume setimbang, sebagaimana ditetapkan
Portland atau semen hidrolis lainnya, oleh ASTM C567, antara 1140kg/m3 dan
agregat halus, agregat kasar, dan air 1840 kg/m3. Beton ringan dapat digunakan
dengan atau menambahkan bahan pada bangunan yang tinggi karena secara
campuran lainnya. Jenis beton berdasarkan signifikan mengurangi berat sendiri
berat satuan dibagi menajdi tiga, yaitu bangunan, yang selanjutnya berdampak
beton ringan dengan berat satuan kurang pada perhitungan pondasi (SNI 2847:2013).
dari atau sama dengan 1900 kg/m3, beton Beton mutu tinggi adalah beton yang
normal dengan berat satuan 2200 kg/m3- memiliki kuat tekan yang lebih tinggi jika
2500 kg/m3, dan beton berat dengan berat dibandingkan dengan beton normal.
satuan lebih dari 2500 kg/m3. Jenis beton Menurut PD T-04-2004-C yang tergolong
menurut kuat tekan dibagi menjadi tiga, beton mutu tinggi adalah beton yang
yaitu beton mutu rendah dengan kuat tekan memiliki kuat tekan antara 40-80 MPa.
Beton mutu tinggi yang tercantum dalam
SNI 03-6468-2000 didefinisikan sebagai
beton yang mempunyai kuat tekan yang
disyaratkan lebih besar atau sama dengan
41,1MPa (R.Miranty, 2014). Penggunaan
bahan yang memenuhi syarat merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
dalam pembuatan beton mutu tinggi, salah
satunya adalah bahan tambah (admixture)
(Almufid, 2015).
Bahan tambah (admixture) adalah
bahan-bahan yang ditambahkan kedalam
campuran beton pada saat atau selama
pencampuran berlangsung. Fungsi dari
bahan tambah adalah mengubah sifat-sifat
dari beton agar menjadi lebih cocok dengan
pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat
biaya (Mulyono, 2004). Secara umum
bahan tambah dibagi menjadi dua, yaitu
bahan tambah yang bersifat mineral
(additive) dan kimiawi (chemical admixture)
(Zai, 2014). Bahan tambah yang sering
digunakan adalah superplasticizer dan
silicafume.
Penambahan superplasticizer dan
silicafume memiliki fungsi yang berbeda dimana
superplasticizer berfungsi untuk meningkatkan
workability dan mengurangi fas yang juga dapat
mengikatkan kuat tekan beton karena porositas
akan berkurang.

Sedangkan silicafume berfungsi untuk beton terhadap sifat sulfat dan klorida, serta
meningkatkan kekdapan beton terhadap meningkatkan keawetan beton (Almufid, 2015).
penetrasi air, meningkatkan ketahanan
DASAR TEORI

Beton

Beton merupakan material yang (sumber: PBI N.I.-2, 1979:34)


menyerupai batu yang diperoleh dengan Dalam SNI 03-2834-2000 juga
cara membuat suatu campuran. Campuran terdapat table yang menyatakan kekuatan
tersebut diperoleh dengan cara beton dengan berbagai macam jenis semen
mencampurkan semen Portland, air, yang tercantum dalam table 2.2 berikut.
agregat kasar, agregat halus dan bahan
tambah yang sangat bervariasi mulai dari Tabel 2 Perkiraan kuat tekan (MPa) beton
bahan kimia tambahan, serat sampai bahan dengan faktor air semen, dan agregat kasar
bangunan non kimia dengan perbandingan yang biasa dipakai di Indonesia
tertentu (Sumarjono, 2010).
Pada umumnya beton mengandung
rongga udara sekitar 1%-2%, pasta semen
(semen dan air) sekitar 25%-40% dan
agregat (agregat halus dan agregat kasar)
sekitar 60-75%. Untuk mendapatkan
kekuatan yang baik, sifat dan karakteristik
dari masing-masing bahan penyusun beton
tersebut perlu dipelajari (Mulyono, 2004).
Menurut Mc.Cormac, 2004 bahwa
beton memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan jika dibandingkan dengan (Sumber: SNI-03-2834-2000:4)
bahan konstruksi lain, beberapa Dalam PBI 1971 N.I.-2 menjelaskan
kelebihannya antara lain memiliki kuat tentang perbandingan kekuatan tekan beton
tekan yang tinggi, tahan terhadap air dan pada umur beton tertentu dan SNI 03-2834-
api, dan beton mudah untuk dibentuk. 2000 menjelaskan tentang perkiraan
Sedangkan kekurangannya salah satunya mengenai kuat tekan beton normal dengan
adalah memiliki kuat tarik yang rendah. faktor umur tertentu, namun dalam PBI
1971 N.I.-2 maupun SNI 03-2834-2000
Faktor Umur tidak mencantumkan kuat tekan beton mutu
tinggi dan beton ringan terhadap faktor
Kuat tekan beton akan semakin
umur tertentu.
bertambah tinggi dengan bertambahnya
umur beton. Yang dimaksudkan disini Beton Normal
adalah sejak beton mulai dicetak, laju
kenaikan kuat tekan beton mula-mula Beton normal adalah beton yang
cepat, namun seiring berjalannya waktu, mempunyai berat isi 2200-2500kg/m3
laju kenaikannya melambat. Sehingga menggunakan agregat alam yang dipecah
sebagai standar kuat tekan beton adalah ataupun tidak dipecah yagn menggunakan
kuat tekan beton pada umur 28 hari (Johan bahan tambah sesuai dengan SNI 03-2834-
Oberlyn Simanjuntak, 2015). 2000.
Dalam PBI N.I.-2 telah tercantum Kuat tekan beton yang disyaratkan f’c
mengenai perbandingan kekuatan tekan adalah kuat tekan beton yang ditetapkan
beton normal pada umur beton tertentu oleh perencanaan struktur (benda uji
yang tercantum dalam Tabel 1 berikut: berbentuk silinder diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm), dipakai dalam perencanaan
Tabel 1 Perbandingan kuat tekan struktur beton, dinyatakan dalam mega
pada berbagai umur paskal (MPa) dengan kuat tekan berkisar
antara 15-40 MPa (Ali, 2014).
Beton Mutu Tinggi
Sesuai dengan perkembangan
teknologi beton yang demikian pesat,
ternyata kriteria beton tinggi juga berubah
sesuai dengan perkembangan jaman dan
kemajuan tingkat mutu yang berhasil
dicapai. Pada tahun 1950an, beton
dikategorikan mempunyai mutu tinggi jika mutu tinggi jika kekuatan tekannya diatas 50
kekuatan tekannya 30 MPa. Tahun 1960- MPa dan diatas 80 MPa adalah beton mutu
1970an, kriterianya naik menjadi 40 MPa. sangat tinggi (Supartono dalam Mulyono, 2004).
Saat ini beton dikatakan sebagai beton
Beton Ringan
Beton ringan merupakan beton yang
diperhatikan/dipelajari secara baik
dibuat dengan bobot yang lebih ringan jika
(Tjokrodimuljo, 1996).
dibandingkan dengan bobot beton normal.
Agregat yang digunakan untuk b. Agregat
memproduksi beton ringan pun merupakan
agregat ringan juga, Agregat yang 1. Agregat Normal
digunakan umumnya merupakan hasil dari
Agregat normal dihasilkan dari
pembakaran shale, lempung, slates, residu
pemecahan batuan dengan querry atau
slag, residu batu bara dan banyak lagi hasil
langsung dari sumber alam. Agregat ini
pembakaran vulkanik.
biasanya berasal dari granit, basalt,
Beton ringan memiliki berat jenis
kuarsa, dan sebagainya. Berat jenis rata-
agregat ringan sekitar 1900 kg/m3 atau
ratanya adalah 2.5-2.7 atau tidak boleh
berdasarkan kepentingan penggunaan
kurang dari 1.2 kg/dm3. Beton yang
strukturnya berkisar antara 1440 kg/m3-
dibuat dengan agregat normal adalah
1850 kg/m3, dengan kekuatan tekan umur
beton normal, yaitu beton yang
28hari lebih besar dari 17,2 MPa (Ali, 2014).
mempunyai berat isi 2.200-2500 kg/dm3
Material Penyusun Beton (Mulyono, 2004).
Agregat normal dibagi menjadi
a. Semen dua bagian berdasarkan ukurannya,
yaitu agregat halus dan agregat kasar.
Semen merupakan serbuk yang halus Agregat halus adalah pasir alami
yang digunakan sebagai perekat antara sebagai disintegrasi alami batuan atau
agregat kasar dan agregat halus. Apabila pasir yang dihasilkan oleh industri
bubuk halus ini dicampur dengan air, maka pemecah batu dan mempunyai ukuran
selang beberapa menit akan menjadi keras butiran terbesar 5mm. Sedangkan
dan dapat digunakan sebagai pengikat agregat kasar adalah kerikil sebagai
hidrolis. Semen merupakan bahan ikat yang hasil disintegrasi alami dari batuan atau
penting dan banyak digunakan dalam berupa batu pecah yang diperoleh dari
pembangunan fisik disektor konstruksi sipil. industry pemecah batu dan mempunyai
Jika ditambah air, semen akan menjadi ukuran butiran antara 5mm - 40mm.
pasta semen. Jika ditambah agregat halus,
pasta semen akan menjadi mortar yang jika
2. Agregat Ringan
digabungkan dengan agregat kasar akan
menjadi beton keras (concrete). Semen
Agregat ringan digunakan untuk
bersama air sebagai kelompok aktif
menghasilkan beton yang ringan dalam
sedangkan pasir dan kerikil sebagai
sebuah bangunan yang
kelompok pasif yang berfungsi sebagai
memperhitungkan berat dirinya. Agregat
pengisi (Mulyono, 2004).
ringan digunakan dalam beramcam
Fungsi semen adalah untuk bereaksi
produk beton, misalnya bahan-bahan
dengan air menjadi pasta semen. Pasta
untuk isolasi atau bahan untuk pra-
semen berfungsi untuk melekatkan butir-
tekan. Agregat ini paling banyak
butir agregat menjadi suatu kesatuan
digunakan untuk beton pra-cetak. Beton
massa yang kompak/padat. Selain itu pasta
yang dibuat dengan agregat ringan
semen mengisi rongga-rongga antara butir-
mempunya sifat tahan api yang baik.
butir agregat. Walaupun volume semen
Kelemahannya adalah ukuran pori pada
hanya kira-kira 10% saja dari volume beton,
beton yang dibuat agregat ini besar
namun karena merupakan bahan perekat
sehingga penyerapannya besar pula.
yang aktif dan mempunya harga mahal
Jika tidak diperhatikan, hal ini akan
daripada bahan dasar beton yang lain perlu
menyebabkan beton yang dihasilakan
menjadi kurang baik kualitasnya
(Mulyono, 2004).
c. Air
Faktor air sangat berpengaruh dalam
pembuatan beton, karena air diperlukan
pada pembuatan beton untuk memicu
proses kimiawi semen, membasahi agregat
dan memberikan kemudahan dalam
pekerjaan beton. Air yang dapat diminum
umunya dapat digunakan sebagai bahan dipakai dalam campuran akan menurunkan
campuran beton. Air yang mengandung kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-
senyawa berbahaya, yang tercemar garam, sifat beton yang dihasilkan (T.Mulyono, 2004).
minyak, gula atau bahan kimia lainnya, bila Selain itu, kelebihan air dapat menyebabkan
bleeding, yaitu air bersama- sama semen
maka beton tersebut akan kental dan
akan bergerak keatas permukaan beton
semakin sulit untuk dikerjakan.
segar yang baru saja dituang. Hal ini akan
Pengujian ini menggunakan cetakan
menyebabkan kurangnya lekatan antara
yang berbentuk kerucut terpancung seperti
lapisan-lapisan beton yang mengakibatkan
pada gambar berikut
kuat tekan beton menjadi lemah.
d. Silicafume
Silica fume merupakan material yang
mengandung kadar SiO2 yang tinggi,
sehinga jika ditinjau dari sifat mekaniknya,
silica fume mengisi rongga diantara bahan
semen. Pengisian rongga-rongga dalam
beton ini berdampak pada peningkatan kuat
tekan beton secara signifikan. Penggunaan
silica fume dalam beton akan memberikan
dampak peningkatan kuat tekan beton jauh
lebih besar jika dibandingkan dengan fly
ash (Afif, 2013).
e. Superplasticizer
Superplasticizier adalah bahan
tambah kimia yang melarutkan gumpalan-
gumpalan dengan cara melapisi pasta
semen sehingga dapat tersebar dengan
merata pada adukan beton dan mempunyai
pengaruh dalam meningkatkan workability
beton sampai pada tingkat yang cukup
besar. Bahan ini digunakan dalam jumlah Gambar 1 Cetakan uji slump
yang relative sedikit karena sangat mudah
mengakibatkan terjadinya bleeding. Perawatan Beton
Superplasticizier dapat mereduksi air
sampai 40% dari campuran awal (Fandhi, Perawatan beton dilakukan setelah
2009). beton mengeras agar proses hidarsi
selanjutnya tidak mengalami gangguan.
Kemudahan Pekerjaan Kelembaban beton harus dijaga agar beton
Indikator kemudahan (workability) tidak mengalami keretakan karena proses
dalam pengerjaan ini dapat dilihat dari nilai kehilangan air yang begitu cepat. Jika hal
slump beton. Tujuan pegujian beton segar ini terjadi, beton akan mengalami keretakan
lainnya adalah untuk melihat apakah terjadi karena kehilangan air yang begitu cepat.
bleeding atau tidak (Mulyono, 2004). Beton Perawatan dilakukan minimal selama 7
dengan nilai slump < 15mm mungkin tidak (tujuh) hari dan beton berkekuatan awal
cukup plastis dan beton yang slump nya > tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta
230mm mungkin tidak cukup kohesif untuk harus dipertahankan dalam kondisi lembab,
pengujian ini yang artinya semakin besar kecuali dilakukan dengan perawatan yang
nilai slump beton maka semakin encer dan dipercepat (Mulyono, 2004).
semakin mudah untuk dikerjakan, Kuat Tekan Beton
sebaliknya semakin kecil nilai slump beton
Kuat tekan beban beton adalah
kemampuan beton dalam menahan
besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila
dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang
dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat tekan
beton mengidentifikasi mutu dari sebuah
struktur karena semakin tinggi tingkat
kekuatan struktur yang dikehendaki maka
semakin tinggi pula mutu beton yang harus
dihasilkan (Mulyono, 2004).
Kuat tekan beton dinotasikan dengan
f’c yaitu tegangan tekan maksimum yang
didaptkan melalui pengujian dalam tata cara
standar menggunakan alat uji CTM
(Compression Testing Machine) yang masing setiap benda uji (P) dibagi dengan
memberikan beban bertahap dengan luas permukaan benda uji yang ditekan (A),
kecepatan peningkatan beban tertentu sehingga diperoleh kuat tekan beton
pada benda uji silinder sampai hancur. maksimum. Pengukuran kuat tekan beton
Beban yang mampu ditahan masing- (Compressive Strength) dapat diukur
dengan persamaan berikut (SNI 03-1974- Laboratorium Fakultas Teknik Universitas
1990): Mataram. Akan tetapi pengujian terhadap air
𝑃................................. tidak dilakukan karena secara visual air
f'c = (2.1)

