PENDAHULUAN
Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalilitas anak di
negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar
kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau
parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk
sindroma malabsorpsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek
terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi
penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan
pertumbuhan akibat diare. Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit
dan sering disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa.1
Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi disektor kesehatan
oleh karena rata-rata sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang ada di rumah sakit ditempati
oleh bayi dan anak dengan penyakit diare selain itujuga dipelayanan kesehatan primer, diare
masih menempati uruta kedua dalam urutan 10 penyakit terbanyak dipopulasi. 1
Diare juga cepat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episod diare dapat
menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia adn berkurangnya kemampuan
menyerap sari makanan, sehingga apabila episodnya berkepanjangan akan berdampak
terhadap pertumbuhan dan kesehatan anak.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : 1,4
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi :
Infeksi bakteri : vibrio, E.coli, Salmonela, shigella, campylobacter, Yersinia,
aeromonas dan sebagainya.
Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain
Infeksi parasit : cacing (ascaris, trichiuris, Oxyuris, strongyloides), protozoa
(entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas hominis), jamur (candida
albicans).
b. Infeksi parenteral yaitu dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis
Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah
2 tahun.
2
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarisa (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologi : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar
2.3. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah : 1
3
2. Malabsorbsi umum
Keadaan seperti short bowel syndrome, celiac, protein, peptida, tepung, asam
amino, dan monosakarida mempunyai peran pada gerakan osmotik pada lumen usus.
Kerusakan sel (secara normal akan meyerap Na dan air) dapat disebabkan virus atau
kuman, seperti Salmonella, Shigella, atau Campylobacter. Sel tersebut juga dapat
rusak karena inflammatory bowel disease idiopatik, akibat toksin ataun obat-obat
tertentu. Gambaran karakteristik penyakit yang menyebabkan malabsorbsi usus
halus adalah atropi villi. Lebih lanjut, mikroorganisme tertentu (bakteri tumbuh
lampau, giardiasis, dan enteroadheren E.coli) menyebabkan malabsorbsi nutrien
dengan merubah faal membran brush border tanpa merusak susunan anatomi
mukosa. Maldigesti protein lengkap, karbohidrat, dan trigliserid diakibatkan
insuficiensi eksokrin pankreas menyebabkan malabsorbsi yang signifikan dan
mengakibatkan diare osmotik.
a. Hiperplasia kripta
4
c. Luminal secretagogues
Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri dan
bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk
dihydoxy, serta asam lemak rantai panjang.
Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan
konsentrasi intrasel cAMP, cGMP, atau Ca++ yang selanjutbya akan
mengaktiflan protein sehingga mengakibatkan perubahan salurah ion, akan
menyebabkan Cl di kripta keluar. Di sisi lain terjadi peningkatan pompa natrium
dan natrium masuk kedalam lumen usus bersama Cl.
Bahan laksatif dapat memyebabkan bervariasi efek pada aktivitas NaK-ATPase.
Permeabilitas intestinal dan sebagian menyebabkan kerusakan sel mukosa.
Beberapa obat menyebabkan sekresi intestinal. Penyakit malabsorbsi seperti
reseksi ileum dan penyakit Crohn dapat menyebabkan kelainan sekresi seperti
menyebabkan peningkatan konsentrasi garam empedu, lemak.
d. Blood-Borne Scretagogues
Diare sekretorik pada anak-anak di negara nerkembang umumnya disebabkan
enterotoksin E.coli atau cholera. Berbeda dengan negara berkembang, di negara
maju, diare sekretorik berat disebabkan neoplasma pankreas, sel non-beta yang
menghasilkan VIP, polipeptida pankreas, hormon sekretorik berat disebabkan
neoplasma pankreas, sel non-beta yang menghasilkan VIP, polipeptida pankreas,
hormon sekretorik lainnya (sindroma watery diarrhe hypokalemia achlorhydria
(WDHA). Diare yang disebabkan tumor ini termasuk jarang. Semua kelainan
mukosa usus, berakibat sekresi air dan mineral berlebihan pada vilus dan kripta
serta semua eritrosit terlibat dan dapat terjadi mukosa usus dalam keadaan
normal.
4. Diare akibat gangguan peristaltik
5
pada anak jaramg terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena hipermotilitas pada
kasus kolon irritable pada bayi. Ganguan motilitas mungkin merupakan penyebab
diare pada thurotoksikosis, malabsorbsi asam empedu dan berbagai penyakit lain.
2.4. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi : 5
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada
pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbanagn asam-basa (metabolik asodosis)
Metabolik asidosis ini terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria)
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan
intraseluler
Pernafasan Kuszmaull
Pernafasan kuszmaull ini merupakan homeostasis respiratorik, adalah usaha
tubuh untuk mempertahankan pH darah.
