Anda di halaman 1dari 4

1.

Tenggelam adalah suatu bentuk sufokasi berupa korban terbenam dalam cairan dancairan
tersebut terhisap masuk ke jalan napas sampai alveoli paruparu. Pada umumnya tenggelam
merupakan kasus kecelakaan, baik secara langsung maupun karena ada factor-faktor lain seperti korban
dalam keadaan mabuk atau diba&ah pengaruh obat, atau bisa dikarenakan akibat dari suatu
peristiwa pembunuhan
2. Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran seseorang
yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang berorientasi pada otak
5. px penunjang
Stone, CK., Humphries, R., 2004 menyebutkan bahwa dalam pemeriksaan urinalisis dapat ditemukan proteinuria,
hemoglobinuria, dan ketonuria. Selain itu,asidosis metabolis selalu terjadi pada korban tenggelam. Pemeriksaan
penunjang lainnya yang dilakukan pada korban tenggelam adalah :
- P e m e r i k s a a n d a r a h r u t i n u n t u k m e n g e % a l u a s i e l e k t r o l i t , k a d a r g u l a darah, dan fungsi ginjal.
- P e m e r i k s a a n a n a l i s i s g a s D a r a h u n t u k m e n e n t u k a n o k s i g e n a s i d a n keseimbangan asam basa
tubuh
- Tes toksikologi untuk mengetahui adanya penggunaan alkoho, penyalahgunaan
obat
- R o n t g e n d a d a d a n l e h e r u n t u k m e n g e t a h u i a d a n ya t r a u m a , a d a n y a cairan di paru-paru
- C T s c a n u n t u k m e n g e t a h u i a d a n ya k e r u s a k a n o t a k
-EKG untuk mengetahui fungsi jantung
6. rjp gagal

 Jika usaha RJP tidak efektif, biasanya disebabkan satu atau lebih dari problem –problem di bawah ini :
 Posisi kepala korban tidak sesuai dengan posisi head-tilit pada waktu diberikan nafas buatan;
 Mulut korban kurang terbuka lebar untuk pergantian udara;
 Mulut penolong tidak melingkupi mulut korban secara erat;
 Hidung korban tidak ditutup selama pemberian nafas buatan;
 Korban tidak berbaring diatas alas yang keras;
 Irama kompresi yang tidak teratur.

8. intubasi
Intubasi adalah memasukan pipa ke dalam rongga tubuh melalui mulut atau hidung. Intubasi terbagi menjadi 2
yaitu intubasi orotrakeal (endotrakeal) dan intubasi nasotrakeal.
Intubasi endotrakeal adalah tindakan memasukkan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima glottidis dengan
mengembangkan cuff, sehingga ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan trakea antara pita suara dan
bifurkasio trakea.
Intubasi nasotrakeal yaitu tindakan memasukan pipa nasal melalui nasal dan nasopharing ke dalam oropharing
sebelum laryngoscopy.
Tujuan dilakukannya intubasi yaitu sebagai berikut : a. Mempermudah pemberian anesthesia. b.
Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta mempertahankan kelancaran pernapasan. c. Mencegah
kemungkinan terjadinya aspirasi lambung (pada keadaan tidak sadar, lambung penuh dan tidak ada reflex batuk).
d. Mempermudah pengisapan sekret trakeobronkial. e. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama. f. Mengatasi
obstruksi laring akut
Indikasi intubasi endotrakeal yaitu mengontrol jalan napas, menyediakan saluran udara yang bebas hambatan
untuk ventilasi dalam jangka panjang, meminimalkan risiko aspirasi, menyelenggarakan proteksi terhadap pasien
dengan keadaan gawat atau pasien dengan refleks akibat sumbatan yang terjadi, ventilasi yang tidak adekuat,
ventilasi dengan thoracoabdominal pada saat pembedahan, menjamin fleksibilitas posisi, memberikan jarak
anestesi dari kepala, memungkinkan berbagai posisi (misalnya,tengkurap, duduk, lateral, kepala ke bawah),
menjaga darah dan sekresi keluar dari trakea selama operasi saluran napas, Perawatan kritis : mempertahankan
saluran napas yang adekuat, melindungi terhadap aspirasi paru, kebutuhan untuk mengontrol dan mengeluarkan
sekret pulmonal.
Kontraindikasi intubasi endotrakeal adalah : trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang
vertebra servical, sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi.
Indikasi Intubasi nasotrakeal : dilakukan pada pasien-pasien yang akan menjalani operasi maupun tindakan
intraoral. Intubasi nasotrakeal pada saat ini sudah jarang dilakukan untuk intubasi jangka panjang karena
peningkatan tahanan jalan napas serta risiko terjadinya sinusitis. Teknik ini bermanfaat apabila urgensi
pengelolaan airway yang tidak memungkinkan foto servikal. Intubasi nasotrakeal secara membuta (blind
nasotrakeal intubation) memerlukan penderita yang masih bernafas spontan.
kontraindikasi untuk penderita yang apnea, fraktur basis cranii, khususnya pada tulang ethmoid, epistaksis,
polip nasal, koagulopati, dan trombolisis.