𝐴
Keterangan :
f’c = kuat tekan beton (MPa)
P = beban maksimum (N)
A = luas penampang benda uji (mm2)

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Struktur dan Bahan Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Mataram
Bahan Penelitian
1. Semen Portland tipe I merk tiga roda
kemasan 50kg.
2. Agregat halus (pasir)
3. Agregat kasar (batu pecah/kerikil)
4. Agregat ringan (batu apung)
5. Air
6. Bahan tambah berupa silicafume dan
superplasticizer

Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan adalah ayakan,


timbangan, pinometer, keranjang kawat, slump
test apparatus, pelat datar, mesin Los Angeles,
oven, cetakan benda uji, kerucut abrams, CTM
(Compressive Testing Machine), dan bak air.

Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton

a. Semen

Pemeriksaan laboratorium terhadap


semen tidak dilakukan karena dianggap
telah memenuhi standar uji bahan
bangunan. Semen yang digunakan adalah
semen tipe I dan berlogo SNI (Standar
Nasional Indonesia). Pemeriksaan yang
dilakukan hanya secara visual terhadap
kantong kemasan yang harus tertutup dan
tidak rusak, dengan bahan butirnya yang
halus dan tidak menggumpal.
b. Air
Air yang digunakan berasal dari
instalasi air bersih dari jaringan air
tersebut terlihat cukup bersih 1m3 dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
untuk digunakan sebagai
bahan penyusun beton. Tabel 3 Proporsi campuran beton normal

c. Agregat
Pengujian terhadap agregat
meliputi pengujia berat satuan agregat,
analisis saringan agregat,
pemeriksaan berat jenis agregat, Berikut adalah hasil rancangan
pemeriksaan kadar lumpur agregat perencanaan campuran beton mutu tinggi
dan pemeriksaan ketahanan aus dengan kuat tekan rencana sebesar 45
agregat dengan menggunakan mesin MPa pada umur 28 hari, nilai slup 7.5-15cm
Los Angeles. dan faktor air semen 0.3. Material penyusun
beton mutu tinggi dalam 1m3 dapat dilihat
Perencanaan Campuran Beton (Mix pada Tabel 4 berikut.
Design)
Tabel 4 Proporsi campuran beton mutu
Perencanaan campuran untuk tinggi
beton normal mengacu pada SNI
7656-2012, untuk beton mutu tinggi
mengacu pada SNI 7656-2012 dan
untuk beton ringan mengacu pada SNI
03-3449-2002.
Adapun hasil Adapun hasil rancangan
rancangan perencanaan campuran beton ringan
perencanaan campuran beton normal dengan kuat tekan rencana sebesar 17
dengan kuat tekan rencana sebesar MPa pada umur 28 hari, nilai slump 7.5-
25 MPa pada umur 28 hari, nilai slump 15cm dan faktor air semen 0.58. Material
7.5- 15cm dan faktor air semen 0.61. penyusun beton ringan dalam 1m3 dapat
Material penyusun beton normal dalam dilihat pada tabel 5 berikut.

Pengujian beton segar dilakukan dengan


cara mengukur nilai slump. Slump beton
Tabel 5 Proporsi campuran beton ringan
merupakan ukuran mengenai kekentalan atau
keenceran beton segar. Alat yang digunakan
berbentuk kerucut terpancung dengan
ketentuan yang telah tercantum dalam SNI
1972-2008.

