Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu dan angka kematian perinatal dapat digunakan sebagai parameter

keberhasilan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kebidanan. Ditingkat ASEAN

angka kematian bayi di Indonesia tahun 2004 35 per 1000 kelahiran hidup yaitu hampir 5

kali lipat dibandingkan dengan Thailand dan 1,3 kali dibandingkan dengan Filipina. Sasaran

Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per

1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja

keras karena kondisi saat ini, AKB menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes,

2010). Penyebab kematian neonatal diantaranya adalah asfiksia neonatarum 49 - 60%,

infeksi 24 - 30%, prematuritas atau Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 15 - 20%,

trauma persalinan 2 - 7%, dan cacat bawaan 1 - 3%. (Manuaba, 2008).

Menurut Wiknjosastro (2005), bahwa sebagian besar bayi yang meninggal dalam

minggu pertama ialah bayi prematur. Menurut Surasmi dkk (2003), Prematuritas adalah

bayi dengan masa kehamilan atau berat badan terletak antara persentil ke-10 sampai

persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan intra uterin. Etiologi kelahiran prematur

diantaranya faktor ibu meliputi gizi ibu saat hamil yang kurang, umur ibu kurang dari 20

tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, faktor pekerja terlalu

berat, penyakit menahun seperti hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah.


Faktor kehamilan meliputi hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan anterpatum,

komplikasi hamil seperti pre eklampsia, eklampsia, ketuban pecah dini. Faktor janin

meliputi cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan faktor lain yang masih belum diketahui

(Manuaba, 2008).

Maturasi fungsi system organ merupakan syarat bagi bayi untuk mampu beradaptasi

dengan lingkungan di luar rahim. Bayi prematur fungsi sistem organnya belum matur

sehingga dapat kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Oleh karena itu

membutuhkan perhatian dan perawatan yang intensif untuk mengembangkan fungsi

optimum bayi (Surasmi dkk, 2003).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan di Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Moewardi dari bulan Januari – Desember 2011 terdapat 1462 kelahiran hidup,

dari keseluruhan jumlah tersebut bayi lahir normal 1169 (79,96%), bayi lahir dengan

asfiksia 100 (6,84%), bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) 80 (5,47%), bayi

lahir dengan prematur 73 (4,99%) dan bayi lahir dengan kelainan 40 (2,74%).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Teori


1. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian bayi baru lahir

1) Bayi baru lahir juga disebut neonatal yaitu bayi yang sehat dan
normal yang akan segera menarik nafas dan menangis, menggerakkan
tangan dan kakinya (Mochtar, 2002).
2) Bayi baru lahir adalah kelahiran bayi umur 0-28 hari (Winkjosastro,
2005).
b. Klasifikasi bayi baru lahir

1) Klasifikasi bayi baru lahir menurut berat badan lahirnya, yaitu :

a) Berat lahir lebih : Lebih dari 4000 gr

b) Berat lahir cukup : Antara 2500 gr sampai 4000 gr

c) Berat lahir rendah : Kurang dari 2500 gr (Atikah, 2010).

2) Berdasarkan umur kehamilan atau masa gestasi

a) Preterm infant atau bayi prematur, yaitu bayi yang lahir pada
umur kehamilan tidak mencapai 37 minggu.
b) Term infant atau bayi cukup bualan (mature aterm) yaitu bayi
yang lahir pada umur kehamilan lebih dari 37-42 minggu.
c) Post term infant atau bayi lebih bulan (posterm postmature) yaitu
bayi yang lahir pada umur kehamilan sesudah 42 minggu (Surasmi
dkk, 2003).
c. Karakteristik bayi baru lahir

Karakteristik bayi normal segera sesudah lahir yaitu : bayi sangat


aktif, tampak kemerah-merahan, tonus otot baik, menangis keras, bunyi
jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180/menit yang kemudian
turun sampai 140/menit-120/menit pada waktu bayi berumur
30 menit. Pernafasan cepat pada menit-menit pertama (kira-kira
80/menit) disertai dengan pernafasan cuping hidung, retraksi supranetal
dan interkostal serta rintihan hanya berlangsung 10 sampai 15 menit
(Wiknjosastro, 2005).
d. Perubahan yang segera terjadi setelah bayi lahir

Menurut Wiknjosastro (2005), perubahan yang segera terjadi setelah bayi


lahir, yaitu :
1) Pernafasan pertama

Derajat hipoksia ringan merangsang usaha bernafas pertama


kali pada neonates setelah dilahirkan. Dengan usaha bernafas pertama
ini cairan yang menempati jalan nafas didorong kedalam areoli yang
mengembang, sehingga cairan ini dapat diabsorsi dengan cepat
kedalam pembuluh dan sirkulasi limfe paru. Dalam 15 menit setelah
lahir cairan ini hilang dan alveoli mengembang karena udara.
2) Perubahan pola sirkulasi darah

Tekanan darah sistemik bayi sedikit meningkat mengakibatkan


pembalikan arah aliran sementara melalui duktus arteriosus. Ketika
bayi bernafas, tegangan oksigen didalam darah meningkat dan dinding
muskulus duktus ini berkontraksi sehingga darah yang melaluinya
berhenti. Pada saat yang sama, tekanan didalam atrium kanan
menurun. Terjadi peningkatan serentak aliran darah di seluruh paru.
Darah masuk ke dalam atrium dan mengakibatkan peningkatan
tekanan di dalam atrium kiri. Karena terjadi perubahan-perubahan
tekanan antara kedua atrium, terjadilah penutupan foramen ovale.
3) Perubahan fungsi hati

