Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIOKIMIA

KINETIKA ENZIM DAN INHIBITOR

KELOMPOK 5
Pendidikan Biologi Internasional
Mahardika Himas Nugraeni (13304241047)
Maryatul Qibtiyah (13304241059)
Fitarahmawati (13304241062)
Ajeng Narulita Kusumas Tuti (13304244005)
An Nisaa’ Rakhmi (13304244028)

Jurusan Pendidikan Biologi


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Enzim adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh sel-sel hidup. Bekerja dengan
urut-urutan yang teratur, enzim mengkatalis ratusan reaksi bertahap yang menguraikan
molekul nutrien, reaksi yang menyimpan dan mengubah energi kimiawi, dan yang membuat
makromolekul sel dari prekursor sederhana. Spesifitas enzim amat tinggi terhadap
substratnya, enzim mempercepat reaksi kimiawi spesifik tanpa pembentukan produk
samping, dan molekul ini berfungsi di dalam larutan encer pada keadaan suhu dan pH
normal. (Lehninger,1982:235)
Pada tahun 1850, Louis Pasteur menyimpulkan bahwa fermentasi gula menjadi
alkohol oleh ragi yang dikatalis fermen. Fermen tersebut kemudian dinamakan enzim (dalam
ragi). Enzim yang mengkatalisis lintas metabolik utama penghasil energi, dapat tetap
berfungsi jika dipindahkan dari struktur sel hidup. (Lehninger,1982:236)
Kebanyakan enzim yang terdapat di dalam alat-alat atau organ-organ organisme hidup
berupa larutan koloidal dalam cairan tubuh, seperti air ludah, darah, cairan lambung dan
cairan pankreas. Enzim terdapat di bagian dalam sel. Hal ini terikat erat dengan protoplasma.
Enzim juga ada di dalam mitokondria dan ribosom. (Sumardjo,2009 : 389)
Semua enzim murni yang telah diamati sampai saat ini adalah protein, dan aktivitas
katalitiknya bergantung kepada strukturnya sebagai protein. (Lehninger,1982:237) Seperti
semua protein yang dibentuk di dalam tubuh, enzim dibentuk dari asam-asam amino dengan
cetak biru mRNA.
BAB II
ISI
A. Kinetika Enzim
Kinetika enzim adalah aktivitas enzim yang didasarkan oleh konsentrasi substrat.
Pada konsentrasi substrat yang amat rendah, kecepatan reaksipun amat rendah, tetapi
kecepatan ini akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi substrat. Jika kita menguji
pengaruh konsentrasi substrat yang terus meningkat setiap saat kita mengukur kecepatn awal
reaksi yang dikatalisis ini, kita akan menemukan bahwa kecepatan ini meningkat dengan nilai
yang semakin kecil. Pada akhirnya akan tercapai titik batas, dan setelah titik ini dilampaui,
kecepatan reaksi hanya akan meningkat sedemikian kecil dengan bertambahnya konsentrasi
substrat. Pada batas ini yang disebut kecepatan maksimum ( Vmaks ) , enzim menjadi jenuh
karena substratnya dan tidak dapat berfungsi lebih cepat. (Lehninger, 1982:241)
Reaksi Enzima :

Analisa kuantitatif kinetika reaksi enzim dapat dilakukan dengan dua azas
pendekatan : azas keseimbangan menurut Michaelis- Menten, dan azas teori keadaan tunak
(steady state theory) menurut Briggs-haldane. (Wirahadikusumah, 1981:41)
Kinetika enzim dalah enzim protein yang dapat mengubah konformasi enzim tentu
dapat mempengaruhi kegiatan. Reaksi kimia dapat terjadi ketika molekul-molekul reaktan
berada dalam keadaan transisi atau tidak aktif menyebabkan negara dalam transisi molekul
negara dalam energi aktivasi. Jadi ikatan kimia terbentuk dengan mudah dan memungkinkan
produk.

Laju reaksi kimia sebanding dengan konsentrasi senyawa dalam keadaan transisi.
Tingkat reaksi kimia akan sangat tinggi ketika sebagian besar molekul reaktan dalam keadaan
transtition yang kaya energi.

B. Persamaan Michaelis –Menten


1. Pendekatan dengan Azas Keseimbangan Menurut Michaelis- Menten
Laju reaksi enzim tergantung pada konsentrasi enzim dan substrat berbanding lurus
dengan konsentrasi rendah. Namun seringkali tidak bergantung pada konsentrasi substrat
yang tinggi. Dapat dikatakan bahwa substrat enzim (ES) yang dapat terurai membentuk
produk (P) dan substrat (S) lagi. Untuk itu laju reaksi membatasi langkah dalam reaksi
enzimatik adalah tahap dekomposisi kompleks ES ke dalam produk dan enzim bebas.

