Anda di halaman 1dari 22

PERENCANAAN CAMPURAN BETON

(CONCRETE MIX DESIGN)

A. PENDAHULUAN
Tujuan utama mempelajari sifat-sifat dari beton adalah untuk
perencanaan dari campuran (mix design), yaitu pemilihan dari bahan-bahan
beton yang memadai serta menentukan kuantitas masing-masing bahan untuk
menghasilkan beton yang seekonomis mungkin. Apabila tidak tersedia cukup
data yang menunjukkan bahwa suatu campuran beton tertentu yang
diharapkan dapat menghasilkan mutu beton yang disyaratkan dan atau
bahwa Deviasi Standart Rencana yang diusulkan benar-benar akan tercapai
dalam pelaksanaan yang sesungguhnya, maka harus diadakan percobaan
pendahuluan. Sebagai persiapannya dianjurkan untuk mengadakan dulu
percobaan-percobaan di laboratorium.
Perencanaan campuran merupakan bagian yang terpenting dari suatu
pelaksanaan struktur beton. Sebelum diadakan perencanaan campuran, semua
bahan dasar dari semen, pasir, kerikil, atau batu pecah dan air harus diperiksa
terlebih dahulu mutunya.
Suatu campuran beton harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
memenuhi syarat-syarat berikut:
a. Campuran yang seekonomis mungkin
Masalah ekonomi berkaitan dengan suatu pelaksanaan pembuatan
campuran beton. Dalam pembuatan campuran beton diharapkan
mempunyai ruang pori adukan yang minimum, karena makin minimum
ruang porinya makin sedikit pasta yang dipergunakan, sehingga kebutuhan
juga berkurang. Oleh karena itu yang paling menentukan perencanaan
campuran beton adalah bahan atau material.
Dengan melihat harga semen yang lebih mahal dari pada harga
agregat maka dengan mengurangi kadar semen suatu faktor penting dalam
menurunkan biaya pembuatan beton. Hal ini dilakukan dengan cara
memakai slump yang rendah sesuai dengan batas yang diizinkan,
memakai ukuran butir maksimum agregat dan bila perlu dipakai bahan
admixture. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan nilai slump
yang rendah yaitu dapat mengurangi terjadinya penyusutan beton dan
panas hidrasi rendah. Tetapi apabila kadar semen terlalu rendah akan dapat
menurunkan kekuatan awal beton.

b. Campuran mudah dikerjakan pada saat masih muda (workabilitas).


Dalam desain yang baik campuran harus mudah dikerjakan dalam
dipadatkan sesuai peralatan yang tersedia. Kemampuan penyelesaian akhir
harus ditingkatkan sehingga segregasi (pemisahan agregat dengan pasta
semen) dan bleeding (keluarnya air yang berlebihan) dapat dikurangi.
Kebutuhan air untuk workabilitas yang minimun dengan menambah
mortar semen sedikit dari pada penambahan banyak air atau agregat halus.

c. Memenuhi kekuatan karakteristik yang dikehendaki dan keawetannya.


Yang dimaksud dengan kekuatan karakteristik adalah kekuatan
tekan, dimana dari sejumlah besar hasil pemeriksaan benda uji,
kemungkinan adanya kekuatan tekan yang kurang dari itu terbatas sampai
5 % saja. Pada umumnya spesifikasi beton akan memerlukan kekuatan
tekan yang minimum. Ini penting untuk menjaga supaya kebutuhan ini
tidak bertentangan satu dengan yang lain. Spesifikasi ini juga
menghendaki bahwa beton harus persyaratan keawetan yang dikehendaki,
seperti perlawanan terhadap pembekuan dan pencairan atau terhadap
serangan bahan kimia pertimbangan ini selanjutnya memberikan batas
penentuan untuk faktor air semen atau kadar air semen.
B. Perencanaan Adukan Beton
Perencanaan campuran atau perbandingan campuran beton yang lebih
dikenal sebagai Mix Design merupakan suatu proses yang meliputi dua
tahap yang saling berkaitan, yaitu:
a. Pemilihan terhadap bahan-bahan yang sesuai untuk pembuatan
campuran beton seperti semen, agregat halus, agregat kasar dan lain-
lain.
b. Penentuan jumlah relatif dari bahan-bahan campuran untuk
menghasilkan beton yang baik.
Cara SNI adalah cara yang paling sering digunakan di Indonesia
dalam perancangan adukan beton normal.

Rencanakan campuran beton (mix design) dengan data-data di bawah


ini!.
1. Pile cap beton di luar ruang bangunan tak terlindung hujan dan terik
matahari langsung
2. Mutu beton yang disyaratkan f’c : 30 Mpa
3. Umur beton : 28 hari
4. Agregat pasir : alami
5. Agregat kasar : batu pecah
6. Ukuran maksimum agregat : 40 mm
7. Gradasi pasir : Zona 2
8. Gradasi pasir : Zona 1
9. Jenis semen portland type I
10. Berat Jenis Agregat Halus = 2,67
11. Berat Jenis Agregat Kasar = 3,0
12. Koreksi terhadap kondisi bahan
Bahan Absorption (%) Kadar Air (%)
Pasir 1,56 9,1
Batu Pecah 1,78 3,375

1. Kuat Tekan Rata-rata Perlu ( f 'cr )


Kuat tekan rata-rata perlu ( f 'cr ) yang digunakan sebagai
dasar penentuan proporsi campuran beton harus diambil sebagai nilai
terbesar dari Persamaan 1.1 atau Persamaan 1.2 dengan nilai deviasi
standar. Faktor modifikasi untuk deviasi standar jika jumlah pengujian
kurang dari 30 contoh yang ditunjukkan pada Tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Faktor modifikasi untuk deviasi standar jika jumlah


pengujian kurang dari 30 contoh.
Jumlah pengujian Faktor modifikasi untuk deviasi standar
kurang dari 15
Gunakan Tabel 1.2
contoh
15 contoh 1,16
20 contoh 1,08
25 contoh 1,03
30 contoh atau lebih 1
Catatan:
Interpolasi untuk jumlah pengujian yang berada di antara nilai-nilai di atas
SNI 05-2847-2002
f 'cr = f 'c + 1,34s ..................................(1.1)

f 'cr = f 'c +2,33s-3,5 ..................................(1.2)

Bila fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji


lapangan untuk deviasi standar yang memenuhi ketentuan, maka kuat
rata-rata perlu ( f 'cr ) harus ditetapkan berdasarkan Tabel 2.2 berikut:

Tabel 1.2 Kuat tekan rata-rata perlu jika data tidak tersedia untuk
menetapkan deviasi standar
Persyaratan kuat tekan Kuat tekan rata-rata perlu
f 'c (MPa) f 'cr (MPa)
'
Kurang dari 21 f c +7,0
21 sampai dengan 35 f 'c +8,5
'
lebih dari 35 f c +10,0
SNI 05-2847-2002
Karena produksi beton tidak memiliki catatan hasil uji, dan diketahui
f 'c = 30 MPa. Maka, f 'cr = 30 + 8,5= 38,5 MPa
2. Jenis Semen
Menurut SII 003-81 semen Portland dibagi menjadi lima jenis:

Jenis I : Semen untuk penggunaan umum, tidak memerlukan


persyaratan khusus.
Jenis II : Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas
hidrasi sedang.
Jenis III : Semen untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat
mengeras).
Jenis IV : Semen untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah.
Jenis V : Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat.
Semen yang digunakan adalah semen Portland merk Tiga Roda,
jenis I
3. Jenis Agregat
Adapun jenis agregat dibedakan menjadi dua yaitu agregat alami
dan batu pecah.Jenis Agregat halus merupakan agregat alami
sedangkan agregat kasar yang digunakan merupakan batu pecah.

4. Faktor Air Semen


Faktor air semen rencana diperoleh dari tiga cara, yaitu:
Cara Pertama

Grafik 1.1 Hubungan FAS dan Kuat Tekan Silinder Beton

38,5

0,42

Gambar 1.1 Hubungan FAS dan Kuat Tekan Silinder Beton

Untuk f’cr = 38,5 MPa dan Umur 28 hari dan jenis semen Tipe
I maka faktor air semen didapat sebesar 0,42
Cara Kedua
 Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan
menggunakan Tabel 1.3, sesuai dengan semen dan agregat yang
akan dipakai.
 Lihat Grafik 1.2 untuk benda uji berbentuk silinder.
 Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen 0,5
sampai memotong kurva kuat tekan yang ditentukan pada sub butir
2 di atas didapat patokan lengkung 28 hari.
 Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan
sampai memotong kurva yang ditentukan pada sub butir 3 di atas.
 Tarik garis tegak lurus ke bawah melalui titik potong tersebut
untuk mendapatkan faktor air semen yang diperlukan.
Tabel 1.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) dengan FAS 0,5

Jenis Agregat Kuat Tekan (MPa) Pada Umur


Jenis Semen
Kasar 3 Hari 7 Hari 28 Hari 91 Hari

Semen Portland Alami 17 23 33 40


(Tipe I, II, III) Batu Pecah 19 27 37 45

Semen Portland Alami 21 28 38 44


(Tipe III) Batu Pecah 25 33 44 48

Dengan faktor air semen 0,42 untuk umur 28 hari , jenis semen Tipe I,
agregat kasar batu pecah dan kuat tekan 37 Mpa dibuat patokan lengkung 28 hari.
Dengan kuat tekan rata-rata perlu f’cr 38,5 Mpa diplot pada patokan lengkung 28
hari (lihat grafik 1.2) di dapat faktor air semen 0,565.
Grafik 1.2. Hubungan Antara Kekuatan Tekan Beton dan Faktor
AirSemen untuk umur 28 Hari dan f’cr = 30,5 Mpa

38,5 MPa

0,48

0,48

Dari grafik 1.2 untuk Umur 28 Hari dan Kuat tekan rata-rata
38,5 Mpa didapat faktor air semen sebesar 0,48
Cara Ketiga

Tabel 1.4 Persyaratan Faktor Air-Semen maksimum untuk


berbagai Pembetonan dan Lingkungan Khusus

FAS
Uraian
Maksimum.

1. Beton di dalam ruang bangunan


0,60
a. Keadaan keliling non korosif
b. Keadaan keliling korosif 0,52
disebabkan kondensasi atau uap-uap korosif
2. Beton di luar ruang bangunan
a. Tak terlindung hujan dan terik matahari 0,55
langsung
0,60
b. Terlindung hujan dan terik matahari langsung
3. Beton yang masuk kedalam
tanah
0,55
a. Mengalami keadaan basah dan kering
bergantian
b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari
lihat tabel
tanah atau air tanah
1.6
4. Beton yang kontinu
berhubungan dengan air lihat tabel
1.5

5. Faktor Air Semen Maksimum


Fas maksimum untuk beton tak terlindung hujan dan terik matahari
langsung adalah 0,55.
Nilai faktor air semen dengan melihat persyaratan untuk berbagai
pembetonan dan lingkungan khusus, untuk beton bertulang terendam
air dan beton yang berhubungan dengan air tanah mengandung sulfat.
Ketiga hal tersebut terlihat dari tabel berikut ini.
Tabel 1.5 Faktor Air Semen untuk Beton Bertulang dalam Air
Berhubungan dengan Tipe Semen Faktor Air Semen
Air Tawar Semua Tipe I – IV 0,50
Air Payau  Tipe I + Pozolan(15- 0,45
40)% atau S.P.Pozolan
 Tipe II atau V 0,50
Air Laut  Tipe II atau V 0,45

Tabel 1.6 Faktor Air Semen untuk Beton Bertulang yang berhubungan
dengan Air tanah mengandung Sulfat

Konsentrasi Sulfat (SO3)


Dalam Tanah
SO3 Dalam Jenis Semen FAS
SO3 dlm
Total Air Tanah Maksimum
campuran (g/l)
SO3 % (g/l)
air : tanah =2 : 1
0,2 < 1,0 < 0,3 Tipe I, dengan atau tanpa 0,50
Pozolan (15-40)%
0,2 – 0,5 1,0 – 1,9 0,3 – 1,2  Tipe I tanpa 0,50
Pozolan 0,55
 Tipe I +
Pozolan(15-40)% atau 0,55
S.P.Pozolan
0,5 – 1,0 1,9 – 3,1 1,2 – 2,5
 Tipe II atau V 0,45
 Tipe I + 0,45
Pozolan(15-40)% atau
1,0 – 2,0 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 S.P.Pozolan 0,45
 Tipe II atau V
> 2,0 > 5,6 > 5,0 0,45
Tipe II atau V

Tipe II atau V dan Lapisan


Pelindung

6. Faktor Air Semen yang Digunakan


Nilai fas yang digunakan adalah nilai terendah dari nilai fas rencana
dan fas maksimum. Maka faktor air semen yang digunakan 0,42.

