Anda di halaman 1dari 10

MEMAHAMI PERAN AUDIT DALAM SEBUAH ORGANISASI

JOKO DERMAWAN
Fakultas Ekonomi
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Abstrak
Akuntabilitas dan transparansi merupakan suatu barang langka yang tidak
mudah ditemui pada sebuah organisasi publik di Indonesia. Untuk mengetahui
tingkat transparansi dan akuntabilitas suatu oraganisasi publik di perlukan adanya
lembaga audit yang independen, objektif, dan professional untuk mengidentifikasi
masalah, menganalisis, dan mengevaluasi, serta menilai kebenaran, kecermatan,
kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan organisasi publik. Dengan demikian untuk memahami peran audit dalam
sebuh organisasi, maka dalam makalah ini perlu membahas masalah peran audit
dalam meningkatkan akuntabilitas. Makalah ini juga membahas tentang arti dan
fungsi audit, jenis-jenis audit, serta syarat-syarat auditor.

Kata kunci : Akuntabilitas, Transparansi, dan Audit.

Pendahuluan
Saat ini tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan transparansi dan
akuntabilitas semakin meningkat agar terciptanya tata pemerintahan yang baik (good
governance). Beberapa hal yang terkait dengan kebijakan untuk mewujudkan good
governance pada sektor publik antara lain meliputi penetapan standar etika dan
perilaku aparatur pemerintah, penetapan struktur organisasi dan proses
pengorganisasian yang secara jelas mengatur tentang peran dan tanggung jawab serta
akuntabilitas organisasi kepada publik, pengaturan sistem pengendalian organisasi
yang memadai, dan pelaporan eksternal yang disusun berdasarkan sistem akuntansi
yang sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

1
Untuk memenuhi tuntutan tersebut dan memperkuat struktur pengendalian
serta untuk meneliti, mengevaluasi suatu sistem akuntansi, dan menilai kebijakan
manajemen yang dilaksanakan dalam sebuah organisasi publik, maka peran dan
fungsi audit menjadi suatu hal yang mutlak dibutuhkan dan harus direalisasikan
dalam suatu organisasi
Berdasarkan wacana diatas penulis tertarik untuk mendiskusikan dan
mengetahui lebih jauh tentang peranan audit dalam sebuah organisasi publik dan
diharapkan pembaca mengetahui bahwa pemerintah telah berupaya meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas keuangan negara serta menciptakan tata kelola
pemerintahan yang baik dan bersih melalui kegiatan audit. Diawali dengan membahas
tentang arti dan fungsi audit, jenis-jenis audit, peranan audit dalam meningkatkan
akuntabilitas, serta syarat-syarat menjadi auditor.

Arti dan Fungsi Audit


Menurut Alvin Arens dalam Siti Kurnia Rahayu, dkk (2010) audit adalah
kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi dari bukti-bukti mengenai informasi
untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Proses audit harus dilakukan oleh orang yang
kompeten dan independent.
Sedangkan Menurut William F. Meisser, Jr (2003) audit adalah proses yang
sistematik dengan tujuan mengevaluasi bukti mengenai tindakan dan kejadian
ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penugasan dan kriteria yang
telah ditetapkan, hasil dari penugasan tersebut dikomunikasikan kepada pihak
pengguna yang berkepentingan.
Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American
Accounting Association (Accounting Review, vol. 47 dalam Boynton, dkk, 2002)
mendefinisikan auditing sebagai
“suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan

2
derajat kesesuaian antara asersi-aseri tersebut dengan kritreria yang telah ditetapkan
sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan”
Beberapa ciri penting yang ada dalam defenisi tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
 Suatu proses sistematis berupa serangkaian langkah atau prosedur yang logis,
terstruktur, dan terorganisir.
 Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif berarti memeriksa dasar
asersi serta mengevaluasi hasil pemeriksaan tersebut tanpa memihak dan
berprasangka, baik untuk atau terhadap perorangan (atau entitas) yang membuat
asersi tersebut.
 Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan representasi yang
dibuat oleh perorangan atau entitas.
 Derajat kesesuaian menunjuk pada kedekatan di mana asersi dapat
diidentifikasi dan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan.
 Kriteria yang telah ditetapkan adalah standar-standar yang digunakan sebagai
dasar untuk menilai asersi atau pernyataan.
 Penyampaian hasil diperoleh melalui laporan tertulis yang menunjukkan derajat
kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditetapkan.
 Hasil-hasil yang berkepentingan adalah mereka yang menggunakan (atau
mengandalkan) temuan-temuan auditor.
Dari ketiga defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu
proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi
dengan criteria yang elah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang
membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen.