Bentuk kurva kejenuhan substrat yang khas bagi suatu enzim dapat dinyatakan
secara matematik oleh persamaan Michaelis- Menten:
Vmaks [𝑆]
vo = KM +[𝑆]

Dengan vo = kecepatan awal pada konsentrasi substrat [𝑆]


vmaks = kecepatan maksumum
KM = tetapan Michaelis-Menten enzim bagi substrat tertentu

Michaelis dan Menten mendefinisikan suatu tetapan yang sekarang dinyatakan


sebagai KM, yang bermanfaat dalam menyatakan hubungan yang tepat diantara konsentrasi
substrat dan kecepatan enzimatik, KM atau tetapan Michaelis-Menten dapat didevinisikan
secara sederhana sebagai konsentrasi substrat tertentu pada saat enzim mencapai setengah
kecepatan maksimumnyan. (Lehninger, 1982:241)

Persamaam ini, yang diturunkan oleh Michaelis-Menten berawal dari hipotesis dasar
bahwa tahap pembatas kecepatan di dalm reaksi enzimatik adalah tahap penguraian kompleks
ES, menjadi produk dan enzim bebas. (Lehninger, 1982:242)
Persamaan Michaelis-Menten merupakan dasar bagi semua aspek kinetika kerja
enzim. Jika kita mengetahui KM dan vmaks, kita dapat menghitung kecepatan reaksi suatu
enzim pada setiap konsentrasi substrat. Hampir semua reaksi enzimatik, termasuk dengan
reaksi satu atau dua substrat, dapat dianalisa secara kuantitatif dengan teori Michaelis-
Menten. Kenyataan ini telah memberikan bukti kuat bahwa enzim mengkatalisis reaksi
dengan menggabungkan substratnya dalam waktu sementara, jadi menurunkan energi aktivasi
keseluruhan reaksi. Pembentukan enzim-substrat seringkali dapat dideteksi secara langsung
dengan metoda fisiko-kimia, yaitu melalui perubahan spektrum absorbsi enzim tersebut, yang
bersifat khas, ketika substratnya ditambahkan. (Lehninger, 1982:242)

Tiap-tiap enzim memiliki KM yang khas bagi substrat tertentu


Unsur kunci dalam persamaan Michaelis-Menten adalah KM yang besifat khas bagi
enzim tertentu, dengan substrat spesifik pada kondisi Ph dan suhu tertentu. KM beberapa
enzim:
Enzim Substrat KM, mM
Katalase H2O2 25
Heksokinase ( otak ) ATP 0,4
D-Glukosa 0,05
D-Fruktosa 1,5
Anhidrase karbohidrat HCO3- 9
Khimotripsin Glisiltirosinlglisin 108
N-benzoiltirosinamida 2,5
𝛽 − 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑘𝑡𝑜𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑒 D-Laktosa 4,0
Dehidratase treonin L-Treonin 5,0

2. Pendekatan dengan prinsip ‘teori keadaan tunak’ menurut Briggs-Haldane


Pada prinsip teori keadaan tunak (steady state theory), laju reaksi pembentukan
komples ES sama dengan laju reaksi penguraiaan ES menjadi P dan E. Dalam keadan tuak,
bertambahnya ES persatuan waktu adalah nol.

Vmaks [𝑆]
vo = KM +[𝑆]

Jadi, jelaslah bahwa hasil analisa dengan kedua cara pendekatan tersebut di atas,
menghasilkan persamaan yang sam untuk hubungan antara laju reaksi enzima dan konsentrasi
substrat. (Wirahadikusumah, 1981:46)
Grafik hubungan antara laju reaksi enzima dan konsentrasi substrat menurut persamaan
Michaelis-Menten.

C. Persamaan I/2 Vmax

(Lehninger, 1982: 241)


Suatu hubungan numerik yang penting ditimbulkan oleh persamaan Michaelis-Menten pada
keadaan khusus, jika kecepatan reaksi awal tepat sama dengan kecepatan maksimum (𝑣 =
1
𝑣 ) maka akan diperoleh persamaan KM = [S] yang artinya bahwa ketika KM sama dengan
2 0

konsentrasi substrat, makan kecepatan awal reaksi adalah setengah dari kecepatan akhir
reaksi. Persamaan tersebut bermanfaat dalam penentuan praktis KM dan vmax dan didalam
analisis mekanisme kerja inhibitor (Lehinger, 1982: 245).