Kebutuhan Benda Uji

Jumlah kebutuhan benda uji dapat dilihat


Pembuatan Benda Uji pada tabel 6 berikut.
Pada penelitian ini digunakan benda Tabel 6 Jumlah benda uji beton
uji berbentuk silinder dengan ukuran
diameter 15cm dan tinggi 30cm untuk
pengujian kuat tekan. Benda uji dibuat
dalam tiga jenis beton, yaitu beton normal,
beton mutu tinggi dan beton ringan. Berikut
adalah gambar sketsa benda uji silinder.

Perawatan Benda Uji

Perawatan benda uji adalah suatu


upaya agar permukaan beton segar selalu
Gambar 2 Benda uji silinder dalam keadaan lembab. Kekuatan beton

Pengujian Beton Segar (Slump Test)


akan bertambah jika terdapat cukup air berumur 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28
yang bisa membantu proses hidrasi hari, 56 hari dan 90 hari. Pengujian
semen berlangsung dengan baik. dilakukan pada benda uji berbentuk silinder
Pada penelitian ini, metode seperti pada gambar dibawah.
perawatan beton dilakukan selama 3
hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari, 56
hari dan 90 hari. Berbeda dengan beton
normal dan beton mutu tinggi, untuk Gambar 3 Sketsa pengujian kuat tekan
beton ringan dengan umur diatas 14
hari hanya direndam selama 14 hari HASIL DAN PEMBAHASAN
saja namun selanjutnya akan dilakukan Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton
perawatan dengan cara menutupi
benda uji dengan karung agar benda uji
tetap dalam keadaan lembab, hal ini Pemeriksaan bahan penyusun beton
dikarenakan sifat batu apung yang dilakukan sebelum penelitian meliputi
sangat rapuh terhadap air. pemeriksaan berat satuan agregat,
pemeriksaan berat jenis agregat,
Pengujian Kuat Tekan Beton pemeriksaan gradasi agregat, pemeriksaan
kadar lumpur agregat halus dan
Pengujian kuat tekan beton pemeriksaan ketahanan aus agregat kasar
dilakukan menggunakan alat uji CTM dan agregat ringan. Hasil pemeriksaan
(Compressive Testing Machine). bahan penyusun beton dapat dilihat pada
Pengujian dilakukan ketika beton telah Tabel 7 berikut.
Tabel 7 Hasil pemeriksaan bahan

Gambar 4 Grafik gradasi agregat halus Hasil

analisa gradasi agregat halus


menunjukkan pasir yang digunakan masuk
a. Berat Satuan Agregat
dalam zona 2 yaitu pasir agak kasar dengan
modulus kehalusan 3,40. Grafik dibawah
Hasil pemeriksaan pada agregat
menunjukkan jika gradasi agregat halus yagn
kasar menghasilkan data berat satuan
melewati ayakan memenuhi syarat.
lepas rata-rata sebesar 1,353 gr/cm3 dan
berat satuan padat rata-rata sebesar 1,598 Dengan prosedur yang sama seperti
gr/cm3. Sedangkan untuk agregat halus diatas, hasil pemeriksaan gradasi kerikil dan
didapatkan berat satuan lepas rata-rata batu apung disajikan dalam grafik dibawah.
sebesar 1,496 gr/cm3 dan berat satuan
padat rata-rata sebesar 1,593 gr/cm3. Dan
untuk agregat ringan diperoleh berat satuan
lepas rata-rata sebesar 0,571 gr/cm3 dan
berat satuan padat rata-rata sebesar 0,637
gr/cm3. Hasil ini menunjukan bahwa
material normal yang digunakan ini
termasuk dalam jenis agregat normal yang
disyaratkan yang memiliki berat satuan
antara 1,2 - 1,6 gr/cm3.
Berat Jenis Agregat
lumpur agregat halus menunjukkan pasir
yang digunakan memiliki kandungan lumpur
sebesar 1,848% dari berat agregat.
Sedangkan kandungan lumpur untuk
agregat kasar dan agregat ringan berturut-
turut adalah 1,055% dan 1,62% dari berat
agregat. Persyaratan yang harus dipenuhi
oleh agregat halus, agregat ringan dan
agregat kasar sebagai bahan penyusun
beton adalah kandungan lumpurnya pasti
tidak boleh lebih dari 5% dari berat agregat.
Gambar 5 Grafik gradasi agregat kasar Dengan demikian agregat ini dapat
digunakan sebagai bahan penyusun beton.

Gambar 6 Grafik gradasi agregat


ringan Gradasi kerikil memiliki
modulus
kehalusan sebesar 6,31 sedangkan
batu apung sebesar 6,34 dengan
diameter butiran maksimum 20mm.
Baik kerikil maupun batu apung yang
melewati lubang ayakan berada
diantara batas atas dan bawah yang Ketahanan Aus Agregat
berarti memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai material benda uji. Pengujian aus menggunakan alat Los
Angeles. Benda uji merupakan agregat
Kandungan Lumpur ringan dan agregat kasar yang memiliki
butiran maksimum 20mm. Pada pengujian
Hasil pemeriksaan kandungan pertama baik batu apung dan kerikil dengan
100 putaran memperoleh agregat yang menyebabkan beton lebih mudah untuk
hancur berturut-turut sebesar 9,3% dan dikerjakan.
7,44% dari berat awalnya. Sedangkan
untuk 500 putaran berikutnya memperoleh Pemeriksaan Berat Volume Beton Tabel 9 Hasil
26,98% dan 26,4%, dimana setelah 500
putaran tidak boleh lebih dari 27% dari pemeriksaan berat volume
berat awalnya sehingga material dapat
digunakan sebagai agregat kasar beton beton
untuk beton kelas III (diatas 20 Mpa).

Pengujian Slump Beton Segar

Tabel 8 Hasil uji slump


Dari hasil pemeriksaan menunjukkan
perbedaan berat volume beton, hal ini
dikarenakan material yang digunakan untuk tiap
jenis beton ada yang berbeda, seperti pada
beton mutu tinggi menggunakan bahan tambah
berupa silicafume dan superplasticizer
sedangkan pada beton ringan menggunakan
agregat ringan berupa batu apung.

Nilai slump pada beton normal dan Pengujian Kuat Tekan Beton
beton ringan berada pada batas minimum
nilai slump yaitu antara 7,5cm-10cm. a. Beton Normal
Namun beton mutu tinggi memiliki nilai
slump 12cm, hal itu dikarenakan beton
mutu tinggi menggunakan bahan tambah
berpa superplasticizer, dimana beton mutu
tinggi memiliki f.a.s 0,3 maka perlu
ditambah superplasticizer yang dapat
Jika diasumsikan kuat tekan pada
beton mengalami kuat tekan penuh (100%),
maka rasio kuat tekan dengan variasi umur
beton yang lain dapat dilihat pada tabel 10
berikut.

Tabel 10 Perbandingan kuat tekan beton


normal

Kuat tekan beton umur 3 hari hanya


Gambar 7 Hasil pengujian kuat tekan memiliki 60% kekuatan beton jika
beton normal dibandingkan dengan kuat tekan beton
Dapat dilihat pada grafik diatas, umur 28 hari, sedangkan untuk umur beton
bahwa kuat tekan beton normal terus 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari, 56 hari dan
meningkat seiring dengan 90 hari berturut-turut adalah 70%, 82%,
bertambahnya umur beton. Beton 90%, 100%, 104% dan 107%.
dengan umur 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21
hari, 28 hari, 56 hari dan 90 hari b. Beton Mutu Tinggi
berturut-turut sebesar 19,72Mpa,
22,84Mpa, 26,8Mpa, 29,44Mpa,
32,65Mpa, Gambar 8 Hasil pengujian kuat tekan beton
33,88Mpa dan 34,91Mpa. mutu tinggi
Dapat dilihat pada grafik diatas,
bahwa kuat tekan beton mutu tinggi terus Gambar 9 Hasil pengujian kuat tekan beton
meningkat seiring dengan bertambahnya ringan
umur beton. Beton dengan umur 3 hari, 7
hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari, 56 hari dan 90 Dapat dilihat pada grafik diatas, bahwa
hari berturut-turut sebesar 45,20Mpa, kuat tekan beton ringan terus meningkat seiring
50,58Mpa, 54,54Mpa, 57,56Mpa, dengan bertambahnya umur beton. Beton
62,28Mpa, 65,30Mpa dan 69,45Mpa. dengan umur 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28
Jika diasumsikan kuat tekan pada hari, 56 hari dan 90 hari berturut-turut sebesar
beton mengalami kuat tekan penuh (100%), 8,49Mpa, 10,29Mpa, 13,4Mpa, 15,85Mpa,
maka rasio kuat tekan dengan variasi umur 17,74Mpa,
beton yang lain dapat dilihat pada tabel 11 18,59Mpa dan 18,97Mpa.
berikut. Jika diasumsikan kuat tekan pada beton
mengalami kuat tekan penuh (100%), maka
Tabel 11 Perbandingan kuat tekan beton rasio kuat tekan dengan variasi umur beton
mutu tinggi yang lain dapat dilihat pada tabel 12 berikut.