3
Fungsi Audit
Fungsi audit memainkan peranan penting baik dalam bisinis maupun
masyarakat. Berbagai pihak ketiga, termasuk investor, kreditor, dan regulator,
bergantung pada kompetensi dan integritas auditor independen.
Menurut Dan M. Guy, dkk (1999:9) peranan utama audit adalah menguji
pernyataan (sering berupa ukuran akuntansi) dan meningkatkan keyakinan atas
pernyataan tersebut.
Sedangkan menurut Siti Kurnia Rahayu, dkk (2010:7) manfaat suatu
perusahaan melakukan audit adalah:
1. Manfaat Ekonomis yaitu meningkatkan kredibilitas, meningkatkan kejujuran, dan
meningkatkan efisiensi operasi perusahaan.
2. Manfaat pengawasan yaitu preventive control, detective control, reporting control.
Mulyadi (2002:211) menambahkan bahwa fungsi audit internal adalah :
 Menyelidiki dan menilai pengendalian intern dan efisiensi pelaksanaan fungsi
berbagai unit organisasi. Dengan demikian fungsi dari pengendalian intern adalah
menilai sejauh mana keefektifan suatu instansi yang berfokus pada bagian uni-
unit kecil di dalamnya.
 Fungsi internal audit merupakan kegiatan penilaian yang bebas, yang terdapat
dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan
dan kegiatan lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan
tanggung jawab mereka. Dapat diartikan bahwa fungi audit internal meliputi
kegiatan pemeriksaan segala kegiatan dan tahapannya yang tidak terbatas pada
bagian keuangan saja. Tidak hanya sampai disitu, audit internal juga mencakup
penyelesaian masalah jika terdapat ketidaksesuaian didalamnya, melalui
rekomendasi-rekomendasi yang membangun.
Secara umum dalam suatu organisasi audit memiliki beberapa fungsi yaitu :
 Mengevaluasi kinerja perusahaan.

4
Evaluasi kinerja adalah fungsi utama dari audit dalam sebuah organisasi. Kinerja
dalam hal ini tidak hanya dinilai dari hasil akhirnya saja, melainkan dari tahap
perencanaan dan prosesnya. Perencanaan yang baik jika prosesnya tidak baik,
maka hasilnya tidak akan baik. Di lain pihak, perencanaan yang tidak baik,
sekalipun dilaksanakan dengan baik, hasilnya tetap tidak akan baik. Di sinilah
perlunya audit, untuk menemukan di mana letaknya suatu kesalahan.
 Meminimalisir kesalahan.
Audit dilakukan untuk memastikan bahwa suatu organisasi berjalan di jalur yang
telah ditetapkan, sesuai pedoman atau panduan yang telah ditetapkan. Singkatnya,
audit meminimalisir terjadinya kesalahan.
 Memperbaiki kinerja organisasi.
Audit akan menghasilkan rekomendasi untuk perbaikan kinerja organisasi. Audit
yang dilaksanakan di akhir periode suatu tahun anggaran bertujuan untuk
merekomendasikan perbaikan pada tahun anggaran berikutnya. Sementara itu,
audit yang dilaksanakan pada pertengahan tahun bertujuan untuk
merekomendasikan perbaikan pada tahun atau periode yang bersangkutan.

Jenis-Jenis Audit
Menurut Sukrisno Agoes (2004) ditinjau dari luasnya pemeriksaan, maka jenis-jenis
audit dapat dibedakan atas:
1. Pemeriksaan Umum (General Audit), yaitu suatu pemeriksaan umum atas
laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
independen dengan maksud untuk memberikan opini mengenai kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan.
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit), yaitu suatu bentuk pemeriksaan yang
hanya terbatas pada permintaan auditee yang dilakukan oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) dengan memberikan opini terhadap bagian dari laporan keuangan
yang diaudit, misalnya pemeriksaan terhadap penerimaan kas perusahaan.

