Anda di halaman 1dari 11

178 JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 21, NO.

2, OKTOBER 2013

ANALISIS KINERJA SISTEM PENDINGIN ARUS SEARAH YANG


MENGGUNAKAN HEATSINK JENIS EXTRUDED DIBANDINGKAN
DENGAN HEATSINK JENIS SLOT

Oleh:
Joessianto Eko Poetro , Catur Rakhmad Handoko2
1
1,2
Dosen Jurusan Teknik Kelistrikan, PPNS - ITS
e-mail: joessianto@yahoo.com; caturhan007@gmail.com

Abstract. All electrical and electronic equipment that work will produce heat. To reduce the
accumulation of heat, cooling systems needed to improve the performance and life time of the
equipment. Commonly used air conditioner (AC) as a coolant or heatsink as heat transfer
elements. In this study will be designed and fabricated cooling system with a source of direct
current electricity using thermoelectric and heatsink. There are two types of heatsinks are
commonly used, namely fined plate heatsink type extrude and heatsink slot types. Then the dc
cooler of the extruded heatsink and dc cooler with a slot heatsink is tested performance. From the
test results it is known that the dc cooler system that uses of extruded heatsinks have better
performance with COP 07:32% greater than the dc cooler with heatsink slot types.

Keywords: heat transfer, thermoelectric, heatsink, DC cooler

Abstrak. Semua peralatan listrik yang bekerja akan menghasilkan panas. Untuk mengurangi
akumulasi paas, sistem pendinginan diperlukan untuk memperbaiki kinerja dan lifetime peraltan.
Umumnya digunakan AC sebagai pendingin atau heatsink sebagai elemen pentransfer panas. Pada
Studi ini akan didisain dan dihasilkan sisem pendingin dengan sumber arus listrik searah
menggunakan termoelektrik dan heatsink. Ada dua tipe heatsink yang umum dipakai, yakti tipe
extruded heatsink dan tipe slot. Keduanya diuji kinerjanya. Hasilnya didapatkan bahwa extruded
heatsink memiliki kinerja yang lebih baik dengan COP 07: 32 % lebih tinggi daripada pendingin
DC dengan heatsink tipe slot.

Kata Kunci: transfer panas, termoelektrik, heatsink, pendingin DC

Salah satu faktor yang mempengaruhi Selama ini pendinginan di dalam


kinerja peralatan adalah panas. Dalam ruangan dilakukan oleh pendingin ruangan
semua peralatan listrik maupun elektronik konvensional, yaitu AC (Air Conditioner).
yang beroperasi akan menimbulkan panas. Tetapi sistem tersebut membutuhkan kom-
Akumulasi panas dapat berasal dari presor yang memerlukan sumber energi
lingkungan sekitar seperti radiasi matahari listrik arus bolak-balik. Disamping itu
dan dari kerja peralatan listrik itu sendiri. sistem pendingin ini memerlukan peme-
Agar kinerja peralatan meningkat dan umur liharaan rutin seperti penggantian refrigeran,
bertambah lama, maka diperlukan suhu yang yang mana penggunaan refrigeran dapat
relatif kecil. Oleh karena itu diperlukan meyebabkan penipisan ozon.
pelepasan panas atau pendinginan.
Joessianto Eko Poetro, Catur Rakhmad Handoko, Analisis Kinerja Sistem Pendingin... 179

