Anda di halaman 1dari 6

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara yang lainnya

karena kita dikaruniai akal, pikiran dan perasaan oleh Tuhan. Maka akan selalu memilih yang
terbaik diantara yang dapat diambil.
Hakikat manusia juga memiliki banyak arti, yaitu
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan
sosial.
c. Mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan
mampu menentukan nasibnya.
d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya
sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
f. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan
dengan potensi yang tak terbatas
g. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan
baik dan jahat.
h. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial,
bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di
dalam lingkungan sosial.

Kehadiran manusia pertama tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Asal usul
manusia menurut ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dari teori tentang spesies lain yang telah ada
sebelumnya melalui proses evolusi.
Evolusi menurut para ahli paleontology dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat
evolusinya, yaitu : Pertama, tingkat pra manusia yang fosilnya ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan
pada tahun 1942 yang dinamakan fosil Australopithecus. Kedua, tingkat manusia kera yang fosilnya
ditemukan di Solo pada tahun 1891 yang disebut. pithecanthropus erectus. Ketiga, manusia purba, yaitu
tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah digolongkan genus yang sama, yaitu Homo
walaupun spesiesnya dibedakan. Fosil jenis ini di neander, karena itu disebut Homo Neanderthalesis dan
kerabatnya ditemukan di Solo (Homo Soloensis). Keempat, manusia modern atau Homo sapiens yang
telah pandai berpikir, menggunakan otak dan nalarnya.

Adapun Asal usul manusia dalam Islam dapat dijelaskan dalam proses penciptaan manusia pertama
yakni nabi Adam As. Nabi Adam AS adalah manusia pertama yang diciptakan Allah SWT dan diberikan
ilmu pengetahuan dan kesempurnaan dengan segala karakternya. Allah mengangkat Adam dan manusia
sebagai khalifah dimuka bumi sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut ini

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah dimuka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di
muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan engkau?” Tuhan berfirman:”sesungguhnya
aku mengetahui apa yan tidak kamu ketahui”.(QS.Al-Baqarah : 30)
Proses penciptaan manusia dijelaskan dalam al-Qur’an dan bahkan penjelasan dalam Alqur’an ini
kemudian terbukti dalam ilmu pengetahuan yang ditemukan setelah turunnya Alqur’an. Ada lima tahap
dalam penciptaan manusia yakni al-nutfah, al-‘alaqah, al-mudhgah, al-‘idham, dan al-lahm sebagaimana
yang disebutkan dalam ayat berikut ini

”Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian
kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani
itu kami jadikan segumpal darah, dan segumpal darah itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu kami jadikan segumpal daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang(berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, pencipta yang paling baik”. (QS. Al-Mu’minun ayat 12-14)

Kemudian tujuan utama Allah SWT menciptakan manusia adalah agar manusia dapat menjadi khalifah
atau pemimpin di muka bumi. Tugas utama manusia adalah beribadah dan menyembah Allah SWt,
menjalani perintahnya serta menjauhi larangannya. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT
berikut ini

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah Aku.” (QS Adz Zariyat
:56).

Sebagai khalifah dimuka bumi manusia hendaknya juga dapat menjaga amanatnya dalam menjaga alam
dan isinya. Manusia sememstinya memiliki akhlak dan perilaku yang baik kepada sesama maupun
makhluk hidup yang lain.

Dalam agama islam, ada enam peranan yang merupakan hakikat diciptakannnya manusia. Berikut ini
adalah dimensi hakikat manusia berdasarkan pandangan agama islam

1. Sebagai Hamba Allah


Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah SWT. Sebagai seorang hamba
maka manusia wajib mengabdi kepada Allah SWT dengan cara menjalani segala perintahnya dan
menjauhi segala larangannya. Sebagai seorang hamba, seorang manusia juga wajib menjalankan ibadah
seperti shalat wajib, puasa ramadhan , zakat haji dan melakukan ibadah lainnya dengan penuh
keikhlasan dan segenap hati sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut ini

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-
Nya dalam menjalankan agama yang lurus …,” (QS:98:5).

2. Sebagai al- Nas


Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas dalam Alquran cenderung mengacu
pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain atau dalam masyarakat. Manusia
sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan, adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa
keberadaan manusia lainnya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut

“Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri,
dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Alah memperkembangbiakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan)
namanya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS: An Nisa:1).

“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS: Al Hujurat :13).

3. Sebagai khalifah Allah


Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya, manusia diciptakan oleh
Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin di muka bumi.

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi, maka berilah
keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu. Karena ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”(QS Shad:26).

Sebagai seorang khalifah maka masing-masing manusia akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di
hari akhir.

4. Sebagai Bani Adam


Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi kesalahpahaman bahwa
manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang disebutkan oleh Charles Darwin. Islam
memandang manusia sebagai bani Adam untuk menghormati nilai-nilai pengetahuan dan hubungannya
dalam masyarakat. Dalam Alqur’an Allah SWT berfirman

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan
pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah
kamu ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS : Al
araf 26-27).