𝐻𝐶𝑂3
pH = pK + 𝐻2𝐶𝑂3
6
Untuk sistem bikarbonat, nilai pK ini konstant, yaitu 6,1. Hal ini berarti
pH tergantung pada ratio Bikarbonas dan karbonat, tidak tergantung dari
konsentrasi mutlak bikarbonat dan karbonat.
Bila kadar bikarbonat turun, maka kadar karbonatpun harus turun pula
supaya ratio bikarbonat : karbonat tetap 20 :1. Untuk mempertahankan ratio ini
maka sebagian asam karbonat akan diubah menjadi H2O dan CO2 akan
dikeluarkan dengan bernafas lebih cepat dan dalam (pernafasan Kuszmaull).
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak ytang menderita diare. Pada
anak-anak dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering
pada anak yang sebelumnya sudah menderita KKP.
Hal ini terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi)
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai
40 mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala: lemah, apatis, tremor,
bekeringat, pucat, syok, kejang, sampai koma. Terjadinya hipoglikemia ini perlu
dipertimbangkan jika terjadi kejang yang tiba-tiba tanpa adanya panas atau
penyakit lain yang disertai kejang, atau penderita dipuasakan dalam waktu yang
lama.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat.
Hal ini disebabkan :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau
muntahnya akan bertambah hebat. Ornag tua sering hanya memberikan
air teh saja (teh diet)
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan
susu yangencer ini diberikan terlalu lama.
7
c. Makanan yang diberikan sering tidak dicerna dan diasorpsi dengan baik
dengan adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi
darah berupa renjatah (syok) hipovolemik. Akibatnya perfusi jarimngan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah hebat, dapat mengakibatkan
perdarahan dalm otak, kesadaran menurun (soporokomateus) dan tidak segera
ditolong penderita dapat meninggal.
2.6. Diagnosa
Diagnosa diare atau gastroentritis : 2,5
1. Anamnesa
Perlu ditanyakan deskripsi diare (frekusensi, lama diare berlangsung, warna,
konsistensi tinja, adanya lendir/darah dalam tinja), adanya muntah, tanda dehidrasi
(rasa haus, anak rewel/lemah, BAK terakhir), demam, kejang, jumalh cairan
masuk, riwayat makan dan minum, penderita sekitar, pengobatan yang diterima,
dan gejala invaginasi (tangisan keras dan bayi pucat).
2. Pemeriksaan fisik
8
1) Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
2) Tanda utama : keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma,
rasa haus, turgor kulit abdomen menurun
3) Tanda tambahan : ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,
mulut dan lidah
4) Berat badan
5) Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit seperti nafas cepat
adn dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau
hipernatremia)
6) Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
a. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% BB)
Tidak ditemukan tanda umum dan tanda tambahan
Keadaan umum baik, sadar
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
Turgor abdomen baik, bising usus normal
Akral hangat
b. Dehidrasi ringan-sedang (kehilangan cairan 5-10%)
Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda
tambahan
Keadaan umum gelisah atau cengeng
Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering
Turgor kurang, akral hangat
c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan >10% BB)
Apabila didapatkan 2tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih
tanda tambahan
Keadaan umum lemah, letargi, atau koma
Ubun-ubun sangat cekung, amat sangat cekung, air mata tidak
ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering
Turgor kulit sangat kurang dan akral dingin
Pasien harus rawat inap
9
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari :
a. Pemeriksaan tinja
Mikroskopis dan makroskopis
pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
di duga terdapat intoleransi glukosa (gula)
b. pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan
Analisa Gas Darah (AGDA) menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
c. pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor
dalam serum (jerutama pada penderita diare yang disertai kejang.
e. pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit
secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gastroentritis yaitu : 1,5
1. Rehidrasi
Dehidrasi berat berikan terapi 100ml/6jam
Anak <1 tahun= 30 cc/kgbb/1jam dilanjutkan 70cc/kgbb/5jam
Anak >1tahun= 30 cc/kgbb/30menit dilanjutkan 70cc/kgbb/1/2jam
Apabila rehidrasi telah tercapai lanjutkan dengan terapi maintenance/24 jam
2. Zinc <1 tahun 1x10mg selama 10 hari berturut turut, anak dengan umur >1 tahun
1x20mg selama 10 hari berturut turut
3. Lacto B
10
< 1 setahun = 2 sachet/hari selama > 7 hari
1-6 tahun= 3 sachet/hari selama >7 hari
4. ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu pada waktu
anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang
hilang. Pada diare berdarah mafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafu
makan menandakan fase kesembuhan.
5. Antibiotik selektif
AB jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya
diare karena menggagu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficle yang
akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian ab
yang tidak rasional akan mempercepat resistensi kuman terhadap ab, serta
menambah biaya pengobatan yang tidak perlu.