Kuat tekan beton umur 3 hari hanya


memiliki 73% kekuatan beton jika
dibandingkan dengan kuat tekan beton
umur 28 hari, sedangkan untuk umur beton
7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari, 56 hari dan
90 hari berturut-turut adalah 81%, 88%,
92%, 100%, 105% dan 112%.

c. Beton Ringan
Tabel 12 Perbandingan kuat tekan dikarenakan beton mutu tinggi
beton ringan menggunakan bahan tambah berupa
silicafume dan superplasticizer, dimana
silicafume berfungsi menambah kuat tekan
beton karena mengandung bahan kimia
yang dapat meningkatkan proses hidrasi
pada beton.
Kuat tekan beton umur 3 hari Sebaliknya, beton ringan selalu
hanya memiliki 48% kekuatan beton memiliki kuat tekan terendah dikarenakan
jika dibandingkan dengan kuat tekan beton ringan menggunakan agregat ringan
beton umur 28 hari, sedangkan untuk berupa batu apung, yang secara tidak
umur beton 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 langsung memiliki kuat getas yang lebih
hari, 56 hari dan rendah jika dibandingkan dengan kerikil
90 hari berturut-turut adalah 58%, 76%, yang digunakan oleh beton normal dan
89%, 100%, 105% dan 107%. beton mutu tinggi.
Perbandingan Kuat Tekan Beton Perbandingan Kuat Tekan Beton Normal
Normal, Beton Mutu Tinggi dan dengan PBI N.I.-2 1971 dan SNI 03-2834-
Beton Ringan 2000

Gambar 10 Diagram perbandingan


rasio kuat tekan beton
Dapat dilihat kuat tekan beton
mutu tinggi selalu lebih tinggi, hal ini
Tabel 13 Perbandingan rasio kuat tekan
beton

dibandingkan dengan PBI pada umur 90 hari.


Hal ini disebabkan karena pada beton normal
menggunakan SNI 7656-2012 sebagai acuan
mix design, dimana pada SNI 7656-2012 dan
PBI N.I.-2 memiliki syarat pengujian material
yang berbeda.

Perbandingan Kuat Tekan Beton Normal


dengan PBI N.I.-2 1971 dan SNI 03-2834- 2000

Gambar 11 Perbandingan rasio kuat tekan


beton normal dengan rasio kuat tekan pada
PBI N.I.-2 1971 dan SNI 03-2834-2000
Dapat dilihat kuat tekan pada umur 3
hari dan umur 7 hari, kuat tekan beton
normal yang dilakukan memiliki kuat tekan
yang lebih besar jika dibandingkan dengan
kuat tekan yang ada pada PBI. Namun Tabel 14 Perbandingan rasio kuat tekan
pada umur 14 hari hingga umur 21 hari,
kuat tekan beton yang ada pada PBI lebih
besar jika dibandingkan dengan kuat tekan
beton normal yang dilakukan. Pada umur
28 hari, baik beton normal dan PBI memiliki
kuat tekan yang sama dikarenakan beton
pada umur 28 hari digunakan sebagai
acuan pengujian. Beton normal memiliki
kuat tekan yang lebih rendah jika
yang terdapat dalam PBI, namun beton
normal dan beton ringan memiliki rasio
Dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
Gambar 4.12 bahwa pada umur 3 hari rasio kuat tekan yang ada pada PBI. Pada
kuat tekan beton normal, beton mutu umur 21 hari baik beton normal, beton mutu
tinggi dan beton ringan memiliki rasio tinggi, maupun beton ringan memiliki rasio
yang lebih tinggi jika dibandingkan kuat tekan yang lebih rendah jika
dengan rasio kuat tekan yang ada dibandingkan dengan rasio kuat tekan yang
pada PBI, namun rasio kuat tekan tercantum pada PBI. Pada umur 28 hari
beton ringan lebih rendah jika baik beton normal, beton mutu tinggi, beton
dibandingkan dengan SNI. Pada umur ringan, PBI dan SNI memiliki rasio kuat
7 hari rasio kuat tekan beton normal tekan yang sama, hal ini dikarenakan pada
berada lebih tinggi dibandingkan umur 28 hari dijadikan sebagai acuan
dengan rasio kuat tekan yang ada standar pengujian kuat tekan beton. Dan
pada PBI, namun berada lebih rendah pada umur 90 hari, baik beton normal,
jika dibandingkan dengan rasio kuat beton mutu tinggi dan beton ringan memiliki
tekan yang ada pada SNI. Beton mutu rasio kuat tekan lebih rendah jika
tinggi memiliki rasio lebih tinggi jika dibandingkan dengan PBI dan SNI. Hal ini
dibandingkan dengan rasio yang ada disebabkan karena pada beton normal dan
pada PBI dan SNI, namun beton beton mutu tinggi menggunakan SNI 7656-
ringan memiliki rasio yang lebih rendah 2012 sebagai acuan mix design, dan beton
jika dibandingkan dengan rasio kuat ringan menggunakan SNI 03-3449-2002
tekan yang ada pada PBI maupun SNI. sebagai acuan mix design dimana pada SNI
Pada umur 14 hari beton mutu tinggi 7656-2012, SNI 03-3449-2002 dan PBI N.I.-
memiliki rasio yang sama dengan rasio 2 maupun SNI 03-2834-2000 memiliki
syarat pengujian material yang berbeda. 4. Nilai rasio kuat tekan beton normal pada
Selain itu tipe semen yang digunakan juga umur 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari,
berbeda, dimana pada beton normal, beton 56 hari, dan 90 hari berturut-turut adalah
mutu tinggi dan beton ringan menggunakan 0,60; 0,70; 0,82; 0,90; 1,00; 1,04; dan 1,07.
semen tipe PCC (Portland Composite 5. Nilai rasio kuat tekan beton mutu tinggi pada
Cement), sedangkan untuk semen yang umur 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari,
digunakan dalam PBI dan SNI saya 56 hari, dan 90 hari berturut-turut adalah
asumsikan masih menggunakan semen 0,73; 0,81; 0,88; 0,92; 1,00; 1,05; dan 1,12.
jenis PC (Portland Cement). 6. Nilai rasio kuat tekan beton ringan pada
umur 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari,
KESIMPULAN DAN SARAN 56 hari, dan 90 hari berturut-turut adalah
0,48; 0,58; 0,76; 0,89; 1,00; 1,05; dan 1,07.
Kesimpulan 7. Pada umur 3 hari kuat tekan beton normal,
beton mutu tinggi dan beton ringan memiliki
rasio yang lebih tinggi jika dibandingkan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dengan rasio kuat tekan yang ada pada PBI,
yang telah dilakukan dan diuraikan namun rasio kuat tekan beton ringan lebih
sebelumnya dapat diambil beberapa rendah
kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai slump beton baik beton normal,
dan beton ringan masih termasuk
dalam kategori mudah dikerjakan, yakni
memiliki nilai slump antara 7.5 – 10 cm.
Namun pada beton mutu tinggi
termasuk mudah dikerjakan karena
menggunakan bahan tambah berupa
superplasticizer yang dapat membuat
adukan beton mutu tinggi menjadi lebih
lecek.
2. Umur beton mengakibatkan kekuatan
beton mengalami peningkatan karena
umur beton berbanding lurus dengan
kuat tekan beton.
3. Kuat tekan maksimum terjadi pada
umur 90 hari baik pada beton normal,
beton mutu tinggi, maupun beton ringan
dengan nilai berturut-turut adalah 34,91
MPa, 69,45 MPa, dan 18,97 MPa.
jika dibandingkan dengan SNI. DAFTAR PUSTAKA
Pada umur 7 hari rasio kuat tekan
beton normal lebih tinggi jika Afif Muhammad, 2013. Pengaruh
dibandingkan dengan rasio kuat Penambahan Silika Fume Dan
tekan yang ada pada PBI, namun
berada lebih rendah jika
dibandingkan dengan rasio kuat
tekan yang ada pada SNI. Beton
mutu tinggi memiliki rasio lebih
tinggi jika dibandingkan dengan
rasio yang ada pada PBI dan SNI,
namun beton ringan memiliki rasio
yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan rasio kuat
tekan yang ada pada PBI maupun
SNI. Pada umur 14 hari beton
mutu tinggi memiliki rasio yang
sama dengan rasio yang terdapat
dalam PBI, namun beton normal
dan beton ringan memiliki rasio
yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan rasio kuat
tekan yang ada pada PBI. Pada
umur 21 hari baik beton normal,
beton mutu tinggi, maupun beton
ringan memiliki rasio kuat tekan
yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan rasio kuat
tekan yang tercantum pada PBI.
Pada umur 28 hari baik beton
normal, beton mutu tinggi, beton
ringan, PBI dan SNI memiliki rasio
kuat tekan yang sama, hal ini
dikarenakan pada umur 28 hari
dijadikan sebagai acuan standar
pengujian kuat tekan beton. Dan
pada umur 90 hari, baik beton
normal, beton mutu tinggi dan
beton ringan memiliki rasio kuat
tekan lebih rendah jika
dibandingkan dengan PBI dan
SNI.

Saran

Dari hasil penelitian yang telah


dilaksanakan, dapat diberikan saran
yang diharapkan bisa bermanfaat,
seperti berikut:
1. Lingkup penelitian yang telah
dilakukan hanya mencakup kuat
tekan beton saja. Masih diperlukan
penelitian lanjutan tentang kuat
tarik belah, modulus runtuh, kuat
geser, stabilitas, porositas dan
sebagainya.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
tentang perbedaan rasio kuat
tekan beton normal dengan rasio
kuat tekan yang tercantum dalam
PBI N.I.-2 1971 dan SNI 03-2834-
2000 dengan menggunakan jenis
material yang berbeda.
Superplasticizer Dengan Pemakaian Semen Tipe PPC Dan Tipe PCC Terhadap Peningkatan Mutu
Beton, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Ali Muhammad, 2014. Pengaruh Cangkang Kelapa Sawit Terhadap Kuat Tekan Beton Normal Dengan
Perlakuan Tekanan Awal Pada Beton Segar, Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang.