7. Nilai Slump Beton


Nilai slump beton digunakan untuk memeriksa kekentalan suatu adukan
beton. Nilai slump juga dapat ditentukan sebelumnya, tetapi bila tidak
ditentukan nilai slump dapat diperoleh dari Tabel 2.9 berikut ini:
Tabel 1.3 Penetapan nilai slump

Slump (cm)
No Uraian
Maksimum Minimum

1 Dinding, plat pondasi telapak 12,5 5,0


bertulang
2 Pondasi telapak tidak bertulang, 9,0 2,5
kaison, dan konstruksi bawah tanah
3 Plat, balok, kolom, dan dinding 15,0 7,5
4 Pengerasan jalan 7,5 5,0
5 Pembetonan massal 7,5 2,5
Untuk penggunaan beton sebagai kolom dari Tabel 2.7 diambil range
nilai slump adalah 2,5 – 9,0 cm.
8. Ukuran Maksimum Agregat
Penetapan butir maksimum diperoleh melalui pengayakan, dan tidak
boleh melebihi ketentuan-ketentuan berikut ini:
a. ¾ kali jarak bersih minimum antar tulangan atau berkas baja
tulangan atau tandon prategang atau selongsong
1
b. /3 kali tebal plat
1
c. /5 jarak terkecil antara bidang samping cetakan
Untuk penetapan butir maksimum dapat menggunakan diameter
maksimum 40 mm, 20 mm, dan 10 mm. Dari analisa saringan
didapatkan ukuran maksimum agregat 40 mm (dari data yang sudah
ditentukan).
9. Kebutuhan Air
Kebutuhan air ditentukan sebagai berikut:
Tabel 1.4 Penentuan kebutuhan air

Ukuran Max Slump (mm)


Jenis Agregat
Agregat (mm) 0 – 10 10 - 30 30 – 60 60 – 180

Alami 150 180 205 225


10
Batu Pecah 180 205 230 250
Alami 135 160 180 190
20
Batu Pecah 170 190 210 225
Alami 115 140 160 175
40
Batu Pecah 155 175 190 205
Keterangan : Dalam Tabel 1.7 apabila agregat halus dan kasar yang
dipakai dari jenis yang berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air
yang diperkirakan diperbaiki dengan rumus:

A = 0,67 Ah + 0,33 Ak

A = (0,67 × 175 )+( 0,33 × 205) = 184,9 liter/m3

Dengan : A= jumlah air yang dibutuhkan, liter/m3


Ah = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat
halusnya
Ak = jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat
kasarnya
Didapat kadar air bebas yang dibutuhkan adalah 184,9 liter/m3.
10. Kebutuhan Semen Rencana
Kadar semen merupakan jumlah semen yang dibutuhkan per m3
beton sesuai faktor air semen yang didapat dari membagi kadar air bebas
dengan faktor air semen.
Kebutuhan Air
Kebutuhan Semen Rencana =
Faktor Air Semen Rencana

184,9
Kebutuhan Semen Rencana = = 440,23 liter
0, 42

Maka kebutuhan semen rencana 440,23 kg


11. Kebutuhan Semen Minimum
Kadar semen minimum ditetapkan berdasarkan Tabel 1.5 – 1.7
untuk menghindari beton dari kerusakan akibat lingkungan khusus
misalnya lingkungan korosif, air payau dan air laut.
Tabel 1.5 Kebutuhan semen minimum untuk berbagai pembetonan dan
lingkungan khusus
Jumlah Semen Minimum
Uraian
Per m3 Beton (kg)
1. Beton di dalam
ruang bangunan 275
a. Keadan keliling non korosif 325
b. Keadan keliling korosif disebabkan
kondensasi atau uap-uap korosif
2. Beton di luar ruang 325
bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik 275
matahari langsung
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung 325
3. Beton yang masuk
kedalam tanah lihat Tabel 1.6
a. Mengalami keadaan basah dan kering
berganti-ganti lihat Tabel 1.7
b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari tanah
atau air tanah
4. Beton yang kontinu
berhubungan dengan air tawar/ payau / laut
Dari Tabel 2.11 didapatkan kebutuhan semen minimum 325 kg.
Tabel 1.6 Kandungan semen minimum untuk beton yang
berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat
Konsentrasi Sulfat (SO3) Kandungan
Semen
Dalam Tanah Minimum
SO3 dlm SO3 Dalam (kg/m3)
campuran Air Tanah Jenis Semen
Total SO3 % (g/l) Ukuran
(g/l)
air : tanah Agregat
2:1 40 20 10
Tipe I, dgn atau
tanpa Pozolan
< 0,2 < 1,0 < 0,3 80 300 350
(15-40)%
Tipe I dengan
atau tanpa 290 330 350
Pozolan
0,2 – 0,5 1,0 – 1,9 0,3 – 1,2
Tipe I + Pozolan
(15-40)% atau 270 310 360
S.P.Pozolan
Tipe II atau V 250 290 340
Tipe I + Pozolan 340 380 430
(15-40)%
0,5 – 1,0 1,9 – 3,1 1,2 – 2,5 atauS.P.Pozolan
Tipe II atau V 290 330 380
1,0 – 2,0 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 Tipe II atau V 330 370 420
Tipe II atau V
> 2,0 > 5,6 > 5,0 dan Lapisan
330 370 420
Pelindung
Data pada tabel di atas tidak di pakai dalam percobaan
Tabel 1.7 Kandungan semen minimum beton bertulang dalam air

Ukuran Agregat (mm)


Berhubungan dengan Tipe Semen
40 20
Air Tawar Semua Tipe I – IV 280 300
Air Payau Tipe I + Pozolan(15-40)% 340 380
atau S.P.Pozolan
Tipe II atau V 290 330
Air Laut Tipe II atau V 330 370

12. Kebutuhan Semen yang Dipakai


Untuk menetapkan kebutuhan semen, yang dipakai adalah harga
terbesar dari kadar semen rencana dan kadar semen minimum. Karena
kebutuhan semen rencana lebih besar dari kebutuhan semen minimum,
maka kebutuhan semennya 440,23 kg.
13. Penyesuaian Faktor Air-Semen
Penentuan faktor air semen yang disesuaikan jika jumlah semen
berubah, maka faktor air semen harus diperhitungkan kembali dengan:
a. Jika akan menurunkan faktor air semen, maka faktor air semen
dihitung lagi dengan cara jumlah air dibagi jumlah semen
minimum.
b. Jika akan menaikkan jumlah air, maka jumlah semen minimum
dikalikan faktor air semen.
Karena kebutuhan semen tidak berubah maka tidak perlu penyesuaian.
Jadi nilai fas 0,5 dan kebutuhan air sebesar 184,9 liter.
14. Gradasi Agregat Halus
Penentuan gradasi agregat halus melalui analisa saringan apakah
masuk daerah I-IV dari Tabel 1.8. Dalam SK-SNI-T-15-1991-03
kekasaran pasir dibagi menjadi 4 daerah yaitu:
a. Daerah I : pasir kasar
b. Daerah II : pasir agak kasar
c. Daerah III : pasir halus
d. Daerah IV : pasir agak halus
Tabel 1.8 Kekasaran Pasir

Persen Lolos Saringan


Lubang Ayakan (mm)
Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV
10,0 100 100 100 100
4,80 90 - 100 90 - 100 90 - 100 95 - 100
2,40 60 - 95 75 - 100 85 - 100 95 - 100
1,20 30 - 70 55 - 90 75 - 100 90 - 100
0,50 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 - 100
0,30 5 - 20 8 - 30 12 - 40 15 - 50
0,15 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0 – 15

Dari data mix design berdasarkan analisa saringan, untuk agregat


halus (pasir) termasuk zona 2 dan untuk agregat kasar termasuk zona
1.
15. Prosentasi Agregat Halus
Tentukan prosentasi fraksi pasir berdasarkan Grafik 1.2 berikut:

42,5

Grafik 1.2 Proporsi pasir untuk nilai slump 7,5-15cm dan ukuran
maksimum agregat 40 mm

Dari Grafik 1.2 didapatkan persentase agregat halus sebesar 42,5%.