Hati bayi dapat mengubah glukosa menjadi glikogen secara


efisien sebagaimana hati orang dewasa, tetapi beberapa enzimnya
masih imatur yang mengakibatkan terjadinya ikterus fisiologik dalam
enam hari pertama setelah lahir
4) Pengaturan suhu tubuh

Permukaan tubuh bayi baru lahir relatif besara sehingga


pemeliharaan tubuhnya relatif sulit. Suhu tubuh pada banyak bayi baru
lahir menurun 1,50C segera setelah lahir, karena hilangnya panas
secara cepat dari kulit yang basah, tetapi kembali menjadi normal
dalam beberapa jam.
e. Masalah-masalah yang terjadi pada Bayi Baru Lahir

Masalah-masalah yang terjadi pada Bayi Baru Lahir meliputi :

1) BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram tanpa memandang kehamilan (Wiknjosastro, 2005).
2) Asfiksia

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin
sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan
(Asuhan Persalinan Normal, 2007).
3) Sindrom gangguan pernafasan

Sindrom gangguan pernafasan merupakan kumpulan gejala yang


terdiri atas bradikardi, adanya tarikan dinding dada kedalam,
sianosis dan adanya rintihan pada saat bernafas.
4) Hipotermi

Hipotermi yaitu suhu tubuh bayi dibawah 360C serta kadua tangan
dan kaki teraba dingin, sedang suhu normal adalah 36,50C – 37,50C
(Muslihatun, 2010).
5) Tetanus Neonatorum

Tetanus neonatorum merupakan kejang yang sering dijumpai pada


bayi baru lahir yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia,
tetapi disebabkan oleh infeksi selama masa neonatal (Markum,
2003).
6) Ikterus

Ikterus merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin di


dalam jaringan ekstravaskular sehingga konjungtiva, kulit dan
mukosa akan berwarna kuning (Hidayat, 2009).
f. Penatalaksanaan segera bayi baru lahir

1) Pertahankan kebersihan jalan nafas

a) Pegang kepala bayi lebih rendah dari badan dengan kepala


dipindahkan ke sisi drainase.
b) Bersihkan wajah dan kepala, bersihkan cairan dari hidung dan
mulut.
c) Hisap hidung dan mulut menggunakan spuit seperti bola lampu
yang lunak.
2) Jaga bayi tetap hangat

a) Bersihkan dan keringkan bayi

b) Tempatkan bayi di atas perut ibu

c) Letakkan topi stockinet pada kepala bayi

d) Gunakan penghangat

e) Bungkus bayi dengan selimut hangat


3) Perlihatkan bayi pada orang tua dan yang lain, tempatkan pada perut
ibu
4) Klem dan potong tali pusar

5) Catat nilai apgar pada 1 dan 5 menit pertama

6) Lakukan segera pemerikasaan menyeluruh pada bayi

Tabel 2.1
Nilai apgar (NA)
Skor 0 1 2 NA
Seluruh tubuh
Apperance Badan merah
pucat kemerah-
(warna kulit) Ekstremitas biru
merahan
Pulse rate
Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
(frekuensi nadi)
Grimace (reaksi Sedikit gerakan
Tidak ada Batuk/ bersin
rangsangan) mimic (grimace)
Ekstrimitas dalam
Activity (tonus otot) Tidak ada Gerakan aktif
sedikit fleksi
Lemah/ tidak
Respiration Tidak ada Baik/ menangis
teratur
Jumlah
Sumber: Varney (2007)

g. Pemeriksaan Reflek

1) Reflek Moro : Rangsangan mendadak yang menyebabkan

lengan terangkat ke atas dan ke bawah,


terkejut dan relaksasi dengan lambat (Stright,
2004).
2) Reflek Rooting : Sentuhan pada pipi atau bibir menyebabkan

kepala menoleh ke atas sentuhan Reflek ini


menghilang pada umur 2 – 3 bulan dan biasa
menetap sampai umur 12 bulan (Hidayat,
2005).
3) Reflek Suching : Reflek menghisap dengan kuat dalam

berespon terhadap stimulasi reflek ini


menetap selama masa bayi dan mungkin
terjadi selama tidur tanpa stimulasi (Hidayat,
2005).
4) Reflek Plantar : Bayi melakukan perubahan posisi bila kepala

diputar ke satu sisi. Normalnya reflek ini


titdak terjadi setiap kali kepala diputar tampak
kira-kira pada umur 6 bulan (Hidayat, 2005).
5) Reflek Palmar : Dilakukan dengan cara ketika bayi

menghadap ke semua, tangan terlentang,


maka jari telunjuk yang ditekan ke telapak
tangannya akan menyebabkan bayi
menggerakkan tangan untuk mencoba
menggenggam jari telunjuk (Hidayat, 2005).
6) Reflek Stapping : Saat bayi bergerak ke atas dan ke bawah bila

di sentuhkan ke permukaan yang keras


(Hidayat, 2005).
2. Bayi baru lahir prematur

a. Pengertian bayi prematur

1) Bayi prematur adalah neonatus dengan umur hamil kurang dari 37


minggu dengan berat kurang dari 2500 gram (Manuaba, 2008).
2) Bayi prematur adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu dan berat badan sesuai dengan usia kehamilan atau berat
badan terletak antara persenti ke-10 sampai persentil ke-90 pada
kurva pertumbuhan intra uterin (Surasmi dkk, 2003).
3) Bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum 37 minggu kehamilan
(dihitung dari hari pertama haid terakhir), mempunyai masa gestasi
yang pendek (Markum, 2003).
b. Etiologi bayi prematur