Almufid, 2015. Beton Mutu Tinggi Dengan Bahan Tambahan, Universitas Muhammadiyah Tangerang,
Banten.

Hernando Fandhi, 2009. Perencanaan Campuran Beton Mutu Tinggi Dengan Penambahan
Superplaticizer Dan Pengaruh Penggantian Sebagian Semen Dengan Fly Ash, Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.

McCormac, 2004. Desain Beton Bertulang.

Penerbit Erlangga, Jakarta.


Miranty Rizky, 2014. Pengaruh Penggunaan Silica Flume, Fly Ash, dan Superplasticizer Pada Beton
Mutu Tinggi Memadat Mandiri, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta.

Mulyono Tri, 2004. Teknologi Beton.

Penerbit Andi, Yogyakarta.


Oberlyn Johan. Hubungan Perawatan Beton dengan Kuat Tekan (Pengujian Laboratorium). Jurnal
Poliprofesi, Volume: X No. 1, 2015. ISSN 1979-

9241. Hal. 1-6.


PBI 1971 N.I.-2, 1979, Peraturan Beton Bertulang Indonesia, Badan Standardisasi Nasional Indonesia.

PD T-04-2004-C, 2004, Tata Cara

Pembuatan dan Pelaksanaan Beton Berkekuatan Tinggi, Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah.

Slump Beton,
https://lauwtjunnji.weebly.com/penguku ran-slump.html, diakses pada tanggal 21 Maret
2018.
SNI 1972:2008, Cara Uji Slump Beton, Badan Standardisasi Nasional Indonesia.

SNI 03-1974-1990, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton, Badan Standardisasi Nasional Indonesia.

SNI 03-2834-2000, Tata Cara Pembuatan Rencana Beton Normal, Badan Standardisasi Nasional
Indonesia.

SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (Beta Version),
Badan Standardisasi Nasional Indonesia.
SNI 2847:2013, Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung, Badan Standardisasi
Nasional Indonesia.

SNI 03-3449-2002, Tata Cara Pembuatan Campuran Beton Ringan Dengan Agregat Ringan,
Department Pekerjaan Umum.

SNI 03-6468-2000, Tata Cara Perencanaan Campuran Tinggi Dengan Semen Portland Dengan Abu
Terbang, Badan Standardisasi Nasional Indonesia.

SNI 7656-2012, Tata Cara Pemilihan Campuran Untuk Beton Normal, Beton Berat dan Beton
Massa, Badan Standardisasi Nasional Indonesia.

Sumarjono, 2010. Penelitian Kualitas Mutu Beton Pada Bangunan Pubik Di Bandar Lampung,
Universitas Malahayati, Bandar Lampung.

Tjokrodimuljo, K., 2007. Teknologi Beton, Nafiri, Yogyakarta.

Zai, K.A., 2014. Pengaruh Penambahan Silica Fume Dan Superplasticizer Terhadap Kuat Tekan
Betob Mutu Tinggi Dengan Metode ACI (American Concrete Institute), Universitas Sumatera
Utara, Medan.
B. Karya Ilmiah

Pengertian dari Karya Ilmiah adalah karya tulis yang dibuat untuk memecahkan
suatu permasalahan dengan landasan teori dan metode-metode ilmiah. Biasanya Karya
ilmiah berisikan data, fakta, dan solusi mengenai suatu masalah yang diangkat. Penulisan
karya ilmiah dilakukan secara runtut dan sistematis.
Ciri-ciri karya ilmia hal yang harus dipahami mengenai karya ilmiah ialah ciri-cirinya:
1. Reproduktif
2.Tidak Ambigu
3. Tidak Emotif
4. Menggunakan Bahasa Baku
5. Menggunakan Kaidah Keilmuan
6. Bersifat Dekoratif
7. Terdapat Kohesi
8. Bersifat Objektif
9. Menggunakan Kalimat Efektif

Berikut merupakan contoh dari Karya Ilmiah :


KARYA ILMIAH

“PENGARUH CONCRETE (BETON MUTU) TERHADAP KEKUATAN DAN


EFISIENSI BIAYA STRUKTUR KOLOM BETON BERTULANG”

Oleh :
Welbert Raymond Maras
NIM : 13

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


POLITEKNIK NEGERI MANADO
JURUSAN TEKNIK SIPIL 2014
Abstrak

Pemakaian mutu beton (concrete)yang lebih tinggi, adalah aspek yang sangat
penting untuk menentukan besarnya kekuatan dan efisiensi biaya komponen
struktur beton bertulang. Metode analisis biaya (cost analysis method) dengan
“regresi dan korelasi”, dipergunakan untuk memprediksi besarnya efisiensi biaya
komponen struktur bangunan gedung yang minimun, dan mutu beton. Hasil
penelitian menunjukkan efisiensi maksimum biaya komponen struktur beton
bertulang untuk komponen struktur unsur tekan akan bertambah (maksimal
sebesar 2,2% untuk peningkatan setiap 1 Mpa) besar seiring dengan peningkatan
mutu beton sampai dibatasi oleh luas tulangan minimum komponen struktur.
Efisiensi biaya komponen unsur tekan sebesar 42,4% terjadi pada mutu beton K-
400.

Kata Kunci: Kekuatan, Efisiensi, Biaya, Mutu, Beton


BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar
Belakang

Belajar dari Gempa Sumbar yang berkekuatan 7.6 Skala Richter (SR), dengan
banyaknya bangunan gedung yang ambruk. Keseluruhan banguan yang ambruk tersebut
adalah terjadi keruntuhan kolom lantai dasar. Konsep “kolom kuat balok lemah” yang
selama ini terabaikan perlu diperhatikan dengan serius, di masa-masa mendatang.
Menurut (Dipohusodo, 1994: 287), kolom menempatui posisi penting di dalam sistem
struktur bangunan. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya total
keseluruhan struktur bangunan. Gambar 1 memperlihatkan struktur-struktur kolom beton
bertulang.

Gambar 1. Struktur Kolom Beton Bertulang

Pada umumnya kegagalan atau keruntuhan komponen tekan tidak diawali


dengan tanda dan peringatan yang jelas, bersifat mendadak. Oleh karena itu, dalam
merencanakan struktur kolom harus memperhitungkan secara cermat dengan
memberikan cadangan kekuatan lebih tinggi daripada untuk komponen lainnya. Gambar
1 memnperlihatan pelaksanaan pekerjaan kolom-kolom struktur beton, yang memenuhi
persyaratan “kolom kuat balok lemah”, pada bangunan gedung Ruko Megasmart
Manado.
Gambar.2 Struktur kolom kuat – Balok lemah

Hampir 60% meterial yang digunakan dalam pekerjaan konstruksi di Indonesia


adalah beton (concrete), pada umumnya dipadu dengan baja (composite) atau jenis
lainnya (Mulyono, 2004: 135), tidak terkecuali dengan kota Pekanbaru, ibukonta Propinsi
Riau. Dari keseluruhan bangunangedung yang ada di kota ini, keculai dua atau tiga
bangunan dari struktur baja profil. Sedangkan yang lainnya (bisa dikatakan 99%) dengan
struktur beton bertulang. Dengan penggunaan jenis konstruksi beton bertulang ini, secara
otomatis akan meningkatkan pemakaian tulangan baja. Karena bajalah merupakan
komponen material termahal dalam struktur beton bertulang, maka perlu direncanakan
kombinasi yang ekonomis tapi tetap mengahasilkan kekuatan struktur kolom beton
bertulang yang kuat.

Beton bertulang adalah bahan yang sangat luas digunakan untuk sistem- sistem
konstruksi. Beton sangat kuat terhadap tekan, kekuatan tarik beton relatif rendah, kira-
kira 10% sampai 15% dari kekuatan tariknya (Ferquson, 1986:11), sebaliknya tulangan
yang langsing lemah terhadap tekan, tetapi kuat untuk menahan gaya tarik. Kombinasi
sifat kedua bahan ini sangat baik untuk memikul beban-beban yang bekerja. Dengan
menaikkan mutu beton pada perencanaan struktur bangunan gedung, terutama pada
komponen-komponen struktur berunsur tekan (seperti kolom), akan dapat mengurangi
pemakaian tulangan baja dalam
jumlah besar seperti pada struktur kolom dengan gaya eksentrisitas kecil, efisiensi
pemakaian tulangan baja akan menjadi lebih besar.

Harga material beton cor yang ada di kota Pekanbaru relatif murah bila dibandingkan
dengan harga tulangan baja yang sangat mahal sebagai unsur biaya total beton
bertulang.

I.2. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan
beberapa permasalahan, antara lain sebagai berikut ini. Sampai seberapa besar efisiensi
biaya dapat dicapai dengan peningkatan mutu beton terhadap komponen-komponen
struktur tekan (struktur kolom) bangunan gedung tersebut? Mengingat penggunaan mutu
beton yang tinggi pada komponen tekan akan dibatasi oleh tulangan minimu, maka
berapa mutu beton yang paling optimum yang dapat digunakan pada struktur kolom?
BAB II

LANDASAN TEORI

Ekonomi konstruksi (construction economy) adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam


proses pra konstruksi maupun masa konstruksi dengan tujuan menekan biaya konstruksi
(cost estimate). Penerapan construction economy ada dua versi, yang masing-masing
mempunyai tujuan sendiri-sendiri, yaitu versi Owner dan versi kontraktor
(Asiyanto,2003:46). Pemakaian mutu beton dan baja terhadap efisiensi biaya komponen
struktur beton bertulang, dapat dikategorikan dalam versi Owner. Yang dimaksud dengan
versi Owner adalah untuk menekan biaya investasi yaitu dengan sasaran menurunkan
nilai kontrak proyek, agar kondisi proyek menjadi layak atau lebih layak lagi. Sedangkan
versi kontraktor berbeda sekali, yaitu dengan sasaran mengendalikan pembiayaan, agar
dapat memperoleh laba yang direncanakan dan menghindari resiko kerugian.

