Anda di halaman 1dari 10

ADAPTASI GEJALA PERIMENOPAUSE DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL

WANITA USIA 50-60 TAHUN

Mira Trisyani Koeryaman1, Ermiati2


1
Departemen Maternitas, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Jawa Barat
2
Departemen Maternitas, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Jawa Barat
Email : miratrisyani@fkep.unpad.ac.id

ABSTRAK
Latar Belakang: Perubahan fisik dan psikologis akibat perubahan hormonal pada masa
perimenopause dapat menyebabkan ketidaknyamanan
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran penanganan gejala perimenopause
termasuk pemenuhan kebutuhan seksual pada wanita usia 50-60 tahun.
Metode: Metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif, sampel berjumlah 246
responden dengan pengelompokan sampel berdasarkan seksual akti f (n= 74) dan
seksual tidak aktif (n=172). Penelitian dilakukan di di wilayah Kecamatan Rancaekek
Kabupaten Bandung. Pengumpulan data melalui kuesioner terdiri 21 item tentang
pemenuhan kebutuhan seksual dan 29 item menggali adaptasi perubahan gejala fisik
dan psikologis masa perimenopause.
Hasil: Hasil penelitian menunjukan sebagian besar wanita tidak terpenuhi pada aspek
kebutuhan seksualnya, meliputi aspek gairah/minat seksual (82,43%), perangsangan arousal
(66,21%), orgasme (75,67%) serta 56,75% mengalami disparenia. Data lainnya menunjukan
bahwa sebagian besar para wanita usia 50-60 tahun dalam penanganan gejala perimenopause
dalam kategori kurang baik, meliputi pengaturan nutrisi (58,14%), pengaturan aktivitas olahraga
(65,69%), pengaturan aktivitas seksual (52,32%), pengaturan stress dan emosi (65,69%),
pengaturan istirahat (50,58%), pengaturan pencarian informasi dan pelayanan kesehatan
(58,72%).
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian gambaran pengelolaan tanda dan gejala menopause
para wanita masa perimenopause masih perlu penanganan yang tepat untuk mengurangi
dampak komplikasi pada masa yang akan datang. Melalui program intervensi pengelolaan tanda
dan gejala perimenopause diharapkan kualitas hidup wanita masa menopause meningkat.

Kata Kunci: Adaptasi Gejala, Gangguan Kebutuhan Seksual, Wanita Perimenopause

PENDAHULUAN dan Informasi Kesehatan RI, 2013).


Pendahuluan Berdasarkan data dari Fase klimakterium menurut Varney
World Health Organization (WHO) dalam buku saku kebidanan mendefinisikan
menunjukan pertambahan jumlah wanita sebagai proses penuaan wanita dari tahap
yang memasuki fase klimakterium yang reproduktif ke nonreproduktif, melalui tahapan
diperkirakan meningkat hingga lebih satu fase awal pramenopause, menopause dan
miliar di tahun 2030. Proporsi di Asia post menopause. Pendapat lainnya dari
diperkirakan akan mengalami peningkatan Dennerstein, mengatakan bahwa awal
dari 107 juta menjadi 373 juta di tahun 2025. periode fase klimakterium diawali dengan
Sedangkan menurut Badan Sensus penurunan kadar estrogen dan progesterone
Penduduk, di Indonesia jumlah setiap yang dapat memicu berbagai gejala fisik dan
tahunnya mencapai 5,3 juta orang dari jumlah psikologis pada wanita. Biasanya gejala yang
total penduduk perempuan Indonesia yang muncul dapat mempengaruhi aktivitas harian
berjumlah 118.010.413 juta jiwa (Pusat data hingga berpengaruh terhadap kualitas hidup.

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 1, APRIL 2018 | Halaman 21


M T Koeryaman, Ermiati │ Adaptasi Gejala Perimenopause dan Pemenuhan Kebutuhan Seksual
Wanita Usia 50-60 Tahun

Menurut Glasier (2006) kondisi menopause serta emosi.


pada seseorang dapat menimbulkan Hasil observasi lapangan di wilayah
perubahan psikologi sebagai gejala jangka Puskesmas Rancaekek kabupaten Bandung,
panjang berupa depresi, post power mencatat berbagai masalah fisikdan psikis
syndrome, emptiness syndrome, dan yang dikeluhkan oleh para wanita pada masa
loneliness. Selain menimbulkan gejala perimenopause seperti hipertensi,
psikologis juga menimbulkan perubahan fisik peningkatan berat badan, myalgia atau badan
seperti osteoporosis, penyakit jantung terasa pegal pegal, rematisme tidak
koroner, peningkatan berat badan, spesifik, sulit tidur, lebih sensitive dan mudah
peningkatan tekanan darah tinggi, marah, gangguan pada kulit, arthritis dan
peningkatan kadar kolesterol dalam darah gangguan lain pada kulit. Sedangkan keluhan
tinggi, perkapuran dinding pembuluh darah lainnya meliputi ketidakpuasan atau
(aterosklerosis), sistitis dan uretritis atrofik, mengalami kesulitan dalam mencapai
kanker, serta mengalami dementia tipe orgasme dalam aktivitas seksualnya. Para
alzheimer (Kasdu, 2004). wanita mengatakan minat dan gairah
Berdasarkan beberapa hasi survey dan seksualitas menjadi berkurang sehingga
penelitian di Indonesia, 70% para wanita yang jarang melakukan aktivitas seksual. Sebagai
berusia 45 sampai dengan 54 tahun upaya untuk mengurangi ketidaknyamanan
cenderung mengalami berbagai gejala seperti akibat perubahan yang terjadi, sebagian kecil
hot flushes, jantung berdebar debar, para ibu hanya melakukan penanganan yang
gangguan tidur, depresi, mudah tersinggung, disarankan oleh tenaga kesehatan dan
merasa takut, gelisah dan lekas marah, sakit berdasarkan informasi yang diperoleh dari
kepala, cepat lelah, sulit berkonsentrasi, beberapa sumber, namun sebagian besarnya
mudah lupa, kurang tenaga, berkunang para ibu tidak melakukan aktivitas apapun.
kunang, kesemutan, gangguan libido, Adapun aktivitas yang dilakukan oleh
obstipasi, berat badan bertambah, dan nyeri kelompok kecil para ibu tersebut berupa
tulang dan otot. Penting dilakukan melakukan senam, mengkonsumsi kacang
penatalaksaan dalam upaya pengananan kedelai, dan menggunakan cairan lubrikasi
berbagai gejala yang muncul dalam pada saat melakukan hubungan seksual
meminimalisir munculnya resiko masalah untuk mencegah nyeri saat berhubungan
akibat mengalami menopause, melalui seksual.
penanganan farmakologi maupun non Sebagai upaya peningkatan life
farmakologi. Salah satu alternatif sebagai expectancy para wanita masa
upaya pencehagan terhadap timbulnya perimenopause, melalui penelitian dapat
ketidaknyamanan pada fase menopause menggali bagaimana para wanita melakukan
adalah melalui penanganan non farmakologi, adaptasi terhadap gejala perimenopause dan
meliputi pengaturan nutrisi, pengaturan potensial masalah gangguan kebutuhan
aktivitas fisik, pengaturan aktifitas seksual, seksual.
istirahat, relaksasi dan manajemen stress

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 1, APRIL 2018 | Halaman 22


M T Koeryaman, Ermiati │ Adaptasi Gejala Perimenopause dan Pemenuhan Kebutuhan Seksual
Wanita Usia 50-60 Tahun

