Anda di halaman 1dari 17

TUGAS STRUKTUR BANGUNAN

OLEH :
I WAYAN RADYASTAWAN
(16055222037)

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
FOCUS ON STRUCTURE OF HIGH RISE & WIDE SPAN BUILDINGS

Bangunan tinggi menjadi ideal dihuni oleh manusia sejak penemuan elevator (lift) dan
bahan
bangunan yang lebih kuat. Berdasarkan beberapa standard, suatu bangunan biasa disebut sebagai
bangunan tinggi jika memiliki ketinggian antara 75 kaki dan 491 kaki (23 m hingga 150 m).
Bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 492 kaki (150 m) disebut sebagai pencakar langit.
Tinggi rata-rata satu tingkat adalah 13 kaki (4 meter), sehingga jika suatu bangunan memiliki
tinggi 79 kaki (24 m) maka idealnya memiliki 6 tingkat.
Bahan yang digunakan untuk sistem struktural bangunan tinggi adalah beton kuat dan besi.
Banyak pencakar langit bergaya Amerika memiliki bingkai besi, sementara
blok menara penghunian dibangun tanpa beton.
Meskipun definisi tetapnya tidak begitu jelas, banyak lembaga mencoba mengartikan pengertian
'bangunan tinggi', antara lain:

 International Conference on Fire Safety in High-Rise Buildings mengartikan bangunan


 tinggi sebagai "struktur apapun dimana tinggi dapat memiliki dampak besar terhadap
evakuasi"
 New Shorter Oxford English Dictionary mengartikan bangunan tinggi sebagai "bangunan
yang memiliki banyak tingkat"
 Massachusetts General Laws mengartikan bangunan tinggi lebih tinggi dari 70 kaki (21
m)
 Banyak insinyus, inspektur, arsitek bangunan dan profesi sejenisnya mengartikan
bangunan tinggi sebagai bangunan yang memiliki tinggi setidaknya 75 kaki (23 m)

.
Struktur bangunan tinggi memiliki tantangan desain untuk
pembangunan struktural dan geoteknis, terutama bila terletak di wilayah seismik atau tanah liat
memiliki faktor risiko geoteknis seperti tekanan tinggi atau tanah lumpur. Tantangan yang tidak
kalah besar lainnya adalah bagaimana pemadam kebakaran bertugas selama keadaan darurat
pada struktur tinggi. Desain baru dan lama bangunan, sistem bangunan seperti sistem
pipa berdiri bangunan, sistem HVAC (Heating, Ventilation and Air Conditioning),
sistem penyiram api dan hal lain seperti evakuasi tangga dan elevator mengalami masalah seperti
itu.
SISTEM STRUKTUR

Sistem-sistem struktur pada bangunan merupakan inti kekokohannya bangunan di atas


permukaan tanah. Sistem struktur ini berfungsi menahan dan menyalurkan beban gaya horizontal
dan vertikal secara merata pada sistem-sistem struktur inti dan struktur pendukung, sehingga
bangunan dapat memikul beban horizontal dan vertikal maupun gaya lateral.

Berikut ini adalah jenis-jenis sistem struktur inti bangunan.

• Sistem struktur dinding pendukung sejajar (parallel bearing walls)

Sistem ini terdiri dari unsur bidang vetikal yang di perkuat dengan berat dinding itu sendiri,
sehingga mampu menahan gaya aksial lateral secara efisien. Sistem struktur dinding sejajar ini
digunakan pada bangunan-bangunan apartemen yang tidak membutuhkan ruang bebas yang luas
dan sistem-sistem mekanisnya tidak memerlukan struktur inti.

• Sistem struktur inti dan dinding pendukung (core and bearing walls)

Sistem ini berupa bidang vertikal yang membentuk dinding luar dan mengelilingi sebuah struktur
inti. Hal ini memungkinkan ruang interior terbuka yang bergantung pada kemampuan bentangan
dari struktur lantai. Sistem ini memuat sistem-sistem transportasi mekanis vertikal serta
menambah kekakuan bangunan.
• Sistem struktur boks berdiri sendiri (self supporting boxes)

Sistem ini merupakan unit tiga dimensi prefabrikasi yang menyerupai bangunan dinding
pendukung yang diletakan di suatu tempat dan di gabung dengan unit lainnya. Sebagai contoh
boks-boks ini di tumpuk seperti bata dengan pola “English Bond” sehingga tersusun seperti
balok dinding berselang-seling.

