Anda di halaman 1dari 69

KONTRASEPSI DAN KELUARGA

BERENCANA
KONTRASEPSI DENGAN BERBAGAI METODE

DOSEN MATA KULIAH :

dr. Desmiwarti, SpOG (K)

DI SUSUN OLEH :

Yessi Ardiani

Putri Hilwati Muri

Helti Lestari

Sri Andar Puji Astuti

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

2015

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 2
A. Latar Belakang 2

B. Tujuan 4

BAB II TINJAUAN TEORI5


A. Definisi Kontrasepsi Secara Umum 5

1. Prinsip perencanaan keluarga.......................................................................5


2. Pertimbangan pemakaian kontrasepsi...........................................................5
3. Definisi Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non-MKJP)................5
4. Jenis Non-MKJP...........................................................................................6
a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)................................................................6
b. Metode Kalender (Ogino-Knaus)...............................................................16
c. Metode Lendir Serviks (Billings)...............................................................17
d. Metode Sympto- Termal.............................................................................20
e. Metode Barier.............................................................................................22
f. Spermisida...................................................................................................36
g. Senggama Terputus.....................................................................................43
h. Kontrasepsi Kombinasi (Hormon Estrogen Dan Progesteron)...................48
i. KONTRASEPSI PROGESTIN...................................................................61
BAB III PENUTUP 73
A. Kesimpulan 73

DAFTAR PUSTAKA 74

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mewujudkan derajat Kesehatan Ibu yang setinggi-tingginya adalah
salah satu agenda pembangunan yang tercakup dalam Tujuan
Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals (MDGs). AKI
adalah indikator dampak dari berbagai upaya yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat Kesehatan Ibu. Penurunan AKI merupakan salah
satu target yang tercakup dalam MDGs, yaitu pada tujuan kelima. MDGs
menargetkan penurunan AKI pada tahun 2015 menjadi tiga per empat dari
AKI pada tahun 1991, yaitu dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 1991 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Angka ini sempat mengalami penurunan yang berarti dimana pada tahun
2007 AKI berjumlah 228 per 100.000 kelahiran hidup.. Tapi kemudian
pada tahun 2012 hasil mengejutkan didapat dari SDKI dimana AKI pada
tahun tersebut mengalami kenaikan yang tinggi menjadi sebesar 359 per
100.000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Penguatan pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu
upaya penting yang mendukung percepatan penurunan AKI. Kematian ibu
tidak akan terjadi tanpa adanya kehamilan. Oleh karena itu kehamilan
merupakan determinan proksi dari kematian ibu, di samping komplikasi
kehamilan dan persalinan. Untuk menurunkan kejadian kematian ibu,
kehamilan perlu diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pada
kondisi yang berisiko tinggi untuk mengalami komplikasi yaitu dengan
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan dengan 4
Terlalu. Dari 6 indikator RPJMN tahun 2010-2014 maupun MDGs tahun
2015, dua diantaranya berkaitan dengan pelayanan KB, yaitu CPR dan
unmet need. Berdasarkan SDKI 2012, cakupan kesertaan KB aktif atau
Contraceptive Prevalence Rate (CPR) hanya meningkat 0,5% dari 57,4%
(SDKI 2012) menjadi 57,9%, unmet need hanya menurun 0,6% dari 9,1%

3
(SDKI 2007) menjadi 8,5% (SDKI 2012) dan angka kelahiran pada remaja
atau (ASFR) 15-19 masih tinggi, yaitu 48/ 1000 perempuan usia 15-19
tahun. Belum optimalnya pencapaian indikator-indikator tersebut, yang
juga merupakan tujuan MDG 5 yang akan dicapai pada tahun 2015,
mempunyai kontribusi dalam stagnannya Total Fertility Rate (TFR) dan
pada akhirnya berdampak masih tingginya Angka Kematian Ibu di
Indonesia (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Cakupan KB aktif ini berkaitan dengan pelayanan kesehatan ibu
antara lain penggunaan KB saat ini, dimana untuk angka nasional
meningkat dari 55,8 persen (2010) menjadi 59,7 persen (2013), dengan
variasi antar provinsi mulai dari yang terendah di Papua (19,8%) sampai
yang tertinggi di Lampung (70,5%). Penggunaan KB saat ini adalah 59,7
persen, diantaranya 59,3 persen menggunakan cara modern dan 51,9
persen penggunaan KB hormonal, dan 7,5 persen nonhormonal.
Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) didapati sebesar
10,2 persen dan non-MKJP 49,1 persen. Selain penggunaan KB
dikumpulkan juga cakupan pelayanan masa hamil, persalinan, dan pasca
melahirkan. (KEMENKES RI, 2013).
Bidan harus dapat menfasilitasi klien melalui pengetahuan dan
pilihan dengan memberikan informasi dan saran mengenai keluarga
berencana yang baik. Isu seputar kontrasepsi meningkatkan adanya
kebutuhan yang tidak dapat diungkapkan oleh wanita, bidan menjadi
faktor penentu dalam memanfaatkan kesempatan agar wanita dapat
menyatkan kebutuhan mereka. Oleh sebab itu sebagai seorang bidan harus
mempunyai kompetensi dalam pelayanan keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi wanita diharapkan bisa membantu dengan
memahami metode kontrasepsi dalam berbagai metode, baik dalam
pelaksanaannya, kelebihan dan kekuranganya hal ini penting sebagai dasar
dalam mememberikan pelayanan yang kontrasepsi yang berkualitas.
(fraser, 2009)

4
B. Tujuan
1. Untuk memahami tentang Definisi Kontrasepsi Secara Umum.
2. Untuk mengetahui tentang pertimbangan pemakaian
kontrasepsi.
3. Untuk mengetahui tentang definisi Non Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (Non-MKJP).
4. Untuk mengetahui tentang jenis Non-MKJP

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Kontrasepsi Secara Umum

1. Prinsip perencanaan keluarga

a) Seorang wanita telah hamil dan melahirkan segera setelah mendapat


menstruasi yang pertama.
b) Kesuburan Wanita berlangsung sampai menopause
c) Bereproduksi sehat/aman usia 20-35 tahun
d) Jarak antara dua kelahiran 2-4 tahun
e) Sebelum punya anak disebut fase mencegah kehamilan
f) Setelah punya anak yang pertama disebut fase menjarangkan
kehamilan
g) Setelah Punya cukup anak disebut fase mengakhiri kesuburan.

2. Pertimbangan pemakaian kontrasepsi

a) Usia ibu < 20 tahun : kontrasepsi yang reversibilitasnya tinggi.


b) Usia ibu > 35 tahun : kontrasepsi efektif/kegagalan rendah dan
reversibel/ireversibel
c) Usia reproduksi sehat: efektif, reversibel dan tidak mengganggu ASI.

3. Definisi Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non-MKJP)

Sebelum membicarakan pengertian dari Non-MKJP, perlu


diketahui terlebih dahulu pengertian tentang kontrasepsi. Kontrasepsi
berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Dalam upaya untuk menurunkan atau
mencegah tingkat kehamilan ada berbagai macam cara salah satunya
menggunakan Non-MKJP.
Menurut Prawirohardjo Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP), merupakan jenis kontrasepsi yang sekali pemakaiannya dapat
bertahan selam 3 tahun sampai seumur hidup, jenis kontrasepsi ini

6
diantaranya adalah AKDR/IUD, implant, MOW dan MOP
(Prawirohardjo,Sarwono :2005).
Adapun pengertian MKJP menurut Hartanto yaitu tindakan yang
membantu individu atau pasangan usia subur yang sangat efektif untuk
menghindari kelahiran, mengatur interval kelahiran, dan tidak
mempengaruhi hubungan seksual (Hartanto,Hanafi : 2003).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
MKJP merupakan jenis kontrasepsi yang sangat efektif untuk menghindari
kelahiran, mengatur interval kelahiran dan tidak mempengaruhi hubungan
seksual yang dapat bertahan selama 3 tahun sampai seumur hidup seperti
AKDR/IUD, implant, MOW dan MOP.
Sedangkan yang termasuk dalam kategori Non-MKJP adalah
kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk
dalam MKJP (Kusumaningrum, 2009).

4. Jenis Non-MKJP

a. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

1. Definisi

Metode Amenore Laktasi (MAL) merupakan alat kontrasepsi yang


mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) (Affandi, 2003). MAL adalah
suatu metode kontrasepsi dengan cara memberikan ASI kepada bayinya
secara penuh (Varney, 2006).
Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea
Method (LAM) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan
ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya. Metode
Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM)
dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA) atau
natural family planning, apabila tidak dikombinasikan dengan metode
kontrasepsi lain.
Pembentukan air susu sangat dipengaruhi oleh hormon prolaktin
dan kontrol laktasi serta penekanan fungsi laktasi. Pada seorang ibu yang
menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing berperan sebagai

7
pembentukan dan pengeluaran air susu refleks prolaktin dan refleks
“Letdown”.
1) Refleks prolaktin
Seperti telah dijelaskan bahwa menjelang akhir kehamilan terutama
hormon prolaktin memagang peranan untuk membuat kolostrum,
namun jumlah kolostrum terbatas, karena aktifitas prolaktin dihambat
oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. Setelah
partus berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus
luteum maka estrogen dan progesteron sangat berkurang, ditambah
lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan
kalang payudara, akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang
befungsi sebagai reseptor mekaink. Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medula spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus
akan menekan prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran
faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang
memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise (hipofise
anterior) sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsan sel-sel
alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada
ibu yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan
sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran
air susu tetap berlangsung.
Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kadar
prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3. Pada ibu yang
menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan-keadaan seperti,
pengeluaran faktor-faktor yang menghambat :

a) Stres atau pengaruh psikis


b) Anastesi operasi
c) Rangsangan puting susu
d) Hubungan kelamin
e) Obat-obatan tranqulizer hipotalamus seperti reserpin,
klorpromazin,fenotiazid.
Sedangkan keadaan-keadaan yang menghambat pengeluaran
prolaktin adalah, gizi ibu yang jelek DAN obat-obatan
2) Refleks letdown (milk ejection reflex).

8
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke
neurohipofise (hipofise posterior) yang kemudian dikeluarkan
oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus
yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi
involusi dari organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan
mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air
susu yang telah terbuat dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang
untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk kemulut
bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan refleks letdown adalah:
a) Melihat bayi
b) Mendengarkan suara bayi
c) Mencium bayi
d) Memikirkan untuk menyusui bayi

Faktor-faktor yang menghambat refleks let down adalah :

a) Feedback Inhibitor Suatu factor local, bila saluran ASI penuh


mengirim impuls untuk mengurangi prosuksi. Cara mengatasi:
saluran dikosongkan secara teratur (ASI ekslusif dan tanpa jadwal).
b) Stres seperti : keadaan bingung/pikiran kacau, takut, Cemas,
Penyapihan
Bila ada stres dari ibu yang menyusui maka akan terjadi suatu
blokade dari refleks letdown. Ini disebabkan oleh karena adanya
pelepasa ndari adrenalin (epinefrin) yang menyebabkan vasokontraksi
dari pembuluh darah alveoli, sehingga oksitoein sedikit harapannya
untuk dapat mencapai target organ mioepitelium. Akibat dari tidak
sempurnanya refleks letdown maka akan terjadi penumpukan air susu
di dalam alveoli yang secara klinis tampak payudara membesar.
Payudara yang besar dapat berakibat abses, gagal untuk menyusui dan
rasa sakit. Rasa sakit ini akan merupakan stres lagi bagi seorang ibu
sehingga stres akan bertambah. Karena refleks letdown tidak sempurna
maka bayi yang haus jadi tidak puas. Ketidak puasan ini akan
merupakan tambahan stres bagi ibunya. Bayi yang haus dan tidak puas
ini akan berusaha untuk dapat air susu yang cukup dengan cara

9
menambah kuat isapannya sehingga tidak jarang dapat menimbulkan
luka-luka pada puting susu dan sudah barang tentu luka-luka ini akan
dirasakan sakit oleh ibunya yang juga akan menambah stres-nya tadi.
Dengan demikian akan terbentuk satu lingkaran setan yang tertutup
(circulus vitiosus) dengan akibat kegagalan dalam menyusui.