Untuk membantu program green mance) kedua pendingin arus searah


energi, akan dirancang dan dibuat alternatif dianalisis, kemudian kinerja dari pendingin
sistem pendingin yang menggunakan arus searah dengan heatsink jenis slot
sumber listrik arus searah. Hal ini dapat dibandingkan dengan pendingin arus searah
diperoleh dengan memanfaatkan termo- jenis extrude.
elektrik dan heatsink yang menggantikan
peran kompresor sebagai mesin pemindah TINJAUAN PUSTAKA
panas (mesin pendingin). Perpindahan Kalor
Dewasa ini sistem pendinginan BTS Bila pada suatu sistem terdapat
(Base Transceiver Station) cukup banyak gradien suhu atau bila dua sistem yang
yang menggunakan pendingin arus searah. suhunya berbeda disinggungkan, maka
Pendingin ruangan arus searah ini otomatis kalor akan mengalir dari
menggunakan termoelektrik dan heatsink. benda/sistem yang bersuhu tinggi ke benda
Heatsink yang digunakan biasanya jenis bersuhu rendah. Jadi perpindahan kalor
extrude yang banyak tersedia dipasaran. dapat didefinisikan sebagai berpindahnya
Ada dua jenis heatsink yang sering energi dari suatu benda yang bersuhu tinggi
digunakan, yaitu heatsink plat bersirip jenis (memiliki energi yang besar) ke benda yang
extrude dan heatsink jenis slot. Dari hasil bersuhu rendah (memiliki energi yang
pengujian, telah diketahui bahwa Bilangan kecil). Kalor akan berhenti berpindah bila
Nusselt terbaik terjadi pada heatsink dengan kedua benda mencapai suhu yang sama
slot. Penggunaan slot dalam sirip heatsink (tercapai kesetimbangan termal). Proses
terbukti mampu meningkatkan laju perpindahan kalor ini berlangsung dengan
perpindahan panas dan meningkatkan laju cara: konduksi, konveksi, dan radiasi.
pendinginan (Bambang, 2010). Konduksi
Tujuan dari penelitian ini adalah Konduksi adalah perpindahan kalor
merancang dan membuat pendingin arus melalui medium (zat perantara) tanpa
searah dengan heatsink jenis slot, kemudian disertai dengan perpindahan partikel-
dibandingkan kinerjanya dengan pendingin partikel medium tersebut. Perpindahan kalor
arus searah yang menggunakan heatsink secara konduksi biasanya terjadi pada zat
jenis extrude. padat, seperti logam, dan sebagainya. Dalam
Dalam penelitian ini akan dibuat dua aliran kalor konduksi, perpindahan energi
prototipe sistem pendingin arus searah, yaitu terjadi karena hubungan kalor secara
yang menggunakan heatsink extrude dan langsung tanpa adanya perpindahan molekul
heatsink slot. Kemudian pendingin arus yang cukup besar [Holman, 1989]. Jadi
searah dengan heatsink extrude dan konduksi ialah pemindahan kalor akibat
pendingin dengan heatsink slot ini diuji kontak langsung antara benda-benda.
kinerjanya. Laju aliran kalor dengan cara
Untuk mengetahui kinerja pendingin konduksi melalui dinding datar dari suatu
arus searah dalam mendinginkan suatu bahan yang homogen diusulkan oleh Fourier
uangan, kedua pendingin arus searah itu yang menyatakan bahwa: [Holman, 1989]
diuji dalam kabin baterai BTS. Dari hasil ∆𝑇 𝑇1 −𝑇2
𝑞𝑘 = −𝑘 𝐴 = −𝑘 𝐴 (1)
∆𝑥 ∆𝑥
pengujian, COP (Coeffiicient of Perfor-
180 JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 21, NO. 2, OKTOBER 2013