Dalam menganalisis efisiensi biaya komponen struktur, mau tak mau harus melalui tahap
analisis struktur. Menyiapkan data-data untuk mendapatkan saran- saran dalam
pemilihan alternatif yang akan ditinjau. Pada tahap ini harus dilakukan perhitungan
secara detail, sehingga akan didapatkan gambaran secara jelas. Perhitungan teknis
dilakukan dengan bantuan soft ware yang dikenal dengan program SAP 2000, berguna
untuk menghitung analisis dari struktur bangunan gedung. Program SAP 2000 versi 7.42
disamping mempunyai kecepatan dan ketelitian kerja yang tinggi, juga sangat tepat
dipakai untuk menganalisis berbagai model struktur, khususnya elemen frame, baik untuk
dua dimensi (2D) maupun tiga dimensi (3D). Menurut (Wigroho, 2001:1), SAP 2000
merupakan program versi terakhir yang paling lengkap dari seri-seri program analisis
SAP, baik SAP
80 maupun SAP 90. Keunggulan program SAP 2000 antara lain ditunjukkan dengan
adanya fasilitas untuk desain elemen, baik untuk material baja maupun beton. Di
samping itu juga adanya fasilitas disain baja dengan mengoptimalkan penampang profil
yang paling optimal atau ekonomis.

Analisis regresi meliputi beberapa pola persamaan regresi dan uraian tentang regresi
linear. Persoalan yang menyangkut dan sekelompok peubah (variabel) seringkali
dijumpai dalam praktek bila diketahui bahwa diantara peubah tersebut terdapat suatu
bangunan alamiah. Hubungan antara variabel-variabel yang dicocokkan pada data
percobaan ditandai dengan persamaan prediksi disebut ”persamaan regresi”(Walpole,
1995:404). Analisis korelasi digunakan untuk mengukur eratnya hubungan antara dua
variabel dengan menggunakan suatu bilangan yang disebut ”koefisien korelasi” (Wapole,
1995:443). Pada penelitian untuk menyelidiki sejauh mana pengaruh peningkatan mutu
beton terhadap suatu
komponen struktur bangunan agar mendapatkan pemakaian tulangan baja yang
seefisien mungkin, mutu beton disebut sebagai variabel bebas dan efisiensi tulangan
baja disebut sebagai variabel tak bebas.
BAB III

METODE PENELITIAN

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan dua metode yaitu metode random dan non random
dengan uraian sebagai berikut. Pengambilan data mix design dilakukan dengan secara
acak (simple random sampling), yaitu pengambilan dilakukan secara acak tanpa strata
dan memberikan peluang yang sama pada setiap unsur (elemen) populasi. Teknik ini
dipilih berdasarkan asumsi bahwa metode yang dipergunakan pada laborotorium formal
bersifat standar atau homogen. Pemilihan jenis atau tipe struktur ruko yang dipakai dalam
penelitian dilakukan secara non- acak (purvosif sampling), yaitu pengambilan sampel
secara sengaja dalam hal ini harus mengetahui apa kriteria dari sampel yang dipilih.

Cara mendapatkan data primer dan data sekunder adalah sebagai berikut. Data primer,
diperoleh dengan metode penelitian/pengamatan langsung yaitu langsung survey ke
lapangan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan seperti mengambil
dokumentasi struktur ruko (existing), mengukur dimensi komponen dan tulangan struktur
ruko yang sedang dalam tahap pembangunan. Selain itu juga dilakukan wawancara
kepada pihak terkait sebagai masukan data lanjutan. Data sekunder, data – data seperti
mix design diperoleh dari laboratorium teknologi beton dari Fakultas Teknik Sipil
Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru.

Cara Analisis
Untuk menganalisis harga satu kubik beton bertulang berbagai komponen
struktur bangunan dengan berbagai mutu beton, dihitung berdasarkan koefisien BOW
dan dari data mix design. Nilai besi per meter kubik beton bisa dirubah besarnya menjadi
2 sampai 2,5 atau lebih nilai berat besi BOW, atau disesuaikan dengan jumlah tulangan
yang ada. Data analisis struktur ruko berupa luas tualangan untuk berbagai jenis
komponen struktur diperoleh dari hasil analisis dengan mempergunakan program SAP
2000 versi 7.42, dengan elemen frame 3 (tiga) dimensi.

Pengaruh pemakaian mutu beton dari K-175 s/d K-400 dianalisis dengan cara
trial and error , dengan memasukkan nilai-nilai mutu beton tersebut ke dalam diagram
interaksi kolom. Diagram interaksi kolom telah dipersiapkan dengan bantuan microsoft
excel yang berdasarkan SKSNI. Contoh diagram interaksi yang digunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 4. Diagram Interaksi Kolom Yang Digunakan

Analisis optimalisasi untuk mencari hubungan antara peningkatan mutu beton terhadap
efisiensi jumlah tulangan maupun biaya komponen struktur bangunan, dipergunakan
analisis regresi dan Korelasi. Interprestasi terhadap korelasi secara kasar atau
sederhana dilakukan dengan mempergunakan pedoman pada tabel interpretasi koefisien
product moment. Analisis regresi dan korelasi dipakai untuk mencari hubungan antara
peningkatan mutu beton terhadap efisiensi jumlah tulangan maupun biaya komponen
struktur bangunan. Teknik korelasi yang dipergunakan berhubungan dengan penelitian
ini adalah korelasi ”product moment”. Koefisien korelasi product moment, diperoleh
dengan merumuskan hipotesa alternatif (Ha) dan hipotesa nihil (H0), dimana Ha dan H0.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi campuran dari material-material tersebut diatas untuk satu meter kubik beton cor
dapat dilihat dalam Tabel 5.1

Tabel 5.1 Komposisi Campuran untuk 1 m3 Beton

Mutu Agg. Agg.


Semen Admixtur
Beto Halu Kasa Keterangan
(Zak) e (kg)
n s r
(m3) (m3)
K- 6.16 0.58 0.74 2.43
175 3 9
K- 6.84 0.54 0.76 2.74
225 5 1
K- 7.06 0.53 0.76 2.82
250 1 7
K- 7.74 0.49 0.77 3.10
300 6 8
K- 8.54 0.46 0.78 3.42
350 0 5
K- 9.12 0.42 0.79 3.65
400 9 4
K- 6.16 0.58 0.74 2.43
175 3 9
Sumber : Laboratorium Konstruksi Beton Ruko Megasmart Manado

Untuk kota Pekanbaru dari hasil analisis diperoleh harga satuan beton cor yang dipakai
dalam analisis ini seperti yang tercantum dalam Tabel 5.2

Tabel 5.2 Daftar Harga Satuan Per Meter Kubik Beton Cor
Harga Satuan Harga Satuan
Mutu Harga/m3 (Rp)
Bahan (Rp) Upah (Rp)
Beto (3)=(2)+(1)
n (1) (2)
K– Rp246,266 Rp 180,245 Rp 426,511
175
K– Rp247,287 Rp 180,245 Rp 427,532
225
K– Rp251,749 Rp 180,245 Rp 431,994
250
K– Rp261,722 Rp 180,245 Rp 441,967
300
K– Rp270,184 Rp 180,245 Rp 450,429
350
K– Rp279,427 Rp 180,245 Rp 459,672
400

Daftar harga satuan hasil analisis dapat dilihat dalam Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Harga Satuan Komponen-Komponen Beton Bertulang

No Meterial + Upah H. Satuan (Rp) Satuan


1 baja tulangan U-24 10,643.94 per 1 kg
2 baja tulangan U-32 14,222.51 per 1 kg
3 baja tulangan U-39 15,082.89 per 1 kg
4 begisting per m3 beton 723,110.0 per 10 m2
0

Hasil analisis SAP 2000 berupa momen, gaya geser dan gaya normal dibutuhkan seperti
yang tercantum dalam Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Daftar Gaya Dalam dan Hasil SAP 2000

N Jenis Komponen Lanta Dimensi Momen Geser Normal


(mm)
(ton)
o Frame Struktur i Leb Tingg (ton.m) (ton)
ar i
Balok 7.4663 -
1 2 250 45
Utam 7 5.33
0
Balok a 3 3
6.9139
2 Balok dag 3 250 45 3.552
9
0
5
Kolom 0.0253 -
3 1 250 45
tenga 3 53.675
0
h 6 7
- -
4 Kolom tepi 1 250 45
0 2.4068 84.767
3 1
Kolom 0.1013 -
5 Kolo 2 250 45
tenga 1 32.791
m 0
h 3 8
3.0943 -
6 Kolom tepi 2 250 45
1 51.557
0
2 2
Kolom 0.0090 -
7 3 250 45
tenga 2 12.152
0
h 9 8
- -
8 Kolom tepi 3 250 45
0 3.3845 20.050
3 8

Besarnya pengaruh peningkatan mutu beton terhadap efisiensi biaya pada komponen
struktur yang berunsur tekan dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Pengaruh Peningkatan Mutu Beton terhadap Efisiensi Biaya pada Komponen
Stuktur Berunsur Tekan

Jenis Efisiensi Biaya


(%)
Kompone
K- K-225 K-250 K-300 K-350 K-400
n Struktur
17
5
Kolom 0
tengah 11.9284 11.5414 23.5540 35.3335 34.4300
Lantai. 1 3 8 7 9 8
KolomTepi 0
Lantai. 1 10.6249 21.2079 31.9078 42.4001 41.5953
3 5 5 3 6
Kolom 0
tengah - - 13.8654 14.2366 13.0300
Lantai. 2 0.45392 0.97067 6 5 8
KolomTepi 0
Lantai. 2 - - 13.8654 14.2366 13.0300
0.45392 0.97067 6 5 8
Kolom 0
tengah - - 7.05346 7.50048 6.04741
Lantai. 3 0.54665 1.16897 6 9 5
KolomTepi 0
Lantai. 3 - - 7.05346 7.50048 6.04741
0.54665 1.16897 6 9 5

Dari Tabel 5.5 dapat dilihat peningkaran mutu beton pada komponen struktur berunsur
tekan yaitu balok dapat meningkatkan efisiensi biaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Pada Gambar 5.