2. Profil

Metode amenore laktasi adalah kontrasepsi yang mengandalkan


pemberian ASI secara ekslusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa
tambahan makanan atau minuman apapun lainnya. MAL dapat dipakai
sebagai kontrasepsi bila : 1) menyusui secara penuh (full breast
feeding) lebih efektif bila pemberian ≥ 8 kali sehari, 2) belum haid, 3)
umur bayi kurang dari 6 bulan , Efektif sampai 6 bulan, Harus
dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.

3. Cara Kerja Mal

Menurut Hidayati (2009), Konsentrasi prolaktin meningkatkan


sebagai respons terhadap stimulus pengisapan berulang ketika
menyusui. Dengan intensitas dan frekuensi yang cukup, kadar
prolaktin akan tetap tinggi. Hormon prolaktin yang merangsang
produksi ASI juga mengurangi kadar hormon LH yang diperlukan
untuk memelihara dan melangsungkan siklus menstruasi. Kadar
prolaktin yang tinggi menyebabkan ovarium menjadi kurang sensitif
terhadap perangsangan gonadotropin yang memang sudah rendah,
dengan akibat timbulnya inaktivasi ovarium, kadar esterogen yang
rendah dan anovulasi. Bahkan pada saat aktivitas ovarium mulai pulih
kembali, kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan fase luteal yang
singkat dan fertilitas menurun. Jadi, intinya cara kerja Metode
Amenore Laktasi (MAL) ini adalah dengan penundaan atau penekanan
ovulasi).
Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa cara kerja dari MAL
adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada saat
laktasi/menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin dan

10
oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat
dan hormon gonadotrophin melepaskan hormon penghambat
(inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar estrogen,
sehingga tidak terjadi ovulasi.

4. Efektifitas Mal

Jika seseorang ibu memberikan ASI kepada bayinya sesuai


dengan kriteria MAL, maka kemungkinan untuk ibu hamil dalam 6
bulan pertama setelah melahirkan hanya kurang dari 2%.
Bagaimanapun untuk kebanyakan wanita 1 dari 50 kemungkinan untuk
terjadinya kehamilan yang tidak terduga lebih besar resikonya
dibandingkan mereka yang mengkombinasikan pemberian ASI /
laktasi dengan metode kontrasepsi saja (Hanafi, 2002). Efektifitas
tinggi (Keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca persalinan) (Sarwono,
2013)

5. Keuntungan Kontrasepsi Mal

1) Keuntungan umum
a) Efektifitas tinggi (98 persen) apabila digunakan selama enam
bulan pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid dan
menyusui eksklusif.
b) Dapat segera dimulai setelah melahirkan.
c) Tidak memerlukan prosedur khusus, alat maupun obat.
d) Tidak memerlukan pengawasan medis.
e) Tidak mengganggu senggama.
f) Mudah digunakan.
g) Tidak perlu biaya.
h) Tidak menimbulkan efek samping sistemik.
i) Tidak bertentangan dengan budaya maupun agama.

2) Kontrasepsi
a) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan
pascapersalina).
b) Segera efektif.
c) Tidak mengganggu senggama.
d) Tidak ada efek samping secara sistemik.
e) Tidak perlu pengawasan medik.
f) Tidak perlu obat atau alat.
g) Tanpa biaya

11
3) Nonkontrasepsi
a) Untuk Bayi
o Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi
perlindungan lewat ASI).
o Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk
tumbuh kembang bayi yang optimal.
o Mengurangi resiko penyakit menular
o Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air,
susu lain atau formula, atau alat minum yang dipakai.
b) Untuk Ibu
o Mengurangi perdarahan pascapersalinan.
o Mengurangi resiko anemia.
o Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.
o Membantu proses involusi uteri (uterus kembali normal)
(Affandi, 2003)

6. Keterbatasan Mal

1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui


dalam 30 menit pascapersalinan.
2) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
3) Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai
dengan 6 bulan. Hanya wanita amenore yang memberikan ASI
secara eksklusif dengan interval teratur, termasuk pada waktu
malam hari, yang selama 6 bulan pertama mendapatkan
perlindungan kontrasepstif sama dengan perlindungan yang
diberikan oleh kontrasepsi oral. Dengan munculnya menstruasi
atau setelah 6 bulan, risiko ovulasi meningkat.
4) Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual (IMS)
termasuk HbV dan HIV. (Hidayati, 2009)

7. Indikasi Penggunaan Mal

1) Ibu yang menyusui secara eksklusif dan bayinya berusia kurang


dari 6 bulan.
2) Belum mendapat menstruasi setelah melahirkan.

12
3) Kita dapat mendorong ibu untuk memilih metode lain dengan tetap
menganjurkannya untuk melanjutkan ASI, saat terjadi keadaan-
keadaan seperti:
o Bayi mulai diberikan makanan pendamping secara teratur
(menggantikan satu kali menyusui).
o Menstruasi sudah mulai kembali.
o Bayi sudah tidak terlalu sering menyusu.
o Bayi sudah berusia 6 bulan atau lebih.

Tabel 1
Keadaan yang memerlukan perhatian

No Keadaan Anjuran

1 Ketika mulai memberikan


makanan pendamping secara
teratur (menggantikan satu
kali menyusui) Membantu klien memilih metode
lain. Walaupun metode
2 Ketika haid sudah kembali
kontrasepsi lain dibutuhkan, klien
3 Bayi menghisap susu tidak
harus didorong untuk tetap
sering (on demand) atau jika
melanjutkan pemberian ASI
kurang dari 8 kali sehari

4 Bayi berumur 6 bulan atau


lebih

(Sarwono, 2013)

8. Kontraindikasi Penggunaan Mal

1) Sudah mendapat menstruasi setelah persalinan.


2) Tidak menyusui secara eksklusif.
3) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan.
4) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam.
5) Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.
6) Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati.

13
7) Wanita yang menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti
metabolisme, cyclosporine, bromocriptine, obat radioaktif, lithium
atau anti koagulan.
8) Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.
9) Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme
Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak direkomendasikan pada
kondisi ibu yang mempunyai HIV/AIDS positif dan TBC aktif. Namun
demikian, MAL boleh digunakan dengan pertimbangan penilaian klinis
medis, tingkat keparahan kondisi ibu, ketersediaan dan penerimaan
metode kontrasepsi lain (Hidayati, 2009).

9. Petunjuk Penggunaan Metode Amenore Laktasi

1) Bayi harus berusia kurang dari 6 bulan.


2) Wanita yang belum mengalami perdarahan pervaginam setelah 56
hari pascapartum.
3) Pemberian ASI harus merupakan sumber nutrisi yang eksklusif
untuk bayi. (Varney, 2006)
Hal yang perlu diperhatikan oleh ibu dalam pemakaian Metode
Amenorea Laktasi (MAL) agar aman dan berhasil adalah menyusui
secara eksklusif selama 6 bulan. Untuk mendukung keberhasilan
menyusui dan MAL maka beberapa hal penting yang perlu diketahui
yaitu cara menyusui yang benar meliputi posisi, perlekatan dan
menyusui secara efektif.
Langkah-Langkah Penentuan Pemakaian KB MAL
Di bawah ini merupakan langkah-langkah menentukan dalam
menggunakan kontrasepsi Metode Amenorea Laktasi (MAL).

14
Gambar 1. Langkah MAL

10. Hal yang Harus Disampaikan Kepada Klien

Sebelum menggunakan Metode Amenorea Laktasi (MAL), klien


terlebih dahulu diberikan konseling sebagai berikut:

1) Bayi menyusu harus sesering mungkin (on demand).


2) Waktu pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.
3) Bayi menyusu sampai sepuasnya (bayi akan melepas sendiri
hisapannya).
4) ASI juga diberikan pada malam hari untuk mempertahankan
kecukupan ASI.
5) ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin.
6) Waktu pemberian makanan padat sebagai pendamping ASI
(diberikan pada bayi sudah berumur 6 bulan lebih).
7) Metode MAL tidak akan efektif, apabila ibu sudah memberikan
makanan atau minuman tambahan lain.
8) Ibu yang sudah mendapatkan haid setelah melahirkan dianjurkan
untuk menggunakan metode kontrasepsi lain.

15
9) Apabila ibu tidak menyusui secara eksklusif atau berhenti
menyusui maka perlu disarankan menggunakan metode kontrasepsi
lain yang sesuai.

b. Metode Kalender (Ogino-Knaus)


1. Dasar
Menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat
selama 6-12 bulan terakhir. Tahun 1930 Kyusaku Ogino di Jepang
dan Herman Knaus di Austria, yang bekerja sendiri-sendiri,
menemukan bahwa: Ogino:ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-
15 sebelum haid berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12-16 hari
sebelum haid yang akan datang. Knaus : ovulasi selalu terjadi
pada hari ke-15 sebelum haid yang akan datang. Problem terbesar
dengan metode kalender adalah bahwa jarang ada wanita yang
mempunyai siklus haid teratur setiap 28 hari.