Faktor-faktor penyebab kelahiran bayi prematur menurut


Manuaba (2008), adalah :
1) Faktor ibu

a) Gizi saat hamil yang kurang

b) Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

c) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat penyakit menahun ibu


seperti hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok)
d) Faktor pekerja terlalu berat

2) Faktor kehamilan

a) Hamil dengan hidramnion

b) Hamil ganda

c) Perdarahan antepartum

d) Komplikasi hasil pre-eklampsia/ eklampsia ketuban pecah dini

3) Faktor janin

a) Cacat bawaan

b) Infeksi dalam rahim

4) Faktor masalah yang belum diketahui.


c. Patofisiologi

Alat tubuh yang prematur belum berfungsi seperti bayi matur. Oleh
karena itu ia mengalami banyak kesulitan hidup untuk di luar uterus
ibunya bersangkutan dengan kerja sempurna alat-alat dalam tubuhnya
maka mudah timbul komplikasi, diantaranya :
1) Suhu tubuh

a) Pusat pengatur suhu tubuh masih belum sempuran

b) Luas badan bayi relatif besar, sehingga penguapannya bertambah

c) Otot bayi masih lemah

d) Lemak kulit dan lemak coklat kurang, sehingga cepat kehilangan


panas badan
e) Kemampuan metabolisme panas masih rendah

2) Pernafasan

a) Pusat pengaturan pernapasan belum sempurna

b) Surfaktan paru-paru masih kuarang, sehingga perkembangannya


tidak sempurna
c) Otot pernapasan dan tulang iga lemah

d) Dapat disertai penyakit

3) Alat pencernaan makanan

a) Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makan dengan


banyak lemah atau kurang baik
b) Aktifitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna,
sehingga pengosongan lambung berkurang
c) Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan
aspirasi pneumonia
4) Hepar yang belum matang (immature)

Mudah menimbulkan pemecahan bilirubin,sehingga mudah terjdi


hiperbilirubinemia (kuning) sampai kern ikterus.
5) Ginjal masih belum matang

Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih


belum sempurna sehingga mudah terjadi oedema.
6) Perdarahan dalam otak

a) Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah.

b) Sering mengalami gangguan pernapasan, sehingga mudah terjadi


perdarahan dalam otak.
c) Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan
kematian bayi.
d) Pemberian O2 belum mampu diatur sehingga mempermudah
terjadi perdarahan dan nekrosis (Manuaba, 2008).
Patofisiologi Bayi Baru Lahir dengan Prematur

Bayi Baru Lahir Prematur

Etiologi :
Faktor ibu BBLR
Faktor kehamilan
Faktor janin
Faktor yangbelum Diagnosa Bayi Lahir Prematur
diketahui

Sebelum lahir Sesudah lahir


1) Kurang gizi 1) Berat badan
2) Hipoksia 2) Rendah
3) Asfiksia
Berat badan lahir rendah
4) KU lemah

Dismatur

Penanganan :
1) Jaga suhu tubuh
Bayi sembuh :
2) Cegah infeksi
3) Pengawasan nutrisi 1) Kenaikan BB
4) Penimbangan 2) KU membaik
5) Kolaborasi dokter 3) Bayi dibawa pulang
Gambar 2.1 Patofisiologi Bayi Baru Lahir dengan Prematur (modifikasi)
Sumber : Manuaba, 2008
d. Karakteristik bayi prematur

Tanda klinis yang tampak sangat bervariasi bergantung pada usia


kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin kecil umur kehamilan saat
dilahirkan makin besar pula perbedannya dengan bayi yang lahir cukup
bulan.
Tanda-tanda bayi prematur antara lain :

1) Umur kehamilan sama dengan kurang dari 37 minggu

2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gr

3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm

4) Kuku panjang sudah melewati ujung jari

5) Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas

6) Lingkaran kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm

7) Lingkaran dada sama dengan atau kurang dari 30 cm

8) Rambut lanugo masih banyak

9) Jaringan lemak subutan tipis atau kurang

10) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya


sehingga seolah-olah tidak teraba Tulang rawan daun telinga
11) Tumit mengkilap, telapak kaki halus

12) Alat kelamin pada laki-laki, pigmenasi dan rugae pada skrotum
kurang. Testis belum turun kedalam skrotum. Untuk bayi perempuan
klitoris menonjol. Labia minora belum tertutup oleh labia miyora.
13) Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya
lemah.
14) Fungsi saraf belum atau kurang matang maengakibatakan refleks
hisap dan menelan serta batuk masih lemah atau tidak efektif dan
tangisannya lemah.
15) Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot
dan jaringan lemak masih kurang
16) Verniks caseosa tidak ada atau sedikit (Surasmi dkk, 2003)