D. Persamaan Lineweaver-Burk
Persamaan Michaelis-Menten dapat ditransformasi secara aljabar menjadi bentuk lain
yang lebih bermanfaat didalam pemetaan data percobaan. Suatu transformasi umum
diturunkan secara sederhana dengan membuat kebalikan dari kedua sisi persamaan
Michaelis-Menten sebagai berikut;

1 Kᴍ 1 1
= +
𝑣𝑜 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠[𝑆] 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠

persamaan tersebut adalah transformasi persamaan Michaelis-Menten yang disebut


persamaan Lineweaver-Burk. Bagi enzim-enzim yang mengikuti hubungan Michaelis-Menten
1 1
secara benar, pemetaan terhadap akan menhasilkan garis lurus yang memiliki sudut
𝑣𝑜 [𝑆]
𝐾ᴍ 1 1
. Perpotongan garis terhadap sumbu y atau sumbu sebesar dan perpotongan
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑣𝑜 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
1 1
garis terhadap sumbu x atau sumbu [𝑆] adalah sebesar - 𝐾ᴍ .

(Lehninger, 1982.246)

Persamaan Kebalikan Ganda mempunyai manfaat dan kelebihan dibanding dengan


rumus persamaan Michaelis-Menten, yaitu

1. Menentukan Kᴍ dan Vmaks lebih cepat, tepat, dan teliti


2. Mengoreksi data penelitian yang baik dan kurang baik

Grafik A
1
0.8
√ (benar)
0.6
0.4
0.2
0
-2 -1 -0.2 0 1 2 3
-0.4
Grafik B
1.5

1 × (salah)
0.5

0
-0.3 0.2 0.7 1.2
-0.5

3. Dapat memberi informasi yang lebih detail tentang inhibitor

Inhibitor

Terdapat dua jenis utama inhibitor (penghambat) enzim: yaitu yang bekerja secara tidak
dapat balik (irreversible) dan dapat balik (reversible).

1. Inhibitor Tidak Dapat Balik


Inhibitor tak dapat balik adalah golongan yang bereaksi dengan, atau merusakkan
suatu gugus fungsional pada molekul enzim yang penting bagi aktivitas
katalitiknya. Inhibitor ini akan merusak enzim sehingga enzim tidak akan dapat
menempel dengan substrat secara permanen. Inhibitor tidak dapat bolak-balik
dapat menyebabkan cacat hingga kematian. Contohnya adalah senyawa
diisoprofilfluorophospat (DFP), yang menghambat enzim asetilkolinesterase,
yang penting didalam transmisi impuls syaraf. Asetilkolinesterase mengkatalisa
hidrolisis asetilkolin, suatu senyawa neurotransmitter yang berfungsi di dalam
bagian tertentu system syaraf. Asetilkolin dibebankan oleh sel syaraf yang telah
menerima rangsangan menuju sinaps, atau sambungan dengan sel syaraf yang
lain. Sekali asetilkolin telah dikeluarkan ke dalam sinaps, molekul ini berkaitan
dengan reseptor pada sel syaraf selanjutnya, menyebabkan sel tersebut untuk
menggandakan impuls syaraf. Akan tetapi, sebelum impuls kedua dapat
dipancarkan melalui sinaps, asetilkolin yang dikeluarkan setelah impuls pertama
harus dihidrolisa oleh asetilkolinesterase pada sambungan sel syaraf. Produk
aktivitas ini adalah asetat dan kolin dan tidak memiliki aktivitas transmitter.
Inhibitor DFP tak dapat balik sangat reaktif dan bereaksi dengan gugus hidroksil
dari residu serin esensial pada sisi aktif asetilkolinesterase, untuk membentuk
turunan yang tidak aktif mengkatalisa. Sekali turunan ini telah terbentuk, molekul
enzim tidak lagi dapat berfungsi (Lehninger, 1982). Contoh lain adalah kasus
keracunan logam berat seperti Pb yang akan menghambat system pembentukan
Hb dalam menyebabkan kelainan darah dapat berujung kematian.

2. Inhibitor Dapat Balik


Inhibitor dapat balik atau reversible merupakan inhibitor yang efeknya dapat
dikembalikan ke semula atau dapat dikurangi, sehingga enzim dapat bekerja sepert sediakala.
Inhibitor dapat balik dapat dibedakan menjadi inhibitor kompetitif dan inhibitor
nonkompetitif.

a. Inhibitor Kompetitif

Inhibitor kompetitif menurut Lehninger (1982) adalah inhibitor bersaing dengan


substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim, tetapi sekali terikat tidak dapat diubah oleh
enzim tersebut. Ciri penghambat kompetitif adalah penghambatan ini dapat dibalikkan dan
diatasi dengan meningkatkan konsentrasi substrat. Sebagai contoh jika suatu enzim 50%
dihambat pada konsentrasi tertentu dari substrat dan penghambat kompetitif, kita dapat
mengurangi persen penghambat dengan menambah konsentrasi substrat.

Jadi cara mengatasi inhibitor kompetitif adalah dengan menambahkan konsentrasi


substrat.
Penghambat kompetitif biasanya menyerupai substrat normal pada struktur tiga
dimensi. Karena persamaan ini penghambat kompetitif “menipu” enzim untuk berikatan
dengannya. Penghambat kompetitif I hanya berikatan secara dapat balik dengan enzim,
membentuk suatu kompleks EI.

E + I ⇌ EI

Akan tetapi, penghambat I tidak dapat dikatalisa oleh enzim untuk menghasilkan produk
reaksi yang baru.

Contoh klasiknya adalah penghambatan kompetitif dehidrogenase suksinat oleh anion


malonat. Dehifrogenase suksinat adalah anggota golongan enzim yang mengkatalis siklus
asam sitrat, lintas akhir metabolik bagi degradasi oksidatif karbohidrat dan lemak didalam
mitokondria. Enzim ini mengkatalisa pembebasan dua atom hidrogen dari suksinat, satu dari
masing masing kedua gugus metil (-CH2-). Dehidrogenase suksinat dihambat oleh malonat,
yang menyerupai suksinat karena sama sama memiliki dua gugus karboksil yang mengion
pada pH 7.0, hanya berbeda pada tiga karbonnya. Malonat tidak terhidrogenasi oleh
dehidrogenasi suksinat, malonat hanya menempati sisi aktif enzim dan menguncinya
sehingga tidak dapat bekerja pada substrat normalnya. Sifat dapat balik dari pengahambatan
malonat diperlihatkan pada kenyataan bahwa peningkatan konsentrasi suksinat akan
menurunkan tingkat penghambatan oleh konsentrasi malonat tertentu.
Penghambat kompetitif paling mudah dikenal didalam percobaan percobaan dengan
menentukan pengaruh konsentrasi penghambat terhadap hubungan diantara konsentrasi
substrat dan kecepatan awal. Transformasi kebalikan ganda dari persamaan Michaelis-
Manten amat bermanfaat dalam menentukan apakah penghambatan enzim yang dapat balik
itu bersifat kompetitif atau non kompetitif.

Uji Kinetika untuk Membedakan Penghambatan Kompetitif dan Non Kompetitif

Pemetaan kebalikan berganda dapat kecepatan enzim memberikan cara yang mudah
untuk menentukan apakah suatu penghambat enzim bersifat kompetitif atau non kompetitif.
Dua rangkaian percobaan kecepatan reaksi dilakukan ; konsentrasi enzim dijaga tetap pada
kedua percobaan. Pada salah satu rangkaian, konsentrasi substrat dijaga tetap dan pengaruh
peningkatan konsentrasi pnenghambat terhadap kecepatan awal V0. Ditentukan dengan
pengukuran yang sesuai. Pada percobaan lain konsentrasi penghambat dijaga tetap, dan
konsentrasi substrat diubah ubah, Kebalikan (1/Vo) dari kecepatan reaksi Vo dipetakan
terhadap kebalikan konsentrasi substrat, yaitu 1/[S].
P erpotongan sumbu 1/Vo sama dengan 1/Vmaks , maka Vmaks tidak berubah dengan
adanya penghambat kompetitif. Grafik 1 memperlihatkan serangkaian pemetaan kebalikan
ganda yang diperoleh tanpa adanya penghambat dan dengan dua konsentrasi penghambat
kompetitif. Penghambat kompetitif memberikan sekumpulan garis dengan titik potong yang
sama pada sumbu 1/Vo tetapi dengan sudut yang berbeda karena perpotongan pada sumbu
1/Vo = 1/Vmax, kita dapat melihat bahwa Vmax tidak berubah dengan adanya penghambat
kompetitif. Berapapun konsentrasi penghambat kompetitif, selalu terdapat konsentrasi
substrat (tinggi) yang yang akan mendesak penghambat kompetitif dari sisi aktif

b. Inhibitor Nonkompetitif

Inhibitor nonkompetitif adalah zat penghambat yang dapat bergabung dengan enzim
bebas atau dengan kompleks ES pada sisi di luar sisi aktifnya. Penghambat berikatan pada
sisi non aktif enzim, mengubah konformasi molekul enzim sehingga mengakibatkan
inaktivasi dapat balik sisi katalitik. Penghambatan ini berikatan pada kedua molekul enzim
bebas dan kompleks ES, membentuk kompleks EI dan ESI yang tidak aktif.