2. Teknik Metode Kalender


Seorang wanita menentukan masa suburnya dengan :
a) Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk
menentukan awal dari masa suburnya.
b) Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk
menentukan akhir dari masa suburnya.
3. Kalkulasi masa subur secara tradisional didasarkan pada 3
asumsi :
a) Ovulasi terjadi pada hari 14 tambah kurang 2hari sebelum
permulaan haid berikutnya
b) Spermazoa bertahan hidup 2-3 hari
c) Ovum hidup selama 24 jam
d) Diperlukan catatan siklus haid 8 bulan atau lebih

4. Mekanisme kerjanya
Menghitung masa subur dan masa tidak subur

5. Kelemahannya:
Tidak cocok untuk wanita dengan siklus menstruasi tidak teratur
dan butuh kerjasama suami dan istri

6. Keunggulannya
Tanpa efek samping (kecuali kadang stress)dan tanpa biaya

16
7. Efektivitas metode kalender
Angka kegagalan : 14,4- 47 kehamilan pada 100 wanita pertahun

c. Metode Lendir Serviks (Billings)


1. Mekanisme kerjanya
Menentukan masa subur dengan mengukur tingkat keenceran
lendir serviks.
2. Dasar
Perubahan siklus dari lendir serviks yang terjadi karena perubahan
kadar estrogen
3. Peranan Lendir Serviks
Lendir serviks yang diatur oleh hormon estrogen dan progesterone
ikut berperan dalam reproduksi. Pada tiap siklus haid di produksi
dua macam lendir serviks oleh sel-sel serviks yaitu :
a. Lendir Type-E (Estrogenik)
Diproduksi pada fase akhir pra-ovulasi dan fase ovulasi. Sifat-
sifat:
- banyak, tipis, seperti air (jernih) dan viskositas rendah
-spinnbarkeit (elastisitas) besar. Spinnbarkeit = sampai
seberapa jauh lendir dapat diregangkan sebelum putus.
-bila d ikeringkan terjadi bentuk seperti daun paiks (fernlike
patterns, ferning, arborization), spermatozoa dapat menembus
lendir ini
b. Lendir Type-G (Gestagenik)
Diproduksi pada fase awal pra-ovulasi dan setelah ovulasi.
Sifat-sifat (kental, viskositas tinggi, keruh (opaque). dibuat
karena peninggian kadar progesterone, permatoza tidak dapat
menembus lendir ini
Ciri-ciri lendir serviks pada berbagai fase dari siklus haid (30 hari):

a. Fase 1 :

-Hari 1-5
- lendir dapat ada atau tidak dan tertutup oleh darah haid
-perasaan wanita: basah dan licin (lubrikatif)
b. Fase 2:

- pasca-haid
- hari 6-10

17
-tidak ada lendir atau hanya sedikit sekali
- perasaan wanita : kering
c. Fase 3:
- awal pra-ovulasi
- hari 11-13
- lendir keruh, kuning atau putih dan liat
- perasaan wanita : liat dan/ atau lembab
d. Fase 4:

-segera sebelum pada saat dan sesudah ovulasi


-hari 14-17
- lendir bersifat jernih, licin, basah, dapat diregangkan
-dengan konsistensi seperti putih-telur
-hari terakhir dari fase dikenal sebagi “gejala-puncak” (peak
symptom)
-perasaan wanita : lubrikatif dan / atau basah
e.Fase 5 :

-pasca ovulasi
-hari 18-21
-lendir sedikit, keruh, dan liat
-perasaan wanita : liat dan/atau lembab
f. Fase 6

-akhir pasca ovulasi atau segera pra-haid


-hari 27-30
-lendir jernih dan seperti air
-perasaan wanita : liat dan/atau lembab dan/atau basah

4. Teknik Metode Lendir Serviks

18
Abstinens dimulai pada hari pertama diketahui adanya lendir
setelah haid dan berlanjut sampai dengan hari ke-empat setelah
gejala-puncak (peak symptom)

5. Kelemahannya:

Keterbatasan mata

6. Keunggulannya:

Tanpa efek samping

7. Penyulit-penyulit metode lendir serviks

a. Keadaan fisiologis : sekresi vagina karena rangsangan seksual


b. Keadaa patologis : infeksi vagina, serviks, penyakit-penyakit,
pemakaian obat-obatan

c.Keadaan psikologis : stress (fisik dan emosional)

8. Efektivitas Metode Lendir Serviks

a. Angka kegagalan : 0,4-39,7 kehamilan pada 100 wanita


pertahun
b. Di samping abstinens pada saat yang diperlukan, masih ada 3
sebab lain terjadinya kegagalan/kehamilan:

- pengeluaragan lendir mulainya terlambat

-gejala puncak (peak symptom) timbul terlalu awal/dini

-lendir tidak dirasakan oleh wanita atau dinilai/interpretasi


salah

19
d. Metode Sympto- Termal

1. Dasar

Kombinasi antara bermacam-macam metode KB alamiah untuk


menentukan masa subur/ovulasi.

2. Efektivitas

Angka kegagalan : 4,9 - 34,4 kehamilan pada 100 wanita pertahun

3. Kontra-indikasi Metode KB Alamiah

Umumnya merupakan kontra indikasi relatif:

a. siklus haid yang tidak teratur

b. Riwayat siklus haid yang an-ovulatoir


c. Kurve suhu badan yang tidak teratur

4. Komplikasi Metode KB Alamiah :

a. Komplikasi yang langsung tidak ada


b. Persoalan timbul bila terjadi kegagalan/ kehamilan, karena ada
data-data yang menun jukkan timbulnya kelainan-kelainan
janin sehubungan dengan terjadinya fertilisasi oleh
spermatozoa dan ovum yang berumur tua/terlalu matang
(overaged/overripe).

5. Keuntungan Non Kontraseptif dari Metode KB Alamiah :

a. Untuk pasangan suami-isteri yang menginginkan kehamilan,


metode SBB, metode lendir serviks, dapat menentukan hari-
hari subur wanita, sehingga sanggama dapat direncanakan pada
saat-saat itu ( disarankan untuk bersanggama selang selang
sehari mulai dari hari ke-9 sampai SBB mencapai kenaikan
temperaturnya yang khas).
b. Dapat digabungkan dengan metode-metode kontrasepsi lain,
misalnya dengan metode barrier.

20
6. Keuntungan dan Kerugian dari KB alamiah:

KEUNTUNGAN KERUGIAN
o Kurang begitu efektif
o Aman dibandingkan metode-metode
o Murah/tanpa biaya kontrasepsi lain
o Dapat diterima oleh banyak o Perlu instruksi dan konseling
golongan agama sebelum memakai metode ini
o Sangat berguna baik untuk o Memerlukan catatan siklus
merencanakan maupun haid yang cukup
menghindari terjadinya o Dapat menghambat
kehamilan spontanitas seksual, stress
o Mengajar wanita, kadang- psikologis dan kesulitan-
kadang suaminya perihal kesulitan dalam perkawinan
siklus haid o Bila siklus haid tidak teratur,
o Tanggung jawab berdua dapat mempersulit
sehingga menambah o Bila terjadi kehamilan, ada
komunikasi dan kerja sama risiko bahwa
ovum/spermatozoanya sudah
terlalu tua

e. Metode Barier
1. Definisi

Metode barier merupakan metode kontrasepsi dengan cara


menghalangi pertemuan sperma dengan sel telur yang sifatnya
sementara, yakni menghalangi masuknya sperma sejak vagina
sampai kanalis servikalis. Yang termasuk kedalam kontrasepsi
metode barier adalah: Kondom, Spermisida, Diafragma.

2. Jenis metode barier

1) Kondom pria
a) Definisi Kondom Pria
Kondom merupakan selubung / sarung karet yang
dapat terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks
(karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani)
yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom
terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder,
dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung
berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu.

21
Kondom tidak baik digunakan atau tidak sesuai
untuk pria yang mempunyai pasangan yang beresiko tinggi
apabila terjadi kehamilan, alergi terhadap bahan dasar
kondom, yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang,
tidak mau terganggu dengan berbagai persiapan untuk
melakukan hubungan seksual dan yang tidak peduli
terhadap berbagai persyaratan kontrasepsi.

Gambar 1. Kondom pria


b) Cara Kerja Kondom Pria
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma
dan sel telur dengan cara mengemas sperma diujung
selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma
tersebut tidak tercurah kedalam saluran reproduksi
perempuan.
c) Macam-macam kondom pria
o Kulit
Dibuat dari membran usus biri biri (caecum), tidak
meregang atau mengkerut, menjalarkan panas tubuh
sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama
sanggama namun lebih mahal.
o Lateks
Paling banyak dipakai, murah, elastis
o Plastik
Sangat tipis, menghantarkan panas tubuh namun lebih
mahal dari kondom lateks. Kemasan kondom harus
kedap udara karena udara dapat merusak karet.
Demikian pula dengan panas dan cahaya, yang bila

22
disertai adanya udara (O2) dapat mempercepat
kerusakan karet.

d) Efektifitas Kondom Pria


Kondom cukup relative bila dipakai secara benar
pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa
pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak
dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya
sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2 -12 kehamilan per
100 perempuan pertahun.

e) Manfaat kondom pria


Tabel 2
Manfaat Kondom Pria

Manfaat Kontrasepsi Manfaat Nonkontrasepsi


o Efektif bila digunakan dengan o Memberi dorogan kepada
benar. suami untuk ikut ber-KB.
o Tidak mengganggu produksi o Dapat mencegah penulaan
ASI. IM
o Tidak mengganggu kesehatan o Mencegah ejakulasi dini
klien. o Membantu mencegah
o Tidak mempunyai pengaruh terjadinya kanker servik
sistemik (mengurangi iritasi bahan
o Murah dan dapt dibeli secara karsinogenik eksogen pada
umum. serviks)
o Tidak perlu resep dokter atau o Saling berinteraksi sesama
pemeriksaan kesehatan khusus. pasangan.
o Metode kontrasepsi sementara o Mencegah imuno infertilitas
bila metode kontrasepsi lainnya
harus ditunda.

f) Keterbatasan kondom pria


o Efektivitas tidak terlalu tinggi
o Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan
kontrasepsi
o Agak mengganggu hubungan seksual(mengurangi
sentuhan langsung)
o Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi

23
o Harus selalu tersedia settiap kali berhubungan seksual
o Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat
umum
o Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan
masalah dalam hal limbah
g) Cara Penggunaan Kondom pria
o Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan
seksual.
o Agar Efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan
spermisida kedalam kondom.
o Jangan menggunakan benda tajam untuk membuka
kemasan.
o Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi.
o Bila kondom tidak mempunyai penampung sperma
pada bagian ujungnya, maka pemakai, longgarkan
sedikit bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan pada
saat ejakulasi.
o Kondom dilepas sebelum penis melembek.
o Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.
o Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman
o Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek
atau kondom tampak rapuh/kusut.
o Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau
pelumas dari bahan petrolatum karena akan segera
merusak kondom.
2) Wanita (Barier Intra-Vaginal)
a) Definisi wanita (Barier Intra-Vaginal)
Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus
genitalia interna wanita dan immobilisasi/mematikan
spermatozoa oleh spermisidnya. Untuk mendapatkan
efektivitas yang lebih tinggi, metode Barier Intra-vaginal
harus dipakai bersama dengan spermisid. Faktor yang
dapat mempengaruhi efektifitas metode ini, antara lain :
o Paritas
o Frekuensi sanggam
o Kemampuan untuk memakainya dengan benar
o Kebiasaan dan motivasi akseptor dalam pencegahan
kehamilan

24
Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat
perhatian akseptor yang menggunakan metode Barrier
Intra-vaginal yaitu kemungkinan timbulnya Sindrom Syok
Toksik (Toxic Shock Syndrom) (TSS) bila terjadi kelalaian
dalam pemakaiannya.
Calon akseptor metode Barier Intra-vaginal harus
diberi instruksi-instruksi untuk mengurangi/mencegah
risiko timbulnya Sindrom Syok Toksik :
- Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau
mengeluarkan alatnya.
- Jangan biarkan Barier Intra-vaginal insitu lebih lama
dari 24 jam
o Jangan menggunakan Barier Intra-vaginal pada saat
haid, atau bila adaperdarahan per-vaginam, tetapi
menggunakan kondom
o Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6 – 12 minggu
sebelum menggunakanmetode Barier Intra-vaginal,
tetapi menggunakan kondom
o Wanita harus diajari tanda-tanda bahaya TSS (Demam,
muntah, Diarrhoe, Nyeri otot tubuh, rash
(sunburn/seperti tersengat sinar matahari)
o Bila menduga TSS, keluarkan alat kontrasepsinya dan
hubungi petugas medis
Bila pernah mengalami TSS, pilih metode kontrasepsi
lain. Sindrom Syok Toksik disebabkan oleh toxin yang
dihasilkan bakteri Staphylococcus aureus. Sindrom Syok
Toksik sering terjadi pada wanita yang memakai tampon
(intra-vaginal) selama haid.
b) Keuntungan dan Kerugian Metode Barier Intra-
vaginal :
Tabel 3
Keuntungan dan Kerugian Metode Barier Intra-vaginal

KEUNTUNGAN KERUGIAN

25
o Mencegah kehamilan o Angka kegagalan relatif
o Mengurangi tinggi
insidens penyakit akib o Aktivitas
at hubungan seks hubungan seks harus
dihentikan sementara
untuk memasang alatnya
o Perlu dipakai secara
konsisten, hati hati,
selalu pada setiap
sanggama.

c) Macam-macam Barier Intra-Vaginal :


o Diafragma (Diaphragma)
Definisi Diafragma
Diafragma terbuat dari lateks atau karet dengan
cincin yang fleksibel dengan bentuk seperti topi yang
menutupi mulut rahim. Diafragma diletakkan posterior
dari simfisis pubis sehingga serviks (leher rahim)
tertutupi semuanya.
Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum
melakukan sanggama. Bila sanggama dilakukan
berulang kali pada saat yang sama, maka perlu
ditambahkan spermisid setiap sebelum sanggama
berikutnya. Diafragma tidak boleh dikeluarkan selama
6-8 jam setelah sanggama selesai, pembilasan
(douching) tidak diperkenankan, diafragma dapat
dibiarkan didalam vagina selama 24 jam setelah
sanggama selesai, lebih lama dari itu kemungkinan
dapat timbul infeksi.
Cara Kerja Diafragma
Mencegah masuknya sperma melalui kanalis
servikalis ke uterus dan saluran telur (tuba falopi) dan
sebagai alat untuk menempatkan spermisida.
Tabel 4
Manfaat Diafragma

Manfaat kontrasepsi Manfaat Nonkontrasepsi

26
o Tidak mengganggu o Memberikan
produksi ASI, tidak perlindungan terhadap
mengganggu kesehatan penyakit menular
klien seksual
o Tidak mengganggu o Dapat menampung
hubungan seksual darah menstruasi, bila
karena telah digunakan saat haid
dipersiapkan o Kemungkinan
sebelumnya mempunyai efek
o Dapat dipakai selama perlindungan terhadap
haid timbulnya displasia
cervical

Kerugian diafragma

Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai;


Wanita perlu memegang/manipulasi genitalia nya
sendiri; Menjadi mahal bila sering dipakai, disebabkan
oleh biaya untuk spermisidnya; Insersi relatif sukar;
Pada kasus tertentu, dapat terasa oleh suami saat
senggama; Beberapa wanita mengeluh kebasahan yang
disebabkan oleh spermisidnya.

Gambar 2. Diafragma

27
Gambar 3. Cara Pemasangan Diafragma

o Kap Serviks (Cervical cap)

Definisi kap serviks

Suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks


saja. Dibandingkan dengan diafragma,kap serviks lebih
dalam/tinggi kubahnya tetapi diameternya lebih kecil,
umumnya lebih kaku, menutupi serviks karena hisapan
(suction), bukan karena pegas. Zaman dahulu kap
serviks terbuat dari logam/plastik, sekarang yang
banyak adalah dari karet. Tingkat kegagalan Pada 100
wanita yang menggunakan metode ini selama satu
tahun, terdapat sebanyak 7 orang yang hamil.

28
Cara Kerja kap serviks

Cervical caps akan menutupi pembukaan serviks


sehingga menahan sperma agar tidak mendapatkan
akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas
(uterus& tuba falopii) dan sebagai alat tempat
spermisida senjata sperma tambahan untuk membunuh
sperma-sperma yang tidak tertahan pada kaps serviks.

Syarat pemakaian kap serviks

Serviks harus dapat dicapai; Serviks cukup panjang


untuk menahan kap; Serviks tidak luka

Tabel 5 Keuntungan dan Kerugian Kap Serviks (Cervical cap)

KEUNTUNGAN KERUGIAN
o Dapat digunakan selama menyusui o Angka kegagalan tinggi
o Efektif, meskipun tanpa spermiside, o Peningkatan risiko
bila dibiarkan di serviks untuk infeksi (cervisitis, cystitis)
waktu > 24 jam, pemberian o Membutuhkan evaluasi dari tenaga
spermiside sebelum bersenggama kesehatan
menambah efektifitasnya o Ketidaknyamanan ketika
o Tidak terasa oleh suami pada saat pemakaian, penggunaannya cukup
sanggama sulit
o Dapat dipakai oleh wanita sekalipun o Ukuran cervical caps yang
ada kelainan anatomis/fungsional digunakan sewaktu-waktu harus
dari vagina misalnya sistokel, diubah tergantung
rektokel, prolapsus uteri, tonus otot pada kehamilan,
vagina yang kurang baik abortus/keguguran, operasi pelvic
o Jarang terlepas selama sanggama atau perubahan berat badan
o Tidak boleh digunakan pada
wanita yang sedang menstruasi
o Beberapa wanita merasa nyeri dan

29
pasangannya merasa tidak nyama
o Tidak dapat mencegah penyebaran
IMS (infeksi menular seksual),
HIV AIDS

Kontraindikasi kap serviks

Bentuk serviks yang abnormal (ukuran, posisi), pap


smear abnormal; Postpartum 6-12 minggu; Radang
serviks (cervicitis) yang kronis, infeksi adneksa atau
neoplasma serviks; Otot vagina yang sensitive, erosi
atau laserasi serviks; Perdarahan pada vagina, termasuk
ketika sedang menstrasi; Riwayat TSS, Riwayat PID,
atau alergi dengan karet atau spermiside.

Efek samping dan komplikasi kap serviks

Timbulnya sekret yan sangat berbau bila kap serviks


dibiarkan terlalu lama didalam vagina; Menyebabkan
iritasi pada daerah vagina, serviks karen akontak yang
terlalu lama dengan karet (kap) dan spermiside nya;
Menyebabkan infeksi pada saluran kemih; Berisiko
terjadi Toxic Shock Syndrom (TSS). Hal ini terjadi jika
pemakaian cervical caps dilakukan pada saat
menstruasi; Bertambahnya abnormalitas serviks yang
berhubungan dengan HPV.

30
Gambar 4. Kap Serviks

o Spons (Sponge)
Definisi spons

Spons kontrasepsi adalah bentuk modifikasi dari


agen spermisidal. Macamnya seperti sponge kecil
berbentuk bantal. Spons ini mengandung cakram
poliuretan nonoxynol-9 yang dipasng 24 jam sebelum
senggama. Setelah dibasahi, spons ditempatkan di
serviks.
Spons ini dapat digunakan dalam beberapa kali
senggama tanpa harus diganti. Spons ini sebaiknya baru
dilepas 6 jam setelah senggama. Walaupun lebih
nyaman dibandingkan diafragma atau kondom, namun
efektifitas spons untuk kontrasepsi lebih rendah. Tidak
dianjurkan untuk melakukan pembilasan (douching).

Cara Kerja spons


Melepaskan spermiside yang terkandung didalamnya;
Merupakan barrier antara spermatozoa dan spermiside;
Menjebak/menangkap spermatozoa ke dalam spons.

Efektifitas spons
Secara teori 5-8 kehamilan/100 wanita per tahun.
Namun, dalam praktik nya 9-27/100 wanita per tahun.

31
Insersi spons

Mula mula spons dibasahi dengan air ledeng sebanyak


kira-kira 2 sendok makan, lalu diperas secukupnya
untuk menghilangkan air yang berlebihan; Sponge
kemudian dimasukkan ke dalam vagina sampai
mencapai serviks.

Kontraindikasi spons
Riwayat TSS atau alergi terhadap polyurethane atau
spermisidenya; Ketidakmampuan wanita untuk
melakukan insersi dengan benar; Kelainan anatomis
dari vagina seperti prolaps uteri, sistokel, rektokel,
retroflek yang ekstrim, septum vagina.

Efek samping dan komplikasi spons


Iritasi atau reaksi alergi yang umumnya disebabkan
oleh spermisidenya; Kemungkinan infeksi vagina oleh
jamur bertambah besar; Kemungkinan timbulnya TSS;
Efek non kontraseptif dan Kemungkinan proteksi
terhadap PHS.

Gambar 5. Spons

o Kondom Wanita
Definisi kondom wanita

32
Dasarnya : kombinasi antara Diafragma dan
Kondom. Alat ini terdiri dari 2 cincin polyurethane
yang lentur berbentuk diafragma yang terdapat pada
masing-masing ujung dari suatu selubung lunak
polyurethane yang longgar. Sebelum dipasang, biasanya
ditambahkan spermisid pada alatnya.
Brand yang dipasarkan antara lain Femidom,
Dominique, Protectiv, dan Care. Baru-baru ini juga
dipasarkan kondom wanita yang terbuat dari bahan
lateks (seperti kondom pria) sehingga tidak
menimbulkan suara berisik saat dipakai. Dipasarkan
dengan brand Reddy, V Amour, dan Sutra. Pengujian
secara in vitro menunjukkan kondom wanita
impermeabel terdapat HIV, sitomegalo virus dan
hepatitis virus.
Alasan utama dari dikembangkannya kondom
wanita adalah karena pada kondom pria dan diafragma
biasa, kedua alat tersebut tidak menutupi daerah
perineum sehingga masih ada kemungkinan penyebaran
mikroorganisme penyebaran PHS.
Cara pemakaian kondom wanita
Cincin yang terbuka berada di luar vagina,
sedangkan cincin tertutup berada di bawah simfisis.
Cincin-dalam dipasang tinggi di dalam vagina, dan
tidak perlu dipasang tepat menutupi serviks karena akan
terdorong keatas selama sanggama ; cincin-luar
menutupi labia dan dasar dari penis, keatas selama
sanggama, cincin-luar menutupi labia dan dasar dari
penis.

33
Gambar 6. Kondom Wanita

f. Spermisida
1. Definisi spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9)


yang digunakan untuk menonaktifkan sperma atau mematikan
sperma sebelum melewati serviks. Macam-macam obat spermisida
yang dikemas dalam bentuk :
- Aerosol (busa)
- Jelly atau krim.
- Tablet vagina atau Suppositoria atau dissolvable film atau
Intravag (tissu KB).
Spermisida ini sesuai untuk klien yang tidak dianjurkan
menggunakan metode kontrasepsi hormonal, seperti perokok, atau
diatas usia 35 tahun. Sesuai untuk klien yang tidak menyukai
penggunaan AKDR, yang menyusui dan perlu kontrasepsi, yang

34
memerlukan proteksi terhadap IMS dan sesuai untuk keperluan
metode sederhana sambil menunggu metode yang lain.
Spermisida tidak sesuai untuk klien dengan resiko tinggi
terjadinya hamil. Klien yang terinfeksi saluran uretra. Klien yang
tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat
kelaminnya (vulva dan vagina), klien yang mempunyai sindrom
syok karena keracunan dan yang ingin metode KB efektif

2. Cara Kerja spermisida

Menyebabkan sel membran sperma terpecah,


memperlambat gerakan sperma, dan menurunkan kemampuan
pembuluh sel telur.