• Sistem struktur plat terkantilever (cantilever slab)

Pemikulan plat lantai dari sebuah inti pusat akan memungkinkan ruang bebas kolom yang batas
kekuatan platnya adalah batas besar ukuran bangunan. Sistem ini memerlukan banyak besi,
terutama apabila proyeksi pelat sangat besar. Kekakuan plat dapat di tingkatkan dengan
menggunakan teknik-teknik pratekan.
• Sistem struktur plat rata (flat slab)

Sistem ini terdiri dari bidang horizontal yang umumnya adalah plat lantai beton tebal dan rata
yang bertumpu pada kolom. Apabila tidak terdapat penebalan plat pada bagian atas kolom, maka
sistem ini di katakan sistem plat rata. Pada kedua sistem ini tidak terdapat balok yang dalam
(deep beam) sehingga tinggi lantai bisa minimum.

• Sistem struktur interspasial (interspasial)

Sistem struktur rangka tinggi selantai yang terkantilever diterapkan pada setiap lantai antara
untuk memungkinkan ruang fleksibel di dalam dan di atas rangka. Ruangan yang berada di
dalam lantai rangka di atasnya dapat di gunakan sebagai wadah untuk kegiatan aktivitas lainya.
• Sistem struktur gantung (suspension)

Sistem ini dapat memungkinkan penggunaan beban secara efisien dengan menggunakan
penggantungan sebagai pengganti kolom untuk memikul beban lantai. Kekuatan unsur tekan
pada sistem ini harus dikurangi sebab adanya bahaya tekuk, berbeda dengan unsur tarik yang
dapat mendaya gunakan kemampuan secara maksimal. Kabel-kabel ini dapat meneruskan beban
gravitasi ke rangka di bagian atas yang terkantilever dari inti pusat.

• Sistem struktur rangka selang-seling (staggered truss)

Rangka tinggi yang selantai disusun sedemikian rupa sehinga pada setiap lantai bangunan dapat
menumpangkan beban di bagian atas suatu rangka begitupun di bagian bawah rangka di atasnya.
Selain memikul beban vertikal, susunan rangka ini akan mengurangi tuntutan kebutuhan ikatan
angin dengan cara mengarahkan beban angin ke dasar bangunan melalui struktur balok-balok
dan plat lantai.
• Sistem struktur rangka kaku (rigid frame)

Sistem struktur ini terdiri dari kolom dan balok yang bekerja saling mengikat satu dengan yang
lainnya. Kolom sebagai unsur vertikal yang bertugas menerima beban dan gaya, sedangkan balok
sebagai unsur horizontal media pembagi beban dan gaya. Sistem ini biasanya berbentuk pola grid
persegi, organisasi grid serupa juga di gunakan untuk bidang horizontal yang terdiri atas balok
dan gelagar. Dengan keterpaduan rangka spasial yang bergantung pada kekuatan kolom dan
balok, maka tinggi lantai ke lantai dan jarak antara kolom menjadi penentu pertimbangan
rancangan.

• Sistem struktur rangka kaku dan inti (rigid frame and core)

Rangka kaku akan bereaksi terhadap beban lateral. Terutama melalui lentur balok dan kolom.
Perilaku demikian berakibat ayunan (drift) lateral yang besar sehingga pada bangunan dengan
ketinggian tertentu. Akan tetapi apabila di lengkapi dengan struktur inti, maka ketahanan lateral
bangunan akan sangat meningkat karena interaksi inti dan rangka. Sistem inti ini memuat sistem-
sistem mekanis dan transportasi vertikal.
• Sistem struktur rangka trussed (trussed frame)

Sistem ini terdiri dari gabungan rangka kaku (atau bersendi) dengan rangka geser vertikal yang
mampu memberikan peningkatan kekuatan dan kekakuan struktur. Rancangan sistem struktur
dapat berdasarkan pada penggunaan rangka untuk menahan beban gravitasi dan rangka vertikal
untuk beban angin yang serupa dengan rangka kaku dan inti.