Sedangkan menurut Wiknjosastro (2005) tanda dan gejala yang


muncul selain tersebut di atas, adalah sebagai berikut : kepala reatif besar
dari pada badannya, kulitnya tipis transparan, lanugonya banyak, lemak
subcutan kurang, sering tampak paristaltik usus, tangisannya lemas dan
jarang, pernapasan tidak teratur dan sering timbul apnoe, otot-otot masih
hipotonik sikap selalu dalam keadaan kedua paha dalam abduksi. Sendi
lutut dan pergelangan kaki dalam fleksi atau lurus dan kepala mengarah
ke satu sisi. Reflek tonok leher lemah dan reflek moro negatif, daya isap
lemah terutama pada hari-hari pertama, frekuensi nadi berkisar antara
100-140 per menit, frekuensi pernapasan 40-50 per menit. Bila bayi lapar
akan menangis, gelisah dan menggerak-gerakkan tangannya.
e. Penatalaksanaa bayi prematur

1) Menurut Wiknjosastro (2005), hipotermia disebabkan oleh


permukaan tubuh bayi lebih luas dibandingkan dengan berat badan,
kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan kekurangan lemak
coklat. Cara mempertahankan suhu antara lain :
a) Bayi dengan berat badan kurang dari 2000 gram dirawat dalam
inkubator dengan suhu 350C dan untuk berat badan 2000-2500
gram dengan suhu 340C. Kelembaban antara 50-60%, suhu
inkubator dapat diturunkan 10C per minggu.
b) Bila inkubator tidak dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
memasang lampu di dekat tempat tidur bayi.
c) Dengan memakai alat prespexheat shield yang diselimuti bayi
dalam inkubator untuk mengurangi kehilangan panas karena
radiasi. Dan juga digunakan temperatur sensor yang ditempel pada
kulit bayi agar suhu kulit dapat dipertahankan pada derajat yang
telah ditetapkan sebelumnnya.
d) Badan bayi harus tetap kering untuk mencegah evaporasi.

e) Kamar bayi cukup sinar matahari pintu dan jendela dalam keadaan
tertutup untuk mencegah hilangnya panas secara radiasi dan
konveksi.
2) Pemberian makanan

Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna,


lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, kebutuhan protein 3
sampai 5 gr/kgBB dari kalori 110 kal/kgBB. pemberian minum bayi 3
jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung
untuk mengetahui Atresia Esophagus dan mencegah muntah. Refleks
menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya
sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang
lebih sering. ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok
perlahan-lahan atau memasang sonde pada lambung. Permulaan
cairan yang di berikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus
dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari (Manuaba,
2008).
3) Pencegahan infeksi

Bayi prematur mudah sekali terkena infeksi. Oleh karena itu


upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal,
sehingga tidak terjadi persalinan prematur, dan pada masa post natal,
yaitu keadaan ibu dan bayi mengizinkan maka bayi dirawat bersama
ibu dan diberi air susu ibu.
Tindakan septika dan antiseptika digalakkan, baik dirawat
gabung maupun bangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi ialah
infeksi silang melalui dokter, perawat, bidan, petugas lain yang
berhubungan dengan bayi. Untuk mencegah terjadinya infeksi maka:
a) Diadakan pemisahan antara bayi yang kena infeksi dengan bayi
yang tidak kena infeksi.
b) Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang
seorang bayi.
c) Membersihkan tempat tidur bayi segera sesudah tidak dipakai
lagi.
d) Membersihkan ruangan pada waktu-waktu tertentu.

e) Setiap bayi mempunyai perlengkapan sendiri.


f) Jika mungkin setiap bayi dimandikan di tempat tidur masing-
masing.
g) Petugas di bangsal bayi harus memakai pakaian yang telah
disediakan.
h) Petugas yang menderita penyakit menular (infeksi saluran
pernapasan, diare, conjungtivitas dan lain-lain) di larang merawat
bayi.
i) Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik-baiknya.

j) Para pengunjung orang sakit hanya boleh melihat bayi dari


belakang kaca (Winkjosastro, 2005).
4) Penimbangan ketat

Perubahan berat badan mencerminkan gizi/ nutrisi bayi erat


kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat
badan harus dilakukan dengan ketat (Saifuddin, 2003).
Penimbangan bayi umumnya dilakukan secara ketat setiap pagi,
siang, dan sore hari. Penimbangan dilakukan dengan cara melepas
semua pakaian yang dikenakan bayi (Abu Fais, 2010).
5) Memandikan

Jangan sekali-kali memandikan bayi prematur setiap hari. Bayi


hanya boleh dimandikan tiap beberapa hari sekali. Siapkan kamar
yang bersih dan aman untuk bayi, bayi prematur lebih rentan dengan
infeksi dan penyakit karena daya tahan tubuhnya belum sempurna,
jauhnya bayi dari lingkungan yang berpolusi debu (Abu Fais, 2010).
Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Prematur

Bayi baru lahir dengan prematur

BBLSR (>1500 BBLR (1500-2500


sf

Komplikasi :
Tidak ada Bayi sianosis/ sukar
Sukar bernafas
bernafas (frekuensi < 30/
Kesukaran
pemberian minum 1) Rooming in
Ikterus 2) Dorongan ibu untuk
Infeksi Penatalaksanaan :
mulai menyusui
satu jam pertama Beri O2 lewat kateter
3) Cegah infeksi
4) Pengawasan nutrisi
5) Menjaga suhu

Penatalaksanaan :
1) Beri O2 lewat kateter hidung/
Nasal prong
2) Beri minuman melalui NGT
menggunakan pipet Berat badan bayi
3) Menjemur bayi di pagi hari
normal
4) Berikan gentamisin, 4 mg/ kg BB
IM benzil penisillin
5) Bungkus bayi dan hangatkan