0,42,5
16. Berat Jenis Relatif Agregat Gabungan

Berat jenis relatif agregat ditentukan sebagai berikut:


a. Apabila tidak ada data maka agregat alami (tak dipecah) 2,6 dan
untuk agregat dipecah 2,7.
b. Apabila memiliki data (dari hasil uji) dapat menggunakan rumus:
%Ag.Kasar × BJ . Kasar
)
BJ Ag .Gab=(%Ag.Halus × BJ Ag . Halus)+¿
Diketahui dari data : Berat Jenis agregat halus = 2,63
Berat Jenis agregat kasar = 2,75
BJ Ag.Gabungan = (0,425x 2,63) + (0,575 x 2,75) = 2,69
Maka Berat Jenis Agregat Gabungan adalah 2,69
17. Berat Jenis Beton
Penentuan berat jenis beton menurut Grafik 1.3 sesuai dengan
kadar air bebas yang sudah ditentukan dan berat jenis relatif agregat
gabungan.

2700

2600
BJ Beton dalam Keadaan Basah (kg/m3)

2500

2450
2400

2300

2200

2100
100 120 140 160 180 200 220 240 260
184,9
Kadar Air Bebas (kg/m3)

Untuk kebutuhan air 184,9 kg/m3 dan berat jenis agregat


gabungan 2,7 didapat berat jenis beton dalam keadaan basah sebesar
2450 kg/m3
18. Berat Agregat Gabungan (Berat Pasir + Berat Batu Pecah)

Kebutuhan Ag.Gabungan = BJ Beton Basah – Kebutuhan Semen –


Kebutuhan Air (1.7)

Kebutuhan Ag.Gabungan = 2450 – 440,23 – 184,9


= 1824,87 kg
Maka, agregat gabungan yang dibutuhkan adalah sebesar
1824,87 kg
19. Kebutuhan Agregat Halus
Kebutuhan Agregat Halus = Kebutuhan Ag.Gabungan x %
Agregat Halus (1.8)
Kebutuhan Agregat Halus = 1824,87 x 42,5% = 775,57 kg
Maka agregat halus yang dibutuhkan adalah sebesar 775,57 kg
20. Kebutuhan Agregat Kasar
Kebutuhan Agregat Kasar = Kebutuhan Ag. Gabungan –
Kebutuhan Ag. Halus (1.9)
Kebutuhan Agregat Kasar = 1824,87 – 775,57 = 1049,3 kg
Maka agregat kasar yang dibutuhkan adalah sebesar 1049,3 kg

Jadi perbandingan berat (SSD) bahan dari pengecoran:


a. semen = 440,23 kg/m3
b. air = 184,9 liter/m3
c. agregat Halus (Pasir) = 775,57 kg/m3
d. agregat Kasar (Batu Pecah) = 1049,3 kg/m3

Koreksi Terhadap Kondisi Bahan


Koreksi ini dilakukan minimal sekali sehari, karena pasir dan
kerikil dianggap dalam keadaan jenuh kering (SSD), padahal biasanya
di lapangan tidak dalam keadaan jenuh kering, maka hitungan
koreksinya:
A h −A 1
Pasir = B + 100 x B ...
(1.10)
A k −A 2
Batu Pecah = C + 100 x C ...
(1.11)
Dimana:
A = jumlah kebutuhan air (l/m3)
B = jumlah kebutuhan pasir (kg/m3)
C = jumlah kebutuhan batu pecah (kg/m3)
Ah = kandungan air dalam pasir (%)
Ak = kandungan air dalam kerikil (%)
A1 = kandungan air pada pasir jenuh kering muka (%)
A2 = kandungan air pada kerkil jenuh kering muka (%)