Gambar 5. Pengaruh Peningkatan Mutu Beton terhadap Efisiensi Biaya pada


Komponen Stuktur Berunsur Tekan

Berikut ini dianalisis pengaruh peningkatan mutu tulangan baja pada beton
K-175 dan U-24

Tabel 5.6 Pengaruh Peningkatan Mutu Baja terhadap Efisiensi

Efisiensi (%)
No. Jenis Komponen Struktur
U-32 U-39
1 Kolom tengah lantai 1 10.3924 8.38378
6 9
2 Kolom tepi lantai 1 8.92262 6.77562
8 5
3 Kolom tengah lantai 2 - -
1.98035 4.10088
4 Kolom tepi lantai 2 - -
1.98035 4.10088
5 Kolom tengah lantai 3 - -
1.76017 3.64495
6 Kolom tepi lantai 3 - -
1.76017 3.64495
7 Balok lantai 14.3208 12.7718
3 9
8 Balok dag 7.41984 5.63444
2 6
9 Pelat lantai 9.13531 11.7922
4 1
10 Pelat dag 6.34174 9.30360
4 7

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa peningkatan mutu tulangan baja
dapat meningkatkan efisiensi biaya komponen struktur pada komponen struktur yang
berunsur tarik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Pada Gambar 6 dan Gambar7.
Gambar 6 Pengaruh Peningkatan Mutu Baja dari U-24 ke U-32 terhadap

Efisiensi Biaya

Gambar 7 Pengaruh Peningkatan Mutu Baja dari U-24 ke U-39 terhadap

Efisiensi Biaya

Untuk memprediksi hubungan mutu beton dengan efisiensi biaya diluar enam
mutu beton yang dipergunakan, digunakan grafik persamaan regresi linear sederhana.
Regresi linear untuk masing-masing komponen struktur yang dimabil dari persamaan
regresi pada Tabel 5.6, grafik hasil regresi dapat dilihat pada Gambar 8 .

Gambar 8. Grafik Persamaan Garis Hasil Korelasi Komponen Struktur

Beberapa hal yang berkaitan dengan persamaan garis regresi ini dapat dijelaskan
antara lain, sebagai berikut ini.
1. Persamaan garis regresi untuk komponen struktur unsur tekan
adalah positif, artinya semakin besar peningkatan mutu beton maka
efisiensi biayapun akan semakin besar. Efisiensi biaya terbesar untuk
kolom seharusnya terjadi pada mutu beton K-400, karena pada mutu
beton ini luas tulangan tulangan kolom telah dibatas minimum, yakni
1.230,88 mm2, dimana luas tulangan minimumnya adalah 1.000
mm2(dapat dilihat pada Lampiran G.23).
2. Berbeda halnya dengan komponen struktur unsur tekan, komponen
struktur unsur tarik mempunyai persamaan garis regresi yang negatif,
artinya semakin besar peningkatan mutu beton maka efisensi biaya
akan semakin kecil. Efisiensi biaya komponen struktur unsur tarik pada
umumnya terjadi pada mutu beton yang rendah yaitu mutu beton K-
175, karena pada komponen struktur unsur tarik seperti balok dan
pelat, penambahan biaya akibat peningkatan mutu beton selalu lebih
besar dibandingkan pengurangan biaya yang disebabkan oleh
pengurangan tulangan baja.
Pengaruh kenaikan 1 % harga baja hanya terjadi efisiensi biaya struktur sebesar 0,071%,
hal ini dapat dilihat pada grafik yang ditunjukkan oleh Gambar 9 dengan persamaan garis
linear adalah Y= 0,02286x - 0,0004 dengan R2=0,9912

Gambar 9. Grafik Hubungan Kenaikan Harga Baja terhadap Besarnya Efisiensi

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10


Gambar 10. Pengaruh Kenaikan Harga Tulangan Baja terhadap Efisiensi Biaya

BAB V KESIMPULAN

Kesim
pulan

Analisis dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemakaian mutu beton dan baja
terhadap efisiensi biaya komponen struktur beton bertulang, untuk bangunan ruko di kota
Pekanbaru dan sekitarnya ini. Dari blok ruko tiga pintu berlantai tiga yang dianalisis,
dapat disimpulkan antara lain sebagai berikut ini.

1. Efisiensi biaya komponen struktur unsur tekan akibat peningkatan


mutu beton, lebih besar dibandingkan komponen struktur unsur tarik.
Efisiensi biaya maksimum pada komponen struktur unsur tekan
didapat pada mutu beton yang tinggi (efisiensi biaya maksimum
sebesar 42,4% terjadi pada kolom tepi lantai satu dengan mutu baja U-
24 dan mutu beton K-350). Sedangkan pada komponen struktur unsur
tarik didapat pada mutu beton yang rendah (efisiensi
maksimum sebesar 9,743% terjadi pada balok lantai mutu baja U-39 dan mutu beton
K-225).
2. Efisiensi biaya komponen struktur ’unsur tekan’struktur kolom beton
bertulang maksimum akibat peningkatan setiap 1 Mpa mutu beton,
adalah sebesar 2,2 %.
3. Dengan regresi linear, efisiensi biaya pada kolom mempunyai nilai
positif, sedangkan pada balok dan pelat bernilai negatif. Berarti pada
komponen struktur unsur tekan akan terjadi efisiensi yang semakin
besar sehubungan dengan peningkatan mutu, sebaliknya pada
komponen unsur tarik akan terjadi efisiensi biaya yang semakin kecil
sehubungan dengan peningkatan mutu beton.

Saran
Untuk menghindari kegagalan struktur kolom beton bertulang, seperti
keruntuhan yang diakibatkan oleh gempa Sumbar baru-baru ini. Kolom perlu
direncanakan mengikuti kaedah “kolom kuat balok lemah”, agar bisa diperoleh suatu
struktur kolom sesuai dengan yang disyaratkan, maka perlu mempergunakan mutu beton
yang lebih tinggi. Mutu beton yang lebih tidak hanya memperoleh suatu struktur kolom
beton bertulang yang kuat, tetapi juga menghasilkan suatu struktur kolom yang sangat
efisien.

Daftar Pustaka

Anonim, 2004, Harga Satuan Bahan Bangunan dan Upah Kerja Propinsi Riau,
Jurnal Harga Bangunan, Konstruksi Dan Interior, Jakarta, hal.315, Edisi XX,
Januari 2004.

Asiyanto, 2003, Construction Project Cost management, Cetakan Pertama, PT


Pradnya Paramita, Jakarta.

Ferguson, P.M., Budianto Sutanto, dan Kris Setianto, 1986, Dasar-Dasar Beton
Bertulang, Alih bahasa Budianto Sutanto & Kris Setianto, Edisi keempat,
Erlangga, Jakarta.

Dipohusodo, Istimawan, 1994, Struktur Beton bertulang, Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta.
Walpole, R.E. dan Raymond H Myers., 1995, Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan
Ilmuwan, Terjemahan oleh RK Sembiring, Edisi Keempat, ITB, Bandung.

Wigroho, H.S., 2001, Analisis Perancangan Struktur Frame menggunakan SAP 2000 versi 7.42, Edisi
pertama, Edisi pertama, ANDI, Yogyakarta.
C. Laporan Praktikum

Laporan praktikum adalah bentuk penjelasan tentang apa yang dilakukan individu selama
pengalaman praktis dan hasil dari pengalaman itu. Laporan ini sejatinya digunakan untuk
menjelaskan dan menganalisis prosedur percobaan yang dilakukan dan teknik analisis data yang
didapatkan.

Dalam penulisan laporan terdapat banyak bagian yang penting, seperti;

1. Hipotesis
2. Daftar alat dan bahan
3. Data mentah percobaan yang disusun dengan format tertentu

Berikut merupakan contoh Laporan Praktikum :


LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTEK MEKANIKA TANAH
(Judul Job Sheet: Uji Berat Isi Tanah & Uji Berat Jenis Tanah)

Dosen:
Dra. Daryati, MT

Disusun Oleh Kelompok :

Cynthia Riescanita Putri 5415117397

Junelfan Daud 5415117399

Inayah Rohmaniyah 5415117403

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN JURUSAN

TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI

JAKARTA

2013
UJI BERAT ISI TANAH

BAB I
PENDAHULUAN

A. DASAR TEORI
Menurut Lembaga Penelitian Tanah (1979), definisi berat isi tanah adalah berat tanah utuh
(undisturbed) dalam keadaan kering dibagi dengan volume tanah, dinyatakan dalam gr/cm 3. Nilai
berat isi tanah sangat bervariasi antaara satu titik dengan titik lainnya karena perbedaan kandungan
bahan organic, tekstur tanah, kedalaman tanah, jenis fauna tanah, dan kadar air tanah (Agus et al.
2006)

Table Nilai Wc untuk tanah keadaan tanah asli lapangan.