Gambar 2.2 Penatalaksanaan bayi baru lahir prematur (modifikasi)


Sumber : Saifuddin (2003)
f. Klasifikasi bayi prematur

Klasifikasi bayi prematur berdasarkan atas timbulnya bermacam-


macam problematika pada derajat prematurisasi dalam Wiknjosastro
(2005) menggolongkan menjadi :
1) Bayi yang sangat prematur (extremely prematur) 24-30 minggu
Bayi pada masa gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar
hidup terutama di negara yang belum atau sedang berkembang. Bayi
dengan masa gestasi 28-30 minggu masih mungkin dapat hidup
dengan perawatan yang sangat intensif (perawatan yang sangat terlatih
dan menggunakan alat-alat canggih), agar dicapai hasil yang
optimum.
2) Bayi derajat prematur sedang (moderately prematur) 31-36 minggu
Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh lebih baik
dari golongan pertama dan gejala sisa yang dihadapi di kemudian hari,
jauh lebih ringan asal saja pengelolaan terhadap bayi itu betul- betul
intensif.
3) Barderlain prematur

Masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat-sifat


prematur dan matur. Biasanya berat badan seperti bayi mature dan
dikelola seperti bayi mature. Akan tetapi sering timbul problematika
seperti yang dialami bayi prematur, misalnya sindroma gangguan
pernapasan, hyper billirunemia, daya isap yang lemah dan sebagainya,
sehingga bayi ini harus diawasi dengan seksama.
g. Komplikasi bayi prematur

Dibawah ini akan diuraikan secara singkat beberapa penyakit


yang ada hubungannya dengan bayi prematur.
1) Sindrom gangguan pernapasan idiopatik atau penyakit

membranhialin.

Penyebab kelainan ini adalah kekurangan surfaktan, suatu zat aktif


pada alveoli yang mencegah kolaps paru dan dapat menyebabkan
kemampuan paru-paru untuk mempertahankan stabilitas menjadi
menjadi terganggu. Selain itu otot pernapasan dan tulang iga masih
lemah dan pusat pengatur pernapasan lebih sempurna.
2) Pneumonia aspirasi

Sering ditemukan pada bayi prematur karena reflek menelan dan


batuk belum sempurna. Penyakit ini dapat dicegah dengan perawatan
yang baik, antara lain dengan selalu menyendawakan bayi sesudah
minum.
3) Perdarahan intraventrikuler

Perdarahan spontan di rentrikel otak otak lateral biasanya dikarenakan


pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah,
sehingga terjadi anoksia otak.
4) Hiperbilirubinemia

Bayi prematur lebih sering mengalami hiperbilirubinemia sampai kern


ikterus dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan
karena faktor kematangan hepar yang masih imatur
sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum
sempurna.
5) Gangguan imunologik

Daya tahan tubuh terhadap infeksi belum memadai karena


kemampuan leukosit masih kurang, sehingga pembentukan antibody
belum sempurna serta rendahnya kadar Ig G atau gamma globulin.
6) Gangguan pencernaan dan problem nutrisi

Aktifitas alat pencernaan makanan masih belum sempurna, sehuingga


penyerapan makanan kurang baik, serta pengosongan lambung juga
berkurang. Selain itu juga mudah terjadi regurgtasi isi lambung dan
dapat menyebabkan aspirasi pneumonia.
7) Hipotermia

Hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan


panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas
karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup mamadai, lemak
subkutan yang sedikit, belum matang sistem saraf pengatur suhu
tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan
berat badan sehingga mudah kehilangan panas (Winkjosastro, 2005).
B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang


digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan ketrampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan satu keputusan yang
berfokus pada pasien (Varney, 2008).
2. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dimana


setiap langkah disempurnakan secara sistematis. Proses dimulai dari
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah
tersebut adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : Pengkajian

Pengkajian adalah langkah vital yang dipakai dalam menerapkan asuhan


kebidanan pada pasien (Varney, 2008). Pada tahap ini semua data dasar dan
informasi tentang pasien dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi
keadaan pasien, yaitu :
a. Data subyektif

Data subyektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu
pendapatan terhadap suatu situasi dari kajadian (Nursalam, 2003)
meliputi :
1) Identitas / biodata antara lain :

a) Nama bayi : Untuk mengetahui identitas bayi.


b) Umur bayi : Untuk mengetahui umur bayi yang nantinya

disesuaikan dengan tindakan yang akan


dilakukan.
c) Tanggal/jam/lahir : Untuk mengetahui kapan bayi lahir

disesuaikan dengan hari perkiraan lahir.

d) Barat badan : Untuk mengetahui kesesuaian antara berat

badan dengan umur kehamilan bayi prematur.


Normalnya 2500 gr – 3500 gr (Hidayat, 2009).
Pada kasus bayi premature berat badan
kurang dari 2500 gr (Surasmi, 2003).
e) Panjang badan : Untuk mengetahui kesesuaian antara panjang

badan dan umur kehamilan pada bayi


prematur. Normalnya 45 – 50 cm (Hidayat,
2009). Pada bayi premature panjang badan
kurang dari 46 cm (Surasmi, 2003).
f) Nama ibu/ ayah : Untuk mengetahui identitas orang tua bayi.

g) Umur : Pada kasus umur ibu yang kurang dari 20

tahun atau lebih dari 35 tahun dapat


menyebabkan terjadinya bayi prematur.
h) Suku bangsa : Berguna untuk mengetahui faktor pembawa

ras.
i) Agama : Untuk mengetahui motivasi kepada

keluarganya sesuai dengan agamanya.

j) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pendidikan

yang nantinya penting dalam memberikan


KIE tentang perawatan bayi.
k) Pekerjaan : Untuk mengetahui gambaran keadaan

sosial ekonomi berhubungan dengan


kemampuan dalam mencukupi kebutuhan
nutrisi.
l) Alamat : Untuk mendapatkan gambaran tentang

tempat dimana pasien tinggal.

2) Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang harus dinyatakan secara singkat


dan menggunakan bahasa yang dipakai si pemberi keterangan
(Varney, 2008). Pada kasus bayi baru lahir dengan premature keluarga
mengatakan berat badannya kurang dari 2500 gr, lahir dengan umur
kehamilan kurang dari 37 minggu.
3) Riwayat kehamilan sekarang

Berisi hari pertama haid terakhir (HPHT), hari perkiraan lahir (HPL),
frekuensi pemeriksaan ante natal (ANC), yang memeriksa, keluhan,
imunisasi, golongan darah ibu dan ayah, ibu hamil beberapa dan
keadaan sekarang bagaimana (Wiknjosastro, 2005). Pada kasus bayi
premature disebabkan karena hamil dengan hidramnion, hamil ganda
dan perdarahan antepartum (Manuaba, 2008).
4) Riwayat penyakit kehamilan

Untuk mengetahui adanya perdarahan, preklamasi, eklampsi,


inkompetensi serviks, uterus bikornis, trauma pada masa kehamilan
baik fisik maupun psikologis sebagai penyebab kelahiran prematur
(Mochtar, 2003).
5) Kebiasaan ibu sewaktu hamil

Untuk mengetahui kebiasaan ibu yaitu pola makan, obat-obatan, jamu,


merokok, minum alkohol dan lain-lain (Mochtar, 2002). Pada bayi
premature biasanya terjadi pada ibu hamil yang gizinya kurang.
6) Riwayat persalinan sekarang

Berisi tentang jenis persalinan, penolong, lama persalinan dari kala I


sampai kala IV, keadaan anak, jumlah air ketuban, dan adakah
komplikasi dalam persalinan (Wheeler, 2003).
b. Data obyektif

Data obyektif adalah data yang didapatkan dari observasi dan


diukur (Nursalam, 2009). Hal ini diperoleh dari pemeriksaan bayi yang
meliputi :
1) Pemeriksaan khusus

Dilakukan dengan pemeriksaan apgar score pada menit pertama,


kelima dan kesepuluh.
Tabel 2.1
Nilai apgar (NA)
Skor 0 1 2 NA
Seluruh tubuh
Apperance Badan merah
Pucat kemerah-
(warna kulit) Ekstremitas biru
merahan
Pulse rate
Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
(frekuensi nadi)
Grimace (reaksi Sedikit gerakan
Tidak ada Batuk/ bersin
rangsangan) mimic (grimace)
Activity (tonus Ekstrimitas dalam
Tidak ada Gerakan aktif
otot) sedikit fleksi
Lemah/ tidak
Respiration Tidak ada Baik/ menangis
teratur
Jumlah
(sumber : Varney, 2007)

2) Pemeriksaan umum

a) Untuk mengetahui keadaan umum bayi meliputi tingkat


kesadaran (sadar penuh, apatis, gelisah, koma) gerakan yang
ekstrim dan ketegangan otot (Alimul, 2004). Pada kasus bayi
dengan prematur keadaan umumnya sadar penuh (Arief, 2009).
b) Untuk mengetahui tanda-tanda vital (TTV) meliputi :

(1) Suhu

Temperatur axilla yaitu 36,40C sampai 37,20C. (Strigh,


2004). Pada bayi dengan prematur suhu tubuh normal, tetapi
mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di
lingkungan yang dingin (Wiknjosastro, 2005)
(2) Pernapasan (respirasi rate)

Dinilai saat pernapasan dan bunyi nafas dalam 1 menit


pernapasan normal normal 30-60 x/menit (Strigh, 2004).
Pada bayi prematur frekuensi pernapasan tidak teratur, dan
sering timbul apnea (Wiknjosastro, 2005).
(3) Denyut jantung

Dinilai kecepatan, irama, kekuatan dalam 1 menit. Denyut


jantung normal 120-160 x/menit (Strigh, 2004). Pada bayi
prematur denyut jantung seperti bayi normal, yaitu 100-140
kali per menit (Wiknjosastro, 2005).
3) Pemeriksaan fisik sistematis

a) Kepala : Bentuk mesochepal atau mikrocephal serta adakah


kelainan cephal hematom, caput succadeneum dan
frontale sudah tertutup atau belum (Wiknjosastro,
2005). Pada bayi prematur batas dahi dan rambut
tidak jelas, rambut lanugo masih banyak (Surasmi,
2003).
b) Mata : Untuk mengetahui conjungtiva berwarna kemerahan
atau tidak, sklera berwarna atau tidak (Alimul,
2004).
c) Telinga : Adakah kotoran atau cairan, bagaimana tulang rawan
daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun
telinga (Surasmi, dkk, 2003).
d) Hidung : Adakah nafas cuping, kotoran yang menyumbat dijalan
nafas (Surasmi, dkk, 2003)
e) Mulut : Adakah sianosis dan bibir kering. adakah kelainan
labioskisis, labiopalastoskisis (Surasmi, dkk, 2003)
f) Leher : Adakah pembesaran kelenjar thyroid
(Surasmi, dkk,2003).
g) Dada : Adakah pembesaran buah dada, pernapasan, adakah
retraksi, frekuensi bunyi jantung, adakah kelainan
(Surasmi, dkk, 2003)
h) Abdomen : Bentuk, pembesaran hati dan limfa, tali pusat berdarah
atau tidak, jumlah pembuluh darah pada tali pusat,
warna tali pusat, sering tampak peristaltic usus
(Surasmi, dkk,2003).
i) Kulit : Ada atau tidak kemerahan pada kulit atau
pembengkakan, postula, luka atau trauma, bercak
atau tanda abnormal pada kulit, elastisitas kulit,
serta ada tidaknya ruam popok (Hidayat, 2009).
Pada bayi premature jaringan subkutan kulit tipis
atau kurang (Surasmi, 2003).
j) Genetalia : Jika laki-laki apakah testis sudah turun pada skrotum, jika
perempuan apakah labia mayora sudah menutupi
labia minora (Saifuddin, 2003). Pada kasus bayi
prematur pada laki-laki pigmenasi dan rugae pada
skrotum kurang, testis belum turun ke dalam skrotum,
untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora
belum tertutup oleh labia mayora (Surasmi, 2003).
k) Ekstremitas : Adakah kelainan seperti polidaktili atau

sinidaktili, adakah tulang yang retak misalnya

clavicula (Varney, 2007).

l) Tulang punggung : Adakah pembengkakan atau ada spina


bivida (Aimul, 2004).
m) Anus : Adakah lubang (Surasmi dkk, 2003).

4) Pemeriksaan reflek

a) Reflek moro

Lengan ekstensi, jari-jari mengembang, kepala terlempar ke


belakang, dan tungkai sedikit ekstensi. Lengan kembali ke tengah
dengan tangan menggenggam. Tulang belakang dan ekstremitas
bawah ekstensi. Pada bayi prematur reflek moro negatif
(Wiknjosastro, 2005).
b) Reflek rooting

Sentuhan pada pipi ataubibir menybabkan kepala menoleh ke


arah sentuhan. Pada bayi prematur reflek rooting lemah (Strigh,
2004).
c) Reflek suching

Reflek menghisap dengan kuat dalam berespon terhaap stimulasi.


Pada bayi prematur reflek menghisap dan menelan belum
sempurna (Hidayat, 2005).
d) Reflek plantar

Jari-jari kaki bayi akan melekuk ke bawah bila jari diletakkan


didasar Jari-jari kakinya. Pada bayi prematur reflek plantar
berkurang (Strigh, 2004).
e) Reflek tonic neck

Bayi melakukan perubahan posisi bila kepala diputar ke satu sisi.


Normalnya reflek ini tidak terjadi setiap kali kepala diputar. Pada
bayi reflek tonic leher lemah (Wiknjosastro, 2005).
f) Reflek plamar

Jari bayi melekuk di sekeliling benda dan menggenggamnya


seketika bila jari diletakkan di telapak tangan (Strigh, 2004). Pada
bayi prematur reflek menggenggam masih lemah (Hidayat,
2005).
g) Reflek staping

Kaki bayi bergerak ke atas dan ke bawah bila disentuhkan ke


permukaan yang keras. Pada bayi reflek bayi berkurang (Strigh,
2004).
5) Pemeriksaan antropometri

Pada bayi baru lahir, perlu dilakukan pengukuran antropometri


seperti berat badan, di mana berat badan yang normal adalah sekitar
2.500 – 3.500 gram, berat badan bayi prematur yaitu kurang dari 2500
gram, panjang badan bayi baru lahir normal lebih dari 45 cm, bayi
prematur kurang dari 40 cm, lingkar kepala bayi baru lahir normal
yaitu lebih 30 cm sedangkan lingkar kepala bayi prematur kurang dari
30 cm, lingkar dada bayi baru lahir nomal yaitu lebih dari 30 cm
sedangkan bayi prematur kurang dari 30 cm.
6) Pola eliminasi

Untuk mengetahui fungsi sistem pencernaan dan metabolisme tubuh


meliputi : BAB dan BAK (Wiknjosastro, 2005). Pada kasus bayi
premature BAB dan BAK normal antara 6 – 8 kali perhari (Kosim,
2003).
c. Data penunjang

Untuk mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan


pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan laborat dan rontgen serta
terapi dokter. Pada bayi prematur biasanya dilakukan pemeriksaan Hb dan
golongan darah (Wiknjosastro, 2005).
Langkah 2 : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukakan identifikasi terhadap diagnosa/ masalah


berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan.
1. Diagnosa kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam


lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nemenklatur diagnosa
kebidanan (Varney, 2007). Standar nemenklatur kebidanan meliputi :
a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi

b. Berhubungan langsung dengan praktek dokter

c. Memiliki ciri khas kebidanan

d. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan


Diagnosa kebidanan : Bayi baru lahir Ny. X umur…..dengan prematur
Dasar :

Data Subjektif :

