Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KIMIA BAHAN GALIAN


PERUSAHAAN PERTAMBANGAN

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 8
MIA AUDINA MZ (E1M015047)
ZELISA NUDIA FITRI (E1M015071)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MATARAM
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi sumber daya alam (renewable
dan non renewable). Penguasaan dan pengelolaan potensi sumber daya alam di Indonesia
secara konstitusional diatur dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar (UUD) 1945
yang menyebutkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hak
Penguasaan Negara merupakan wewenang untuk mengatur, mengurus, dan mengawasi
pengelolaan atau pengusahaan bahan galian, serta berisi kewajiban untuk
mempergunakannya sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Kegiatan pembangunan pada hakekatnya adalah kegiatan manusia dalam menggali


dan mengolah sumber daya alam. Untuk tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat Indonesia maka diselenggarakan berbagai macam kegiatan usaha dan produksi yang
menunjang pembangunan. Salah satu kegiatan usaha yang menunjang pembangunan di
Indonesia adalah sektor pertambangan. Pertambangan dalam Pasal 1 butir ke 1 Undang-
undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara selanjutnya
disebut UU Minerba adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang rneliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan
dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.

Usaha pertambangan bertujuan untuk mengolah bahan galian yang berada di dalam
bumi agar dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh semua umat manusia untuk
melangsungkan kehidupannya agar tercapai kesejahteraan dan kemakmuran. Dalam Pasal
34 UU Minerba, usaha pertambangan dikelompokkan atas pertambangan mineral dan
pertambangan batubara. Pertambangan mineral digolongkan atas pertambangan mineral
radio aktif, pertambangan mineral logam, pertambangan mineral bukan logam,
pertambangan batuan. Berdasarkan hal tersebut dengan adanya usaha pertambangan
sehingga makalah ini bertujuan untuk mengetahui syarat-syarat izin usaha pertambangan
mineral logam, bukan logam, batuan dan batubara.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan usaha pertambangan ?
2. Apa saja jenis-jenis usaha pertambangan ?
3. Apa yang dimaksud dengan kuasa pertambangan ?
4. Apa saja persyaratan dan prosedur pemohonan SIPD ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu usaha pertambangan
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis usaha pertambangan
3. Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan kuasa pertambangan
4. Untuk mengetahui persyaratan dan prosedur SIPD
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Usaha Pertambangan

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Mineral adalah senyawa
anorganik yang terbentuk dialam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta
susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk
lepas atau padu. Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk
secara alamiah dari sisa tumbuhtumbuhan. Pertambangan Mineral adalah pertambangan
kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas
bumi, serta air tanah. Pertambangan Batubara adalah pertambangan endapan karbon yang
terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal.

Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau


batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
pascatambang. Adapun izin dalam usaha pertambangan ada Izin Usaha Pertambangan
(IUP) yang dibagi lagi menjadi IUP Eksplorasi dan IUP Produksi, Izin Usaha
Pertambangan Khusus (IPK) dan Izin Usaha Pertambangan Rakyat.

 Adupun kegiatan dalam usaha pertambangan :

a. Penyelidikan Umum adalah tahapan kegiatan


pertambangan untuk mengetahui kondisi geologi regional
dan indikasi adanya mineralisasi.

b. Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan


untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti
tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan
sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi
mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup.
c. Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha
pertambangan untuk memperoleh informasi secara rinci
seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan
kelayakan ekonomis dan teknis usaha pertambangan,
termasuk analisis mengenai dampak lingkungan serta
perencanaan pascatambang.

d. Operasi Produksi adalah tahapan kegiatan usaha


pertambangan yang meliputi konstruksi, penambangan,
pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan dan
penjualan, serta sarana pengendalian dampak lingkungan
sesuai dengan hasil studi kelayakan.

e. Konstruksi adalah kegiatan usaha pertambangan untuk


melakukan pembangunan seluruh fasilitas operasi
produksi, termasuk pengendalian dampak lingkungan.
19. Penambangan adalah bagian kegiatan usaha
pertambangan untuk memproduksi mineral dan/atau
batubara dan mineral ikutannya.

f. Pengolahan dan Pemurnian adalah kegiatan usaha


pertambangan untuk meningkatkan mutu mineral
dan/atau batubara serta untuk memanfaatkan dan
memperoleh mineral ikutan.

g. Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan


untuk memindahkan mineral dan/atau batubara dari
daerah tambang dan/atau tempat pengolahan dan
pemurnian sampai tempat penyerahan.

h. Penjualan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk


menjual hasil pertambangan mineral atau batubara.
2. Jenis-jenis Usaha Pertambangan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2010, ada 3 (tiga) jenis izin yang
dikeluarkan oleh Pemerintah (Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota) sesuai dengan
kewenangannya, yaitu :
1. Izin Usaha Pertambangan disebut (IUP) adalah izin untuk melaksanakan usaha
pertambangan.
 Diberikan kepada Badan Usaha, Koperasi dan Perseroan melalui cara pelelangan.
 Diberikan dua tahap izin IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi.
 Diberikan hanya untuk satu jenis mineral atau batubara.
 Diberikan oleh Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.
2. Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) adalah izin untuk melaksanakan usaha
pertambangan di wilayah izin usaha pertambangan khusus.
 Diberikan oleh Menteri.
 Diberikan pada Wilayah pencadangan negara.
 Diberikan kepada Badan Usaha yang berbadan hukum Indonesia, BUMN, BUMD
dan Badan Usaha Swasta.
3. Izin Pertambangan Rakyat (IPR) adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan
dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas.
 Diberikan oleh Bupati/Walikota.
 Diberikan untuk perseorangan, kelompok masyarakat dan koperasi.
Usaha pertambangan yang ada di Indonesia digolongkan jadi dua jenis yaitu:
a. Pertambangan Mineral
Pertambangan mineral merupakan pertambangan dari kumpulan mineral yang
berupa biji atau batuan, diluar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.
pertambangan mineral dibagi menjadi beberapa golongan yaitu diantaranya :
1. Pertambangan mineral radioaktif
2. Pertambangan mineral logam
3. Pertambangan mineral bukan logam
4. Pertambangan batuan
b. Pertambangan batu bara
Pertambangan batu bara adalah pertambangan endapan karbon yang terdapat di
dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut dan batuan aspal.
Usaha pertambangan tersebut tidak bisa dijalankan jika perusahaan pertambangan
tidak mempunyai IUP. sebagaimana dijelaskan dalam pasal 36 UU minerba dapat
dikategorikan menjadi dua yaitu IUP eksplorasi dan IUP operasi produksi.

3. Pengertian Kuasa Pertambangan (KP)

Istilah Kuasa Pertambangan atau KP tidak diatur lagi di dalam UU 4/2009. Istilah KP ini
tertuang di dalam Pasal 2 huruf I UU 11/1967 yang menyebutkan bahwa kuasa pertambangan
adalah wewenang yang diberikan kepada badan/perseorangan untuk melaksanakan usaha
pertambangan. Di dalam Ketentuan Peralihan UU 4/2009 hanya diatur tentang Kontrak Karya
dan PKP2B. Pengaturan KP tertuang di dalam Pasal 10 ayat (1) UU 11/1967 yang
menyebutkan bahwa Menteri dapat menunjuk pihak lain sebagai kontraktor apabila
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang belum atau tidak dapat
dilaksanakan sendiri oleh Instansi Pemerintah atau Perusahaan Negara yang bersangkutan
selaku pemegang kuasa pertambangan.

Melalui penerbitan PP 23/2010, di dalam Pasal 112 tentang Ketentuan


Peralihan,permasalahan payung hukum KP menjadi terselesaikan. Di dalam ketentuan
tersebut di antaranya diatur bahwa kuasa pertambangan, surat izin pertambangan daerah, dan
surat izin pertambangan rakyat, yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan sebelum ditetapkannya PP 23/2010 tetap diberlakukan sampai jangka waktu
berakhir serta wajib:

1. disesuaikan menjadi IUP atau IPR sesuai dengan ketentuan PP 23/2010 dalam jangka
waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak berlakunya PP 23/2010 dan khusus BUMN
dan BUMD, untuk IUP Operasi Produksi merupakan IUP Operasi Produksi pertama;
2. menyampaikan rencana kegiatan pada seluruh wilayah kuasa pertambangan sampai
dengan jangka waktu berakhirnya kuasa pertambangan kepada Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya;
3. melakukan pengolahan dan pemurnian di dalam negeri dalam jangka waktu paling
lambat 5 (lima) tahun sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Didalam meandirikan suatu perusahaan penggalian atau pertambangan memiliki perundang-
undangan. Tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia pada umumnya dan
peraturan pertambangan adalah :

1. Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 33 ayat 3 : “Bumi dan
Air dan Kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran Rakyat.
2. TAP MPR
o Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR RI/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan
Negara Tahun 1999-2004, khususnya Bab IV Arah Kebijakan Hurup H
Sumber daya Alam dan Lingkungan Hidup angka 4, yang menyatakan:
“Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan
lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi
dan budaya masyarakat lokal, serta penataan ruang, yang pengusahaannya
diatur dengan undang-undang”.
o Demikian juga pada Ketentuan Ketetapan MPR RI Nomor IX/MPR/2001
tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber daya Alam, khususnya
Pasal 6 yang menyatakan: “Menugaskan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
bersama Presiden Republik Indonesia untuk segera mengatur lebih lanjut
pelaksanaan pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alam serta
mencabut,mengubah dan/atau mengganti semua undang-undang dan peraturan
pelaksanaannya yang tidak sejalan dengan dengan Ketetapan ini.”

1. Undang-Undang Pokok
2. Peraturan Pemerintah
3. Peraturan/Keputusan/Instruksi Presidan
4. Peraturan/Keputusan/Instruksi Menteri
5. Peraturan Daerah. Tingkat Provinsi dan Kabupaten sesuai kewenangannya

8. Peraturan/Instruksi/Keputusan Gubernur dan Bupati sesuai kewenangannya.


Pada mulanya undang-undang pokok pertambangan di Indonesia adalah Undang-Undang No.
11 Tahun 1967 tentang Pokok Pertambangan. Undang-undang tersebut telah dilengkapi
dengan peraturan pelaksanaannya berupa Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Peraturan
Dirjen, Peraturan Daerah dan lain-lainnya. Sejak February 2009, Undang-Undang Pokok
Pertambangan diganti dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara.Sejak saat itu peraturan pemerintah, peraturan menteri, peraturan dirjen
dan peraturan daerah yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No. 11
Tahun 1967secara berangsur-angsur akan diganti. Sampai dengan bulan Juli 2010 peraturan
pelaksanaan dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 Undang-Undang No. 4 Tahun 2009baru
berupa:

1. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan.


2. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara. (telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No.
24 Tahun 2004 Click here for document. )
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaranan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
4. Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang.

Sedangkan peraturan pelaksanaan yang lainnya masih mengacu kepada peraturan


pelaksanaan Undang-Undang No. 11 Tahun 1967. Peraturan peraturan lama yang belum ada
penggantinya masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang No.
4 Tahun 2009.Peraturan pertambangan tersebut berlaku diseluruh wilayah negara kesatuan
Republik Indonesia tetapi belum dapat berlaku secara penuh apabila Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP) nya berdasarkan tata ruang yang berlaku berada di Kawasan Hutan.
Apabila Wilayah Izin Usaha Pertambangannya berada di kawasan hutan maka berlaku
ketentuan tambahan yang tercantum dalam pasal 38, 50 dan 78 Undang-Undang No. 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan. yang bunyinya sebagai berikut :
1. Pasal 38 ayat 3, 4 dan 5 UU No. 41 Tahun 1999

(3) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan dilakukan melalui


pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri dengan mempertimbangkan batasan luas dan
jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan.
(4) Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan dengan pola
pertambangan terbuka.

(5) Pemberian izin pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang berdampak
penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis dilakukan oleh Menteri atas persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat.

