KELOMPOK 5
Pendidikan Biologi Internasional
Mahardika Himas Nugraeni (13304241047)
Maryatul Qibtiyah (13304241059)
Fitarahmawati (13304241062)
Ajeng Narulita Kusumas Tuti (13304244005)
An Nisaa’ Rakhmi (13304244028)
Analisa kuantitatif kinetika reaksi enzim dapat dilakukan dengan dua azas
pendekatan : azas keseimbangan menurut Michaelis- Menten, dan azas teori keadaan tunak
(steady state theory) menurut Briggs-haldane. (Wirahadikusumah, 1981:41)
Kinetika enzim dalah enzim protein yang dapat mengubah konformasi enzim tentu
dapat mempengaruhi kegiatan. Reaksi kimia dapat terjadi ketika molekul-molekul reaktan
berada dalam keadaan transisi atau tidak aktif menyebabkan negara dalam transisi molekul
negara dalam energi aktivasi. Jadi ikatan kimia terbentuk dengan mudah dan memungkinkan
produk.
Laju reaksi kimia sebanding dengan konsentrasi senyawa dalam keadaan transisi.
Tingkat reaksi kimia akan sangat tinggi ketika sebagian besar molekul reaktan dalam keadaan
transtition yang kaya energi.
Bentuk kurva kejenuhan substrat yang khas bagi suatu enzim dapat dinyatakan
secara matematik oleh persamaan Michaelis- Menten:
Vmaks [𝑆]
vo = KM +[𝑆]
Persamaam ini, yang diturunkan oleh Michaelis-Menten berawal dari hipotesis dasar
bahwa tahap pembatas kecepatan di dalm reaksi enzimatik adalah tahap penguraian kompleks
ES, menjadi produk dan enzim bebas. (Lehninger, 1982:242)
Persamaan Michaelis-Menten merupakan dasar bagi semua aspek kinetika kerja
enzim. Jika kita mengetahui KM dan vmaks, kita dapat menghitung kecepatan reaksi suatu
enzim pada setiap konsentrasi substrat. Hampir semua reaksi enzimatik, termasuk dengan
reaksi satu atau dua substrat, dapat dianalisa secara kuantitatif dengan teori Michaelis-
Menten. Kenyataan ini telah memberikan bukti kuat bahwa enzim mengkatalisis reaksi
dengan menggabungkan substratnya dalam waktu sementara, jadi menurunkan energi aktivasi
keseluruhan reaksi. Pembentukan enzim-substrat seringkali dapat dideteksi secara langsung
dengan metoda fisiko-kimia, yaitu melalui perubahan spektrum absorbsi enzim tersebut, yang
bersifat khas, ketika substratnya ditambahkan. (Lehninger, 1982:242)
Vmaks [𝑆]
vo = KM +[𝑆]
Jadi, jelaslah bahwa hasil analisa dengan kedua cara pendekatan tersebut di atas,
menghasilkan persamaan yang sam untuk hubungan antara laju reaksi enzima dan konsentrasi
substrat. (Wirahadikusumah, 1981:46)
Grafik hubungan antara laju reaksi enzima dan konsentrasi substrat menurut persamaan
Michaelis-Menten.
konsentrasi substrat, makan kecepatan awal reaksi adalah setengah dari kecepatan akhir
reaksi. Persamaan tersebut bermanfaat dalam penentuan praktis KM dan vmax dan didalam
analisis mekanisme kerja inhibitor (Lehinger, 1982: 245).
D. Persamaan Lineweaver-Burk
Persamaan Michaelis-Menten dapat ditransformasi secara aljabar menjadi bentuk lain
yang lebih bermanfaat didalam pemetaan data percobaan. Suatu transformasi umum
diturunkan secara sederhana dengan membuat kebalikan dari kedua sisi persamaan
Michaelis-Menten sebagai berikut;
1 Kᴍ 1 1
= +
𝑣𝑜 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠[𝑆] 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
(Lehninger, 1982.246)
Grafik A
1
0.8
√ (benar)
0.6
0.4
0.2
0
-2 -1 -0.2 0 1 2 3
-0.4
Grafik B
1.5
1 × (salah)
0.5
0
-0.3 0.2 0.7 1.2
-0.5
Inhibitor
Terdapat dua jenis utama inhibitor (penghambat) enzim: yaitu yang bekerja secara tidak
dapat balik (irreversible) dan dapat balik (reversible).
a. Inhibitor Kompetitif
E + I ⇌ EI
Akan tetapi, penghambat I tidak dapat dikatalisa oleh enzim untuk menghasilkan produk
reaksi yang baru.
Pemetaan kebalikan berganda dapat kecepatan enzim memberikan cara yang mudah
untuk menentukan apakah suatu penghambat enzim bersifat kompetitif atau non kompetitif.