3. Jenis spermisida

- Aerosol (busa).
- Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film.
- Krim.
-

4. Manfaat spermisida

Tabel 6
manfaat spermisida

Manfaat kontrasepsi Manfaat Nonkontrasepsi


o Efektif seketika (busa dan o Merupakan salah satu
krim). pelindung terhadap IMS
o Tidak mengganggu produksi termasuk HBV dan
ASI HIV/AIDS.
o Bisa digunakan sebagai
pendukung metode lain
o Tidak mengganggu kesehatan
klien.
o Tidak mempunyai pengaruh
sistemik.
o Mudah digunakan.
o Meningkatkan lubrikasi
selama hubungan seksual.
o Tidak perlu resep dokter atau
pemeriksaan kesehatan khusus.

5. Kekurangan Spermisida

35
- Efektivitas kurang (18-29 kehamilan per 100 perempuan per
tahun pertama)
- Efektivitas sebagai alat kontrasepsi bergantung pada kepatuhan
mengikuti cara pengunaan
- Ketergantungan pengguna dari mitivasi berkelanjutan dengan
memakai setiap melakukan hubungan seksual.
- Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi
sebelum melakukan hubungan seksual(tablet busa vagina,
suppositoria dan film).
- Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam.

6. Efek Samping spermisida

- Iritasi vagina atau iritasi penis dan tidak nyaman Periksa


adanya vaginitis dan penyakit menular seksual. Bila
penyebabnya spermisida, sarankan memakai spermisida dengan
bahan kimia lain atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.
- Gangguan rasa panas di vagina Periksa reaksi alergi atau
terbakar. Yakinkan bahwa rasa hangat adalah normal. Bila tidak
ada perubahan, sarankan menggunakan spermisida jenis lain
atau bantu memilih metode kontrasepsi lain.
- Tablet busa vaginal tidak larut dengan baik Pilih spermisida
lain dengan komposisi bahan kimia berbeda atau bantu memilih
metode kontrasepsi lain.

7. Keterbatasan spermisida

- Efektifitas kurang (bila wanita selalu menggunakan sesuai


dengan petunjuk, angka kegagalan 15 dari 100 perempuan akan
hamil setiap tahun dan bila wanita tidak selalu menggunakan
sesuai dengan petunjuk maka angka kegagalan 29 dari 100
perempuan akan hamil setiap tahun).
- Spermisida akan jauh lebih efektif, bila menggunakan
kontrasepsi lain (misal kondom).
- Keefektifan tergantung pada kepatuhan cara penggunaannya.
- Tergantung motivasi dari pengguna dan selalu dipakai setiap
melakukan hubungan seksual.

36
- Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah spermisida
dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual.
- Hanya efektif selama 1-2 jam dalam satu kali pemakaian.
- Harus selalu tersedia sebelum senggama dilakukan

8. Jenis dan Cara Pemakaian alat kontrasepsi secara kimiawi


(spermisida)

Di bawah ini merupakan cara pemakaian alat kontrasepsi


spermisida sesuai dengan bentuknya:
Bahan terdiri dari spermaticide dan bahan tempat
mengandung spematicide tersebut, biasanya gelatine atau minyak.
Khasiat kontrasepsinya disebabkan oleh sifat kimiawinya, tetapi
juga karena sifat fisiknya menyulitkan pergerakan sperma karena
kental.
Kontrasepsi kimiawi dapat berbentuk suppositoria, jelly,
cream, tissue atau busa. Sekarang diusahakan supaya mengandung
juga germaticide untuk mencegah infeksi. Jelly, cream dan pasta
sering dipergunakan bersama dengan diafragma atau kondom.
Metode kimiawi mempunyai toleransi yang baik, jarang
menyebabkan iritasi pada vagina, tetapi banyak wanita tidak
menyukainya karena terlalu basah.
o Tissue KB/Vagina Film
Tissue KB adalah alat kontrasepsi kimiawi yang berbentuk
seperti lembaran kertas tissue, namun akan larut bila bercampur
dengan cairan vagina atau lendir serviks.
Cara kerja tissue KB adalah mengentalkan lendir
serviks sehingga menghambat gerakan spermatozoa, serta
membunuh spermatozoa.
Cara pemakaian:
Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci
tangan dengan sabun dan air mengalir. Spermisida bentuk film/
tissue ini berupa kotak-kotak tipis atau bulatan tipis yang larut
dalam serviks. Untuk menggunakannya, lipat film menjadi dua
dan kemudian letakkan di ujung jari. Masukkan jari Anda ke
dalam vagina dan dorong film ke dalam vagina mendekati

37
serviks. Keadaan jari yang kering dan cara memasukkan film
secepat mungkin ke dalam vagina, akan membantu penempelan
dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu sekitar 15 menit agar
film larut dan bekerja efektif.setelah melarut baru kemudian
melakukan hubungan seksual
Wahananya adalah gelatin yang larut air dan mencair
dengan mudah dalam badan. Baik dipakai oleh wanita yang
kering vaginanya.

Gambar 7. Tissue KB

o Tablet Berbusa/Aerosol
Carapemakaian:
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit.
Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakkan aplikator
pada mulut kontainer dan tekan untuk mengisi busa. Masukkan
aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan posisi
berbaring. Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik
aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali pendorong

38
karena busa dapat masuk kembali ke pendorong. Aplikator
segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan.
Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi. Spermisida
aerosol (busa) dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari satu
jam sebelum melakukan hubungan seksual.

Tablet ini dimasukkan ke dalam vagina, akan berbusa


dan busa ini akan masuk ke celah-celah yang kecil yang
mungkin mengandung spermatozoa. Sayang sekali
kegagalannya agak tinggi yaitu sekitas 22,5 kehamilan / 100
wanita / tahun.
Walaupun tingkat kegagalannya cukup tinggi, namun
karena alat kontrasepsi ini mudah diterima, aman dan
sederhana, oleh sebabitu masih ditawarkan dinegara-negara
yang sedang berkembang, karena bagaimana pun juga lebih
baik mempergunakan salah satu cara kontrasepsi yang
sederhana daripada tidak menggunakan sama sekali.

Gambar 8. Aerosol
o Suppositoria Kimiawi
Carapemakaian:

39
Suppositoria merupakan spermisida berbentuk kapsul
yang dapat larut dalam vagina. Cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir sebelum membuka kemasan. Lepaskan tablet
vagina atau suppositoria dari kemasan. Sambil berbaring,
masukkan suppositoria jauh ke dalam vagina. Tunggu 10-15
menit sebelum melakukan hubungan seksual. Sediakan selalu
tablet vagina atau suppositoria.

Cara memasukkan spermisida bentuk suppositoria.


Cara melepas nya
Mudah dipakai tetapi kurang dapat dipercaya
efektifitasnya untuk mencegah kehamilan. Bila melakukan
coitus beberapa kali maka suppositoria harus dimasukkan ke
vagina beberapa kali pula.
Terdiri dari gelatin atau mentega cacao yang mencair
dngan cepat pada suhu badan. Yang diragukan adalah apakah
cairan ini akan menyebar merata pada seluruh vagina.

Gambar 9. Suppositoria
o Krim Dan Jelly
Cara pemakaian:
Krim dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina
dengan aplikator dan atau mengoles di atas penis. Krim atau

40
jeli biasanya digunakan dengan diafragma atau kap serviks,
atau dapat juga digunakan bersama kondom. Masukkan
spermisida 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual.
Isi aplikator dengan krim atau jeli. Masukkan aplikator ke
dalam vagina mendekati serviks. Pegang aplikator dan dorong
sampai krim atau jeli keluar. Kemudian tarik aplikator keluar
dari vagina. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan
air kemudian keringkan.

Gambar 10. Krim Dan Jelly

g. Senggama Terputus
1. Definisi

Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode


keluarga berencana tradisional/alamiah, di mana pria mengeluarkan
alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi.
Koitus interputus atau ekspulsi pra ejakulasi atau pancaran ekstra
vaginal atau withdrawal methods atau pull-out method. Dalam
bahasa latin coitus interuptus disebut juga interupted intercourse.
2. Tujuan

Tujuan coitus interuptus adalah mencegah sperma masuk ke


dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum,
dan kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar vagina untuk
mengurangi kemungkinan air mani mencapai rahim.

41
3. Cara kerja

Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga


sperma tidak masuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan
antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi
di luar vagina untuk mengurangi kemungkinan air mani mencapai
rahim.

4. Efek samping

Secara medis tidak ada efek samping apapun, hanya untuk


beberapa pria merasa tidak puas selama puncak orgasme karena
mereka harus mengendalikan hawa nafsu nya selama koitus agar
komitmen untuk melakukan senggama terputus tetap berjalan.
5. Hukum Melakukan Coitus Interruptus

Menurut ajaran islam dijelaskan dalam sebuah hadist sahih


“Kami ber’azl pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam,
sedangkan (ayat-ayat) Al-Qur’an (masih) turun.” (HR. Al-Imam
Al-Bukhari no. 5209 dalam kitab An-Nikah).
‘Azl atau coitus interuptus hukumnya boleh, akan tetapi lebih
utama untuk tidak dilakukan. Intinya boleh tapi makruh. Adapun
yang menunjukkan makruhnya dan lebih utama untuk ditinggalkan
adalah beberapa hal, di antaranya:
a. Ada unsur membahayakan bagi pihak istri, dimana akan
mengurangi rasa kenikmatan dirinya.
b. Hilangnya tujuan utama dari sebuah pernikahan, yaitu
memperbanyak keturunan.
6. Efektifitas

a. Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan


benar dan konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100
perempuan per tahun. Pasangan yang mempunyai pengendalian
diri yang besar, pengalaman dan kepercayaan dapat
menggunakan metode ini menjadi lebih efektif.

42
b. Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam
sejak ejakulasi masih melekat pada penis.

7. Manfaat

Tabel 7
Manfaat kontrasepsi dan non kontrasepsi senggama terputus
MANFAAT KONTRASEPSI MANFAAT NONKONTRASEPSI
a. Alamiah. a. Adanya peran serta suami dalam
b. Efektif bila dilakukan dengan keluarga berencana dan kesehatan
benar. reproduksi.
c. Tidak mengganggu produksi ASI b. Menanamkan sifat saling
d. Tidak ada efek samping. pengertian.
e. Tidak membutuhkan biaya. c. Tanggung jawab bersama dalam
f. Tidak memerlukan persiapan ber-KB.
khusus.
g. Dapat dikombinasikan dengan
metode kontrasepsi lain.
h. Dapat digunakan setiap waktu.