Tabel 2.17Koreksi terhadap kondisi bahan

Bahan Absorption (%) Kadar Air (%)


Semen = 369,8 (kg/m3) N/A N/A
Air = 184,9 (l/m3) N/A N/A
Pasir = 775,57 (kg/m3) 0,26 1,1
Batu Pecah = 1049,3 (kg/m3) 0,76 3,375

Jadi bahan – bahan yang diperlukan:


Semen = 440,23 kg/m3

A h −A 1 1,1−0, 26
Pasir = 100 x B = 100 x 775,57

= 6,51 kg/m3
Kebutuhan pasir = 775,57 + 6,51 = 782,08kg/m3

A k −A 2 0,125−0,76
Batu Pecah = 100 x C = 100 x 1049,3

= 6,66 kg/m3
Kebutuhan Batu Pecah = 1049,3 - 6,66 = 1175,72 kg/m3

Air = 184,9 Liter/m3


Persentase pasir dan batu pecah yang didapat, dikontrol dengan
analisa ayakan campuran pasir dan kerikil.
Untuk percobaan, ukuran benda uji : diameter 0,15 m dan tinggi 0,3 m
1 1
( ×π ×d 2×t )=( ×π×0, 152 ×0,3 )=0, 00530
Volume Silinder = 4 4
m3
Dalam pelaksanaan ditambah 20% dari jumlah total untuk
menjaga kemungkinan susut, jadi diperlukan material =

0, 00530+ ( 0,2×0,00530 ) =0, 00636 m3


Benda uji yang akan dibuat ada 9 sampel, maka = 0,00636m3
x 9 = 0,05724 m3

Maka bahan yang diperlukan untuk benda uji adalah sebagai


berikut:

a. semen = 0,05724 ¿ 440,23= 25,19 kg

b. air = 0,05724 ¿ 184,9 = 10,58 liter

c. pasir = 0,05724 ¿ 782,08 = 44,76 kg

d. batu pecah = 0,05724 ¿ 1042,64 = 59,68 kg


PERENCANAAN CAMPURAN BETON
Pekerjaan :Pile Cap

No
Ketentuan Non additive Satuan
.
1. Tegangan karakteristik : 30 MPa
2. Standart deviasi : 8,5 MPa
3. Rencana kuat tekan rata-rata : 38,5 MPa
4. Type semen : PCC Tiga Roda (Tipe I)
5. Type agregat kasar : Batu Pecah (Pelaihai)
6. Type agregat halus : Pasir Alami (Barito)
8. Faktor air semen maks. : 0,55
9. Faktor air semen rencana : 0,42
10. Slump : 2,5 - 9 cm
11. Ukuran agregat maks. : 40 mm
12. Kebutuhan air bebas : 184,9 liter
13. Kadar semen rencana : 440,23 kg/m3
14. Kadar semen minimum : 325 kg/m3
Berat jenis gabungan kondisi
15. :
SSD
16. Berat jenis beton basah : 2450 kg/m3
17. Grading agregat halus : Zona 2
18. Prosentase agregat halus : 42,5 %
19. Berat agregat halus : 775,57 kg/m3
20. Berat agregat kasar : 1049,3 kg/m3
21. Berat agregat total : kg/m3
KEBUTUHAN BAHAN RENCANA CAMPURAN

No Kebutuhan bahan-bahan
: Per-m3 Satuan
. campuran beton
1. Air : 184,9 liter
2. Semen : 440,23 kg
3 Agregat halus (pasir) : 775,57 kg
4. Agregat kasar (kerikil) : 1049,3 kg
TOTAL : 2450 kg

No Kebutuhan bahan-bahan
: Per-m3 Satuan
. campuran beton per-9 silinder
1. Air : 10,58 liter
Air Semen Ag.halus Ag.kasar (kg)
2. Semen
KOMPOSISI (liter) :
(kg) 25,19 (kg) kg
CAMPURAN 10,58 25,19 44,76 59,68
Benda3uji silinder
Agregat9halus
buah(pasir) 0,42 :
1
44,76
2,44
kg
3,18
4. Agregat kasar (kerikil) : 59,68 kg
TOTAL : 140,21 kg

Anda mungkin juga menyukai