• Sistem struktur rangka belt-trussed dan inti (belt-trussed frame and core)

Sistem struktur belt-trussed bekerja mengikat kolom fasade ke inti bangunan sehingga
meniadakan aksi terpisah rangka dan inti pengakuan ini dinamai “cap trussing” apabila berada
pada bagian atas bangunan, dan dinamai “belt-trussed” apabila berada di bagian bawahnya.
• Sistem struktur tabung dalam tabung (tube in tube)

Dalam struktur ini, kolom dan balok eksterior di tempatkan sedemikian rapat sehingga fasade
menyerupai dinding yang diberi pelubangan (untuk jendela). Seluruh bangunan berlaku sebagai
tabung kosong yang terkantilever dari tanah. Inti interior (tabung) dapat meningkatkan kekakuan
bangunan dengan cara ikut memikul beban bersama kolom-kolom fasade tersebut.

• Sistem struktur kumpulan tabung (bundled tube)

Sistem struktur ini dapat di gambarkan sebagai suatu kumpulan tabung-tabung terpisah yang
membantuk tabung multi-use. Pada sistem ini kekakuan akan bertambah. Sistem ini dapat
memungkinkan bangunan mencapai bentuk yang paling tinggi dan daerah lantai yang sangat
luas.
Artikel diatas memuat beberapa jenis sistem struktur bangunan tinggi yang di terapkan pada
beberapa bangunan tinggi di indonesia. Hal ini memungkinkan bangunan dapat bertahan untuk
dalam jangka waktu yang cukup panjang. Kita para Arsitektur di tuntut untuk harus tau tentang
beberapa jenis sistem struktur sebagai dasar untuk merancang bangunan.

Sedangkan untuk detail Sistem Struktur adalah tanggung jawab Teknik Sipil. Kita hanya sebatas
memahami dasar-dasarnya saja, dan informasi di atas sudah mencakup Sistem Struktur
Bangunan Tinggi yang harus di pahami.
Sekian info dari saya, semoga dapat bermanfaat bagi teman-teman di dunia Teknik Perancangan

STANDAR PERENCANAAN
Secara umum, standar yang dipakai adalah konsep LRFD (Load Resistance Factor
Design) , yaitu konsep ketahanan struktur terhadap beban terfaktor dengan tinjauan adanya
faktor reduksi kekuatan masing-masing komponen struktur yang diproposikan. Pengertian
umumnya adalah, suatu struktur dinyatakan kuat bila dalam setiap perencanaan kekuatan
dipenuhi.

Tujuan Perncanaan Struktur


Sistem struktur pada bangunan tinggi dirancang dan dipersiapkan agar mampu:
1. Memikul beban vertical baik statik maupun dinamik
2. Memikul beban horizontal, baik akibat angin maupun gempa
3. Menahan berbagai tegangan yang diakibatkan oleh pengaruh temperature dan shinkage.
4. Menahan external dan internal blast dan beban kejut (impact loads).
5. Mengantisipasi pengaruh vibrations dan fatigue

Pemilihan Sistem Struktur


Pemilihan sistem struktur bergantung pada beberapa parameter berikut:
1. Economical consideration, yang meliputi construction cost, nilai kapitalisasi, rentable space
variation dan cost of time variation.
2. Construction speed yang dipengaruhi oleh profil bangunan, experience, methods dan
expertise, material struktur, tapi konstruksi (cast-in-situ, precast atau kombinasi) serta local
contruction industry.
3. Overall geometry, meliputi panjang, lebar dan tinggi bangunan.
4. Vertical profile-building shape.
5. Pembatasan ketinggian (height restriction)
6. Kelangsingan (slenderness), yaitu ratio antara tinggi terhadap lebar bangunan.
7. Plan configuration, yaitu depth-widht ratio dan degree of regularity(dapat dilihat pada
peraturan seperti UBC atau NEHRP).
8. Kekuatan, kekakuan dan daktilitas. Kekuatan berhubungan erat dengan material properties,
kekaakuan meliputi kekakuan lentur, kekakuan geser, kekakuan torsi dan daltilitas meliputi
strain ductility, curvature ductility dan displacement ductility.
10 Jenis/tipe pembebanan, yang ,eliputi beban gravitasi, beban lateral berupa beban angin dan
seismic serta beban-beban khusus lainnya.
11. Kondisi tanah pendukung bangunan