5
Masih menurut sumber yang sama, Sukrisno Agoes (2004) menjelaskan
ditinjau dari jenis pemeriksaan maka jenis-jenis audit dapat dibedakan atas:
1. Audit Operasional (Management Audit), yaitu suatu pemeriksaan terhadap
kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan
operasional yang telah ditetapkan oleh manajemen dengan maksud untuk
mengetahui apakah kegiatan operasi telah dilakukan secara efektif, efisien dan
ekonomis.
2. Pemeriksaan Ketaatan (Complience Audit), yaitu suatu pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan telah mentaati peraturan-
peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak
intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan.
3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit), yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh
bagian internal audit perusahaan yang mencakup laporan keuangan dan catatan
akuntansi perusahaan yang bersangkutan serta ketaatan terhadap kebijakan
manajemen yang telah ditentukan.
4. Audit Komputer (Computer Audit), yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap perusahaan yang melakukan proses data
akuntansi dengan menggunakan sistem Elektronic Data Processing (EDP).
Sedangkan menurut Boynton, dkk (2002) jenis-jenis audit yang umumnya
menunjukkan karateristik kunci yang tercakup dalam definisi auditing adalah :
1. Audit Laporan Keuangan (financial statement audit) berkaitan dengan kegiatan
memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan-laporan entitas
dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut
telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Audit Kepatuhan (compliance audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan
memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi
suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan , ketentuan, atau peraturan tertentu.

6
3. Audit Operasional (Operational Audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh
dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi
entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu.

Peran audit dalam meningkatkan akuntabilitas


Menurut Peter Salim (1987) istilah akuntabiltas berasal dari istilah bahasa
ingris accountability yang berarti pertanggungjawaban atau keadaan
dipertanggungjawabkan keadaan untuk diminta pertanggungjawaban.
Sedangkan Suherman Toha (2007) akuntabiltas (accoutabilty) yaitu
berfungsinya seluruh komponen penggerak jalannya kegiatan perusahaan, sesuai
tugas dan kewenangannya masing-masing.
Deddy & Sherly, 2010 dalam Rahayu, 2011 menjelaskan akuntabilitas publik
merupakan pertanggungjawaban pemerintah kepada masyarakat terkait dengan
aktivitas-aktivitas dan kegiatan-kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya melalui
penyajian laporan keuangan, dimana masyarakat mempunyai hak dan kewenangan
untuk meminta pertanggungjawaban.
Dalam rangka menciptakan good governance dan clean government , suatu
hal yang perlu dilakukan adalah transparansi dan akuntabilitas. Transparansi
mempunyai arti memberikan informasi yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara
terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan
sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan
perundang-undangan. Sementara akuntabilitas merupakan bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara periodik.
Kontribusi audit adalah untuk menyajikan akuntabilitas, selama dia
memberikan pendapat yang independen, apakah laporan keuangan suatu entitas atau
organisasi menyajikan hasil operasi yang wajar dan apakah informasi keuangan

7
tersebut disajikan dalam bentuk yang sesuai dengan kriteria atau aturan-aturan yang
telah ditetapkan. Hal ini juga untuk melihat akuntabilitas pemerintah secara ril,
menilai integritas, kinerja dan pertanggungjawaban aktivitas pemerintah. Dalam
sektor publik ini pengaruh hukum pada praktik audit lebih besar, sehingga auditing
pada sektor publik ini menempatkan seorang auditor minimal didasarkan pada audit
keuangan dan regularitas, dan lebih jauh pada penilaian value for money.
Peran audit adalah memberikan nilai tambah dan melakukan perbaikan
operasi organisasi. Tujuan audit membatu organisasi dalam mencapai tujuannya
dengan melalui pendekatan yang sistematis, disiplin untuk mengevaluasi dan
melakukan perbaikan atas keefektivan manajemen risiko, pengendalian dan proses
yang jujur, bersih dan baik. Audit juga dilakukan untuk membantu seluruh anggota
pimpinan, agar mereka dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya dalam
mencapai tujuan organisasi secara hemat, efesien, dan efektif. Bantuan ini dilakukan
oleh pemeriksa dalam proses audit dengan cara menyampaikan kepada para anggota
pimpinan berbagai analisis, penilaian, kesimpulan, dan rekomendasi mengenai
kegiatan yang diperiksa dan konsultasi yang dilakukannya.

Syarat-syarat auditor
Dalam sistem kepegawaian dan pengembangan SDM BPK RI jabatan
fungsional auditor adalah jabatan yang fungsi dan tugas utamanya melaksanakan
tugas-tugas pemeriksaan. Tugas pemeriksaan yang dimaksud adalah meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pelaporan dan pemantauan tindak lanjut pemeriksaan.
Selain melaksanakan tugas pokok tersebut, sebagai pejabat fungsional, pemeriksa
juga memiliki kewajiban untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensinya
melalui kegiatan-kegiatan pengembangan seperti pendidikan, pelatihan dan
pelaksanaan tugas-tugas di luar tugas pemeriksaan lainnya.
Pengangkatan pertama kali sebagai auditor ahli pratama dapat dilakukan apabila
memiliki persyaratan sebagai berikut:
1. Memiliki Ijazah S1 atau DIV;

8
2. Pangkat serendah-rendahnya golongan III/a;
3. Lulus diklat auditor ahli;
4. Memiliki DP3 sekurang-kurangnya bernilai baik dalam tahun terakhir.

Organisasi audit Indonesia adalah organisasi di Indonesia yang merupakan


jaringan kerja sama antar Kantor Akuntan Publik. Izin menjadi Akuntan Publik
diberikan oleh Menteri dan berlaku selama 5 tahun sejak tanggal ditetapkan dan dapat
diperpanjang.
Menurut pasal 6 Undang-undang RI Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan
Publik, bahwa untuk mendapatkan izin menjadi akuntan publik seseorang harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah;
b. Berpengalaman praktik memberikan jasa audit atas informasi keuangan historis,
jasa reviu atas informasi keuangan historis, jasa asurans lainnya;
c. Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
e. Tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin Akuntan
Publik;
f. Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih;
g. Menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh
Menteri;
h. Tidak berada dalam pengampuan.

Kesimpulan
Audit dalam organisasi dirasa perlu dalam menentukan apakah informasi
keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, sumber daya digunakan
secara efisien dan ekonomis, resiko telah diidentifikasi, dan apakah tujuan organisasi

9
telah dicapai secara efektif. Jika proses tersebut telah berjalan dengan baik, maka
dipastikan organisasi akan beroperasi secara sehat. Tanpa audit, suatu organisasi akan
berjalan di jalur yang diinginkan, bukan di jalur yang semestinya. Sehingga tuntutan
masyarakat terhadap pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas serta terciptanya tata
pemerintahan yang baik (good governance) dapat terpenuhi.

Daftar Kepustakaan
Agoes, Sukirno, 2004. Auditing, Edisi kedua, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jilid I, Jakarta.
Boyton, Johnson, Kell. 2002. Modern Auditing. Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.
Dan M. Guy, C. Wayne Alderman, Alan J, Winters. 1999. Auditing. Edisi Kelima
http://ilmuakuntansi.web.id/jenis-jenis-audit
http://www.kajianpustaka.com/2013/03/definisi-dan-tujuan-audit.html
Mulyadi, 2002. Auditing, Buku Satu, Edisi Keenam, Cetakan I. Jakarta: Salemba
Empat.
Peter Salim. 1987. The Contempory English Indonesia Dictionary. Jakarta: Modern
English Press, Edisi Ketiga.
Rahayu, Cici. 2011. Pengaruh Audit Kinerja Sektor Publik dan Pengawasan
Fungsional Terhadap Akuntabilitas Publik pada Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) di Pemerintah Kota Cimahi. Skripsi. Universitas Komputer
Indonesia, Bandung.
Siti Kurnia Rahayu, Ely Suhayati. 2010. Auditing. Edisi Pertama.
---------Sistem Kepegawaian dan Pengembangan SDM BPK RI, 2009
Suherman Toha. 2007. Penelitian Masalah Hukum tentang Penerapan Good
Coorporate Governance Pada Dunia Usaha. Badan Pembinaan Hukum
Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.
----------Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan
Publik.

10

Anda mungkin juga menyukai