METODE Hasil uji validitas dan reliabilitas pada


Metode Jenis penelitian yang 34 item pertanyaan terkait adaptasi terhadap
digunakan pada penelitian ini adalah gejala menopause sebanyak 29 pernyataan
penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif. bernilai valid (>0,3) dengan rentang
Variabel penelitian penelitian ini bersifat validitas >0,301 sampai dengan >0,759
tunggal, yakni adaptasi gejala perimenopause sedangkan 5 pernyataan dinyatakan tidak
dan gangguan kebutuhan seksual. Adapun valid (< 0,3) sehingga di dropout. Sedangkan
hasil penelitian adaptasi gejala dibagi dalam pada uji reliabilitas didapatkan nilai reliable
kategori penanganan baik atau tidak baik, 0,920.
sedangkan untuk gangguan pemenuhan Peneliti melakukan uji normalitas
seksual dibagi galam kategori terpenuhi dan kepada 161 responden awal yang merupakan
tidak terpenuhi. jumlah sampel minimal berdasarkan rumus
Penelitian dilakukan di di wilayah slovin. Uji normalitas menggunakan
Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung. perangkat komputer SPSS 13. Didapatkan
Populasi dalam penelitian ini adalah para hasil normal sehingga peneliti menggunakan
wanita yang berada pada fase mean sebagai standar pemusatan pada hasil
perimenopause. Sampel penelitian yang penelitian penanganan gejala perimenopause.
ditentukan berjumlah 246 responden, yang Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan
dibagi kedalam dua kelompok pengumpulan menggunakan rumus Mean. Kemudian hasil
data penelitian, yaitu 74 orang sebagai perhitungan dikategorikan berdasarkan
kelompok aktivitas seksual aktif untuk dinilai pengkategorian jika skor responden kurang
pemenuhan kebutuhan seksualnya atau sama dengan dari mean maka adaptasi
sedangkan 172 wanita sebagai kelompok wanita perrmenopause dinyatakan baik,
aktivitas seksual tidak aktif dinilai terhadap sedangkan jika skor responden kurang dari
adaptasi terhadap gejala perimenopause. mean maka adaptasi penanganan wanita
Pengumpulan data dilakukan oleh perimenopause dinyatakan tidak baik
peneliti melalui pengisian kuesioner oleh
seluruh responden. Waktu pengisian HASIL
kuesioner dilakukan pada saat para ibu Pada karakteristrik respon
melakukan aktivitas rutin di desa menunjukkan menunjukan bahwa
masing-masing, yaitu saat kegiatan senam karakteristik responden sebagian besar
setiap hari rabu di balai desa, dan pengajian berada pada kelompok usia 50-55 tahun
rutin setiap sabtu pagi dan minggu sore, serta sebesar 134 orang (54,47%) dimana latar
pada saat kegiatan arisan yang berlangsung belakang pendidikan dasar mendominasi
pada akhir pekan setiap bulannya. Selain sebanyak 149 orang (60,56%). Sebagian
mengikuti program yang ada di desa, peneliti besar responden bekerja sebagai ibu rumah
juga memperoleh data melalui kunjungan tangga sebesar 175 orang (71,13%).
secara langsung ke rumah responden pada Penghasilan perbulan pada rentang kurang
pagi atau sore hari. dari upah minimum rata- rata sebesar 144

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 1, APRIL 2018 | Halaman 23


M T Koeryaman, Ermiati │ Adaptasi Gejala Perimenopause dan Pemenuhan Kebutuhan Seksual
Wanita Usia 50-60 Tahun

orang (58,53%). Sedangkan Body Mass terpenuhinya orgasme sebanyak 56 orang


Index sebagaian besar responden sebanyak (5,67%), dan sebesar 42 orang (56,75%)
127 orang (51,62%) berada pada kategori mengalami disparenia saat melakukan
normal (Tabel 1). aktivitas seksual (Tabel 3).
Hasil penelitian pada variabel adaptasi .
gejala pada wanita perimenopause PEMBAHASAN
menunjukan bahwa sebagian besar dari Karakteristik responden sebagian
responden menunjukan gambaran besar berada pada kelompok usia 50-55
pengaturan nutrisi tidak baik sebesar 100 tahun sebesar 134 orang (54,47%) dengan
orang (58,13%), pengaturan aktivitas latar belakang pendidikan dasar SD dan SMP.
olahraga pun sebanyak 113 orang (65,69%) Mengacu pada Indek pembangunan manusia
menunjukkan hasil tidak baik. Aspek di Jawa Barat pada tahun 2012 dimana
pengaturan aktivitas seksual pun menunjukan pendidikan dasar mendominasi sebanyak 149
hasil tidak baik sebanyak 90 orang (52,32%), orang (60,56%) dengan demikian penting
dimana sebagian besar responden kiranya untuk meningkatkan aspek
mengatakan sudah jarang melakukan pengetahuan informal pada kelompok wanita
hubungan seksual dengan pasangan, tidak tersebut. Karena dengan meningkatkan
pernah menggunakan pelumas atau gel saat aspek pengetahuan dalam bidang kesehatan,
akan melakukan aktivitas seksual, serta dapat memberikan dampak yang lebih baik
jarang melakukan foreplay. Data pengaturan terhadap perubahan perilaku terhadap pola
stress dan emosi tidak baik pada 100 orang pikir sebagai salah satu upaya peningkatan
responden (58,13%). Setengah dari derajat kesehatan.
responden dalam pengaturan istirahat Pada sebagian besar responden
menunjukan hasil tidak baik, yaitu sebanyak bekerja sebagai ibu rumah tangga sebesar
87 orang (50,58%). Sedangkan dari aspek 175 orang (71,13%), hal ini pun dianggap
pengaturan pencarian informasi dan sebagai salah satu alasan kurangnya para
pelayanan kesehatan pun menunjukkan hasil wanita untuk mendapatkan sumber informasi
tidak baik pada 101 orang responden tambahan. Data lainnya menunjukan bahwa
(58,72%) (Tabel 2). sebagian besar dari responden memiliki
Hasil penelitian pada variable penghasilan perbulan pada rentang kurang
pemenuhan kebutuhan seksual pada wanita dari upah minimum rata-rata sebesar 144
perimenopause menunjukan gambaran orang (58,53%), sehingga dapat dipastikan
pemenuhan kebutuhan seksual untuk bahwa para wanita tersebut mengalami
gairah/minat seksual hampir seluruh pembatasan dalam pengeluaran dana
responden sebesar 61 orang (82,43%) tidak keuangan, tentu saja hal ini akan berdampak
terpenuhi, sebagian besar responden pada kemampuan untuk memenuhi
sebanyak 49 orang (66,21%) tidak kebutuhan yang diperlukan seperti pembelian
terpenuhinya perangsangan/aurosal, tidak bahan makanan seimbang serta suplemen

