BERENCANA
KONTRASEPSI DENGAN BERBAGAI METODE
DI SUSUN OLEH :
Yessi Ardiani
Helti Lestari
2015
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 2
A. Latar Belakang 2
B. Tujuan 4
DAFTAR PUSTAKA 74
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mewujudkan derajat Kesehatan Ibu yang setinggi-tingginya adalah
salah satu agenda pembangunan yang tercakup dalam Tujuan
Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals (MDGs). AKI
adalah indikator dampak dari berbagai upaya yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat Kesehatan Ibu. Penurunan AKI merupakan salah
satu target yang tercakup dalam MDGs, yaitu pada tujuan kelima. MDGs
menargetkan penurunan AKI pada tahun 2015 menjadi tiga per empat dari
AKI pada tahun 1991, yaitu dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 1991 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Angka ini sempat mengalami penurunan yang berarti dimana pada tahun
2007 AKI berjumlah 228 per 100.000 kelahiran hidup.. Tapi kemudian
pada tahun 2012 hasil mengejutkan didapat dari SDKI dimana AKI pada
tahun tersebut mengalami kenaikan yang tinggi menjadi sebesar 359 per
100.000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Penguatan pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu
upaya penting yang mendukung percepatan penurunan AKI. Kematian ibu
tidak akan terjadi tanpa adanya kehamilan. Oleh karena itu kehamilan
merupakan determinan proksi dari kematian ibu, di samping komplikasi
kehamilan dan persalinan. Untuk menurunkan kejadian kematian ibu,
kehamilan perlu diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pada
kondisi yang berisiko tinggi untuk mengalami komplikasi yaitu dengan
mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan dengan 4
Terlalu. Dari 6 indikator RPJMN tahun 2010-2014 maupun MDGs tahun
2015, dua diantaranya berkaitan dengan pelayanan KB, yaitu CPR dan
unmet need. Berdasarkan SDKI 2012, cakupan kesertaan KB aktif atau
Contraceptive Prevalence Rate (CPR) hanya meningkat 0,5% dari 57,4%
(SDKI 2012) menjadi 57,9%, unmet need hanya menurun 0,6% dari 9,1%
3
(SDKI 2007) menjadi 8,5% (SDKI 2012) dan angka kelahiran pada remaja
atau (ASFR) 15-19 masih tinggi, yaitu 48/ 1000 perempuan usia 15-19
tahun. Belum optimalnya pencapaian indikator-indikator tersebut, yang
juga merupakan tujuan MDG 5 yang akan dicapai pada tahun 2015,
mempunyai kontribusi dalam stagnannya Total Fertility Rate (TFR) dan
pada akhirnya berdampak masih tingginya Angka Kematian Ibu di
Indonesia (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Cakupan KB aktif ini berkaitan dengan pelayanan kesehatan ibu
antara lain penggunaan KB saat ini, dimana untuk angka nasional
meningkat dari 55,8 persen (2010) menjadi 59,7 persen (2013), dengan
variasi antar provinsi mulai dari yang terendah di Papua (19,8%) sampai
yang tertinggi di Lampung (70,5%). Penggunaan KB saat ini adalah 59,7
persen, diantaranya 59,3 persen menggunakan cara modern dan 51,9
persen penggunaan KB hormonal, dan 7,5 persen nonhormonal.
Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) didapati sebesar
10,2 persen dan non-MKJP 49,1 persen. Selain penggunaan KB
dikumpulkan juga cakupan pelayanan masa hamil, persalinan, dan pasca
melahirkan. (KEMENKES RI, 2013).
Bidan harus dapat menfasilitasi klien melalui pengetahuan dan
pilihan dengan memberikan informasi dan saran mengenai keluarga
berencana yang baik. Isu seputar kontrasepsi meningkatkan adanya
kebutuhan yang tidak dapat diungkapkan oleh wanita, bidan menjadi
faktor penentu dalam memanfaatkan kesempatan agar wanita dapat
menyatkan kebutuhan mereka. Oleh sebab itu sebagai seorang bidan harus
mempunyai kompetensi dalam pelayanan keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi wanita diharapkan bisa membantu dengan
memahami metode kontrasepsi dalam berbagai metode, baik dalam
pelaksanaannya, kelebihan dan kekuranganya hal ini penting sebagai dasar
dalam mememberikan pelayanan yang kontrasepsi yang berkualitas.
(fraser, 2009)
4
B. Tujuan
1. Untuk memahami tentang Definisi Kontrasepsi Secara Umum.
2. Untuk mengetahui tentang pertimbangan pemakaian
kontrasepsi.
3. Untuk mengetahui tentang definisi Non Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (Non-MKJP).
4. Untuk mengetahui tentang jenis Non-MKJP
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
diantaranya adalah AKDR/IUD, implant, MOW dan MOP
(Prawirohardjo,Sarwono :2005).
Adapun pengertian MKJP menurut Hartanto yaitu tindakan yang
membantu individu atau pasangan usia subur yang sangat efektif untuk
menghindari kelahiran, mengatur interval kelahiran, dan tidak
mempengaruhi hubungan seksual (Hartanto,Hanafi : 2003).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
MKJP merupakan jenis kontrasepsi yang sangat efektif untuk menghindari
kelahiran, mengatur interval kelahiran dan tidak mempengaruhi hubungan
seksual yang dapat bertahan selama 3 tahun sampai seumur hidup seperti
AKDR/IUD, implant, MOW dan MOP.
Sedangkan yang termasuk dalam kategori Non-MKJP adalah
kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk
dalam MKJP (Kusumaningrum, 2009).
4. Jenis Non-MKJP
1. Definisi
7
pembentukan dan pengeluaran air susu refleks prolaktin dan refleks
“Letdown”.
1) Refleks prolaktin
Seperti telah dijelaskan bahwa menjelang akhir kehamilan terutama
hormon prolaktin memagang peranan untuk membuat kolostrum,
namun jumlah kolostrum terbatas, karena aktifitas prolaktin dihambat
oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. Setelah
partus berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus
luteum maka estrogen dan progesteron sangat berkurang, ditambah
lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan
kalang payudara, akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang
befungsi sebagai reseptor mekaink. Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medula spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus
akan menekan prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran
faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang
memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise (hipofise
anterior) sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsan sel-sel
alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada
ibu yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan
sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran
air susu tetap berlangsung.
Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kadar
prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3. Pada ibu yang
menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan-keadaan seperti,
pengeluaran faktor-faktor yang menghambat :
8
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke
neurohipofise (hipofise posterior) yang kemudian dikeluarkan
oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus
yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi
involusi dari organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan
mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air
susu yang telah terbuat dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang
untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk kemulut
bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan refleks letdown adalah:
a) Melihat bayi
b) Mendengarkan suara bayi
c) Mencium bayi
d) Memikirkan untuk menyusui bayi
9
menambah kuat isapannya sehingga tidak jarang dapat menimbulkan
luka-luka pada puting susu dan sudah barang tentu luka-luka ini akan
dirasakan sakit oleh ibunya yang juga akan menambah stres-nya tadi.
Dengan demikian akan terbentuk satu lingkaran setan yang tertutup
(circulus vitiosus) dengan akibat kegagalan dalam menyusui.
2. Profil
10
oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat
dan hormon gonadotrophin melepaskan hormon penghambat
(inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar estrogen,
sehingga tidak terjadi ovulasi.
4. Efektifitas Mal
1) Keuntungan umum
a) Efektifitas tinggi (98 persen) apabila digunakan selama enam
bulan pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid dan
menyusui eksklusif.
b) Dapat segera dimulai setelah melahirkan.
c) Tidak memerlukan prosedur khusus, alat maupun obat.
d) Tidak memerlukan pengawasan medis.
e) Tidak mengganggu senggama.
f) Mudah digunakan.
g) Tidak perlu biaya.
h) Tidak menimbulkan efek samping sistemik.
i) Tidak bertentangan dengan budaya maupun agama.
2) Kontrasepsi
a) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan
pascapersalina).
b) Segera efektif.
c) Tidak mengganggu senggama.
d) Tidak ada efek samping secara sistemik.
e) Tidak perlu pengawasan medik.
f) Tidak perlu obat atau alat.
g) Tanpa biaya
11
3) Nonkontrasepsi
a) Untuk Bayi
o Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi
perlindungan lewat ASI).
o Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk
tumbuh kembang bayi yang optimal.
o Mengurangi resiko penyakit menular
o Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air,
susu lain atau formula, atau alat minum yang dipakai.
b) Untuk Ibu
o Mengurangi perdarahan pascapersalinan.
o Mengurangi resiko anemia.
o Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.
o Membantu proses involusi uteri (uterus kembali normal)
(Affandi, 2003)
6. Keterbatasan Mal
12
3) Kita dapat mendorong ibu untuk memilih metode lain dengan tetap
menganjurkannya untuk melanjutkan ASI, saat terjadi keadaan-
keadaan seperti:
o Bayi mulai diberikan makanan pendamping secara teratur
(menggantikan satu kali menyusui).
o Menstruasi sudah mulai kembali.
o Bayi sudah tidak terlalu sering menyusu.
o Bayi sudah berusia 6 bulan atau lebih.
Tabel 1
Keadaan yang memerlukan perhatian
No Keadaan Anjuran
(Sarwono, 2013)
13
7) Wanita yang menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti
metabolisme, cyclosporine, bromocriptine, obat radioaktif, lithium
atau anti koagulan.
8) Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.
9) Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme
Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak direkomendasikan pada
kondisi ibu yang mempunyai HIV/AIDS positif dan TBC aktif. Namun
demikian, MAL boleh digunakan dengan pertimbangan penilaian klinis
medis, tingkat keparahan kondisi ibu, ketersediaan dan penerimaan
metode kontrasepsi lain (Hidayati, 2009).
14
Gambar 1. Langkah MAL
15
9) Apabila ibu tidak menyusui secara eksklusif atau berhenti
menyusui maka perlu disarankan menggunakan metode kontrasepsi
lain yang sesuai.
4. Mekanisme kerjanya
Menghitung masa subur dan masa tidak subur
5. Kelemahannya:
Tidak cocok untuk wanita dengan siklus menstruasi tidak teratur
dan butuh kerjasama suami dan istri
6. Keunggulannya
Tanpa efek samping (kecuali kadang stress)dan tanpa biaya
16
7. Efektivitas metode kalender
Angka kegagalan : 14,4- 47 kehamilan pada 100 wanita pertahun
a. Fase 1 :
-Hari 1-5
- lendir dapat ada atau tidak dan tertutup oleh darah haid
-perasaan wanita: basah dan licin (lubrikatif)
b. Fase 2:
- pasca-haid
- hari 6-10
17
-tidak ada lendir atau hanya sedikit sekali
- perasaan wanita : kering
c. Fase 3:
- awal pra-ovulasi
- hari 11-13
- lendir keruh, kuning atau putih dan liat
- perasaan wanita : liat dan/ atau lembab
d. Fase 4:
-pasca ovulasi
-hari 18-21
-lendir sedikit, keruh, dan liat
-perasaan wanita : liat dan/atau lembab
f. Fase 6
18
Abstinens dimulai pada hari pertama diketahui adanya lendir
setelah haid dan berlanjut sampai dengan hari ke-empat setelah
gejala-puncak (peak symptom)
5. Kelemahannya:
Keterbatasan mata
6. Keunggulannya:
19
d. Metode Sympto- Termal
1. Dasar
2. Efektivitas
20
6. Keuntungan dan Kerugian dari KB alamiah:
KEUNTUNGAN KERUGIAN
o Kurang begitu efektif
o Aman dibandingkan metode-metode
o Murah/tanpa biaya kontrasepsi lain
o Dapat diterima oleh banyak o Perlu instruksi dan konseling
golongan agama sebelum memakai metode ini
o Sangat berguna baik untuk o Memerlukan catatan siklus
merencanakan maupun haid yang cukup
menghindari terjadinya o Dapat menghambat
kehamilan spontanitas seksual, stress
o Mengajar wanita, kadang- psikologis dan kesulitan-
kadang suaminya perihal kesulitan dalam perkawinan
siklus haid o Bila siklus haid tidak teratur,
o Tanggung jawab berdua dapat mempersulit
sehingga menambah o Bila terjadi kehamilan, ada
komunikasi dan kerja sama risiko bahwa
ovum/spermatozoanya sudah
terlalu tua
e. Metode Barier
1. Definisi
1) Kondom pria
a) Definisi Kondom Pria
Kondom merupakan selubung / sarung karet yang
dapat terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks
(karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani)
yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom
terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder,
dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung
berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu.
21
Kondom tidak baik digunakan atau tidak sesuai
untuk pria yang mempunyai pasangan yang beresiko tinggi
apabila terjadi kehamilan, alergi terhadap bahan dasar
kondom, yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang,
tidak mau terganggu dengan berbagai persiapan untuk
melakukan hubungan seksual dan yang tidak peduli
terhadap berbagai persyaratan kontrasepsi.
22
disertai adanya udara (O2) dapat mempercepat
kerusakan karet.
23
o Harus selalu tersedia settiap kali berhubungan seksual
o Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat
umum
o Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan
masalah dalam hal limbah
g) Cara Penggunaan Kondom pria
o Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan
seksual.
o Agar Efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan
spermisida kedalam kondom.
o Jangan menggunakan benda tajam untuk membuka
kemasan.
o Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi.
o Bila kondom tidak mempunyai penampung sperma
pada bagian ujungnya, maka pemakai, longgarkan
sedikit bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan pada
saat ejakulasi.
o Kondom dilepas sebelum penis melembek.
o Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.
o Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman
o Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek
atau kondom tampak rapuh/kusut.
o Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau
pelumas dari bahan petrolatum karena akan segera
merusak kondom.
2) Wanita (Barier Intra-Vaginal)
a) Definisi wanita (Barier Intra-Vaginal)
Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus
genitalia interna wanita dan immobilisasi/mematikan
spermatozoa oleh spermisidnya. Untuk mendapatkan
efektivitas yang lebih tinggi, metode Barier Intra-vaginal
harus dipakai bersama dengan spermisid. Faktor yang
dapat mempengaruhi efektifitas metode ini, antara lain :
o Paritas
o Frekuensi sanggam
o Kemampuan untuk memakainya dengan benar
o Kebiasaan dan motivasi akseptor dalam pencegahan
kehamilan
24
Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat
perhatian akseptor yang menggunakan metode Barrier
Intra-vaginal yaitu kemungkinan timbulnya Sindrom Syok
Toksik (Toxic Shock Syndrom) (TSS) bila terjadi kelalaian
dalam pemakaiannya.
Calon akseptor metode Barier Intra-vaginal harus
diberi instruksi-instruksi untuk mengurangi/mencegah
risiko timbulnya Sindrom Syok Toksik :
- Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau
mengeluarkan alatnya.
- Jangan biarkan Barier Intra-vaginal insitu lebih lama
dari 24 jam
o Jangan menggunakan Barier Intra-vaginal pada saat
haid, atau bila adaperdarahan per-vaginam, tetapi
menggunakan kondom
o Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6 – 12 minggu
sebelum menggunakanmetode Barier Intra-vaginal,
tetapi menggunakan kondom
o Wanita harus diajari tanda-tanda bahaya TSS (Demam,
muntah, Diarrhoe, Nyeri otot tubuh, rash
(sunburn/seperti tersengat sinar matahari)
o Bila menduga TSS, keluarkan alat kontrasepsinya dan
hubungi petugas medis
Bila pernah mengalami TSS, pilih metode kontrasepsi
lain. Sindrom Syok Toksik disebabkan oleh toxin yang
dihasilkan bakteri Staphylococcus aureus. Sindrom Syok
Toksik sering terjadi pada wanita yang memakai tampon
(intra-vaginal) selama haid.
b) Keuntungan dan Kerugian Metode Barier Intra-
vaginal :
Tabel 3
Keuntungan dan Kerugian Metode Barier Intra-vaginal
KEUNTUNGAN KERUGIAN
25
o Mencegah kehamilan o Angka kegagalan relatif
o Mengurangi tinggi
insidens penyakit akib o Aktivitas
at hubungan seks hubungan seks harus
dihentikan sementara
untuk memasang alatnya
o Perlu dipakai secara
konsisten, hati hati,
selalu pada setiap
sanggama.
26
o Tidak mengganggu o Memberikan
produksi ASI, tidak perlindungan terhadap
mengganggu kesehatan penyakit menular
klien seksual
o Tidak mengganggu o Dapat menampung
hubungan seksual darah menstruasi, bila
karena telah digunakan saat haid
dipersiapkan o Kemungkinan
sebelumnya mempunyai efek
o Dapat dipakai selama perlindungan terhadap
haid timbulnya displasia
cervical
Kerugian diafragma
Gambar 2. Diafragma
27
Gambar 3. Cara Pemasangan Diafragma
28
Cara Kerja kap serviks
KEUNTUNGAN KERUGIAN
o Dapat digunakan selama menyusui o Angka kegagalan tinggi
o Efektif, meskipun tanpa spermiside, o Peningkatan risiko
bila dibiarkan di serviks untuk infeksi (cervisitis, cystitis)
waktu > 24 jam, pemberian o Membutuhkan evaluasi dari tenaga
spermiside sebelum bersenggama kesehatan
menambah efektifitasnya o Ketidaknyamanan ketika
o Tidak terasa oleh suami pada saat pemakaian, penggunaannya cukup
sanggama sulit
o Dapat dipakai oleh wanita sekalipun o Ukuran cervical caps yang
ada kelainan anatomis/fungsional digunakan sewaktu-waktu harus
dari vagina misalnya sistokel, diubah tergantung
rektokel, prolapsus uteri, tonus otot pada kehamilan,
vagina yang kurang baik abortus/keguguran, operasi pelvic
o Jarang terlepas selama sanggama atau perubahan berat badan
o Tidak boleh digunakan pada
wanita yang sedang menstruasi
o Beberapa wanita merasa nyeri dan
29
pasangannya merasa tidak nyama
o Tidak dapat mencegah penyebaran
IMS (infeksi menular seksual),
HIV AIDS
30
Gambar 4. Kap Serviks
o Spons (Sponge)
Definisi spons
Efektifitas spons
Secara teori 5-8 kehamilan/100 wanita per tahun.
Namun, dalam praktik nya 9-27/100 wanita per tahun.
31
Insersi spons
Kontraindikasi spons
Riwayat TSS atau alergi terhadap polyurethane atau
spermisidenya; Ketidakmampuan wanita untuk
melakukan insersi dengan benar; Kelainan anatomis
dari vagina seperti prolaps uteri, sistokel, rektokel,
retroflek yang ekstrim, septum vagina.
Gambar 5. Spons
o Kondom Wanita
Definisi kondom wanita
32
Dasarnya : kombinasi antara Diafragma dan
Kondom. Alat ini terdiri dari 2 cincin polyurethane
yang lentur berbentuk diafragma yang terdapat pada
masing-masing ujung dari suatu selubung lunak
polyurethane yang longgar. Sebelum dipasang, biasanya
ditambahkan spermisid pada alatnya.
Brand yang dipasarkan antara lain Femidom,
Dominique, Protectiv, dan Care. Baru-baru ini juga
dipasarkan kondom wanita yang terbuat dari bahan
lateks (seperti kondom pria) sehingga tidak
menimbulkan suara berisik saat dipakai. Dipasarkan
dengan brand Reddy, V Amour, dan Sutra. Pengujian
secara in vitro menunjukkan kondom wanita
impermeabel terdapat HIV, sitomegalo virus dan
hepatitis virus.
Alasan utama dari dikembangkannya kondom
wanita adalah karena pada kondom pria dan diafragma
biasa, kedua alat tersebut tidak menutupi daerah
perineum sehingga masih ada kemungkinan penyebaran
mikroorganisme penyebaran PHS.
Cara pemakaian kondom wanita
Cincin yang terbuka berada di luar vagina,
sedangkan cincin tertutup berada di bawah simfisis.
Cincin-dalam dipasang tinggi di dalam vagina, dan
tidak perlu dipasang tepat menutupi serviks karena akan
terdorong keatas selama sanggama ; cincin-luar
menutupi labia dan dasar dari penis, keatas selama
sanggama, cincin-luar menutupi labia dan dasar dari
penis.
33
Gambar 6. Kondom Wanita
f. Spermisida
1. Definisi spermisida
34
memerlukan proteksi terhadap IMS dan sesuai untuk keperluan
metode sederhana sambil menunggu metode yang lain.
Spermisida tidak sesuai untuk klien dengan resiko tinggi
terjadinya hamil. Klien yang terinfeksi saluran uretra. Klien yang
tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat
kelaminnya (vulva dan vagina), klien yang mempunyai sindrom
syok karena keracunan dan yang ingin metode KB efektif
3. Jenis spermisida
- Aerosol (busa).
- Tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film.
- Krim.
-
4. Manfaat spermisida
Tabel 6
manfaat spermisida
5. Kekurangan Spermisida
35
- Efektivitas kurang (18-29 kehamilan per 100 perempuan per
tahun pertama)
- Efektivitas sebagai alat kontrasepsi bergantung pada kepatuhan
mengikuti cara pengunaan
- Ketergantungan pengguna dari mitivasi berkelanjutan dengan
memakai setiap melakukan hubungan seksual.
- Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi
sebelum melakukan hubungan seksual(tablet busa vagina,
suppositoria dan film).
- Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam.
7. Keterbatasan spermisida
36
- Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah spermisida
dimasukkan sebelum melakukan hubungan seksual.
- Hanya efektif selama 1-2 jam dalam satu kali pemakaian.
- Harus selalu tersedia sebelum senggama dilakukan
37
serviks. Keadaan jari yang kering dan cara memasukkan film
secepat mungkin ke dalam vagina, akan membantu penempelan
dan jari tidak menjadi lengket. Tunggu sekitar 15 menit agar
film larut dan bekerja efektif.setelah melarut baru kemudian
melakukan hubungan seksual
Wahananya adalah gelatin yang larut air dan mencair
dengan mudah dalam badan. Baik dipakai oleh wanita yang
kering vaginanya.
Gambar 7. Tissue KB
o Tablet Berbusa/Aerosol
Carapemakaian:
Sebelum digunakan, kocok tempat aerosol 20-30 menit.
Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakkan aplikator
pada mulut kontainer dan tekan untuk mengisi busa. Masukkan
aplikator ke dalam vagina mendekati serviks dengan posisi
berbaring. Dorong sampai busa keluar. Ketika menarik
aplikator, pastikan untuk tidak menarik kembali pendorong
38
karena busa dapat masuk kembali ke pendorong. Aplikator
segera dicuci menggunakan sabun dan air kemudian keringkan.
Aplikator sebaiknya digunakan untuk pribadi. Spermisida
aerosol (busa) dimasukkan dengan segera, tidak lebih dari satu
jam sebelum melakukan hubungan seksual.
Gambar 8. Aerosol
o Suppositoria Kimiawi
Carapemakaian:
39
Suppositoria merupakan spermisida berbentuk kapsul
yang dapat larut dalam vagina. Cuci tangan dengan sabun dan
air mengalir sebelum membuka kemasan. Lepaskan tablet
vagina atau suppositoria dari kemasan. Sambil berbaring,
masukkan suppositoria jauh ke dalam vagina. Tunggu 10-15
menit sebelum melakukan hubungan seksual. Sediakan selalu
tablet vagina atau suppositoria.
Gambar 9. Suppositoria
o Krim Dan Jelly
Cara pemakaian:
Krim dan jeli dapat dimasukkan ke dalam vagina
dengan aplikator dan atau mengoles di atas penis. Krim atau
40
jeli biasanya digunakan dengan diafragma atau kap serviks,
atau dapat juga digunakan bersama kondom. Masukkan
spermisida 10-15 menit sebelum melakukan hubungan seksual.
Isi aplikator dengan krim atau jeli. Masukkan aplikator ke
dalam vagina mendekati serviks. Pegang aplikator dan dorong
sampai krim atau jeli keluar. Kemudian tarik aplikator keluar
dari vagina. Aplikator segera dicuci menggunakan sabun dan
air kemudian keringkan.
g. Senggama Terputus
1. Definisi
41
3. Cara kerja
4. Efek samping
42
b. Efektifitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam
sejak ejakulasi masih melekat pada penis.
7. Manfaat
Tabel 7
Manfaat kontrasepsi dan non kontrasepsi senggama terputus
MANFAAT KONTRASEPSI MANFAAT NONKONTRASEPSI
a. Alamiah. a. Adanya peran serta suami dalam
b. Efektif bila dilakukan dengan keluarga berencana dan kesehatan
benar. reproduksi.
c. Tidak mengganggu produksi ASI b. Menanamkan sifat saling
d. Tidak ada efek samping. pengertian.
e. Tidak membutuhkan biaya. c. Tanggung jawab bersama dalam
f. Tidak memerlukan persiapan ber-KB.
khusus.
g. Dapat dikombinasikan dengan
metode kontrasepsi lain.
h. Dapat digunakan setiap waktu.
8. Keterbatasan
43
tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna
kontrasepsi ini adalah:
Tabel 8
Coitus interruptus dapat dipakai dan tidak dipakai
Coitus interuptus
Dapat dipakai untuk Tidak dipakai untuk
a. Suami yang tidak mempunyai a. Suami dengan ejakulasi
masalah dengan interupsi pra dini.
orgasmik. b. Suami yang tidak dapat
b. Pasangan yang tidak mau mengontrol interupsi pra
metode kontrasepsi lain. orgasmik.
c. Suami yang ingin berpartisipasi c. Suami dengan kelainan
aktif dalam keluarga berencana fisik/psikologis
d. Pasangan yang memerlukan d. Pasangan yang tidak dapat
kontrasepsi segera. bekerjasama
e. Pasangan yang memerlukan e. Pasangan yang tidak
metode sementara, sambil komunikatif
menunggu metode lain. f. Pasangan yang tidak
f. Pasangan yang membutuhkan bersedia melakukan
metode pendukung. senggama terputus
g. Pasangan yang melakukan
hubungan seksual tidak teratur.
h. Menyukai senggama yang dapat
dilakukan kapan saja/tanpa
rencana
i. Pasangan yang taat beragama
atau mempunyai alasan filosofi
untuk tidak memakai metode-
metode lain.
44
c. Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan
penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di
luar vagina.
d. Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
e. Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.
f. Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.