SISTEM STRUKTUR ATAS


Bentuk Bangunan dan sistem struktur rangka bangunan sangat berkaitan erat satu sama
lainnya baik dalam arah horizontal maupun vertical. Suatu sisem struktur disebut baik bila
dicapai hal-hal berikut:
- Bentuk dan denah struktur yang simetris
- Skala struktur yang proporsional
- Tidak adanya perubahan mendadak dari tahanan lateral
- Tidak adanya perubahan mendadak dari kekakuan lateral
- Pembagian struktur yang seragam dan teratur
- Titik berat massa hampir sama dengan titik berat kekakuan
- Tidak sulit dibangun, dan dalam batasan biaya yang memadai

Sistem struktur pada bangunan gedung secara garis besar menggunakan beberapa sistem
utama :

a) Struktur Rangka atau Skeleton

Struktur kerangka atau skeleton terdiri atas komposisi dari kolomkolom dan balok-balok.
Kolom sebagai unsur vertikal berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya menuju tanah,
sedangkan balok adalah unsur horisontal yang berfungsi sebagai pemegang dan media
pembagian beban dan gaya ke kolom. Kedua unsur ini harus tahan terhadap tekuk dan lentur.

Selanjutnya dilengkapi dengan sistem lantai, dinding, dan komponen lain untuk
melengkapi kebutuhan bangunan untuk pembentuk ruang. Sistem dan komponen tersebut
diletakkan dan ditempelkan pada kedua elemen rangka bangunan. Dapat dikatakan bahwa
elemen yang menempel pada rangka bukanlah elemen struktural (elemen non-struktural). Bahan
yang umumnya dipakai pada sistem struktur rangka adalah kayu, baja, beton termasuk beton pra-
cetak. Semua bahan tersebut harus tahan terhadap gaya-gaya tarik, tekan, puntir dan lentur. Saat
ini bahan yang paling banyak digunakan adalah baja dan beton bertulang karena mampu
menahan gaya-gaya tersebut dalam skala yang besar. Untuk bahan pengisi non-strukturalnya
dapat digunakan bahan yang ringan dan tidak mempunyai daya dukung yang besar, seperti
susunan bata, dinding kayu, kaca dan lainnya.

Sistem rangka yang dibentuk dengan elemen vertikal dan horisontal baik garis atau
bidang, akan membentuk pola satuan ukuran yang disebut grid. Grid berarti kisi-kisi yang
bersilangan tegak lurus satu dengan lainnya membentuk pola yang teratur. Berdasarkan pola
yang dibentuk serta arah penyaluran pembebanan atau gayanya, maka sistem rangka umumnya
terdiri atas dua macam yaitu: sistem rangka dengan bentang satu arah (one way spanning) dan
bentang dua arah (two way spanning). Bentuk grid persegi panjang menggunakan sistem bentang
satu arah, dengan penyaluran gaya ke arah bentang yang pendek. Sedangkan untuk pola grid
yang cenderung bujursangkar maka penyaluran gaya terjadi ke arah kedua sisinya, maka sistem
struktur yang digunakan adalah sistem bentang dua arah. Aksi struktur dua arah dapat diperoleh
jika perbandingan dimensi bentang panjang dengan bentang pendek lebih kecil dari 1,5.

Sistem struktur rangka banyak berkembang untuk aplikasi pada bangunan tinggi (multi-storey
structure) dan bangunan dengan bentang lebar (long-span structure)

b) Struktur Rangka Ruang

Sistem rangka ruang dikembangkan dari sistem struktur rangka batang dengan
penambahan rangka batang kearah tiga dimensinya. Struktur rangka ruang adalah komposisi dari
batang-batang yang masing-masing berdiri sendiri, memikul gaya tekan atau gaya tarik yang
sentris dan dikaitkan satu sama lain dengan sistem tiga dimensi atau ruang. Bentuk rangka ruang
dikembangkan dari pola grid dua lapis (doubel-layer grids), dengan batang-batang yang
menghubungkan titik-titik grid secara tiga dimensional.