5. Sebagai al- Insan


Tidak hanya disebut sebagai al nas, dalam Alqur’an manusia juga disebut sebagai Al insan merujuk pada
kemampuannya dalam menguasai ilmu dan pengetahuan serta kemampuannya untuk berbicara dan
melakukan hal lainnya. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al hud berikut ini

“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami cabut dari padanya,
pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS: Al Hud:9).

6. Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)


Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar karena manusia memiliki raga atau fisik
yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan makanan, berkembang biak dan lain
sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup pada umumnya. Sama seperti makhluk lainnya di bumi
seperti hewan dan tumbuhan, hakikat manusia sebagai makhluk biologis dapat berakhir dan mengalami
kematian, bedanya manusia memiliki akal dan pikiran serta perbuatannya harus dapat
dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.

Segala hakikat manusia adalah fitrah yang diberikan Allah SWT agar manusia dapat menjalankan peran
dan fungsinya dalam kehidupan. Manusia sendiri harus dapat memenuhi tugas dan perannya sehingga
tidak menghilangkan hakikat utama penciptaannya.

Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah
mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi
faktor keturunan dan lingkungan.

Konsep manusia dalam Islam juga dapat dilihat dalam QS. Al-Mu’minun (23): 12-14. Menurut ayat
tersebut, manusia diciptakan Allah SWT dari saripati tanah (sulalatin min thin) yang dijadikan sperma
(nuthfah) dan disimpan ditempat yang kokoh (qararin makin). Kemudiannuthfah itu dijadikan segumpal
darah. Segumpal darah itu dijadikan segumpal daging. Lalu segumpal daging dijadikan tulang. Tulang
dibalut dengan daging yang keudian dijadikan Allah SWT sebagai makhluk.

Dalam QS. As-Sajadah (32): 7-9 dijelaskan bahwa setelah manusia dalam kandungan terbentuk makhluk,
maka ditiupkan oleh Allah roh ke dalam tubuhnya, dan dijadikannya pendengaran,penglihatan, dan
perasaan.

Kedua ayat tersebut menegaskan bahwa manusia tersusun atas dua unsur yaitu materi dann immateri,
jasmani dan rohani. Unsur materi (tubuh) manusia berasal dari tanah dan roh manusia berasal dari
substansi immateri. Tubuh mempunyai daya-daya fisik jasmani yaitu mendengar, melihat, merasa,
meraba, mencium, dan daya gerak. Roh mempuunyai dua daya yaitu daya berpikir yang disebut dengan
akal yang berpusat di kepala dan daya rasa yang berpusat di hati (Rohiman Notowidagdo 1996:17).

Unsur immateri pada manusia terdiri dari roh, qalbu, aqal, dan nafsu. Menurut Mustafa Zahri (1976:121)
diuraikan unsur-unsur immateri manusia tersebut:

1) Roh

Roh diartikan sebagai pemberian hidup dari Allah kepada manusia (QS Al-Hijr (15): 29, As-Sajadah (32):
9). Roh ini mendapat perintah dan larangan dari Allah. Bertanggung jawab atas segala gerak-geriknya
dan memegang komando atas segala kehidupan manusia. roh bukan jasad dan bukan pula tubuh.
Keberadaannya tidak melekat pada sesuatu. Ia adalah substansi yaitu sesuatu yang berwujud dan berdiri
sendiri. Hakikat roh tidak dapat diketahui oleh manusia, serta tidak dapat diukur dan dianalisis. Roh
tetap hidup walaupun tubuh sudah hancur (Qamarul Hadi, 1981: 135)

2) Hati (Qalb)

Menurut Al-Ghazali, qalb memiliki dua arti yaitu arti fisik dan metafisik. Arti fisik yaitu jantung, berupa
segumpal daging yang berbentuk buat memanjang yang terletak di pinggir dada sebelah kiri. Sedangkan
arti metafisik, yaitu batin sebagai tempat pikiran yang sangat rahasia dan murni, yang merupakan hal
yang lathif(yang halus) yang ada pada diri manusia. Qalb ini bertanggung jawab kepada Allah SWT,
ditegur, dimarahi serta dihukum. Qalb menjadi bahagia apabila selalu ada di sisi Allah dan berusaha
melepaskan dari belenggu selain Allah. Dengan qalb manusia dapat menangkap rasa, mengetahui dan
mengenal sesuatu dan pada akhirnya memperoleh ilmu (Dawam Raharjo, 1987:7).