Macam Tanah Wc %

Pasir seragam 19 – 32

Pasir berbutir 16 – 25

campuran Tanah liat 70 – 110

lunak
Sumber: Hary Christiady, Mekanikan Tanah 1, 1992

Bobot isi tanah (Bulk Density) adalah ukuran pengepakan atau kompresi partikel-partikel tanah
(pasir, debu, dan liat). Bobot isi tanah bervariasi bergantung pada kerekatan partikel- partikel tanah itu.
Bobot isi tanah dapat digunakan untuk menunjukkan nilai batas tanah dalam membatasi kemampuan
akar untuk menembus (penetrasi) tanah, dan untuk pertumbuhan akar tersebut (Pearson et al., 1995).

Berat isi merupakan suatu sifat tanah yang menggambarkan taraf kemampatan tanah. Tanah
dengan kemampatan tinggi dapat mempersulit perkembangan perakaran tanaman, pori makro terbatas
dan penetrasi air terhambat (Darmawijaya, 1997).
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan berat isi tanah yang merupakan
perbandingan antara berat tanah basah dengan volumenya dalam gr/cm3.

BAB II
PERALATAN
Peralatan yang digunakan:

1. Cincin uji dengan diameter 6 cm dan tinggi 2 cm.


2. Pisau pemotong contoh.
3. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.

BAB III
SAMPEL
Pengambilan sempel:

Tempat: Kampus UNJ, samping pasca sarjana. Waktu:


Jumat 01/03/2013 pukul 08.30 – 09.45 AM. Kedalaman
tanah: 25 cm
Sampel tanah diambil oleh anggota kelompok masing-masing.

BAB IV
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN

Langkah-langkah pelaksanaan:

1. Cincin dalam keadaan bersih ditimbang (W1).


2. Benda uji disiapkan dengan menekan cincin pada tabung contoh sampai cincin
terisi penuh.
3. Ratakan kedua permukaan dan bersihkan cincin sebelah luar.
4. Timbang cincin dan contoh dengan ketelitian 0,01 gram (W2).
5. Hitung volume tanah dengan mengukur ukuran dalam cincin dngan ketelitian 0,01 gram.
6. Berat tanah W = W2 – W1.
BAB V
PERHITUNGAN
Perhitungan berat isi:
Berat cincin (W1) = 62,4 gram.

Berat cincin + contoh tanah (W2) = 189,3 gram.


Berat tanah (W) = W2 – W1
= 189,3 gr – 62,4 gr
= 126,9 gram.
Volume cincin:
d1 = 63,1 mm, r1 = 31,55 mm. d2 =
63,34 mm , r2 = 31,67 mm.
t = 20 mm
V = (
cincin )

( )

BAB VI
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Berat isi tanah merupakan perbandingan antara berat tanah basah dengan volumenya
dalam gr/cm3. Dari perhitungan diatas maka diperoleh berat isi tanah 2,021 gr/cm3.
LAMPIRAN

Gambar 1. Cincin Uji Gambar 2. Timbangan


UJI BERAT JENIS TANAH

BAB I
PENDAHULUAN

A. DASAR TEORI

Bobot jenis partikel (particle density) dari suatu menunjukkan kerapatan dari partikel dapat
secara keseluruhan. Hal ini ditunjukkan sebagai perbandingan massa total dari partikel padatan
dengan total volume tidak termasuk ruang pori antar partikel. Berat jenis partikel ini penting dalam
penentuan laju sedimentasi, pergerakan partikel oleh air dan angin.

Table Berat Jenis Tanah

Macam Tanah Berat Jenis

Kerikil 2,65 – 2,68

Pasir 2,65 – 2,68

Lanau Tak Organik 2,62 – 2,68

Lempung Organik 2,58 – 2,65

Lempung Tak 2,68 – 2,75

Organik Humus 1,37

Gambut 1,25 – 1,80

Sumber: Hary Christiady, Mekanika Tanah 1, 1992.

Berat jenis tanah adalah angka perbandingan antara berat butir tanah dan berat isi air suling
dengan isi sama pada suhu 40 C.
B. MAKSUD & TUJUAN

Pemerikasaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis tanah yang mempunyai butiran
lewat saringan no. 4 dengan piknometer. Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat butir
tanah dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.

BAB II
PERALATAN

Peralatan yang digunakan:

1. Piknometer dengan kapasitas minimum 100 ml atau botol ukur dengan kapasitas
minimum 50 ml.
2. Desikator
3. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 + 5)0C.
4. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.
5. Thermometer ukuran 00 – 500C dengan ketelitian pembacaan 10C.
6. Saringan no. 4, no. 10 dan no. 40 dan penadahnya.
7. Botol berisi air suling.
8. Bak perendam.
9. Pompa hampa udara (vacuum, 1-1 ½ PK) atau tungku listrik (kookplaat).

BAB III
SAMPEL
Pengambilan sempel:

Tempat: Kampus UNJ, samping pasca sarjana. Waktu:


Jumat 01/03/2013 pukul 08.30 – 09.45 AM. Kedalaman
tanah: 25 cm
Sampel tanah diambil oleh setiap kelompok.

BAB IV
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN

Langkah – langkah pelaksanaan:

1. Benda uji harus dipersiapkan sebagai berikut:


a. Saringlah bahan yang akan diperiksa dengan saringan no. 4 dan jika ternyata
bahan tersebut terdiri dari butir yang tertahan saringan no. 4 maka
pemeriksaan berat jenis harus dilakukan menurut uji PB-0202-76. Jika bahan
yang akan diperiksa mengandung campuran butir yang tertahan dan yang
lewat dari saringan no. 4 tersebut maka berat jenis butir yang tertahan pada
saringan no. 4 diperiksa menurut cara pemeriksaan PB-0202-76 sedang yang
melalui saringan no. 4 diperiksa dengan pemeriksaan PB-0108-76. Berat
jenis bahan adalah harga rata-rata (sebanding dengan prosentase berat
kering masing-masing ukuran) yaitu yang dicantumkan pada pemeriksaan
PB-0201-76. Untuk berat jenis yang akan dipakai dalam membantu
pemeriksaan analisa hydrometer, maka contoh harus dipilih yang melalui
saringan no. 10 atau no. 14.
b. Dapatkan contoh dengan pemisah contoh atau cara perempat dari bahan
yang lewat saringan no. 4 atau no. 10. Benda uji dalam keadaan kering oven
tidak boleh kurang dari 10 gram utnuk botol ukur dan 50 gram untuk
piknometer.
c. Keringkan benda uji pada 105-1100C dan dinginkan sesudah itu dalam desikator.
2. Cuci piknometer dengan air suling dan keringkan. Timbang piknometer dan
tutupnya dengan ketelitian 0,01 gram (W1).
3. Masukkan benda uji kedalam piknometer dan timbang bersama tutupnya dengan
ketelitian 0,01 gram (W2).
4. Tambahlah air suling hingga piknometer terisi du pertiga. Untuk bahan yang
mengandung lempung diamkan benda uji terendam selama paping sedikit 24
jam.
5. Didihkan isi piknometer dengan hati-hati slama minimum 10 menit dan miringkan
botol sekali-kali utnuk membantu mempercepat pengeluaran udara yang
tersekap.
6. Didalam hal mempergunakan pompa cacuum tekanan udara didalam piknometer
atau botol ukur tidak boleh dibawah 100 mm Hg. Kemudian isilah piknometer
dengan air suling dan biarkan piknometer beserta isinya untuk mecapai suhu
konstan didalam bejana air atau dalam kamar. Sesudah suhu konstan
tambahkan air suling seperlunya sampai tanda batas atau sampai penuh.
Tutuplah piknometer, keringkan bagian luarnya dan timbang dengan ketelitian
0,01 gram (W3). Ukur suhu dari isi piknometer dengan keteliatian 10C.
7. Bila isi piknometer belum diketahui maka tentukan isinya sebagai berikut:
kosongkan piknometer dan bersihkan, isi piknometer dengan air suling yang
suhunya sama dengan suhu pada (c) dengan ketelitian 10C dan pasang
tutupnya.keringkan bagian luarnya dan timbang dengan ketelitian 0,01 gram dan
dikoreksi terhadap suhu (W4).

BAB V
PERHITUNGAN
Perhitungan berat jenis tanah:

Berat piknometer (W1) = 89,2 gram


Berat piknometer dan bahan kering (W2) = 210,7 gram
Berat piknometer, bahan dan air (W3) = 410 gram Berat
piknometer dan air (W4) = 336,8 gram

BAB VI
KESIMPULAN & IMPLIKASI

A. KESIMPULAN

Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat butir tanah dan berat air suling dengan
isi yang sama pada suhu tertentu. Dari perhitungan diatas berat jenis tanah diperoleh 2,515 gram.
LAMPIRAN

Gambar 1. timbangan Gambar 2.


Gelas Ukur

Gambar 3. Piknometer Gambar 4.


Kompor Listrik

Anda mungkin juga menyukai