Elemen dasar pembentuk struktur rangka ini adalah:

− Rangka batang bidang

− Piramid dengan dasar segiempat membentuk oktahedron

− Piramid dengan dasar segitiga membentuk tetrahedron

Beberapa sistem selanjutnya dikembangkan model rangka ruang berdasarkan pengembangan


sistem konstruksi sambungannya, antara lain:

− Sistem Mero

− Sistem space deek

− Sistem Triodetic

− Sistem Unistrut

− Sistem Oktaplatte

− Sistem Unibat

− Sistem Nodus

− Sistem NS Space Truss

c) Struktur Permukaan Bidang

Struktur permukaan bidang termasuk juga struktur form-active biasanya digunakan pada
keadaan khusus dengan persyaratan struktur dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Struktur-
struktur permukaan bidang pada umumnya menggunakan material-material khusus yang dapat
mempunyai kekuatan yang lebih tinggi dengan ketebalan yang minimum. Beberapa jenis struktur
ini antara lain:

 Struktur Bidang Lipat

Struktur bidang lipat dibentuk melalui lipatan-lipatan bidang datar dengan kekakuan dan
kekuatan yang terletak pada keseluruhan bentuk itu sendiri. Bentuk lipatan akan mempunyai
kekakuan yang lebih karena momen inersia yang lebih besar, karena bentuk lipatan akan
memiliki ketinggian yang jauh lebih besar dibandingkan dengan plat datar.
 Struktur Cangkang

Struktur cangkang adalah sistem dengan pelat melengkung ke satu arah atau lebih yang tebalnya
jauh lebih kecil daripada bentangnya. Gaya-gaya yang harus didukung dalam struktur cangkang
disalurkan secara merata melalui permukaan bidang sebagai gaya-gaya membran yang diserap
oleh elemen strukturnya. Gaya-gaya disalurkan sebagai gaya normal, dengan demikian tidak
terdapat gaya lintang dan lentur. Resultan gaya yang tersebar diserap ke dalam struktur dengan
gaya tangensial yang searah dengan kelengkungan bidang permukaannya.

 Struktur Membran

Struktur membran mempunyai prinsip yang sama dengan struktur cangkang, tetapi dengan bahan
bidang permukaan yang sangat tipis. Kekakuan selaput tipis tersebut diperoleh dengan elemen
tarik yang membentuk jala-jala yang saling membantu untuk menambah kapasitas menahan
beban-beban lendutan.

d) Struktur Kabel dan Jaringan

Struktur kabel dan jaringan dikembangkan dari kemampuan kabel menahan gaya tarik
yang tinggi. Dengan menggunakan sistem tarik maka tidak diperlukan sistem penopang vertikal
untuk elemen horizontalnya (lantai atau atap), sehingga daerah di bawah elemen horizontal
(ruang) memiliki bentangan yang cukup besar. Bangunan dengan aplikasi sistem struktur ini
akan sangat mendukung untuk bangunan bentang luas berbentang lebar, seperti dome, stadion,
dll. Sistem yang dikembangkan pada struktur kabel antara lain:

− Struktur atap tarik dengan kolom penunjang

− Struktur kabel tunggal

− Struktur kabel ganda

Analisis Struktur Rangka Kaku

Struktur rangka kaku (rigid frame) adalah struktur yang terdiri atas elemen-elemen linier,
umumnya balok dan kolom, yang saling dihubungkan pada ujung-ujungnya oleh joints (titik
hubung) yang dapat mencegah rotasi relatif di antara elemen struktur yang dihubungkannya.
Dengan demikian, elemen struktur itu menerus pada titik hubung tersebut. Seperti halnya balok
menerus, struktur rangka kaku adalah struktur statis tak tentu. Banyak struktur rangka kaku yang
tampaknya sama dengan sistem post and beam, tetapi pada kenyataannya struktur rangka ini
mempunyai perilaku yang sangat berbeda dengan struktur post and beam. Hal ini karena adanya
titik-titik hubung pada rangka kaku. Titik hubung dapat cukup kaku sehingga memungkinkan
kemampuan untuk memikul beban lateral pada rangka, dimana beban demikian tidak dapat
bekerja pada struktur rangka yang memperoleh kestabilan dari hubungan kaku antara kaki
dengan papan horizontalnya.

a) Prinsip Rangka Kaku

Cara yang paling tepat untuk memahami perilaku struktur rangka sederhana adalah
dengan membandingkan perilakunya terhadap beban dengan struktur post and beam. Perilaku
kedua macam struktur ini berbeda dalam hal titik hubung, dimana titik hubung ini bersifat kaku
pada rangka dan tidak kaku pada struktur post and beam. Menunjukkan jenisjenis struktur rangka
dan perbedaannya dengan struktur post and beam.