9. dc shock
Suatu cara memberikan renjatan arus listrik langsung ke jantung lewat sepasang elektroda yang diletakkan pada
dinding toraks untuk menghentikan takikardia ventricular dan supraventrikuler.
Pemberian renjatan sinkron gelombang R(Kompleks QRS).
Renjatan listrik mendepolarisasi sel pemacu jantung automatic dan sel miokardial serta menghilangkan atritmia.
Nodus sinoatrial, nodus atrioventrikular dan system purkinje mengambil alih irama jantung.
Tujuan penggunaan: Menghilangkan aritmia ventrikel yang spesifik pada henti jantung dan kelainan organic
jantung lainnya
Indikasi :
1. Kardioversi darurat,
a. Takikardi supraventrikular, fluter atrial, dan fibrilasi atrial dengan hipotensi, hipoperfusi sistemik, gagal
jantung kongestif, atau iskemia miokard.
b. Takikardia ventrikel dengan nadi palpasi gagal berubah ke irama sinus dengan lidokain atau amiodaron.

2. Kardioversi elektif.
Kardioversi dilakukan elektif pada takikardia supraventrikuler, fluter atrial, dan fibrilasi atrial, yang gagal
berubah ke irama sinus dengan digitalis, propranolol, adrofonium, fenilefrin, kuinidin, atau verapanil.
Irama sinus lebih baik daripada aritmia karena curah jantung lebih banyak dan lebih rendah angka embolisme.

Kontraindikasi :
1. Intoksikasi digitalis.
Fibrilasi ventrikel dapat terjadi walaupun dilakukan kardioversi sinkron, Stimulasi cepat atrium dengan
pemacu temporer(TPM) dapat merubah atritmia supraventrikular.
2. Penyakit sistem konduksi. Blok atrioventrikular dipasang profilaktik Temporer Pace Maker (TPM).
3. Pasien dengan tidak mampu bertahan pada irama sinus.
4. Fibrilasi atrial yang telah lama atu bertahun.
5. Kardioversi dengan fibrilasi atrial cepat berulang, dengan dosis kuinidin profilaktik.
6. Post operasi baru katup jantung, kardioversi ditunda 10-14 hari, TPM dapat menghentikan takiaritmia.
10. sampai di rs

Klasifikasi Penangan awal di gawat darurat


Kelompok 1: pasien tanpa inhalasi Lakukan observasi
yang jelas Analisis gas darah, monitor SaO2
Kaji hipotermia
Periksa elektrolit, apusan darah tepi,
glukosa
Rontgen dada
Kelompok 2: pasien dengan ventilasi Oksigen dengan masker atau sirkuit
yang adekuat CPAP
Pantau SaO 2 dan PaO 2
Infus infus cairan hangat
Kaji hipotermia dan asidosis
metabolik
Periksa rontgen dada, hitung darah
lengkap, urea, elektrolit, glukosa
Pindahkan ke ICU sedapat mungkin
Kelompok 3: pasien dengan ventilasi Intubasi dan ventilasi dengan oksigen
yang tidak adekuat 100%
Lanjutkan IPPV. Pertahankan PaO 2
>8 kPa
Infus intravena
Gunakan PEEP jika perlu
Pindahkan ke ICU
Kelompok 4: pasien dengan henti Bersihkan jalan napas
jantung IPPV segera
Kompresi dada
EKG segera mungkin
Kanulasi intravena
Kaji hipotermia
13. gawatdarurat
Hipoksia : Hipoksia merupakan kondisi di mana berkurangnya suplai oksigen ke jaringan di bawah level normal
yang tentunya tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada kasus tenggelam kemungkinan adalah hipoksia
hipoksik, merupakan bentuk tersering dari hipoksia, terjadi ketika terdapat gangguan pertukaran oksigen di paru-
paru.
Hipoksia akan menyebabkan sianosis, Kerusakan sistem saraf pusat (SSP), cedera pulmoner yang berlanjut, jejas
reperfusi atau disfungsi multiorgan.

Asidosis : Asidosis adalah terganggunya keseimbangan asam basa di dalam tubuh yang ditandai dengan
akumulasi asam di dalam darah. Asidosis respiratorik

Secara umum asidosis repiratorik disebabkan karena naiknya PCO2 dalam darah. Hal ini terjadi akibat
hipoventilasi. Dengan peningkatan PCO2 akan mengakibatkan terjadi peningkatan konsentrasi H2CO3 dan H+.

Penyebab asidosis respiratorik yaitu hal-hal yang menyebabkan hipoventilasi, yaitu

 Hambatan pada pusat pernapasan di medulla oblongata


 Gangguan pada otot-otot pernapasan
 Gangguan pertukaran gas
 Obstruksi sel-sel napas baik atas akut

14. air tawar vs air laut


Tenggelam pada Air Tawar
Pada korban tenggelam terjadi laringospasme yang dipicu oleh adanya cairan yang masuk ke orofaring atau
laring. Hal ini menyebabkan pasien tidak dapat bernafas di air sehingga terjadi penurunan kadar oksigen dan
peningkatan kadar CO2 tubuh.
Keadaan ini menyebabkan hilangnya mekanisme laringospasme yang diikuti dengan hiperventilasi sehingga
terjadi kemungkinan aspirasi sejumlah cairan saat tenggelam.

Air tawar lebih hipotonis bila dibandingkan dengan plasma darah. Air yang teraspirasi dan berada dalam alveoli
segera pindah ke sirkulasi darah karena perbedaan tekanan tersebut. Hal ini menyebabkan peningkatan volume
darah, hemodilusi, dan hemolisis. Hemolisis dapat menyebabkan Kalium intrasel darah merah keluar sehingga
menyebabkan hiperkalemia. Overload dari sirkulasi, hiperkalemia bersama dengan hipoksia otot jantung
menyebabkan penurunan tekanan sistolik jantung yang dengan cepat diikuti fibrilasi ventrikel. Air tawar juga
dapat merusak surfaktan yang ada pada alveolus sehingga mengganggu fungsi paru secara normal. Cairan yang
teraspirasi serta rusaknya surfaktan akan mengurangi kemampuan ventilasi paru (Medscape, 2013)

Tenggelam pada Air Laut


Konsentrasi elektrolit cairan air asin lebih tinggi daripada dalam darah, sehingga air akan ditarik dari sirkulasi
pulmonal ke dalam jaringan interstitial paru yang akan menimbulkan edema pulmoner, hemokonsentrasi,
hipovolemia dan kenaikan kadar Mganesium dalam darah.
Hemokonsentrasi akan mengakibatkan sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan terjadinya payah jantung.
Kematian terjadi kira-kira dalam waktu 8-9 menit setelah tenggelam.(Budiyanto et al., 2007). Tenggelam dalam
air laut juga dapat menyebabkan hipotermia akibat suhu air laut yang rendah sehingga terjadi isolasi atau
pertukaran panas tubuh dengan lingkungan. Kondisi hipotermia ini lebih berbahaya karena dapat menurunkan
fungsi fisiologis seseorang yang sebagian besar respon fisiologis membutuhkan suhu tubuh yang optimal.
Air tawar Air laut
 osmolariti <darah osmolariti>darah
 hipotonis hipertonis
 hipervolemia hipovolemia
 hemodilusi hemokonsentrasi

Anda mungkin juga menyukai