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 1, APRIL 2018 | Halaman 24


M T Koeryaman, Ermiati │ Adaptasi Gejala Perimenopause dan Pemenuhan Kebutuhan Seksual
Wanita Usia 50-60 Tahun

Tabel 1. Karakteristik Responden Wanita Perimenopause di Kecamatan Rancaekek (n= 246)


Karakteristik Frekuensi Persentase
Usia
50-55 134 54,5%
56-60 111 45,1%
Pendidikan
Dasar 149 60,6%
Menengah 78 31,7%
Perguruan Tinggi 19 7,7%
Pekerjaan
Tidak bekerja (IRT) 175 71,1%
Bekerja 71 28,9%
Penghasilan
< UMR 144 58,5%
≥ UMR 102 41,5%
Tingkat Kecemasan
Underweight 11 4,5%
Normal 127 51,6%
Overweight 71 28,9%
Obesitas 29 11,8%

Tabel 2. Adaptasi Gejala Pada Wanita Perimenopause di wilayah Kecamatan Rancaekek


(n=172)
Kriteria Penanganan
Penanganan Gejala Pramenopause Baik Tidak Baik
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Pengaturan Nutrisi 72 41,9% 100 58,1%
Pengaturan Aktivitas Olahraga 59 33,7% 113 65,7%
Pengaturan Aktivitas Seksual 82 47,7% 90 52,3%
Pengaturan Stress dan Emosi 72 41,9% 100 58,1%
Pengaturan Istirahat 85 49,4% 87 50,6%
Pengaturan Pencarian Informasi dan 71 41,3% 101 58,7%
Pelayanan Kesehatan

Tabel 3. Pemenuhan Kebutuhan Seksual Pada Wanita Perimenopause di Wilayah Kecamatan


Rancaekek (n=74)
Terpenuhi Tidak Terpenuhi
Deskriptor
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Gairah/minat seksual 13 17,6% 61 82,4%
Perangsangan/aurosal 25 33,8% 49 66,2%
Orgasme 18 24,3% 56 75,7%
Nyeri 32 43,2% 42 56,6%

tambahan lainnya untuk para wanita Pada tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa
perimenopause. Sedangkan pada adaptasi gejala perimenopause didominasi
pengukuran ukuran Body Mass Index pada kategori penanganan tidak baik.
sebagaian besar responden sebanyak 127 Sebagian besar dari responden menunjukan
orang (51,62%) berada pada kategori normal. gambaran pengaturan nutrisi tidak baik
Perhitungan BMI tersebut berdasarkan sebesar 100 orang (58,13%), hal tersebut
pengukuran data berat badan dan tinggi menunjukan bahwa para wanita tidak
badan dengan hasil menujukkan pada mengatur asupan nutrisi yang seimbang. Data
rentang 18,5 – 24,9. tambahan lainnya menunjukan bahwa para

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 1, APRIL 2018 | Halaman 25


M T Koeryaman, Ermiati │ Adaptasi Gejala Perimenopause dan Pemenuhan Kebutuhan Seksual
Wanita Usia 50-60 Tahun

wanita tersebut masih sering mengkonsumsi akan vitamin D dapat terpenuhi dengan
kopi, makanan pedas, dan merokok. mengkonsumsi ikan dan telur. Keseimbangan
Dengan demikian dapat dipastikan zat gizi makronutrien dan makronutrien dapat
pengaturan nutrisi para wanita tersebut masih mempengaruhi terhadap pengaturan
perlu diperhatikan. Tentu saja hal ini dapat hormone estrogen.
menimbulkan faktor resiko penyebab semakin Pada pengaturan aktivitas olahraga
beratnya gejala yang dirasakan. Para pun sebanyak 113 orang (65,69%)
responden tersebut mengatakan tidak menunjukkan hasil tidak baik. Fenomena
mengetahui jika mengkonsumsi kopi secara masyarakat di Indonesia, masih menganggap
berlebihan, makanan pedas dan merokok aktifitas olah raga bukan sebagai prioritas
merupakan pencetus sebagai penyebab utama dalam aktifitas fisik hariannya. Hal
semakin berat gejala perimenopause yang tersebut ditunjukan dengan antusias yang
dirasakan. rendah dalam mengikuti kegiatan senam
Merujuk pada hasil penelitian Emi dan yang rutin diadakan dibalai desa, mereka
Proverowati tahun 2010 berjudul Pengalaman lebih memilih berkegiatan didalam rumah
Ibu Berumur 45 Tahun Sampai 50 Tahun karena dianggap pekerjaan rumah tangga
Dalam Menghadapi Menopause sebanding dengan aktivitas olah raga.
mengatakan bahwa mengkonsumsi kopi Para wanita mengatakan dengan
dapat menimbulkan efek sulit tidur, mudah melakukan pekerjaan rumah tenaga mereka
gugup dan perasaan tegang, selain itu sudah habis, sehingga sering merasa mudah
kandungan kafein yang berasal dari lelah. Pernyataan para wanita tersebut
kopitersebut dapat memicu peningkatkan bertentangan dengan dengan pendapat ahli,
resiko penyakit jantung, parkinson, kanker, karena berdasarkan teori Brashers (2008)
kerusakan pada organ hati serta stroke. bahwa melakukan latihan aerobik secara rutin
Sedangkan mengkonsumsi makanan pedas selama 45 menit merupakan akan
dapat menimbulkan gejala hot flushes menstimulasi diproduksinya endofin. Endorfin
sehingga ketidaknyamanan akan terasa lebih ini akan memberi rasa segar, nyaman dan
berat dan berpotensi mengganggu istirahat gembira. Dengan demikian juga akan
dan tidur. Sedangkan merokok dapat mengurangi stress dan kekacauan yang
meningkatkan resiko menopause lebih dini ditimbulkan oleh perubahan-perubahan
dan meningkatkan resiko kanker. Hal penting hormonal, selain olahraga aktivitas fisik juga
lainnya terkait pemenuhan nutrisi adalah dapat dipertahankan melalui latihan fisik
keseimbangan dalam mengkonsumsi dengan berkegiatan di rumah.
sumber karbohidrat, protein dan vitamin. Melihat aspek pengaturan aktivitas
Hasil penelitian menunjukkan seksual pun menunjukan hasil tidak baik
responden tidak terlalu mengatur pola sebanyak 90 orang (52,32%), dimana
konsumsi hariannya. Sumber protein berupa sebagian besar responden mengatakan
kacang kedelai dapat terpenuhi dari tempe sudah jarang melakukan hubungan seksual
sebagai makanan olahan dan kebutuhan dengan pasangan, tidak pernah

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 1, APRIL 2018 | Halaman 26


M T Koeryaman, Ermiati │ Adaptasi Gejala Perimenopause dan Pemenuhan Kebutuhan Seksual
Wanita Usia 50-60 Tahun