Dua rangkaian percobaan kecepatan reaksi dilakukan ; konsentrasi enzim dijaga tetap pada
kedua percobaan. Pada salah satu rangkaian, konsentrasi substrat dijaga tetap dan pengaruh
peningkatan konsentrasi pnenghambat terhadap kecepatan awal V0. Ditentukan dengan
pengukuran yang sesuai. Pada percobaan lain konsentrasi penghambat dijaga tetap, dan
konsentrasi substrat diubah ubah, Kebalikan (1/Vo) dari kecepatan reaksi Vo dipetakan
terhadap kebalikan konsentrasi substrat, yaitu 1/[S].
P erpotongan sumbu 1/Vo sama dengan 1/Vmaks , maka Vmaks tidak berubah dengan
adanya penghambat kompetitif. Grafik 1 memperlihatkan serangkaian pemetaan kebalikan
ganda yang diperoleh tanpa adanya penghambat dan dengan dua konsentrasi penghambat
kompetitif. Penghambat kompetitif memberikan sekumpulan garis dengan titik potong yang
sama pada sumbu 1/Vo tetapi dengan sudut yang berbeda karena perpotongan pada sumbu
1/Vo = 1/Vmax, kita dapat melihat bahwa Vmax tidak berubah dengan adanya penghambat
kompetitif. Berapapun konsentrasi penghambat kompetitif, selalu terdapat konsentrasi
substrat (tinggi) yang yang akan mendesak penghambat kompetitif dari sisi aktif
b. Inhibitor Nonkompetitif
Inhibitor nonkompetitif adalah zat penghambat yang dapat bergabung dengan enzim
bebas atau dengan kompleks ES pada sisi di luar sisi aktifnya. Penghambat berikatan pada
sisi non aktif enzim, mengubah konformasi molekul enzim sehingga mengakibatkan
inaktivasi dapat balik sisi katalitik. Penghambatan ini berikatan pada kedua molekul enzim
bebas dan kompleks ES, membentuk kompleks EI dan ESI yang tidak aktif.
E + I ⇌ EI
ES + I ⇌ ESI
Besarnya penghambatan tidak dapat dikurangi dengan menaikkan kadar substrat.
Penghambatan enzim secara nonkompetitif dibedakan dari kompetitif oleh pemetaan
kebalikan ganda terhadap data kecepatan reaksi.
Perpotongan garis yang sama pada sumbu 1/[S], menunjukkan bahwa Km dari substrat
tidak berubah oleh penghambat nonkompetitif, tetapi Vmaks-nya menurun. Baik kompleks EI
dan EIS tidak aktif. Karena inhibitor tidak dapat dilawan dengan peningkatan konsentrasi
substrat, Vmax reaksi berubah. Namun, karena substrat masih dapat mengikat enzim, Km
tetaplah sama (Girindra, 1986 : 66)
Contoh: ion logam berat (Ag+, Hg+, Pb+) , pestisida (DDT) dan parathion yang
menghambat kerja enzim dalam sistem syaraf (mengganggu keseimbangan ion kalium-
natrium di dalam jaringan syaraf.), serta antibiotik dan penisilin pada sel bakteri. Inhibitor
irreversible non kompetitif ini melekat pada sisi aktif enzim dengan sangat kuat (ikatan
kovalen) sehingga tidak lepas dari enzim (irreversible). Akibatnya enzim tidak aktif (Ismadi,
1992 : 85). Contoh lain dari inhibitor ini ialah penghambatan balik dehidratase treonin oleh
L-isoleusin (Lehninger, 1982 : 266).
c. Inhibitor Uncompetitive
Pada inhibitor tak kompetitif, inhibitor tidak dapat berikatan dengan enzim bebas,
namun hanya dapat dengan komples ES (enzim-substrat). Kompleks EIS yang terbentuk
kemudian menjadi tidak aktif. Jenis inhibitor ini sangat jarang, namun dapat terjadi pada
enzim-enzim multimerik (Saryono, 2011 : 66)
Tipe Inhibitor Tempat Pengikatan pada Enzim Efek Kinetik
Kompetitif Secara spesifik pada sisi aktif, dimana Vmax tidak berubah
inhibitor berebut dengan substrat Km meningkat
untuk berikatan dengan enzim. Km didefinisikan sebagai
Penghambatan bersifat reversible oleh [S] yang diperlukan untuk
substrat. ½ aktivitas maksimal.
Nonkompetitif Berikatan dengan E atau kompleks ES Km tidak berubah
selain sisi aktif. Pengikatan substrat Vmax menurun, sesuai
tidak berubah, tetapi kompleks ESI dengan konsentrasi
tidak dapat membentuk produk. inhibitor.
Penghambatan tidak dapat dibalik oleh
substrat.
Unkompetitif Berikatan hanya dengan kompleks ES Vmax menurun,
pada lokasi selain sisi aktif. Km menurun, didefinisikan
Pengikatan substrat memodifikasi sebagai [S] yang
struktur enzim, membuat tersedianya diperlukan untuk ½
tempat pengikatan inhibitor, tidak aktivitas maksimal.
dapat dibalik oleh substrat.
Sumber : Saryono, 2011.
Daftar Pustaka