3) Potensi Manusia (Akal)

Manusia memiliki sesuatu yang tidak ternilai harganya, anugerah yang sangat besar dari Tuhan, yakni
akal. Sebagai makhluk yang berakal, manusia dapat mengamati sesuatu. Dalam pandangan Al-Ghazali,
akal mempunyai empat pengertian yaitu:

a. Sebutan yang membedakan manusia dengan hewan

b. Ilmu yang lahir disaat anak mencapai usia akil balig, sehingga dapat membedakan perbuatan baik
dan buruk.

c. Ilmu-ilmu yang didapat dari pengalaman sehingga dapat dikatakan “siapa yang banyak
pengalaman, maka ia ornag yang berakal”.
d. Kekuatan yang dapat menghentikan dorongan naluriyah untuk menerawang jauh ke angkasa,
mengekang dan menundukkan syahwat yang selalu menginginkan kenikmatan (Ali Gharishah. Tt: 18-19)

4) Nafsu

Nafsu dalam istilah psikologi lebih dikenal dengan sebutan daya karsa, dalam bentuk bereaksi, berusaha,
berbuat, berkemauan, atau berkehendak. Pada prinsipnya nafsu selalu cenderung pada hal yang sifatnya
keburukan, kecuali nafsu tersebut dapat dikendalikn dengan dorongan-dorongan yang lai, seperti
drongan akal, dorongan hati nurani yang selalu mengacu pada petunjuk Tuhan.

Hakikat manusia terdiri atas aspek–aspek, salah satunya yaitumanusia sebagai makhluk Tuhan. Manusia
adalah subjek yang memiliki kesadaran (consciousness) dan penyadaran diri (self–awarness). Karena itu,
manusia adalah subjek yang menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinya dengan segala
sesuatu yang ada di luar dirinya (objek) selain itu, manusia bukan saja mampu berpikir tentang diri dan
alam sekitarnya, tetapi sekaligus sadar tentang pemikirannya. Namun, sekalipun manusia menyadari
perbedaanya dengan alam bahwa dalam konteks keseluruhan alam semesta manusia merupakan bagian
daripadanya. Manusia berkedudukan sebagai makhluk Tuhan YME maka dalam pengalaman hidupnya
terlihat bahkan dapat kita alami sendiri adanya fenomena kemakhlukkan (M.I. Soelaeman:1998).
Fenomena kemakhlukkan ini, antara lain berupa pengakuan atas kenyataan adanya perbedaan kodrat
dan martabat manusia daripada Tuhannya. Manusia merasakan dirinya begitu kecil dan rendah di
hadapan Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Manusia mengakui keterbatasan dan
ketidakberdayaannya dibanding Tuhannya Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Manusia serba tidak
tahu, sedangkan Tuhan serba Maha Tahu. Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat abadi,
manusia merasakan kasih sayang TuhanNya, namun ia pun tahu pedih siksaNya. Semua melahirkan rasa
cemas dan takut pada diri manusia terhadap Tuhannya. Tetapi dibalik itu diiringi pula dengan rasa
kagum, rasa hormat, dan rasa segan karena TuhanNya begitu luhur dan suci. Semua itu menggugah
kesediaan manusia untuk bersujud dan berserah diri kepada PenciptaNya. Selain itu, menyadari akan
Maha Kasih SayangNya Sang Pencipta maka kepadaNya-lah manusia berharap dan berdoa. Dengan
demikian, dibalik adanya rasa cemas dan takut itu muncul pula adanya harapan yang mengimplikasikan
kesiapan untuk mengambil tindakan dalam hidupnya.

2. Tanggung Jawab Manusia sebagai Makhluk Tuhan

Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab,
menanggung segala sesuatunya, dan memberikan jawab serta menanggung akibatnya.Seseorang mau
bertanggung jawab karena ada kesadaran atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas
kepentingan pihak lain. Timbulnya sikap tanggung jawab karena manusia itu hidup bermasyarakat dan
hidup dalam lingkungan alam. Manusia di dalam hidupnya disamping sebagai makhluk Tuhan, makhluk
individu, juga merupakan makhluk sosial. Dimana dalam kehidupannya di bebani tanggung jawab,
mempunyai hak dan kewajiiban, dituntut pengabdian dan pengorbanan.

Tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat yang mendasar dalam diri manusia. Setiap individu memiliki
sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu
ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan
sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab.
Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda. Tanggung jawab
mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

Tanggung jawab manusia terhadap Tuhan yaitu dimana tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-
hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Dalam
hubungannya dengan Tuhan, manusia menempatkan posisinya sebagai ciptaan dan Tuhan sebagai
pencipta. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada
Penciptanya yaitu dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Beberapa tanggung jawab manusia terhadap Tuhan adalah sebagai berikut:

1) Mengabdikan diri kepada Tuhan dengan beriman dan melakukan amal soleh mengikut syariat yang
ditetapakan oleh agama.

2) Mensyukuri nikmat yang telah dikaruniakanNya kepada kita semua.

3) Beribadah kepada Tuhan YME sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan yang dianut masing-
masing.

4) Melaksanakan segala perintahNya serta berusha menjauhi atau meninggalkan segala apa yang
dilarang oleh Tuhan YME.

5) Menuntut ilmu dan menggunakannya untuk kebajikan (kemaslahatan) umat manusia sebagai bekal
kehidupan baik didunia maupun diakhirat kelak.

Menjalin tali silaturahmi atau persaudaraan guna mewujudkan kehidupan maysarakat yang aman,
tentram, damai, dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai