URINALISIS
Kelompok 14
Neni Widowati G84130048
Widdya Kusuma K G84130008
M. Rifai Anugrah G84130016
Shinta Dewi N G84130025
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
1
PENDAHULUAN
METODE
Praktikum ini dilakukan pada Jumat, 26 Pebruari 2016, pukul 13.00-
16.00 WIB, bertempat di Laboratorium Pendidikan Biokimia, Departemen
Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB.
Alat dan Bahan
Prosedur
Contoh perhitungan:
Turinometer = 20 oC
Turin probandus = 33 oC
Bobot jenis urin probandus = 1.022 g/mL
33-20
Faktor Koreksi =
3
= 4.33
=5
33-20
Bobot jenis terkoreksi urin probandus = 3 = 4.33 = 5
Kadar padatan =26 × 2.6
= 67.6 g/1000 mL = 67.6 g/L
Bang - -
(kuning (kuning
agak bening)
pekat)
Asam - +
sulfosalisilat (kuning (putih
pekat) keruh)
Benedict + -
(biru
kehijauan)
Rothera - +
(kuning (ungu
pekat) kuning
bening)
Bilirubin - -
(kuning) (kuning)
6
Hasil Gambar
Uji Urin Urin Urin probandus Urin
probandus kualitatif kualitatif
Urobilin + +
Uji protein dalam percobaan ini menggunakan uji Koagulasi, uji Bang,
dan Uji sulfosalisilat. Prinsip metode dengan melakukan pemanasan dan
penambahan asam asetat. Pemanasan dilakukan untuk terjadinya denaturasi
protein dalam urin sedangkan penambahan asam bertujuan untuk mencapai
titik isoelektrik protein. Urin yang mengandung protein dicirikan dengan
kekeruhan urin yang terlihan. Uji protein selanjurnya yaitu uji Bang. Prinsip
Uji ini adalah Protein dalam urin akan membentuk kekeruhan atau
gumpalan oleh asam karena mendekati titik isoelektrik protein dibantu
dengan pemanasan, sehingga terbentuk kekeruhan, butiran, kepingan, atau
gumpalan sesuai dengan banyaknya kandungan protein dalam urin. Uji
protein selanjutnya yaitu uji sulfosalisilat. Prinsip metode ini adalah
pengendapan protein oleh asam kuat. Hasil pemeriksaan protein pada urin
probandus dan urin kualitatif memberikan hasil yang negatif untuk semua
jenis uji peotein urin. Apabila terdapat protein dalam urin menunjukan
ginjal akibat kerusakan glomerulus dan atau gangguan reabsorbsi tubulus
ginjal ( Ulyah 2008). Metode alternatif untuk pengukuran proteinuria yaitu
pengukuran kadar albumin urin dengan carik celup. Metode carik celup
merupakan metode yang lebih cepat, murah, dan mudah dilakukan (Syuhada
et al. 2012). Metode lainnya yaitu Metode Ewit’s dan Purdy.
Uji glukosa dalam urin menggunakan menode Benedict . Uji benedict
digunakan untuk mengidentifikasi glukosa dalam urin melalui reaksi gula
pereduksi. Reaksi benedict terdiri atas tembaga sulfat dalam larutan natrium
karbonat dan natrium sitrat yang dapat mereduksi glukosa yang terlebih
dahulu, glukosa dioksidasi dalam bentuk garam asam glukoronat. Larutan
alkali dari tembaga direduksi oleh gula yang mengandung gugus aldehid
atau keton bebas, dengan membentuk kupro oksida berwarna. Reagen
benedict mengandung kupro sulfat, natrium karbonat, dan natrium sulfat.
Larutan benedict dilakukan pada suasana basa yang menyebabkan terjadinya
trasformasi isomerik. Reduksi ion Cu+ dari CuSO4 oleh gula pereduksi akan
berlangsung dengan cepat dan membentuk Cu2O yang merupakan endapan
merah bata (Bintang 2010). Hasil positif dalam urin yang mengandung
glukosa adalah berwarna hijau, kuning, dan merah bata. Berdasarkan Tabel
2, hasil urin probandus adalah positif mengandung glukosa, tetapi
kandungan glukosa dalam urin perobandus sangat kecil karean berwarna
hiaju muda. Hal ini dapat disebabkan oleh konsumsi glukosa yang berlebih
7
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ali AS, Ismoyowati, Diana I. 2013. Jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan
hematokrit pada berbagai jenis itik lokal terhadap penambahan
probiotik dalam ransum. J Ilmiah Peternakan. 1(3): 1001-1013
Anthara IMS, dan Suartha IN. 2011. Homeostasis cairan tubuh pada kucing
dan anjing. B. Veteriner Udayana. 3(1): 23-37
Bintang M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta (ID): Erlangga
Carpenito LG. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis.
Kadar KS, Eviriyani D, Yudha EK, Ester M, penerjemah; Mardella
EA, Issuryanti M, editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan
dari: Nursing Diagnosis: Aplication to Clinical Practice.Ed ke 9
Djojodibroto RD. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (Medical
Check Up): Bagaimana Menyikapi Hasilnya. Jakarta (ID): Pustaka
Populer Obor.
Ethel S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta (ID): EGC
Penerbit Buku Kedokteran.
Guyton dam Hall. 2006. Buku Ajar Fsiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta
(ID): EGC
Indranila KS, dan Puspito L. 2012. Akurasi pemeriksaan carik celup pada
urinalisis proteinuria dan glukosuria dibandingkan dengan metoda
standar. J. Kedokteran dan Kesehatan.5(1): 19-23
Izzah A, Ginardi RV, Saikhu A. 2013. Pendekatan Algoritma Heuristik dan
Neural Network untuk Screening Test pada Urinalysis. J Cibermatika.
1(2): 29-35
Pardede SO, dan Chunnaedi S. 2009. Penyakit ginjal kronik pada anak. J.
Sari Pediatri. 11(3): 199-203
Syuhada, Noormartany, Alamsyah M, Nina SD. 2010. Korelasi proteinuria
metode rasio albumin-kreatinin urin dengan metode kromatografi
pada preeklamsi. MKB. 44(2): 218-223
Uliyah M. 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Jakarta (ID):Salemba
Medika.
9