8. Keterbatasan

a. Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi


dan tumpahan sperma selama senggama.
b. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme).
c. Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan
setelah interupsi coitus.
d. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.
e. Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.
9. Penilaian Klien

Klien atau akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi


coitus interuptus tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan
khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun

43
tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna
kontrasepsi ini adalah:

Tabel 8
Coitus interruptus dapat dipakai dan tidak dipakai
Coitus interuptus
Dapat dipakai untuk Tidak dipakai untuk
a. Suami yang tidak mempunyai a. Suami dengan ejakulasi
masalah dengan interupsi pra dini.
orgasmik. b. Suami yang tidak dapat
b. Pasangan yang tidak mau mengontrol interupsi pra
metode kontrasepsi lain. orgasmik.
c. Suami yang ingin berpartisipasi c. Suami dengan kelainan
aktif dalam keluarga berencana fisik/psikologis
d. Pasangan yang memerlukan d. Pasangan yang tidak dapat
kontrasepsi segera. bekerjasama
e. Pasangan yang memerlukan e. Pasangan yang tidak
metode sementara, sambil komunikatif
menunggu metode lain. f. Pasangan yang tidak
f. Pasangan yang membutuhkan bersedia melakukan
metode pendukung. senggama terputus
g. Pasangan yang melakukan
hubungan seksual tidak teratur.
h. Menyukai senggama yang dapat
dilakukan kapan saja/tanpa
rencana
i. Pasangan yang taat beragama
atau mempunyai alasan filosofi
untuk tidak memakai metode-
metode lain.

10. Cara Coitus Interuptus

a. Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling


membangun kerjasama dan pengertian terlebih dahulu.
Keduanya harus mendiskusikan dan sepakat untuk
menggunakan metode senggama terputus.
b. Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus
mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis
untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.

44
c. Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan
penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di
luar vagina.
d. Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
e. Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.
f. Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.
11.Kontra-Indikasi

Ejakulasi premature pada pria. Factor-faktor yang


menyebabkan angka kegagalan adalah adanya cairan pra ejakulasi
yang dapat keluar setiap saat dan setiap tetes sudah mengandung
berjuta-juta spermatozoa, kurangnya kontrol dari pria, yang pada
metode ini justru penting, kenikmatan seksual berkurang bagi
suami istri, sehingga dapat mempengaruhi kehidupan perkawinan.
12. Hal-hal penting yang harus dilketahui oleh akspetor

a. Sebelum senggama, cairan pra-ejakulasi pada ujung penis harus


dibersihkan terlebih dahulu.
b. Bila pria merasa akan ber-ejakulasi, ia harus segera
mengeluarkan penis-nya dari dalam vagina, dan selanjutnya
ejakulasi dilakukan jauh dari erifieum vagina.
c. Coitus interruptus bukan merupakan metode kontrasepsi yang
baik bila pasangan suami-isteri menginginkan senggama yang
berulang kali, karena semen yang masih dapat tertinggal di
dalam cairan bening pada ujung penis.
d. Coitus interruptus bukan metode kontrasepsi yang baik bila
suami suami mempunyai kesulitan mengetahui kapan ia akan
berejakulasi.
e. Coitus interruptus cukup tepat untuk suami yang tidak
mempunyai "perembesan" dari cairan pra-ejakulasisenbelum
senggama.
f. Coitus interruptus masih merupakan metode kontrasepsi yang
lebih baik dari pada sama sekali tidak memakai metode apapun.

45
h. Kontrasepsi Kombinasi (Hormon Estrogen Dan Progesteron)
1. Kelaikan Medik Kontrasepsi Hormonal Kombinasi

a. Kategori WHO (aman dan bermanfaat)

- Bertambahnnya resiko IMS


- HIV positif atau sedang beresiko terinfeksi HIV atau AIDS
- Tumor jinak payudara
- Riwayat kanker payudara, kenker endometrial atau ovarium
- Cervical ektropin
- Carrier virus hepatitis
- Mioma uteri
- Pernah mengalami kehamilan ektopik
- Obesitas
- Kondisi tiroid
b. Kategori WHO 2 (manfaat diatas resiko) :

- Sefalgia berat setelah inisiasi pil kontrasepsi oral


- Diabetes mellitus
- Bedah major dengan imobilisasi yang lebih lama
- Penyakit sickle sel, penyakit hemoglobin C
- Tekanan darah 140/100 sampai 159/109 mmHg
- Massa payudara yang belum terdiagnosa
- Kanker serviks
- Usia > 50 tahun
- Kondisi yang mengarah pada ketidakpatuhan medik
- Riwayat anomaly kandngan lipid darah
- Riwayat infark miokardium premature
c. Kategori WHO 3 (Pertimbangkan manfaat terhadap resiko)

- Postpartum <21 hari


- Laktasi (6 minggu hingga 6 bulan)
- Perdarahan uterus atau vagina yang tidak terdiagnosa
- Usia >35 tahun dan merokok kurang dari 20 batang rokok
perhari
- Riwayat ca mamae tapi tidak kambuh kembali 5 tahun
belakangan
- Interaksi obat
- Penyakit kantung empedu
d. Kategori WHO 4 (Resiko lebih besar dari manfaat) :

46
- Tromboemboli vena
- Cerebrovascular disease atau penyakit arteri coroner
- Penyakit katup jantung (structural)
- Diabetes dengan komplikasi
- Kanker payudara
- Kehamilan
- Laktasi (< 6 minggu dari post partum)
- Penyakit hari
- Sakit kepala dengan symptom neurologis fokal
- Bedah major dengan imobilisasi yang lebih lama
- Usia > 35 tahun dan merokok 20 batang atau lebih perhari
- Hipertensi (TD > 160/100 mmHg disertai gangguan
vaskuler progresif)
e. Kelalaian Medik Kontrasepsi Progestin

a. Kategori WHO 1 (aman dan bermanfaat)


- Dalam usia reproduksi dan semua paritas termasuk nulipara
- Menghendaki kontrasepsi sangat efektif, jangka panjang
tetapi belum ingin menghentikan fertilitas (Kontap)
- Belum ingin hamil dan sedang memberikan ASI (pasca
nifas 6 minggu)
- Pasca persalinan dan tidak memberikan ASI atau pasca
keguguran
- Dengan sejarah KET
- Hipertensi < 180/110, masalah pembekuan darah, anemia
bulan sabit
- Mengalami kram menstruasi sedang atau berat
- Perokok (tanpa batas usia dan jumlah batang rokok)
- Yang tidak ingin atau tidak boleh menggunakan estrogen
- Pelupa atau seringkali lupa minum pil setiap hari
b. Kategori WHO 2 (manfaat diatas risiko)
- Penyakit diabetes mellitus (tanpa komplikais atau < 20
tahun lamanya)
- Penyakit hepatitis (asimptomatik dan pembawa)
- Hipertensi (<180/110)
- Riwayat pre- eklamsia
- Perokok (tanpa batas usia dan jumlah batang rokok)
- Penyakit yang memerlukan tindakan pembedahan (dengan
atau tanpa istirahat lama diranjang)
- Penyakit katup jantung (termasuk asimptomatik)
- Penyakit tromboemboli vena (darah beku)

c. Kategori WHO 3 (pertimbangkan manfaat terhadap risiko) :

47
Tidak dianjurkan kecuali apabila metode lain tidak ada atau
tidak sesuai dengan kondisi klien yang mengalami :
- Ikterus (aktif simptomatik)
- Penyakit jantung iskemik (riwayat atau sedang)
- Kanker payudara
- Neoplasia hati (baru berupa hipotesis)
- Pemakaian obat untuk epilepsy (fenitoin dan barbiturate)
atau tuberculosis (rifampisin)

d. Kategori WHO 4 (risiko lebih besar dari manfaat) :


- Hamil (dipastikan atau kemungkinan)
- Mengalami perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya atau diduga mempunyai masalah serius pada
organ ginekologi
- Mengidap karsinoma payudara

2. Pil kombinasi

a. Profil

- Efektif dan reversible


- Harus diminum setiap hari
- Pada bulan – bulan pertama efek samping berupa mual dan
perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan
hilang
- Efek samping serius sangat jarang terjadi
- Dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, baik yang
sudah mempunyai anak maupun belum
- Dapat diminum setiap saat bila yakin tidak hamil
- Tidak dianjurkan pada ibu yang menyusui
- Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat
b. Jenis

- Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet


mengandung hormone aktif estrogen atau progestin (E/P)
dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormone
aktif
- Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktif estrogen atau progestin (E/P)

48
dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormone aktif
- Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktif estrogen atau progestin (E/P)
dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormone aktif
c. Cara kerja

- Menekan ovulasi
- Mencegah implantasi
- Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui sperma
- Pergerakan tuba terganggu hingga transportasi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula
d. Manfaat

- Memiliki efektifitas yang tinggi (hamper meyerupai


efektifitas tubektomi), bila digunakan setiap hari (1
kehamilan per 100 perempuan dalam tahun pertama
penggunaan.
- Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
- Tidak mengganggu hubungan seksual
- Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid
berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid
- Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan
masih ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan
- Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause
- Mudah dihentikan setiap saat
- Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil
dihentikan
- Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
- Membantu mencegah : kehamilan ektopik, kanker
ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, penyakit
radang panggul, kelainan jinak pada payudara, dismenore,
atau acne.
e. Keterbatasan

- Mahal dan membosankan karena harus menggunakannnya


setiap hari
- Mual, terutama pada 3 bulan pertama

49
- Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan
pertama
- Pusing
- Nyeri payudara
- Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu
kenaikan berat badan justru memiliki dampak yang positif
- Berhenti haid atau amenorea, jarang pada pil kombinasi
- Tidak boleh diberikan pada ibu menyusui (mengurangi
ASI)
- Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan
depresi, dan perubahan suasana hati, sehingga keinginan
untuk melakukan hubungan seks berkurang
- Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan,
sehingga risiko stroke, dan gangguan pembekuan darah
pada vena dalam sedikit meningkat. Pada perempuan diatas
usia 35 tahun dan merokok perlu hati – hati
- Tidak menceg IMS,HBV, HIV/AIDS
f. Yang dapat menggunakan pil kombinasi

Pada prinsipnya hampir semua ibu dapat menggunakan pil


kombinasi, seperti :
- Usia reproduksi
- Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak
- Gemuk atau kurus
- Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi
- Setelah melahirkan dan tidak menyusui
- Setelah melahirkan 6 bulan dan tidak memberikan ASI
ekslusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan
tidak cocok bagi ibu tersebut
- Pasca keguguran
- Anemia karena haid berlebihan
- Nyeri haid hebat
- Siklus haid tidak teratur
- Riwayat kehamilan ektopik
- Kelainan payudara jinak
- Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh
darah, mata, dan syaraf
- Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis,
atau tumor ovarium jinak
- Menderita tuberculosis (kecuali yang menggunakan
rifampisin)

50
- Varises vena
g. Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi

- Hamil atau dicurigai hamil


- Menyusui ekslusif
- Perdarahan pervaginan yang belum diketahui penyebabnya
- Penyakit hati akut (hepatitis)
- Penyakit dengan usia lebih 35 tahun
- Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >
180/110 mmhg
- Riwayat gangguan pembekuan darah atau kencing manis >
20 tahun
- Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
- Migraine dan gejala neurologic fokal (epilepsy/riwayat
epilepsi)
- Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari
h. Waktu mulai menggunakan pil kombinasi

- Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan


tersebut tidak hamil
- Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
- Boleh menggunakan pada hari ke8, tetapi perlu
menggunakan metode kontrasepsi yang lain (kondom)
mulai hari ke 8 sampai hari ke 14 atau tidak melakukan
hubungan seksual sampai anda telah mengahabiskan paket
pil tersebut
- Setelah melahirkan : setelah 6 bulan pemberian ASI
ekslusif, setelah 3 bulan dan tidak menyusui, dan pasca
keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
- Bila terhenti menggunakan kontrasepsi injeksi dan ingin
menggantikan dengan pil kombinasi, pil dapat segera
diberikan tanpa perlu menunggu haid
i. Instruksi pada klien

- Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik disaat yang


sama setiap hari
- Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari
ke7 siklus haid
- Saat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid

51
- Pada paket 28 pil, dianjurkan mulai minum pil placebo
sesuai dengan hari yang ada pada paket
- Beberapa paket pil memunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila
paket 28 habis, sebaiknya anda mulai minum dari paket
yang baru. bila paket 21 habis, sebaiknya tunggu 1 minggu
baru kemudian mulai minum pil dari paket yang baru
- Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah minum pil,
ambillah pil yang lain
- Bila terjadi muntah hebat, atau diare lebih dari 24 jam,
maka bila keadaan menungkinkan dan tidak memperburuk
keadaan, pil dapat diteruskan
- Bila muntah dan diare berlansung selama 2 hari lebih, cara
penggunaan pil megikuti cara penggunaan pil lupa
- Bila lupa minum 1 pil (hari ke 1-21), segera minum pil
setelah ingat boleh minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak
perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain. Bila
lupa 2 pil atau lebih (hari1-21), sebiknya minum 2 pil
setiap hari sampai sesuai jadwal yang ditetapkan. Juga
sebaiknya gunakan metode kontrasepsi yang lain atau tidak
melakukan hubungan seksual sampai menghabiskan paket
pil tersebut
- Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan
j. Informasi lain yang perlu disampaikan

- Pada permulaan penggunaan pil kadang – kadang timbul


mual, pusing, nyeri payudara, serta spooting yang bias
hilang sendiri. Kelainan seperti ini muncul terutama pada 3
bulan pertama dan maikin lama penggunaannya kelianan
tersebut akan hilang dengan sendirinya. Cobalah minum pil
pada saat hendak tidur atau pada saat makan malam. Bila
tetap saja muncul keluhan, silakan berkonsultasi kembali
ke dokter
- Beberapa jenis obat dapat mengurangi efektivitas pil,
seperti rifampisin, fenitoin, barbiturate, griseofulvin,
trisiklik anti depresan, ampisilin, dan penisilin. Klien yang

52
memakai obat – obatan diatas untuk jangka waktu yang
panjang sebaiknya menggunakan pil kombinasi dengan
dosis etinilestradiol 50µg atau dianjurkan menggunakan
metode kontrasepsi yang lain
3. Suntikan kombinasi

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg depo


medroksiprogesteron asetat dan 5 mg esradiol spipionat yang
diberikan injeksi IM sebulan sekali (cyclofem) dan 50 mg
Noretindron Enantat dan 5 mg estradiol Valerat yang diberikan
injeksi IM sebulan sekali
a. Cara kerja

- Menekan ovulasi
- Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi
sperma terganggu
- Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantais
terganggu
- Menghambat transportasi gamet oleh tuba
b. Efektivitas

- Sangat efektif (0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan)


selama tahun pertama penggunaannya
c. Keuntungan kontrasepsi

- Resiko terhadap kesehatan kecil


- Tidak berpengaruh kepada hubungan suami istri
- Tidak diperlukan periksa dalam
- Jangka panjang
- Efek samping kecil
- Klien tidak perlu menyiapkan obat suntik
d. Keuntungan non kontrasepsi

- Mengurangi jumlah perdarahan


- Mengurangi nyeri saat haid
- Mencegah anemia
- Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker
endometrium
- Mengurangi penyakit payudara jikan dan kista ovarium
- Mencegah kehamilan ektopik

53
- Melindungi klien dari jenis – jenis penyakit tertentu penyakit
radang panggul
- Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimenopause
e. Kerugian

- Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tida teratur,


perdarahan bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10
hari
- Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan
seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga
- Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan
- Efektivitas berkurang bila digunakan bersamaan dengan
obat - obat epilepsi (febitoin dan barbiturate) atau
tuberculosis (rifampisin)
- Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan
jantung, stroke, bekuan darah pada patu atau otak, dan
kemungkinan timbulnya tumor hati
- Penambahan berat badan
- Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV
- Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian
f. Yang boleh menggunakan suntikan kombinasi

- Yang Usia reproduksi


- Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
- Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas tinggi
- Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan
- Pascapersalinan dan tidak menyusui
- Anemia
- Nyeri haid hebat
- Haid teratur
- Riwayat kehamilan ektopik
- Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
g. Yang tidak boleh menggunakan suntikan kombinasi

- Hamil ataudiduga hamil


- Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan
- Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
- Penyakit hati akut (virus hepatitis)
- Usia > 35 tahun yang merokok

54
- Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah
tingi (>180/110 mmHg)
- Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis
>20 tahun
- Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala
atau migraine
- Keganasan pada payudara
h. Waktu mulai menggunakan suntikan kombinasi

- Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus


haid. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.
- Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke 7 siklus haid,
klien tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari
atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari
- Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberi setiap
saat, asal dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil.
- Bila pascapersalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid,
suntikan pertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan
tidak hamil
- Bila pascapersalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah
mendapat haid, maka suntikan pertama diberikan pada siklus
haid hari 1 dan 7
- Bila pascapersalinan < 6 bulan dan menyusui, jangan
diberikan suntikan kombinasi
- Bila pascapersalinan 3 minggu, dan tidak menyusui,
suntikan kombinasi dapat diberi
- Pascakeguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan
atau dalam waktu 7 hari
- Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi hormonal lain
dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal
kombinasi. Selama ibu tersebut menggunakan kontrasepsi
sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi dapat
diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu – ragu,
perlu dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu
- Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal,
dan ibu tersebut ingin menggantikannya dengan suntikan
kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut dapat

55
diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak
diperlukan metode kontrasepsi lain
- Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi nonhormonal
dan ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka
suntikan pertama dapat segera diberikan, asal saja diyakini
ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tanpa perlu
menunggu datangnya haid. Bila diberikan pada hari 1 – 7
siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila
sebelumnya menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya
dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama
diberikan hari 1 – 7 siklus haid. Cabut segera AKDR
i. Cara penggunaan

Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan


suntikan intramuskuler dalam. Klien diminta datang setiap
4 minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih
awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan.
Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah
ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil.
Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7
hari atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain 7 hari
saja.
j. Instruksi untuk klien

- Klien harus kembali ke dokter atau ke klinik untuk


mendapatkan suntikan kembali setiap 4 minggu
- Bila klien tidak haid > 2 bulan, klien harus kembali ke
dokter / klinik untuk memastikan hamil atau tidak
- Jelaskan efek samping tersering yang didapat pada
penyuntikan dan apa yang harus dilakukan bila hal tersebut
terjadi. Bila klien mengeluh mual, sakit kepala, atau nyeri
payudara, serta perdarahan, informasikan kalau keluhan
tersebut sering ditemukan, dan biasanya akan hilang pada
suntikan ke 2 atau ke 3

56
- Apabila klien sedang menggunakan obat – obat tuberkulosis
atau obat epilepsi, obat – obat tersebut dapat mengganggu
efektivitas kontrasepsi yang sedang diunakan
k. Tanda – tanda yang harus diwaspadai pada penggunaan
suntikan kombinasi

- Nyeri dada hebat atau napas pendek. Kemungkinan adanya


bekuan darah diparu atau serangan jantung
- Sakit kepala hebat, atau gangguan penglihatan.
Kemungkinan terjadi stroke, hipertensi, atau miograin
- Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan
pembuluh darah pada tungkai
- Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum
suntikan berikutnya, kemungkinan terjaid kehamilan.

i. KONTRASEPSI PROGESTIN
1. KONTRASEPSI SUNTIKAN PROGESTIN

a) Profil

Sangat efektif, aman dan dapat dipakai oleh semua perempuan


dalam usia reproduksi, kembalinya kesuburan lebih lambat,
rata-rata 4 bulan, cocok untuk masa laktasi karena idak
menekan produksi ASI.
b) Jenis KB Suntik

Ada tiga jenis suntik KB yaitu:


- Suntik 150 mg DMPA (Depomedroksi-Progesteron Asetat)
atau Depo Provera yang diberikan setiap 3 bulan.
- Suntik 200 mg NET-EN (Noretindron Enantat) yanRg
diberikan setiap 3 bulan.
- Suntik setiap bulan (Cyclofen).
c) Cara kerja Suntik KB:

Hormon progestin sintetik disuntikkan ke dalam otot yang


kemudian menyebar sedikit demi sedikit melalui peredaran
darah. Mencegah terjadinya kehamilan dengan menghambat

57
ovulasi, endometrium menjadi tipis dan atrofi, dan lendir
serviks menjadi sangat pekat sehingga tidak dapat dilalui
oleh spermatozoa. (Saefudin, 2008).
Mencegah ovulas
Mengentalkan lender servik sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperm
Menjadikan selaput lender rahim tipis dan atropi
Menghambat transportasi gamet oleh tuba
d) Efektifitas Suntik KB

Efektifitas dalam mencegah kehamilan:


- Efektivitas teoritik: 0,25 kehamilan / 100 pemakai / tahun
(DMPA)
- Efektivitas praktek: 1 kehamilan / 100 pemakai / tahun
(DMPA)
- Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitasnya
yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan
tahun, asal penyuntikkannya dilakukan secara teratur sesuai
jadwal yang telah ditentukan.
e) Keuntungan Suntik KB:

- Merupakan salah satu alat kontrasepsi yang efektif dan


refersibel
- Tidak disertai efek samping yang serius kecuali kadang terjadi
perdarahan banyak
- Pemakaiannya tidak merepotkan, hanya sekali dalam tiga
bulan
- Sangat menarik bagi wanita yang menganggap obat suntikan
adalah obat yang paling mujarab
- Tidak mengganggu laktasi dan tidak terbukti sebagai obat
yang masuk ke dalam ASI sehingga tidak mengganggu
pertumbuhan bayi
- Kembalinya kesuburan sama sekali tidak terganggu

58
- Tidak mengandung estrogen sehingga tiak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
- Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
- Menurunkan krisis anemia bulan sabit
- Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik

f) Kerugian Suntik KB:

- Kira-kira 25% wanita akan tidak meneruskan pemakaian


suntikan KB karena gangguan haid atau perdarahan yang
banyak
- Perdarahan diantara haid dan amenorea (tidak haid) setelah
pemakaian yang lama dapat terjadi pada 50% para
pemakainya
- Kembalinya kesuburan diperlambat 4 sampai 8 bulan setelah
pemberian terakhir
- Berat badan yang bertambah
- Kecenderungan adanya peningkatan kadar glukosa darah
- Keluhan lainnya berupa mual, muntah, sakit kepala, panas
dingin, pegal-pegal, nyeri perut.