menggunakan pelumas atau gel saat akan Dengan demikian penting kiranya para
melakukan aktivitas seksual, serta jarang wanita tersebut diajarkan terkait cara
melakukan foreplay. Hal tersebut dikarenakan relaksasi dan manajemen stress.
merasa sudah tua sehingga tidak perlu Berdasarkan teori Umland (2008) dalam
dilakukan. Padahal menurut Sites dalam jurnal yang berjudul “Treatment Strategies for
bukunya yang direlease tahun 2012 Reducing the Burden of
mengatakan bahwa terpenuhinya kebutuhan Menopause-Associated Vasomotor
seksual pada masa perimenopause Symptoms” bahwa melakukan relaksasi
merupakan faktor penting dalam seperti menarik napas berguna untuk
meningkatkan kualitas kesehatan secara fisik membantu meredakan stress dan
dan psikis, Dikarenakan pada usia mengurangi rasa cemas. Selain itu dapat
klimakterium bukan merupakan pertanda memperbaiki sirkulasi darah, membantu
berakhirnya kepuasan seksual sehingga detoksifikasi, menurunkan tekanan darah.
dalam pengaturan seksual, sebaiknya Setengah dari responden dalam
melakukan foreplay terlebih dahulu serta pengaturan istirahat menunjukan hasil tidak
menggunakan pelumas agar menghindari baik, yaitu sebanyak 87 orang (50,58%), para
nyeri saat berhubungan. Selainitu penting responden tersebut mengatakan tidak
kiranya membasuh daerah kewanitaan pernah mengatur pola istirahat tidur
dengan menggunakan air hangat untuk hariannya seperti mematikan lampu,
menghindari resiko infesksi pada saluran menggunakan pakaian longgar saat tidur,
reproduksi. minum susu hangat serta membaca doa.
Hasil pengumpulan data lainnya Sehingga tidak jarang mereka mengalami
menunjukan pengaturan stress dan emosi gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
tidak baik pada 100 orang responden istirahat dan tidur, seperti terbangun tengah
(58,13%). Sebagian besar wanita tidak malam atau dini hari dan tidak dapat tertidur
mengetahui bagaimana melakukan relaksasi, lagi.
mengatasi stress dan emosi. Hal tersebut Sebaiknya untuk mengatasi masalah
dapat memberikan dampak negative bagi gangguan sulit tidur sebaiknya dilakukan
kualitas kehidupan para wanita pengaturan istirahat meliputi menetapkan
perimenopause di masa yang akan datang. jadwal tidur, menetapkan jadwal bangun dan
Menurut Heinemann (2004) seorang wanita menciptakan lingkungan tempat tidur yang
pramenopause cenderung lebih mudah nyaman. Hal ini sesuai dengan anjuran dari
merasa tertekan (mudah sedih, mudah Australasian Menopause Society (2013)
menangis, tidak bergairah atau lesu dan dalam jurnal yang berjudul “Sleep
mood yang berubah ubah), mudah marah Disturbance And The Menopause” .
(merasa gugup, rasa marah dan agresif) dan Aspek pengaturan pencarian informasi
rasa lelah (meliputi rasa gelisah dan panik), dan pelayanan kesehatan pun menunjukkan
ini merupakan gejala fisik jangka pendek dari hasil tidak baik pada 101 orang responden
menopause. (58,72%). Dengan demikian para wanita

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 1, APRIL 2018 | Halaman 27


M T Koeryaman, Ermiati │ Adaptasi Gejala Perimenopause dan Pemenuhan Kebutuhan Seksual
Wanita Usia 50-60 Tahun

minim mendapatkan informasi seputar masa Wanita pada masa menopause masih
perimenopause. Sedangkan Pemenuhan dapat menikmati hubungan seksual,
kebutuhan akan informasi merupakan faktor sekalipun sudah dapat dipastikan
yang penting sebagai salah satu faktor agar kuantitasnya sangat berkurang. Gairah seks
seseorang mampu untuk berperilaku sehat. wanita setelah menopause sangat
Dilihat dari hasil pemenuhan kebutuhan bergantung pada kebiasaan dan aktivitas
aktivitas seksual, adanya permasalahan kehidupan seks selama masa reproduksi.
pemenuhan kebutuhan aktivitas tersebut Apabila seorang wanita telah menikmati
dapat dipengaruhi salah satunya oleh faktor pernikahan yang bahagia, serasi, dan
usia, dimana pada usia 50-55 tahun terjadi harmonis, wanita tersebut dapat menjalani
penurunan estrogen yang dapat kehidupan setelah menopause tanpa banyak
mempengaruhi dorongan seksual. Penurunan pengurangan dalam gairah dan frekuensi
fungsi folikel ovarium dan penurunan seksnya. Sebaliknya, apabila seorang wanita
estrogen yang bersirkulasi juga menyebabkan selama pernikahannya mengalami
perubahan dalam produksi hormon seks dari kekurangan gairah seks, atau jarang
hipotalamus, kelenjar hipofisi, dan kelenjar melakukan hubungan seksual menopause
adrenal (Scharbon Dehaan et al., 1991 dalam akan menurunkan gairah seksnya, atau
Reeder 2011). bahkan menganggap hubungan seksual
Selain itu sikap sebagian wanita sebagai sesuatu yang tidak penting lagi.
menopause yang mengganggap bahwa Menurut Journal Menopause, sex and
setelah menopause mereka sudah tidak HRT: An Analysis of The Social Meaning of
pantas lagi untuk menikmati seks dapat Heterosexual and Lesbian women’s
menurunkan gairah seksual wanita tersebut Experiences, Winterich (2002)
(Wirakusumah, 2003). Padahal berdasarkan mengungkapkan orgasme dapat membantu
pendapat yang dari Kolodny, ahli seksologi melatih vagina karena kontraksi otot-otot dan
Amerika Serikat dalam Pakasi (2000) bahwa meningkatkan aliran darah. Beberapa peneliti
tidak ada pengaruh menopause secara meyakini bahwa aktivitas seksual dapat
langsung kepada kehidupan seks. Bahkan merangsang produksi estrogen di kelenjar
kadang-kadang dorongan seks wanita akan adrenal, sehingga menjaga terhadap
meningkat. pelumasan vagina. Hal lainnya dalam
Pendapat lainnya pada jurnal The mengatasi kelemahan otot-otot vagina yang
Menopause and Sexual Functioning: A disebabkan karena penambahan usia dapat
Review of the Population-Based Studies yaitu dilakukan latihan Kegel selain terapi hormon
merupakan hasil studi cross-sectional dan testosteron untuk membantu memulihkan
longitudinal oleh Swedia, Hallstrom dan gairah dan intensitas orgasme.
Samuelsson (1990) menyatakan bahwa Hal ini sesuai dengan teori yang
dengan bertambahnya usia ditemukan diungkapkan oleh Greenwood (1991),
penurunan yang signifikan dalam minat menekankan bahwa berakhirnya masa
seksual, orgasme, dan frekuensi koital. subur tidak menghilangkan sifat seksual yang

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 1, APRIL 2018 | Halaman 28


M T Koeryaman, Ermiati │ Adaptasi Gejala Perimenopause dan Pemenuhan Kebutuhan Seksual
Wanita Usia 50-60 Tahun

dijiwai oleh semangat memberi dan menerima maupun psikologis yang dialami. Selain itu
cinta dalam berbagai ungkapannya. penting kiranya untuk memberikan
Hubungan seksual bukan satu-satunya cara pemahaman terkait pemenuhan kebutuhan
ungkapkan seksual yang memberikan seksual, sebagai upaya preventif dalam
kepuasan yang diberikan oleh suami peningkatan life expectancy para wanita
terhadap istrinya. Rangkulan, usapan, dan masa perimenopause. Dimana hubungan
rabaan yang dilakukan dengan penuh seksual bukan merupakan satu-satunya cara
kemesraan merupakan pengganti hubungan ungkapkan seksual yang dapat memberikan
seksual yang bahkan bisa lebih kepuasan semata yang diberikan oleh
menyenangkan dan lebih membahagiakan pasangannya terhadap istrinya. Melainkan
pada usia menopause. komunikasi yang baik antara suami dan istri
diperlukan sebagai salah satu upaya
KESIMPULAN DAN SARAN meningkatkan harmonisasi dan kualitas
Periode perimenopause yang diawalai hubungan. Karena komunikasi yang kurang
saat sebelum menstruasi terakhir hingga terbina bahkan disampaikannya
melampaui satu tahun setelah menstruasi permasalahan terkait penurunan fungsi
berhenti secara permanen akibat penurunan seksual kepada pasangannya berpotensi
fungsi estrogen secara tajam, dan lazim menurunkan kualitas pemenuhan kebutuhan
terjadi pada wanita usia 50 dan 55 tahun pada seksual pasangannya.
kebanyakan wanita, dengan usia rata-rata 51
tahun. Akibatnya terjadi perubahan DAFTAR PUSTAKA
metabolisme tubuh yang ditandai dengan Australian Menopause Society. (2013).
Menopause Management. Dari
menurunnya pengeluaran hormon lainnya
https://www.menopause.org.au/hp/m
hingga menurunnya fungsi tubuh dan anagement
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung.
menimbulkan gejala fisik dan psikis.
(2011). Profil Kesehatan Kabupaten
Perubahan tersebut muncul sebagai keluhan Bandung 2013. Bandung: BPS
Kabupaten Bandung
dan mencapai puncaknya pada saat sebelum
Baziad, A. (2003). Menopause dan
dan sesudah menopause. Seiring dengan Andropause. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardi.
pertambahan usia, biasanya gejala yang
Brashers. (2008). Aplikasi Klinis Patofisiologi
dialami akan semakin jarang dirasakan. Pemeriksaan dan Manajemen.
Jakarta: EGC
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa
Dan, Greenwood. (1991). An overview of
sebagian besar wanita berpotensi untuk Neural Networks. System Research
Behavioral Science. 36(1):1-33.
mengalami dampak yang kurang baik sebagai
Doi:10.1002/b5.3830360102
akibat dari pengalamannya mengalami Dennerstein, L., et al. (2003). The menopause
and sexual functioning: A review of
menopause. Sangat penting untuk melakukan
the population-based studies. Annual
penatalaksanaan yang ideal bagi para wanita Review of Sex Research, 14():64-82.
Diakses dari
pada fase perimenopause sebagai upaya
http://search.proquest.com/docview/2
mengurangi ketidaknyamanan dalam jangka 25230470?accountid=148614
Departemen Kesehatan RI. (2005). Terjadi
waktu yang panjang akibat perubahan fisik

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 1, APRIL 2018 | Halaman 29


M T Koeryaman, Ermiati │ Adaptasi Gejala Perimenopause dan Pemenuhan Kebutuhan Seksual
Wanita Usia 50-60 Tahun

Pergeseran Umur Menopause. Varney, Helen; Kriebs, Jan M; Gegor, Carolyn


Diakses 13 Juni 2013 dari L. (2002). Buku Saku Bidan. Jakarta:
http://www.depkes. EGC.
go.id/index.php?option=news&task=v Wirakusumah, E. S. (2003). Tip dan Diet
iewarticle& sid=936 untuk Tetap Sehat, Cantik, dan
Emi dan Proverowati. (2009). Pengalaman Bahagia di Masa Menopause. Jakarta:
Ibu Berumur 40 Tahun – 50 Tahun Gramedia Pustaka Utama.
Dalam Menghadapi Menopause. Winterich, J.A. (2002). Menopause, Sex and
Tersedia dari Skripsi FKIK Universitas HRT: An Analysis of the Social
Jenderal Soedirman Meaning of Heterosexual and
Genazzani, A. R., et al. (2007). Menopause Lesbian Women’s Experiences.
and aging, quality of life and sexuality: (doctoral dissertation). Tersedia dari
International Menopause Society https://repositories.lib.utexas.edu/bits
Expert Workshop. Climacteric 10(2): tream/handle/2152/1049/winterichj02
88-96. 2.pdf?sequence=2&isAllowed=y
Glasier. (2006). Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi. (Edisi 4).
Jakarta: EGC
Heinemann et al. (2004). Health and Quality
of Life Outcomes The Menopause
Rating Scale (MRS) scale: A
methodological review. Germany:
BioMed Central ltd.
Kasdu, D. (2002). Kiat Sehat dan Bahagia di
Usia Menopause. Jakarta: Puspa
Swara.
Manuaba, I. (1999). Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.
Notoatmodjo, S. (2003). Pengantar Ilmu
Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pakasi, L. S. 2000. Menopause Masalah dan
Penangulangannya. Jakarta: FKUI
Pusat Data dan Informasi. (2012). Profil
Kesehatan Indonesia. Diakses Maret
2013 dari
www.depkes.go.id/.../profil-kesehatan
-indonesia/profil-kesehatan-indonesia
-2012.pdf
Reeder, S. J. (2011). Keperawatan Maternitas:
Kesehatan Bayi dan Keluarga.
Jakarta: EGC
Rosen, R. et all. (2000). The female Sexual
Function Index (FSFI): A
Multidimensional Self-Report
Instrument for the Assessment of
Female Sexual Function. J Sex
Marital Ther. 26(2):191-208.
Sites. et al. (2012). Toward an understanding
and a treatment approach: Problems
of sexual function in menopausal
women. American Society For
Reproductive Medicine. 20(4). 1-6
Umland. (2008). Treatment Strategies For
Reducing The Burden Of Menopause
Associated Vasomotor Symptoms. J
Manag Care Pharm. Apr;14(3
Suppl):14-9.

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 16 No 1, APRIL 2018 | Halaman 30

Anda mungkin juga menyukai