E + I ⇌ EI

ES + I ⇌ ESI
Besarnya penghambatan tidak dapat dikurangi dengan menaikkan kadar substrat.
Penghambatan enzim secara nonkompetitif dibedakan dari kompetitif oleh pemetaan
kebalikan ganda terhadap data kecepatan reaksi.

Perpotongan garis yang sama pada sumbu 1/[S], menunjukkan bahwa Km dari substrat
tidak berubah oleh penghambat nonkompetitif, tetapi Vmaks-nya menurun. Baik kompleks EI
dan EIS tidak aktif. Karena inhibitor tidak dapat dilawan dengan peningkatan konsentrasi
substrat, Vmax reaksi berubah. Namun, karena substrat masih dapat mengikat enzim, Km
tetaplah sama (Girindra, 1986 : 66)

Contoh: ion logam berat (Ag+, Hg+, Pb+) , pestisida (DDT) dan parathion yang
menghambat kerja enzim dalam sistem syaraf (mengganggu keseimbangan ion kalium-
natrium di dalam jaringan syaraf.), serta antibiotik dan penisilin pada sel bakteri. Inhibitor
irreversible non kompetitif ini melekat pada sisi aktif enzim dengan sangat kuat (ikatan
kovalen) sehingga tidak lepas dari enzim (irreversible). Akibatnya enzim tidak aktif (Ismadi,
1992 : 85). Contoh lain dari inhibitor ini ialah penghambatan balik dehidratase treonin oleh
L-isoleusin (Lehninger, 1982 : 266).

(Lehninger, 1982 : 266)

c. Inhibitor Uncompetitive

Pada inhibitor tak kompetitif, inhibitor tidak dapat berikatan dengan enzim bebas,
namun hanya dapat dengan komples ES (enzim-substrat). Kompleks EIS yang terbentuk
kemudian menjadi tidak aktif. Jenis inhibitor ini sangat jarang, namun dapat terjadi pada
enzim-enzim multimerik (Saryono, 2011 : 66)
Tipe Inhibitor Tempat Pengikatan pada Enzim Efek Kinetik
Kompetitif Secara spesifik pada sisi aktif, dimana Vmax tidak berubah
inhibitor berebut dengan substrat Km meningkat
untuk berikatan dengan enzim. Km didefinisikan sebagai
Penghambatan bersifat reversible oleh [S] yang diperlukan untuk
substrat. ½ aktivitas maksimal.
Nonkompetitif Berikatan dengan E atau kompleks ES Km tidak berubah
selain sisi aktif. Pengikatan substrat Vmax menurun, sesuai
tidak berubah, tetapi kompleks ESI dengan konsentrasi
tidak dapat membentuk produk. inhibitor.
Penghambatan tidak dapat dibalik oleh
substrat.
Unkompetitif Berikatan hanya dengan kompleks ES Vmax menurun,
pada lokasi selain sisi aktif. Km menurun, didefinisikan
Pengikatan substrat memodifikasi sebagai [S] yang
struktur enzim, membuat tersedianya diperlukan untuk ½
tempat pengikatan inhibitor, tidak aktivitas maksimal.
dapat dibalik oleh substrat.
Sumber : Saryono, 2011.
Daftar Pustaka

Girindra, Aisjah. 1986. Biokimia 1. Jakarta : PT Gramedia.

Ismadi, M. 1992. Biokimia : Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus Jilid 1. Yogyakarta :


Gadjah Mada University Press.

Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Bogor: Erlangga.

Saryono. 2011. Biokimia Enzim. Yogyakarta : Nuha Medika.

Sumarjo, damin .2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran.EGC.
Solomon, Eldra P., dkk. 2005. Biology. Eight Edition. USA: The Thompson
Corporation.
Wirahadikusumah, Muhamad. 1977. Biokimia Protein, enzim & asam nukleat.
Bandung : Penerbit ITB.

Anda mungkin juga menyukai