11.Kontra-Indikasi
45
h. Kontrasepsi Kombinasi (Hormon Estrogen Dan Progesteron)
1. Kelaikan Medik Kontrasepsi Hormonal Kombinasi
46
- Tromboemboli vena
- Cerebrovascular disease atau penyakit arteri coroner
- Penyakit katup jantung (structural)
- Diabetes dengan komplikasi
- Kanker payudara
- Kehamilan
- Laktasi (< 6 minggu dari post partum)
- Penyakit hari
- Sakit kepala dengan symptom neurologis fokal
- Bedah major dengan imobilisasi yang lebih lama
- Usia > 35 tahun dan merokok 20 batang atau lebih perhari
- Hipertensi (TD > 160/100 mmHg disertai gangguan
vaskuler progresif)
e. Kelalaian Medik Kontrasepsi Progestin
47
Tidak dianjurkan kecuali apabila metode lain tidak ada atau
tidak sesuai dengan kondisi klien yang mengalami :
- Ikterus (aktif simptomatik)
- Penyakit jantung iskemik (riwayat atau sedang)
- Kanker payudara
- Neoplasia hati (baru berupa hipotesis)
- Pemakaian obat untuk epilepsy (fenitoin dan barbiturate)
atau tuberculosis (rifampisin)
2. Pil kombinasi
a. Profil
48
dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormone aktif
- Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktif estrogen atau progestin (E/P)
dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormone aktif
c. Cara kerja
- Menekan ovulasi
- Mencegah implantasi
- Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui sperma
- Pergerakan tuba terganggu hingga transportasi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula
d. Manfaat
49
- Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan
pertama
- Pusing
- Nyeri payudara
- Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu
kenaikan berat badan justru memiliki dampak yang positif
- Berhenti haid atau amenorea, jarang pada pil kombinasi
- Tidak boleh diberikan pada ibu menyusui (mengurangi
ASI)
- Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan
depresi, dan perubahan suasana hati, sehingga keinginan
untuk melakukan hubungan seks berkurang
- Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan,
sehingga risiko stroke, dan gangguan pembekuan darah
pada vena dalam sedikit meningkat. Pada perempuan diatas
usia 35 tahun dan merokok perlu hati – hati
- Tidak menceg IMS,HBV, HIV/AIDS
f. Yang dapat menggunakan pil kombinasi
50
- Varises vena
g. Yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi
51
- Pada paket 28 pil, dianjurkan mulai minum pil placebo
sesuai dengan hari yang ada pada paket
- Beberapa paket pil memunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila
paket 28 habis, sebaiknya anda mulai minum dari paket
yang baru. bila paket 21 habis, sebaiknya tunggu 1 minggu
baru kemudian mulai minum pil dari paket yang baru
- Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah minum pil,
ambillah pil yang lain
- Bila terjadi muntah hebat, atau diare lebih dari 24 jam,
maka bila keadaan menungkinkan dan tidak memperburuk
keadaan, pil dapat diteruskan
- Bila muntah dan diare berlansung selama 2 hari lebih, cara
penggunaan pil megikuti cara penggunaan pil lupa
- Bila lupa minum 1 pil (hari ke 1-21), segera minum pil
setelah ingat boleh minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak
perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain. Bila
lupa 2 pil atau lebih (hari1-21), sebiknya minum 2 pil
setiap hari sampai sesuai jadwal yang ditetapkan. Juga
sebaiknya gunakan metode kontrasepsi yang lain atau tidak
melakukan hubungan seksual sampai menghabiskan paket
pil tersebut
- Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan
j. Informasi lain yang perlu disampaikan
52
memakai obat – obatan diatas untuk jangka waktu yang
panjang sebaiknya menggunakan pil kombinasi dengan
dosis etinilestradiol 50µg atau dianjurkan menggunakan
metode kontrasepsi yang lain
3. Suntikan kombinasi
- Menekan ovulasi
- Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi
sperma terganggu
- Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantais
terganggu
- Menghambat transportasi gamet oleh tuba
b. Efektivitas
53
- Melindungi klien dari jenis – jenis penyakit tertentu penyakit
radang panggul
- Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimenopause
e. Kerugian
54
- Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah
tingi (>180/110 mmHg)
- Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis
>20 tahun
- Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala
atau migraine
- Keganasan pada payudara
h. Waktu mulai menggunakan suntikan kombinasi
55
diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak
diperlukan metode kontrasepsi lain
- Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi nonhormonal
dan ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka
suntikan pertama dapat segera diberikan, asal saja diyakini
ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tanpa perlu
menunggu datangnya haid. Bila diberikan pada hari 1 – 7
siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila
sebelumnya menggunakan AKDR, dan ingin menggantinya
dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama
diberikan hari 1 – 7 siklus haid. Cabut segera AKDR
i. Cara penggunaan
56
- Apabila klien sedang menggunakan obat – obat tuberkulosis
atau obat epilepsi, obat – obat tersebut dapat mengganggu
efektivitas kontrasepsi yang sedang diunakan
k. Tanda – tanda yang harus diwaspadai pada penggunaan
suntikan kombinasi
i. KONTRASEPSI PROGESTIN
1. KONTRASEPSI SUNTIKAN PROGESTIN
a) Profil
57
ovulasi, endometrium menjadi tipis dan atrofi, dan lendir
serviks menjadi sangat pekat sehingga tidak dapat dilalui
oleh spermatozoa. (Saefudin, 2008).
Mencegah ovulas
Mengentalkan lender servik sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperm
Menjadikan selaput lender rahim tipis dan atropi
Menghambat transportasi gamet oleh tuba
d) Efektifitas Suntik KB
58
- Tidak mengandung estrogen sehingga tiak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
- Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
- Menurunkan krisis anemia bulan sabit
- Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik
59
- Tidak diberikan kalau ada riwayat keganasan
- Narices yang luas atau kelainan kardiovaskuler lainnya
- Penyakit hepar (Saefudin, 2008)
h) Keterbatasan
- Usia reproduksi
- Nulipara dan yang telah memiliki anak
- Mengkehendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang
memiliki efektivitas tinggi
- Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
- Setelah melahirkan dan tidak menyusui
- Setelah abortus atau keguguran
- Telah banyak anak, tetapi belum mengkehendaki tubektomi
- Perokok
- Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit
- Menggunakan obat untuk epilepsy atau tubercolosis
- Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen
60
- Sering lupa menggunakan pil kontrasepsib
- Anemia defesiensi besi
- Mendekati usia menopause yang tidak mau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi
61
- Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur.
Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu
tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak
boleh melakukan hubungan seksual.
k) Cara Pengunaan Kontrasepsi Suntikan
Amnore
- Tidak perlu dilakukan tindakan apapun , cukup konseling.
- Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut,
suntikan jangan dilanjutkan anjurkan pemekaian jenis
kontrasepso yang lain.
Perdarahan
- Perdarahan ringan spotting sering dijumpai, tetapi tidak
berbahaya
- Bila perdarahan terus berlanjut atau seelah tidak haid, namun
kemudian terjadi perdarahan maka perlu dicari penyebab
tersebut. Obatilah penyebab perdarahan tersebut dengan cara
yang sesuai.
62
- Bila ditemukan penyakit radang panggul atau penyakit akibat
hubungan seksual, klien perlu diberi pengobatan yang sesuai
pengobatan yang sesuai dan suntikan dapat dilanjutkan
- Perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien atau klien
tidak dapat menerima perdarahan yang terjadi, suntikan jangan
dilanjutkan lagi. Pilihkan jenis kontrasepsi yang lain. Untuk
mencegah anemia perlu diberi prepat besi atau makanan yang
banyak mengandung zat besi.
4. PIL KB MINI
a) Profil
63
- Mengntalkan lender serviks sehingga menghambat
penetrasi sperma
- Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma
terganggu
d) Efektivitas
64
- Tidak dibenarkan dipakai oleh wanita yang pernah
mengalami kehamilan ektopik. (Saefudin, 2008)
- Hamil atau diduga hamil
- Tidak dapat menerima gangguan haid
- Sering lupa menggunakan pil
- Riwayat stroke, progestin menyebabkan spasme pembuluh
darah
- Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
- Mengunaka obat tuberkolosis atau epilepsi
g) Yang boleh menggunakan minipil
- Usia reproduksi
- Telah memiliki anak atau belum memiliki anak
- Mengingikan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif
selama periode menyusui
- Pascapersalinan dan tidak menyusui
- Pascakeguguran
- Perokok segala usia
- Mempunyai tekanan darah tinggi
- Tidak boleh menggunakan estrogen
h) Keterbatasan
65
haid, jangan melakukan hubungan seksual selama 2 hari
atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari
saja.
- Bila klien tidak haid (amenore), minipil dapat digunakan
setiap saat, asal saja diyakini tidak hamil. Jangan
melakukan hubungan seksual selama 2 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 2 hari saja.
- Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pascapersalinan
dan tidak haid, minipil dapat dimulai setiap saat. Bila
menyusui penuh, tidak memerlukan metode kontrasepsi
tambahan.
- Bila lebih dari 6 minggu pascapersalinan dan klien telah
mendapatkan haid, minipil dapat dimulai pada hari 1-5
siklus haid.
- Minipil dapat diberikan segera pascakeguguran
- Bila klien sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal
lain dan ingin menggantikannya dengan minipil, minipil
dapat segera diberikan, bila saja kontrasepsi sebelumnya
digunakan dengan benar atau ibu tersebut sedang tidak
hamil. Tidak perlu menunggu samapai datangnya haid
berikutnya.
- Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi
nonhormonal dan ibu tersebut ingin menggantikannya
dengan minipil, minipil diberikan pada hari 1-5 siklus haid
dan tidak memerlukan metode kontrasepsi lain.
- Bila kontrasepsi sebelumnya yang digunakan adalah AKDR
minipil dapat diberikan pada hari 1-5 siklus haid.
66
- Bila klien menggunakan pil terlambat lebih dari 3 jam,
minum pil tersebut begitu klien ingat ingat. Gunakan
metode pelindung selama 48 jam.
- Bila klien lupa 1 atau 2 pil minumlah segera yang terlupa
tersebut sesegera klien ingat dan gunakan metode sampai
akhir bulan.
- Walaupun klien belum haid mulailah paket baru sehari
setelah paket terakhir habis
- Bila haid klien teratur setiap bulan dan kemudian
kehilangan 1 siklus atau bila merasa hamil, temui petugas
klinik klien untuk memeriksa uji kehamilan
Gambar 11 Pil KB
67
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Dalam upaya untuk menurunkan atau mencegah
tingkat kehamilan ada berbagai macam cara salah satunya menggunakan MKJP
dan Non-MKJP.
68
DAFTAR PUSTAKA
69