b) Beban Vertikal

Pada struktur post and beam, struktur akan memikul beban beban vertikal dan
selanjutnya beban diteruskan ke tanah. Pada struktur jenis ini, balok terletak bebas di atas kolom.
Sehingga pada saat beban menyebabkan momen pada balok, ujung-ujung balok berotasi di ujung
atas kolom. Jadi, sudut yang dibentuk antara ujung balok dan ujung atas kolom berubah. Kolom
tidak mempunyai kemampuan untuk menahan rotasi ujung balok. Ini berarti tidak ada momen
yang dapat diteruskan ke kolom,sehingga kolom memikul gaya aksial.

c) Beban Horizontal

Perilaku struktur post and beam dan struktur rangka terhadap beban horizontal sangat
berbeda. Struktur post and beam dapat dikatakan hampir tidak mempunyai kemampuan sama
sekali untuk memikul beban horizontal. Adanya sedikit kemampuan, pada umumnya hanyalah
karena berat sendiri dari tiang / kolom (post), atau adanya kontribusi elemen lain, misalnya
dinding penutup yang berfungsi sebagai bracing. Tetapi perlu diingat bahwa kemampuan
memikul beban horisontal pada struktur post and beam ini sangat kecil. Sehingga struktur post
and beam tidak dapat digunakan untuk memikul beban horizontal seperti beban gempa dan
angin. Sebaliknya, pada struktur rangka timbul lentur, gaya geser dan gaya aksial pada semua
elemen, balok maupun kolom. Momen lentur yang diakibatkan oleh beban lateral (angin dan
gempa) seringkali mencapai maksimum pada penampang dekat titik hubung. Dengan demikian,
ukuran elemen struktur di bagian yang dekat dengan titik hubung pada umumnya dibuat besar
atau diperkuat bila gaya lateralnya cukup besar. Rangka kaku dapat diterapkan pada gedung
besar maupun kecil. Secara umum, semakin tinggi gedung, maka akan semakin besar pula
momen dan gaya-gaya pada setiap elemen struktur. Kolom terbawah pada gedung bertingkat
banyak pada umumnya memikul gaya aksial dan momen lentur terbesar. Bila beban lateral itu
sudah sangat besar, maka umumnya diperlukan kontribusi elemen struktur lainnya untuk
memikul, misalnya dengan menggunakan pengekang (bracing) atau dinding geser (shear walls).

d) Kekakuan Relatif Balok dan Kolom

Pada setiap struktur statis tak tentu, termasuk juga rangka (frame), besar momen dan gaya
internal tergantung pada karakteristik relatif antara elemen-elemen strukturnya. Kolom yang
lebih kaku akan memikul beban horisontal lebih besar. Sehingga tidak dapat digunakan asumsi
bahwa reaksi horisontal sama besar. Momen yang lebih besar akan timbul pada kolom yang
memikul beban horisontal lebih besar (kolom yang lebih kaku). Perbedaan kekakuan relatif
antara balok dan kolom juga mempengaruhi momen akibat beban vertikal. Semakin kaku kolom,
maka momen yang timbul akan lebih besar daripada kolom yang relatif kurang kaku terhadap
balok. Untuk struktur yang kolomnya relatif lebih kakudan struktur post and beam sebagai
respon terhadap beban vertikal adalah terhadap balok, momen negatif pada ujung balok yang
bertemu dengan kolom kaku akan membesar sementara momen positifnya berkurang.

e) Goyangan (Sideways)

Pada rangka yang memikul beban vertikal, ada fenomena yang disebut goyangan
(sidesway). Bila suatu rangka tidak berbentuk simetris, atau tidak dibebani simetris, struktur akan
mengalami goyangan (translasi horisontal) ke salah satu sisi.

f) Penurunan Tumpuan (Support Settlement)