2. Pasal 50 ayat 3 UU 41 Tahun 1999

Menyebutkan bahwa “Setiap orang dilarang melakukan kegiatan penyelidikan umum atau
eksplorasi atau eksploitasi bahan tambang di dalam kawasan hutan, tanpa izin Menteri;
(kehutanan red)

3. Pasal 78 ayat (6)

Menyebutkan bahwa ” Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 38 ayat (4) atau Pasal 50 ayat (3) huruf g, diancam dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima
milyar rupiah)”.

Penjabaran ketentuan yang tercantum dalam undang-undang kehutanan tersebut tertuang


dalam ”

1. Peraturan Pemerintah 2 Tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif PNBP yang berasal dari
Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan diluar Sektor Kehutanan.
2. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan .
3. Peraturan Menteri Kehutanan no. P.38/Menhut-II/2012 tentang Perubahan atas
Permenhut no. P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan..

Mengingat kegiatan usaha pertambangan kalau tidak dikelola dengan baik sangat berpotensi
merusak lingkungan hidup maka kegiatan usaha pertambangan pun harus tunduk dengan
peraturan yang terkait dengan lingkungan hidup yaitu Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang merupakan pengganti dari
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan
Pelaksanaannya. Undang-undang ini juga relatif baru sehingga peraturan pelaksanaannya
masih yang banyak menggunakan peraturan lama dengan catatan asal tidak melanggar
ketentuan perundang-undangan yang baru. Penjabaran Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 –
dengan penjelasannya. Selain itu penjabarannya adalah melalui Peraturan Pemerintah No. 27
Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

Kecelakaan kerja di sektor pertambangan sangat potensial untuk dapat terjadi. Dalam rangka
pencegahannya maka dunia pertambanganpun harus tunduk ke peraturan yang terkait dengan
keselamatan dan kesehatan kerja. Peraturan perundang undangan yang terkait dengan
keselamatan kerja di sektor pertambangan :

1. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.


2. Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan Pengawasan
Keselamatan Kerja Bidang Pertambangan
3. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555.K/26/M.PE/1995 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-15/Men/VII/2005 Tentang Waktu Kerja dan
Istirahat Pada Sektor Usaha Pertambangan Umum Pada Daerah Operasi Tertentu.

Apabila kegiatan usaha pertambangan merupakan penanaman modal baik modal asing
maupun dalam negeri maka Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
dan peraturan pelaksanaannya juga terkait dengan Peraturan Pertambangan.

Apabila hasil tambang akan diekspor keluar negeri, maka peraturan Menteri Perdagangan No.
29/M-Dag/Per/5/2012 tentang Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan juga harus diikuti.

4. Persyaratan dan Prosedur SIPD

IUP eksplorasi adalah izin yang diberikan untuk kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi,
dan studi kelayakan dalam rangka pertambangan. Menurut Pasal 29 Peraturan Pemerintah
No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara (“PP 23/2010”), IUP eksplorasi diberikan berdasarkan permohonan dari badan
usaha, koperasi, dan perseorangan yang telah mendapatkan Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP). Dalam hal kegiatan eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan,
pemegang IUP eksplorasi yang mendapatkan mineral atau batubara yang tergali wajib
melaporkan kepada pemberi IUP.
 Persyaratan Untuk Memperoleh IUP Eksplorasi

Pasal 23 PP 23/2010 mengatur bahwa persyaratan IUP Eksplorasi meliputi persyaratan:

1. Administratif;
2. Teknis;
3. Lingkungan; dan
4. Finansial

A. Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk badan usaha


meliputi:

a. Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:

1. surat permohonan;

2. susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan

3. surat keterangan domisili.

b. Untuk IUP Eksplorasi mineral bukan logam dari batuan:

1. surat permohonan;

2. profil badan usaha;

3. akta pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah
disahkan oleh pejabat yang berwenang;

4. nomor pokok wajib pajak;

5. susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan

6. surat keterangan domisili.

Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk koperasi meliputi:

a. Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:


1. surat permohonan;

2. susunan pengurus; dan

3. surat keterangan domisili.

b. Untuk IUP Eksplorasi mineral bukan logam dan batuan:

1. surat permohonan;

2. profil koperasi;

3. akta pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah
disahkan oleh pejabat yang berwenang;

4. nomor pokok wajib pajak;

5. susunan pengurus; dan

6. surat keterangan domisili.

Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk orang perseorangan,


meliputi:

a. Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:

1. surat permohonan; dan

2. surat keterangan domisili.

b. Untuk IUP Eksplorasi mineral bukan logam dan batuan:

1. surat permohonan;

2. kartu tanda penduduk;

3. nomor pokok wajib pajak; dan

4. surat keterangan domisili.


Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf a untuk perusahaan firma dan
perusahaan komanditer meliputi:

a. Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:

1. surat permohonan;

2. susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan

3. surat keterangan

b. Untuk IUP Eksplorasi mineral bukan logam dari batuan:

1. surat permohonan;

2. profil perusahaan;

3. akta pendirian perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan;

4. nomor pokok wajib pajak;

5. susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan

6. surat keterangan domisili.

B. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam huruf b untuk IUP Eksplorasi,


meliputi:

1. daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga pertambangan dan/atau geologi yang
berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun;

2. peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai
dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional,

C. Persyaratan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam huruf c untuk IUP Eksplorasi


meliputi pernyataan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
D. Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud dalam huruf d untuk IUP Eksplorasi,
meliputi:

1. bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi; dan

2. bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang WIUP mineral logam
atau batubara sesuai dengan nilai penawaran lelang atau bukti pembayaran biaya
pencadangan wilayah dan pembayaran pencetakan peta WIUP mineral bukan logam atau
batuan atas permohonan wilayah.

 Prosedur SIPD
1. Pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada Gubernur Sumatera Utara
melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu dengan melampirkan syarat-syarat yang
telah ditetapkan.
2. Setelah permohonan tertulis diterima oleh Badan Pelayanan Perijinan Terpadu
maka Badan Pelayanan Perijinan Terpadu mengundang tim teknis Dinas
Pertambangan dan Energi dan beberapa tim teknis dari Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Kehutanan dan Dinas Lingkungan Hidup yang tergabung di dalamnya, untuk rapat
dan kemudian akan melakukan peninjauan lokasi pertambangan untuk memastikan
keadaan di lokasi tersebut layak atau tidak layak untuk melakukan usaha
pertambangan.
3. Kemudian izin akan segera diolah / diproses dan dapat diterbitkan selambat –
lambatnya 1 (satu) sampai 3 (tiga) bulan sejak diterimanya permohonan.
4. Gubernur melalui Badan Pelayanan Perijinan terpadu dapat mengabulkan atau
menolak permohonan izin setelah mendapatkan pertimbangan dari Tim dari Dinas
Pertambangan dan Energi serta beberapa tim teknis dari Dinas Pekerjaan Umum,
Dinas Kehutanan dan Dinas Lingkungan Hidup yang telah melakukan peninjauan
lokasi.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

1. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka


penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang.
2. Ada tiga izin usaha pertambangan yang dikeluarkan oleh pemerintah yaitu IUP
, IUPK, dan IPR. Sedangkan jenis usaha pertambangan yang ada di Indonesia
ada dua yaitu usaha pertambangan mineral dan usaha pertambangan batu bara.
3. Kuasa Pertambanga(KP) tertuang di dalam Pasal 2 huruf I UU 11/1967 yang
menyebutkan bahwa kuasa pertambangan adalah wewenang yang diberikan
kepada badan/perseorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan.
4. Persyaratan IUP ada empat macam yaitu syarat administratif,
tekhnis,lingkungan,dan finansial.
DAFTAR PUSTAKA

https://ngada.org/pp55-2010.htm

http://bonkadhafadli.blogspot.com/2013/04/prosedur-pengurusan-izin-usaha.html
http://www.transformasi.net/articles/read/145/kuasa-pertambangan.html
http://dunia-atas.blogspot.com/2011/05/kegiatan-dalam-usaha-pertambangan.html

Anda mungkin juga menyukai