-Ibu mengatakan umur kehamilannnya kurang dari 37 minggu

- Ibu mengatakan bayinya lahir dengan prematur


Data Objektif :
1) KU,Kesadaran

2) TTV meliputi Nadi,Respirasi,Suhu

3) Berat badan kurang dari 2500 gram

4) Panjang badan kurang dari 46 cm

5) Lingkar kepala kurang dari 33 cm

6) Lingkar dada kurang dari 30 cm

7) Rambut lanugo masih banyak

8) Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas

9) Kuku panjang sudah melewati ujung jari

10) Jaringan lemak subutan tipis atau kurang

11) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya

12) Tumit mengkilap, telapak kaki halus

13) Alat kelamin pada laki-laki, pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang. Testis belum turun kedalam skrotum. Untuk bayi
perempuan klitoris menonjol. Labia minora belum tertutup oleh
labia mayora.
14) Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan
pergerakannya lemah.
15) Verniks caseosa tidak ada atau sedikit
16) Apgar score
17) Reflek hisap masih lemah

2. Masalah

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang


ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa. Masalah
tidak dapat diidetifikasi seperti diagnosa, tetapi membutuhkan penanganan
(Varney, 2007). Masalah yang sering timbul pada bayi prematur adalah suhu
tubuh rendah dan refleks hisap lemah (Wiknjosastro, 2005).
3. Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dbutuhkan oleh pasien dan belum


teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah (Varney, 2007). Hal ini
didapatkan dengan melakukan analisa data pada bayi prematur. Kebutuhan
bayi prematur antara lain pemberian rasa nyaman dan hangat, pemenuhan
nutrisi (Manuaba, 2008).
Langkah 3 : Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi dangan hati-hati dan kritis


pola atau kelompok tanda dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan
untuk membantu pasien mengatasi atau mencegah masalah-masalah yang
spesifik (Varney, 2007). Oleh karena itu membutuhkan antisipasi pencegahan
serta pengawasan dengan mempersiapkan tindakan bila benar-benar terjadi.
Pada bayi prematur potensial terjadi hipotermi (Saifuddin, 2003).
Langkah 4 : Antisipasi

Langkah ini bila ada kegawatan maka bidan harus bertindak segera
menentukan bentuk kolaborasi yang paling tepat untuk keselamatan pasien
(Varney, 2007). Pada bayi prematur biasanya dirawat di dalam incubator
dengan suhu 350C, bungkus bayi dan memasang lampu di dekat tempat tidur
bayi ( Saifuddin, 2003).
Langkah 5 : Perencanaan Asuhan

Perencanaan asuhan adalah suatu tindakan yang tepat untuk mengatasi


masalah/ kebutuhan pasien secara efektif selanjutnya berfungsi untuk
menentukan aktifitas dari semua petugas perawatan kesehatan yang terlibat
dalam perawatan pasien, sehingga akan memberikan kontribusi, berpartisipasi
dan memangku tanggung jawab atas perawatan merekasendiri dan mencapai
tujuan dan hasil yang diharapkan (Varney, 2007). Rencana asuhan pada bayi
baru lahir dengan prematur antara lain :
1. Lakukan pemantauan terhadap tanda-tanda vital yaitu : suhu, respirasi,
dan heart rate (Strigh, 2004).
2. Jaga suhu tubuh bayi dan cegah infeksi (Wiknjosastro, 2005).

3. Berikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan bayi dengan kolaborasi dokter


spesialis anak (Manuaba, 2008).
4. Lakukan penimbangan secara ketat (Saifudin, 2006).

5. Mandikan bayi tiap beberapa hari sekali dan kaji reflek hisap
(Surasmi, 2003).
Langkah 6 : Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh


dari perencanaan (Varney, 2007). Pada saat tertentu bidan bisa berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain, tetapi bidan tetap bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan prematur.
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan premature

yaitu :

1. Melakukan pemantauan terhadap tanda-tanda vital yaitu : suhu, respirasi,


dan heart rate (Strigh, 2004).
2. Mencegah hipotermi, menjaga kehangatan bayi dan meletakkan bayi
dalam inkubator (Wiknjosastro, 2005).
3. Mencegah infeksi pada bayi prematur

4. Memberikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan bayi dengan kolaborasi


dokter spesialis anak (Manuaba, 2008).
5. Melakukan penimbangan secara ketat (Saifudin, 2003).

6. Memandikan bayi tiap beberapa hari sekali dan kaji reflek hisap
(Surasmi, 2003).
Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan sebuah perbandingan dari hasil yang aktual dengan


hasil yang diharapkan. Dilakukan penilaian apakah rencana asuhan yang telah
disusun dapat terlaksana dan terpenuhi kebutuhannya seperti yang telah
diidentifikasi dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2007) .
Evaluasi pada bayi baru lahir prematur menurut Saifudin (2003) adalah
:
a. KU : baik

b. Gerakan bayi aktif

c. Nutrisi terpenuhi

d. Reflek hisap bayi kuat

e. BB meningkat

DAFTAR PUSTAKA
Alimul, H. A. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia. Buku Saku Praktikum. Jakarta :
EGC.

Arif, ZR, dkk. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta :
Nuha Offset.

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka


Cipta.

Depkes RI. 2004. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak.

Hasan, I. 2003. Metodologi Penelitian dan Aplikasi. Jakarta : Ghalia


.

Hidayat, A.A.A. 2005. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Kosim, M. Sholeh. 2003. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir
Untuk Dokter, Bidan Dan Perawat Di Rumah Sakit. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.

Manuaba, I. B. G. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi. Cetakan I. Jakarta :


EGC.

Markum, A.H. 2004. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta : EGC


.

Anda mungkin juga menyukai