Gambar 11. Suntik KB

g) Kontraindikasi suntikan KB:

- Tidak boleh dipakai apabila diduga adanya kehamilan atau


perdarahan abnormal dari uterus yang belum diketahui
diagnosisnya

59
- Tidak diberikan kalau ada riwayat keganasan
- Narices yang luas atau kelainan kardiovaskuler lainnya
- Penyakit hepar (Saefudin, 2008)
h) Keterbatasan

- Sering diutamakan gangguan hais seperti :


- Siklus haid yang memendek atau memanjang
- Perdarahan yang banyak atau sedikit
- Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak
- Tidak haid sama sekali
- Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan
kesehatan
- Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikut
- Permasalahan berat badan merupakan efek samping
tersering
- Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV
- Terlambat kembali kesuburan setelah penghentian
pemakaian
- Terlambat kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan/kelainan pada organ genitalia, melainkan karena
belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya
- Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina menurunkan libido, gangguan emosi
(jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat.

i) Yang dapat menggunakan kotrasepsi suntikan progestin

- Usia reproduksi
- Nulipara dan yang telah memiliki anak
- Mengkehendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang
memiliki efektivitas tinggi
- Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
- Setelah melahirkan dan tidak menyusui
- Setelah abortus atau keguguran
- Telah banyak anak, tetapi belum mengkehendaki tubektomi
- Perokok
- Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit
- Menggunakan obat untuk epilepsy atau tubercolosis
- Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen

60
- Sering lupa menggunakan pil kontrasepsib
- Anemia defesiensi besi
- Mendekati usia menopause yang tidak mau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi

j) Waktu mulai mengunakan kontrasepsi suntikan Progestin

- Setiap selama silkus haid asal ibu tersebut tidak hamil


- Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
- Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan
setiap saat, asalkan saja ibu tidak tersebut tidak tidak hamil.
Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual.
- Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah
menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara
benar, ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat
segera diberikan. Tidak perlu menunggu haid berikutnya
dating.
- Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi suntikan
yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan
dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang
sebelumnya.
- Ibu yang mengunakan kontarsepsi nonhormonal dan ingin
menggantikannya dengan kontasepsi hormonal, suntikan
pertama kontarsepsi hormonal yang akan diberikan dapat
segera diberikan asal saja ibu tersebut tidak hamil dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang.
Bila ibu tidak disuntik setelah hari ke-7 haid. Ibu tersebut
selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual.
- Ibu ingin mengantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal.
Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai
hari ke-7 siklus haid , atau dapat diberikan setiap saat
setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut
tidak hamil.

61
- Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur.
Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu
tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak
boleh melakukan hubungan seksual.
k) Cara Pengunaan Kontrasepsi Suntikan

- Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan


dengan disuntik intramuscular dalam di daerah pantat.
Apabila suntikkan diberikan terlalu dangkal, penyerapan
kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera
dan efektif. Suntikkan diberikan setiap 90 hari. Pemberian
kontrasepsi suntikan Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya
diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima
diberikan setiap 12 minggu.
- Bersihkan yang akan disuntik dengan kapas alcohol yang
dibasahi oleh etil/isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit
kering sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik.
- Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung-
gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu
didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul,
upayakan menghilangkannya dengan menghangatkannya.
l) Penanganan Gangguan Haid

Amnore
- Tidak perlu dilakukan tindakan apapun , cukup konseling.
- Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut,
suntikan jangan dilanjutkan anjurkan pemekaian jenis
kontrasepso yang lain.
Perdarahan
- Perdarahan ringan spotting sering dijumpai, tetapi tidak
berbahaya
- Bila perdarahan terus berlanjut atau seelah tidak haid, namun
kemudian terjadi perdarahan maka perlu dicari penyebab
tersebut. Obatilah penyebab perdarahan tersebut dengan cara
yang sesuai.

62
- Bila ditemukan penyakit radang panggul atau penyakit akibat
hubungan seksual, klien perlu diberi pengobatan yang sesuai
pengobatan yang sesuai dan suntikan dapat dilanjutkan
- Perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien atau klien
tidak dapat menerima perdarahan yang terjadi, suntikan jangan
dilanjutkan lagi. Pilihkan jenis kontrasepsi yang lain. Untuk
mencegah anemia perlu diberi prepat besi atau makanan yang
banyak mengandung zat besi.
4. PIL KB MINI

a) Profil

- Sangat efektif pada laktasi


- Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil
KB
- Dapat dipakai sebagai kontrasepso darurat
- Tidak memberikan efek samping estrogen
- Cocok untuk masa laktasi karena tidak menurunkan
produksi ASI
- Efek samping utama adalah gangguan perdarahan,
perdarahan bercak atau perdarahan tidak teratur
b) Jenis Minipil

- Kemasan dengan isi 35 pil : 300µg levonogestestrel atau


350µg noretindron
- Kemasan dengan isi 28 pil : 75 µg norgestrel
1) Pil KB mini hanya mengandung progesteron, tetapi tidak
mengandung estrogen seperti pada Pil KB kombinasi.
Progesteron menyebabkan lendir serviks menjadi pekat
sehingga tidak dapat dilalui oleh spermatozoa, dan
endometrium menjadi tipis serta atrofi (mengecil). Ovulasi
dihambat pada separoh kejadiannya. Cara pemakaian
diminum terus menerus setiap hari. (Saefudin, 2008)
c) Cara kerja minipil
- Menekan skresi gonatropin dan sintesis steroid di ovarium
(tidak begitu kuat)
- Endometrium mengalami tranformasi lebih awal sehingga
implantasi tidak sulit

63
- Mengntalkan lender serviks sehingga menghambat
penetrasi sperma
- Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma
terganggu
d) Efektivitas

Sangat efektif (98,5%) pada penggunaan minipil jangan


sampai terlupa satu-dua tablet atau jangan sampa terjadi
gangguan gastrointestinal (muntah, diare), karena akibatnya
kemungkinan terjadi kehamilan sangat besar. Penggunaan
obat-obat mukolitik asetilsistein bersamaan dengan minipil
perlu dihindarkan karena kontraseptif dari minipil dapat
terganggu. Agar didapatkan kehandalan yang tinggi, maka
jangan sampai ada tablet yang lupa, tablet digunakan pada
jam yang sama, sangama sebaiknya dilakukan 3-20 jam
setelah penggunaan minipil
e) Keuntungan Pil KB mini:

Pil KB mini hanya mengandung progesteron, sehingga


tidak mengganggu laktasi (keluarnya ASI), atau efek samping
yang biasa ditimbulkan Pil KB kombinasi, seperti tekanan
darah tinggi dan sakit kepala, mengurangi gangguan
kardiovaskuler, menurunkan nyeri dan banyaknya darah haid.
7) Kerugian Pil KB mini:
- Tingkat kehamilannya lebih tinggi daripada Pil KB
kombinasi
- Lebih sering menyebabkan haid tidak teratur dan spotting
- Kemungkinan mendapatkan kehamilan diluar kandungan
relatif tinggi
f) Kontraindikasi Pil KB mini:

- Sebaiknya hanya diberikan pada ibu yang sedang menyusui


saja
- Tidak dibenarkan dipakai oleh wanita yang sedang
mengalami perdarahan abnormal dari uterus

64
- Tidak dibenarkan dipakai oleh wanita yang pernah
mengalami kehamilan ektopik. (Saefudin, 2008)
- Hamil atau diduga hamil
- Tidak dapat menerima gangguan haid
- Sering lupa menggunakan pil
- Riwayat stroke, progestin menyebabkan spasme pembuluh
darah
- Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
- Mengunaka obat tuberkolosis atau epilepsi
g) Yang boleh menggunakan minipil

- Usia reproduksi
- Telah memiliki anak atau belum memiliki anak
- Mengingikan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif
selama periode menyusui
- Pascapersalinan dan tidak menyusui
- Pascakeguguran
- Perokok segala usia
- Mempunyai tekanan darah tinggi
- Tidak boleh menggunakan estrogen
h) Keterbatasan

- Hampir 30/ -60% mengalami gangguan haid


- Peningkatan/penurunan berat badan
- Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama
- Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar
- Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau
jerawat
- Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi tetapi risiko ini
lebih rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang
tidak menggunakan minipil
- Tidak melindungi diri dari dari infeksi menular seksual atau
HIV/AIDS
- Efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan
dengan tuberkulosi atau epilepsi

i) Waktu mulai menggunakan minipil

- Mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid. Tidak


diperlukan pencegahan dengan kontrasepsi lain.
- Dapat digunakan setiap saat asal saja tidak terjadi
kehamilan. Bila menggunakannya setelah hari ke-5 siklus

65
haid, jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari
atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari
saja.
- Bila klien tidak haid (amenore), minipil dapat digunakan
setiap saat, asal saja diyakini tidak hamil. Jangan
melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari saja.
- Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalinan
dan tidak haid, minipil dapat dimulai setiap saat. Bila
menyusui penuh, tidak memerlukan metode kontrasepsi
tambahan.
- Bila lebih dari 6 minggu pascapersalinan dan klien telah
mendapatkan haid, minipil dapat dimulai pada hari 1-5
siklus haid.
- Minipil dapat diberikan segera pascakeguguran
- Bila klien sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal
lain dan ingin menggantikannya dengan minipil, minipil
dapat segera diberikan, bila saja kontrasepsi sebelumnya
digunakan dengan benar atau ibu tersebut sedang tidak
hamil. Tidak perlu menunggu samapai datangnya haid
berikutnya.
- Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi
nonhormonal dan ibu tersebut ingin menggantikannya
dengan minipil, minipil diberikan pada hari 1-5 siklus haid
dan tidak memerlukan metode kontrasepsi lain.
- Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunakan adalah AKDR
minipil dapat diberikan pada hari 1-5 siklus haid.

j) Instruksi Kepada Klien

- Minum minipil setiap hari pada saat yang sama


- Minum pil yang pertama pada hari haid pertama haid
- Bila klien muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan
pil, minumlah pil yang lain atau digunakan metode
kontrasepsi lain bila klien berniat melakukan hubungan
seksual pada 48 jam berikutnya.

66
- Bila klien menggunakan pil terlambat lebih dari 3 jam,
minum pil tersebut begitu klien ingat ingat. Gunakan
metode pelindung selama 48 jam.
- Bila klien lupa 1 atau 2 pil minumlah segera yang terlupa
tersebut sesegera klien ingat dan gunakan metode sampai
akhir bulan.
- Walaupun klien belum haid mulailah paket baru sehari
setelah paket terakhir habis
- Bila haid klien teratur setiap bulan dan kemudian
kehilangan 1 siklus atau bila merasa hamil, temui petugas
klinik klien untuk memeriksa uji kehamilan

Gambar 11 Pil KB

67
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Dalam upaya untuk menurunkan atau mencegah
tingkat kehamilan ada berbagai macam cara salah satunya menggunakan MKJP
dan Non-MKJP.

MKJP merupakan jenis kontrasepsi yang sangat efektif untuk menghindari


kelahiran, mengatur interval kelahiran dan tidak mempengaruhi hubungan seksual
yang dapat bertahan selama 3 tahun sampai seumur hidup seperti AKDR/IUD,
implant, MOW dan MOP.

Sedangkan yang termasuk dalam kategori Non-MKJP adalah kondom, pil,


suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP

68
DAFTAR PUSTAKA

1. Affandi, Biran. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. Hidayati. 2009. Metode dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi. Jakarta.
Salemba Medika
3. Varney. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

69

Anda mungkin juga menyukai