𝑞𝑘 = Laju perpindahan kalor konduksi 𝑞𝑐 = Laju perpindahan kalor konveksi (J/s


(W) = watt)
𝑘 = Konduktivitas termal bahan (W/mK) = Koefisien perpindahan kalor
2
𝐴 = Luas penampang tegak lurus konveksi (W/m K)
terhadap arah aliran kalor (m2) = Luas permukaan perpindahan kalor
𝛥𝑥 = Jarak dalam arah aliran kalor (m) yang menyinggung fluida (m2)
∆𝑇 = Beda suhu (K) = Beda suhu menyeluruh antara
𝑇1 = Suhu yang lebih tinggi (K) permukaan dan fluida (K)
𝑇2 = Suhu yang lebih rendah (K) = Suhu permukaan (K)
= Suhu fluida (K)
Nilai minus (-) dalam persamaan diatas
menunjukkan bahwa kalor selalu berpindah Perpindahan kalor konveksi dapat
ke arah suhu yang lebih rendah. dibagi menjadi dua, yaitu konveksi bebas
Mekanisme perpindahan energi secara (alami) dan konveksi paksa. Konveksi alami
konduksi dapat terjadi dengan cara melalui terjadi apabila pergerakan fluida dikare-
tumbukan molekul (dalam fluida) dan/atau nakan gaya apung akibat perbedaan
dengan angkutan melalui elektron-elektron kerapatan fluida tersebut akibat perbedaan
yang bergerak bebas (dalam zat padat). suhu. Sedangkan pada konveksi paksa
pergerakan fluida terjadi akibat gaya luar
Konveksi seperti kipas (fan) atau pompa.
Konveksi adalah perpindahan kalor
melalui medium dan disertai dengan Termoelektrik (Elemen Peltier)
perpindahan atau gerakan partikel-partikel
medium tersebut. Konveksi merupakan
proses angkutan energi dengan kerja ga-
bungan dari konduksi, penyimpanan energi
dan gerakan mencampur. Keefektifan
perpindahan kalor secara konveksi tergan-
tung sebagian besar pada gerakan
mencampur fluida. Gerakan inilah yang
menyebabkan adanya transfer energi.
Perpindahan kalor secara konveksi biasa
terjadi pada fluida (zat cair dan gas). Jadi
Gambar 1 Susunan Termoelektrik
pemindahan kalor berdasarkan gerakan
fluida disebut konveksi.
Elemen peltier memiliki peranan yang
Laju perpindahan kalor dengan cara
paling vital, sebagai pompa kalor yang
konveksi antara suatu permukaan benda
merupakan elemen utama sistem pendingin
padat dan suatu fluida dapat dihitung dengan
arus searah. Termoelektrik merupakan kom-
hukum Newton tentang pendinginan, yaitu:
ponen semikonduktor Bismut Telluride yang
[Holman, 1989]
dapat menghasilkan efek dingin dan panas.
𝑞𝑐 = ℎ 𝐴 ∆𝑇 = ℎ 𝐴 (𝑇𝑆 − 𝑇∞ ) (2)
Jika sebuah elemen peltier dialiri arus listrik
Joessianto Eko Poetro, Catur Rakhmad Handoko, Analisis Kinerja Sistem Pendingin... 181

DC maka kedua sisi elemen ini akan dilakukan. COP adalah rasio seberapa besar
menjadi panas dan dingin. Sisi dingin inilah energi kalor yang bisa dipindahkan diban-
yang dimanfaatkan sebagai pendingin dingkan dengan kerja (energi) yang
ruangan dengan bantuan heatsink dan fan. diberikan. Semakin besar kalor yang dapat
Dalam pembuatan pendingin arus dipindahkan dengan sejumlah energi demi-
searah ini menggunakan delapan buah kian, maka COP semakin tinggi, dan
termoelektrik (elemen Peltier) dengan semakin hemat sistem tersebut.
ukuran 40 x 40 x 3,8 mm. Untuk setiap (3)
termoelektrik membutuhkan tegangan
= Kalor yang dipindahkan (watt)
masukan 12 VDC dengan daya 72 watt.
Penggunaan delapan termoelektrik ini = Daya masukan sistem pendingin
dilakukan dengan pertimbangan agar beban (watt)
kalor yang dapat dipindahkan menjadi lebih
besar, karena luas permukaan perpindahan Berdasarkan persamaan (3), koefisien
kalornya lebih besar. kinerja (COP) sistem pendingin adalah
perbandingan antara panas yang diambil/
dipindahkan dari ruang dingin dengan
Kalor dan Kinerja Sistem Pendingin
Pompa kalor (refrigerator, AC) adalah pemakaian usaha.
peralatan pendinginan ruangan yang
berfungsi untuk menyerap kalor/panas QC = Kalor yang dipindahkan (watt)
dari dalam ruangan (eksterior) dan = Daya input sistem pendingin (watt)
melepaskan panas Qh di luar ruangan
(eksterior). Ini hanya mungkin terjadi bila Jadi, untuk meningkatkan COP dapat
ada usaha W atau daya yang dilakukan dilakukan dengan menaikkan jumlah kalor
pada sistem, seperti terlihat pada Gambar 2. yang dapat dipindahkan dan mengurangi
energi yang diserap.

Cara Kerja Pendingin Arus Searah


Dibandingkan dengan teknologi
kompresi uap yang masih menggunakan
refrigeran sebagai media penyerap kalor,
teknologi pendingin termoelektrik relatif
lebih ramah lingkungan, karena tidak
menggunakan refrigeran seperti freon.
Gambar 2 Blok Diagram Sistem Pendingin
Selain itu alasan pemilihan termoelektrik
Membandingkan kerja suatu sistem antara lain: konsumsi daya rendah dengan
pendingin (pompa kalor) berarti bukan respon pendinginan yang cepat, mudah
membicarakan efisiensi, namun koefisien diaplikasikan pada peralatan yang sudah ada
kinerja/performa (COP). Secara luas karena dimensi kecil dan ringan, mudah
mengandung arti sama, yaitu seberapa baik perawatannya, minim getaran/vibrasi se-
kinerjanya dibandingkan dengan usaha yang hingga cocok untuk pendingin peralatan
yang sensitif terhadap getaran mekanis.
182 JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 21, NO. 2, OKTOBER 2013

Untuk mendinginkan suatu ruangan, Desain Pendingin Arus Searah


pendingin arus searah dapat dipasang seperti Bagian yang akan didinginkan dapat
terlihat pada Gambar 3. Adapun cara kerja langsung dihubungkan dengan sisi dingin
pendingin arus searah dalam mendinginkan elemen peltier atau dapat juga dihubungkan
kabin dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada melalui alat penukar kalor, seperti heatsink.
saat catu daya tegangan searah dihubung- Sedangkan kalor yang dihasilkan pada sisi
kan, elemen Peltier mulai bekerja, sehingga panas elemen peltier juga dapat disalurkan
heatsink sisi dingin mulai menjadi dingin, ke lingkungan melalui alat penukar kalor
dan heatsink sisi panas menjadi panas. juga, baik secara alami maupun konveksi
Pada bagian dalam ruangan, udara paksa.
dalam ruangan disedot masuk oleh fan sisi Susunan dasar sistem pendingin arus
dingin dan ditekan agar melewati sirip-sirip searah terdiri dari beberapa komponen uta-
heatsink sisi dingin. Udara yang keluar dari ma seperti: elemen peltier, heatsink baik
heatsink sisi dingin ini mempunyai suhu pada sisi panas elemen peltier maupun pada
lebih rendah dari pada udara ruangan yang sisi dingin, dan dc fan juga pada sisi panas
masuk. Proses ini terjadi berulang-ulang dan dingin, dapat dilihat pada Gambar 4.
secara terus menerus hingga ruangan
menjadi lebih dingin mendekati suhu
heatsink sisi dingin.

Gambar 4 Susunan dan Konstruksi Pendingin


Arus Searah
Keterangan:
1) Termoelektrik; 2) Heatsink sisi dingin;
3) Heatsink panas; 4) Fan sisi dingin; 5) Fan sisi
Gambar 3 Cara Kerja Pendinginanan Oleh panas; 6) Casing sisi dingin; 7) Casing sisi panas; 8)
Pendingin Arus Searah Isolator

Pada bagian luar ruangan, udara Dalam sistem pendingin yang


lingkungan disedot masuk oleh fan sisi memakai teknologi termoelektrik memerlu-
panas dan ditekan agar melewati sirip-sirip kan heatsink yang berfungsi untuk menye-
heatsink sisi panas. Udara yang keluar dari rap kalor pada sisi dingin elemen peltier dan
heatsink sisi panas ini mempunyai suhu membuang kalor pada sisi panas peltier.
lebih tinggi dari pada udara lingkungan yang Heatsink pada sisi dingin digunakan
masuk. Proses ini terjadi berulang-ulang untuk mempercepat penyerapan panas pada
secara terus menerus, hingga suhu heatsink bagian ruangan yang didinginkan. Jenis
sisi panas mendekati suhu lingkungan. heatsink yang digunakan adalah heatsink
plat bersirip (heatsink extrude). Sedangkan
Joessianto Eko Poetro, Catur Rakhmad Handoko, Analisis Kinerja Sistem Pendingin... 183

heatsink dan fan pada sisi panas berfungsi pendingin dan penggunaan teknologi
untuk menjaga suhu sisi panas (Th) termoelektrik sebagai pendingin.
termoelektrik tidak terlalu tinggi, sehingga Perancangan dan Pembuatan
susu sisi dingin (Tc) yang dicapai dapat Merancang pendingin arus searah
menjaga suhu ruang pada kisaran yang yang menggunakan heatsink slot dengan
dibutuhkan. Agar dapat mencapai suhu sisi memodifikasi pendingin arus searah yang
dingin yang minimum, maka suhu pada sisi sudah ada di pasaran. Pendingin ini
panasnya harus ditekan serendah mungkin. menggunakan heatsink jenis extrude dan
Untuk itu diperlukan alat penukar kalor banyak digunakan sebagai pendingin BTS.
berupa heatsink dibantu dengan fan. Dalam penelitian ini dibuat dua buah
Dalam penelitian ini akan diuji pendingin arus searah, yaitu pendingin arus
bagaimana kinerja pendingin arus searah searah dengan heatsink extrude dan
yang menggunakan heatsink jenis slot di pendingin arus searah dengan heatsink slot.
atas dibandingkan dengan pendingin arus
searah yang menggunakan heatsink extrude.

Gambar 6 Heatsink Extrude

Gambar 7 Heatsink Slot

Pengujian Pendingin Arus Searah


Gambar 5 Heatsink Jenis: a) Extrude; b) Slot Langkah terakhir adalah melakukan
[Bambang, 2010] pengujian terhadap kedua pendingin arus
searah yang sudah dibuat.
Tujuan pengujian ini adalah untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan,
METODE PENELITIAN seperti tegangan dan arus masukan dan
Studi Literatur dan Lapangan perubahan suhu kabin untuk mengetahui
Langkah pertama dalam penelitian ini kinerja pendingin arus searah. Pengujian
adalah melakukan studi literatur dan pendingin arus searah dilakukan pada kabin
peninjauan ke lapangan perihal sistem baterai yang berukuran 70 x 70 x 70 cm.
184 JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 21, NO. 2, OKTOBER 2013

Instalasi dan Rangkaian Pengujian BTS. Setelah prototipe selesai dirakit sesuai
Pendingin arus searah yang akan diuji dengan variasinya dilakukan pengujian
dipasang pada kabin baterai dan dirangkai dengan prosedur sebagai berikut: Memasang
bersama-sama dengan meter ukur tegangan prototipe pada pintu kabin baterai; Menem-
dan arus seperti terlihat pada gambar 8. patkan termometer Microlite data logger
Selain itu juga dilakukan pengukuran suhu temperature di dalam dan di luar kabin;
di dalam kabin dan di luar kabin dengan alat Pintu kabin ditutup dengan rapat; Setelah 5
ukur suhu yang dapat mencatat besar suhu menit power supply dihidupkan sehingga
setiap detiknya. sistem bekerja; Catat waktu, besar tegangan
supply dan arus yang mengalir ke sistem;
Setelah suhu kabin tidak mengalami
penurunan yang berarti atau setelah 60
menit, dc power supply dimatikan; Data
yang tercatat dalam Microlite data logger
temperature dipindahkan dan disimpan ke
Gambar 8 Rangkaian Pengujian
komputer; Mengulangi prosedur untuk
melakukan pengujian terhadap prototipe
pendingin arus searah variasi yang lain.

HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN


Analisis Pendinginan Kabin
DC Cooler Casing Pendek Fan Besar
32
Heatsin
30 k
Suhu Kabin (oC)

Extrud
28 e
26

24 ∆T = -0.348 oC

22

20
0 10 20 30 40 50 60
Waktu Pendinginan (menit)

Gambar 10 Grafik Penurunan Suhu Kabin oleh


Pendingin Arus Searah

Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa


pendingin arus searah prototipe yang
Gambar 9 Instalasi Pengujian memakai heatsink jenis slot menghasilkan
suhu kabin rata-rata yang lebih tinggi (∆T =
Prosedur Pengujian
-0.348 oC) apabila dibandingkan dengan
Pada pengujian prototipe ini, tegangan
pendingin arus searah awal yang memakai
yang diberikan adalah sebesar 48 volt, sama
heatsink extrude.
dengan tegangan catu daya yang tersedia di
Joessianto Eko Poetro, Catur Rakhmad Handoko, Analisis Kinerja Sistem Pendingin... 185

Jadi grafik di atas menunjukkan Nilai COP adalah jumlah energi


bahwa prototipe pendingin arus searah termal yang dipindahkan dari sistem ke
dengan heatsink slot ternyata mempunyai lingkungan dibagi dengan setiap satuan
kinerja yang lebih rendah bila dibandingkan energi yang dikonsumsi. Perhitungan nilai
dengan kinerja pendingin arus searah COP pada sistem pendingin secara garis
dengan heatsink extrude. besar mengikuti persamaan berikut:
Hal ini terjadi karena mekanisme 𝑄
𝐶𝑂𝑃 = 𝑃 𝑐
𝑖𝑛
aliran fluida yang digunakan dalam
𝑄𝑐 = 𝐶 ∆𝑇
pengujian penelitian Bambang Yunianto,
𝑄𝑐 = 𝑚 𝐶𝑝 Δ𝑇
(2010) adalah aliran laminar. Disamping
untuk memperkecil lapisan batas, penggu- 𝑃𝑖𝑛 = 𝑉𝐼
naan slot pada heatsink juga bertujuan untuk 𝑄𝑐 = Beban kalor yang dipindahkan
merubah aliran laminar menjadi turbulen. (watt)
Karena pengujian terhadap heatsink 𝑃𝑖𝑛 = Daya input sistem pendingin(watt)
extrude maupun heatsink slot dalam 𝑚 = Massa beban (kg)
penelitian ini keduanya menggunakan aliran 𝐶𝑝 = Kalor spesifik (kalor jenis) beban
turbulen, maka hasil penelitian Bambang (J/kgK)
Yunianto, (2010) tidak berlaku untuk Δ𝑇 = Perubahan suhu beban (K)
penelitian ini. Maka berdasarkan persamaan
(2), besarnya laju perpindahan kalor Langkah-langkah untuk menghitung
konveksi ditentukan oleh luas permukaan COP sistem pendingin termoelektrik pen-
bidang perpindahan kalor. Bila diamati, luas dingin arus searah adalah sebagai berikut:
prmukaan dari heatsink slot lebih kecil
dibandingkan heatsink extrude, sehingga Perhitungan Beban Kalor
laju perpindahan kalornya lebih kecil juga. Kapasitas Kalor
Berdasarkan hasil dari analisis perban- Kapasitas kalor (C) adalah banyaknya
dingan semua grafik di atas dapat disim- kalor yang diserap/dilepaskan untuk me-
pulkan bahwa sistem pendingin pendingin naikkan/menurunkan suhu sebesar 1 oC.
arus searah akan memiliki kinerja yang lebih Dari persamaan kalor, bahwa untuk
baik ditinjau dari suhu pendinginan bila menaikkan/menurunkan suhu suatu benda/
menggunakan heatsink extrude sistem sebesar ∆𝑇 diperlukan kalor sebesar:
𝑄 = 𝐶 × ∆𝑇
Analisis Perbandingan COP Dimana:
Membandingkan kerja suatu sistem 𝑄 = kalor (Joule atau watt)
pendingin, berarti membicarakan koefisien 𝐶 = kapasitas kalor (Joule/oC atau watt/oC)
performa (COP). COP adalah rasio seberapa ∆𝑇 = perubahan (kenaikan/penurunan) suhu
besar energi kalor yang dipindahkan (oC)
dibandingkan dengan kerja (energi) yang Maka kapasitas kalor dapat ditentukan
diberikan. Semakin besar kalor yang dapat dengan persamaan:
𝑄
dipindahkan dengan sejumlah energi demi- 𝐶 = ∆𝑇
kian, maka COP semakin tinggi, dan
semakin hemat sistem tersebut
186 JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 21, NO. 2, OKTOBER 2013

Nilai 𝑄 dan ∆𝑇 dapat ditentukan dari rugi ini bisa dihitung bila efisiensi motor
pengujian pendingin arus searah dengan beban tersebut diketahui, dan nilainya sebanding
lampu pijar pijar 60 watt. ∆𝑇 adalah besarnya dengan daya motor. Dalam penelitian ini
perubahan suhu kabin antara suhu tunak dalam diasumsikan efisiensi fan 90%. Beban kalor
keadaan pendingin arus searah mati dan suhu oleh fan besar dapat dihitung seperti berikut:
tunak dalam keadaan pendingin arus searah V = 48 volt I = 0.74 ampere
hidup. Hasil pengujian ini diperlihatkan dalam
𝑃𝑖𝑛 = 48 × 0.74 = 35.52 𝑤𝑎𝑡𝑡
Gambar 11.
𝑄𝑓𝑎𝑛 = 𝑃𝑙𝑜𝑠𝑠 = 𝑃𝑖𝑛 (1 − 𝜂) = 3.552 𝑤𝑎𝑡𝑡
Dengan mengambil nilai rata-rata
dalam keadaan tunak diperoleh data-data
Beban Kalor Keseluruhan:
dan berikut:
Dengan menganggap dinding kabin
𝑄 = 60 watt; ∆𝑇 = 11.662 oC
adiabatik (tidak ada kalor yang keluar/
masuk dalam kabin), maka beban kalor
Maka kapasitas kalor sistem ini:
𝑄 60 keseluruhan yang dipindahkan dari dalam
𝐶 = ∆𝑇 = 11.662 = 5.145 watt/oC kabin oleh pendingin arus searah extrude
casing pendek fan besar adalah:
Sehingga beban kalor kabin untuk 𝑄𝑐 = 𝑄 + 𝑄𝑓𝑎𝑛 = 41.779 𝑤𝑎𝑡𝑡
pendingin arus searah extrude casing pendek
fan besar dapat dihitung dengan persamaan: Perhitungan Daya Masukan
𝑄 = 𝐶 ∆𝑇 Total daya listrik yang diserap oleh
𝑄 = 5.145 × 7.43 = 38.227 watt pendingin arus searah casing pendek fan
besar dapat dihitung sebagai berikut:
DC Cooler Extrude Casing Pendek Fan
Besar Beban 60W
44
DC Cooler Mati DC Cooler Hidup 𝑉 = 52.8 volt 𝐼 = 2.98 ampere
42 𝑃𝑖𝑛 = 𝑉 𝐼 = 52.8 × 2.98 = 157.344 𝑤𝑎𝑡𝑡
40
Suhu Kabin (oC)

38
36
34 ∆T = 11.662 oC Perhitungan COP
32
30
Perhitungan kinerja pendingin arus
28 searah atau nilai COP pada sistem pendingin
26
24 pendingin arus searah extrude casing pendek
0 20 40 60 80 100 120
Waktu Pendinginan (menit) fan kecil adalah sebagai berikut:
𝑄
Gambar 11 Grafik Penurunan Suhu Kabin Oleh 𝐶𝑂𝑃 = 𝑃 𝑐
Pendingin Arus Searah Dengan 𝑖𝑛
𝑄𝑐 41.779
Beban 60 W 𝐶𝑂𝑃 = 𝑃 = 157.344 = 0.2612
𝑖𝑛

Beban Motor Fan


Tabel 1 Hasil Perhitungan COP Pendingin Arus
Motor yang bekerja memutar baling-
Searah
baling fan akan menghasilkan panas/kalor Pendingin Qc Pin
sebagai akibat adanya rugi-rugi daya pada No COP
arus searah (watt) (watt)
motor listrik yang terdiri dari rugi-rugi 1 Heatsink 41.779 157.344 0.2612
tembaga (𝐼 2 𝑅), dan rugi-rugi gesekan antara Extrude
rotor dengan bantalannya. Besarnya rugi- 2 Heatsink 38.723 157.344 0.2421
Slot
Joessianto Eko Poetro, Catur Rakhmad Handoko, Analisis Kinerja Sistem Pendingin... 187

Nilai COP untuk pendingin arus PENUTUP


searah prototipe yang lain dapat dihitung Kesimpulan
dengan langkah-langkah yang sama seperti Berdasarkan hasil dari analisis perban-
yang telah dijelaskan di atas. Hasil dingan grafik di atas dapat disimpulkan
perhitungannya dapat dirangkum dalam bahwa sistem pendingin pendingin arus
Tabel 1. searah akan memiliki kinerja yang lebih
Dari tabel COP di atas, kemudian baik ditinjau dari suhu pendinginan bila
dilakukan perhitungan besarnya kenaikan menggunakan heatsink jenis extrude dari
efisiensi atau COP pendingin arus searah pada pendingin arus searah dengan heatsink
heatsink slot terhadap pendingin arus searah jenis slot
heatsink extrude dengan menggunakan Penggunaan heatsink slot ternyata
persamaan: mempunyai performa lebih rendah (COP
𝐶𝑂𝑃
∆𝐶𝑂𝑃 = (𝐶𝑂𝑃2 − 1) × 100% menurun 7.32 %) dibandingkan dengan
1
peng-gunaan heatsink extrude.
COP = -7,32%
Saran
Dari hasil perhitungan diatas dapat
Sistem pendingin termoelektrik
dilihat bahwa, pada pendingin arus searah
selanjut-nya lebih baik menggunakan
yang menggunakan heatsink jenis slot
heatsink extruded.
terjadi penurunan kinerja sebesar 7.32 %
Untuk penelitian selanjutnya, sistem
bila dibandingkan dengan kinerja pendingin
pendingin termoelektrik dapat diaplikasikan
arus searah yang menggunakan heatsink
untuk mendinginkan tempat penyimpan ikan
extrude.
pada kapal nelayan.

DAFTAR PUSTAKA New York, Fifth Edition: John Wiley and


Sons
Bambang Yunianto (2010). Pengujian
Kreith, Frank dan Prijono Arko (1990). Prinsip-
Perpindahan Panas Konveksi pada
prinsip Perpindahan Panas, Penerbit
Heatsink Plat Jenis Extrude dan Heatsink
Erlangga, Jakarta
Plat dengan Slot, Seminar Nasional
Melcor Thermal Solutions, (1999). The
Tahunan Teknik Mesin ke-9, Palembang,
Standard in Thermoelectric
Oktober
Nandy P, Aziz O, Idam B, Fery Y, (2007),
Goodfrey, Sara, (2000). An Introduction to
Penggunaan Hetsink Fan sebagai
Thermoelectric Coolers, Trenton: Melcor
Pendingin Sisi Panas Elemen Peltier pada
Corporation
Pengembangan Vaccine Carrier, Jurnal
Holman, J.P. (1989). Heat Transfer, (SI Metric
Teknologi, edisi 1 tahun XXI, Maret
Edition), McGraw-Hill Book Company,
S.B. Riffat, Xiaoli Ma, (2003) Thermoelec-tric:
Singapore
a review of present and potential
Incopera, Frank P., Dewitt, David P. (2002).
applications, Journal of Applied Thermal
Fundamentals of Heat and Mass Transfer,
Engineering, 913-935
188 JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 21, NO. 2, OKTOBER 2013

S.B. Riffat, S.A. Omer, Xiali Ma (2001), A material: an experience investigation.


novel thermoelectric refrigeration system Journal of Renewable Energy, 313-323.
employing heta pipe and a phase change Thermoelectric Handbook, 1998

Anda mungkin juga menyukai