Seperti halnya pada balok menerus, rangka kaku sangat peka terhadap turunnya tumpuan.
Berbagai jenis tumpuan (vertikal, horisontal, rotasional) dapat menimbulkan momen. Semakin
besar differential settlement, akan semakin besar pula momen yang ditimbulkan. Bila gerakan
tumpuan ini tidak diantisipasi sebelumnya, momen tersebut dapat menyebabkan keruntuhan pada
rangka. Oleh karena itu perlu diperhatikan desain pondasi struktur rangka kaku untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya gerakan tumpuan.

g) Efek Kondisi Pembebanan Sebagian

Seperti yang terjadi pada balok menerus, momen maksimum yang terjadi pada struktur
rangka bukan terjadi pada saat rangka itu dibebani penuh. Melainkan pada saat dibebani
sebagian. Hal ini sangat menyulitkan proses analisisnya. Masalah utamanya adalah masalah
prediksi kondisi beban yang bagaimanakah yang menghasilkan momen kritis.

h) Rangka Bertingkat Banyak

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan analisis rangka bertingkat banyak
yang mengalami beban lateral. Salah satunya adalah Metode Kantilever (Gambar 4.28), yang
mulai digunakan pada tahun 1908. Metode ini menggunakan banyak asumsi, yaitu antara lain :

 ada titik belok di tengah bentang setiap balok


 ada titik belok di tengah tinggi setiap kolom
 besar gaya aksial yang terjadi di setiap kolom pada suatu tingkat

Sebanding dengan jarak horisontal kolom tersebut ke pusat berat semua kolom di tingkat
tersebut. Metode analisis lain yang lebih eksak adalah menggunakan perhitungan berbantuan
komputer. Walaupun dianggap kurang eksak, metode kantilever sampai saat ini masih
digunakan, terutama untuk memperlajari perilaku struktur bertingkat banyak.
i) Rangka Vierendeel

Struktur Vierendeel seperti pada, adalah struktur rangka kaku yang digunakan secara horisontal.
Struktur ini tampak seperti rangka batang yang batang diagonalnya dihilangkan. Perlu diingat
bahwa struktur ini adalah rangka, bukan rangka batang. Jadi titik hubungnya kaku. Struktur
demikian digunakan pada gedung karena alasan fungsional, dimana tidak diperlukan elemen
diagonal. Struktur Vierendeel ini pada umumnya lebih efisien daripada struktur rangka batang

DAFTAR PUSTAKA

https://berandaarsitek.blogspot.co.id/2015/10/sistem-struktur-inti-core-structure.html#
http://sabenatamsis.blogspot.co.id/2015/03/kontruksi-dan-struktur-bagunan.html
http://ronny.blog.upi.edu/sistem-struktur-pada-bangunan-gedung-bertingkat/

Anda mungkin juga menyukai

  • Denah 1
    Denah 1
    Dokumen1 halaman
    Denah 1
    Sanjaya Methalic
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen1 halaman
    1
    Sanjaya Methalic
    Belum ada peringkat
  • Atap
    Atap
    Dokumen8 halaman
    Atap
    Sanjaya Methalic
    Belum ada peringkat
  • Analisa Museum
    Analisa Museum
    Dokumen14 halaman
    Analisa Museum
    bayuseptyantara
    95% (20)
  • ATAP
    ATAP
    Dokumen15 halaman
    ATAP
    Sanjaya Methalic
    Belum ada peringkat
  • ATAP
    ATAP
    Dokumen15 halaman
    ATAP
    Sanjaya Methalic
    Belum ada peringkat
  • Makalah Struktur Bangunan
    Makalah Struktur Bangunan
    Dokumen22 halaman
    Makalah Struktur Bangunan
    Bangwis Vidio
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 6 Langgam Arsitektur
    Pertemuan 6 Langgam Arsitektur
    Dokumen40 halaman
    Pertemuan 6 Langgam Arsitektur
    Sanjaya Methalic
    100% (1)
  • Konsep Dan Tema Arsitektur
    Konsep Dan Tema Arsitektur
    Dokumen26 halaman
    Konsep Dan Tema Arsitektur
    Wayan Adi Nugraha
    100% (4)
  • 1
    1
    Dokumen1 halaman
    1
    Sanjaya Methalic
    Belum ada peringkat
  • Judul Gambar: Teras - 0.05
    Judul Gambar: Teras - 0.05
    Dokumen1 halaman
    Judul Gambar: Teras - 0.05
    Sanjaya Methalic
    Belum ada peringkat