2.9 Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi seperti : 5
1. Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan
pemantuan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium
secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat
berbahaya oleh karena dapat menimbulakn edema otak. Rehidrasi oral atau
nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman.
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan
0.45% saline -5% dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan
berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma seteklah 8 jam. Bila
normal lanjutkan dengan rumatan, bila normal lanjutkan pemberian oralit
10ml/kgBB/setiap BAB, samapai diare berhenti.
2. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na<130 mol/L).
Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi
berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari hampir semua
11
anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan
dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu : memakai RL atau normal Saline. Kadar Na
koreksi (mEq/L) = 125-kadar Na serum yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalik
berat badan. Separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam.
Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L/Jam.
3. Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan
pemberian kalsium glukonas 10% 0,5 – 1 ml/kgBB/iv pelan-pelam dalam 5 – 10
menit dengan monitor detak jantung.
4. Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar
K : jika kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis.
Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus)
diberikan 4 jam. Dosisnya: (3,5 – kadar K terukur x BB x 0,4 + 2
mEq/kgBB/24jam) diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah
3,5 – kadar K terukur x BB x 0,4 + 1/6 x2 mEq x BB).
Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, paraliktik usus, gangguan
ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangab kalium
dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya
kalium selama diare dan sesudah diare berhenti.
2.10 Pencegahan
12
Pengguanaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga
Membuang tinja bayi dengan benar.
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tubuh anak dan dapat
mengurangi resiko diare antara lain :
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalilitas anak di
negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar
kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau
parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk
sindroma malabsorpsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek
terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi
penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan
pertumbuhan akibat diare.
Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi
≥3x/hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan atau tanpa
darah/lendir dalam tinja, disertai atau tanpa muntah. Diare yang berlangsung kurang
dari 14 hari disebut diare akut dan bila berlangsung lebih dari 14 hari disebut diare
persisten. Penatalaksanaan diare yaitu rehidrasi, zinc, ASI dan makanan tetap diteruskan,
AB selektif, Edukasi.
14
STATUS ANAK SAKIT
I. Anamnesa Pribadi OS
Nama : Miftahul Jannah
Umur : 9 bulan 3 minggu
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Melayu
Berat badan masuk : 7 kg
Tinggi Badan : 70 cm
Tanggal Masuk : 15 agustus 2015
Alamat : Jl. Narelan Pasar 1 Tengah
15
V. Anamnesa Makanan
0-2 bulan : ASI Eksklusif
2-6 bulan : Susu formula
6-9 bulan : Susu formula, nasi tim, biskuit, buah
VI. Imunisasi
Hepatitis B : Lengkap pada umur 0, 1, 6 bulan
Polio : Lengkap pada umur 0, 2, 4, 6 bulan
BCG : Lengkap pada umur 1 bulan
DPT : Lengkap pada umur 2, 4, 6 bulan
Campak :-
Kesan : Imuniasasi sesuai umur belum lengkap
X. Pemeriksaan fisik
1. Status presens
KU/KP/KG : Jelek/buruk/baik
Sensorium : Somnolen
HR : 140x/i
RR : 28x/i
Anemis : (-)
16
Dyspnea : (-)
Cyanosis : (-)
Ikterik : (-)
Oedema : (-)
2. Status lokalis
a. Kepala : UUB cekung
Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor kanan=kiri,
conjugtiva palpebra inferior pucat (-/-), mata
cekung (+)
Hidung : Dalam batas normal
Telinga : Dalam batas normal
Mulut : Mukosa bibir kering (+)
c. Thorax
Inspeksi : Simetris fusiformis, retraksi (-)
Palpasi : Sf kanan=kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : HR: 140x/menit, reguler, desah (-) RR : 28x/i,
reg, ronchi (-) sp: vesikuler st:-
d. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, H/L/R tidak teraba, turgor kembali
sangat lambat
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) meningkat
e. Extremitas
Superior : Pulse 140x/menit, reguler, akral dingin, T/V
cukup, CRT >3”, temperature 36,8OC, TD
Inferior : akral dingin, CRT >3”
17
Neuromuscular : Tidak dilakukan pemeriksaan
Involuntary movement : Tidak dilakukan pemeriksaan
B. Koordinasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
C. Sensibilitas : Rangsangan dengan sentuhan (-),
rangsangan nyeri (+)
b. Urin Rutin
Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Feses
Tanggal 16 agustus 2015
Makroskopis
Warna Kuning
Konsistensi Encer
Lendir -
Darah -
18
Mikroskopis
Amoeba -
Cista -
Ascariasis -
Hookw -
Oxyuris -
Trichuriasis -
XVII. Terapi
19
FOLLOW UP PASIEN
20
4. Lacto B 2 sachet/hari
5. Oralit 50 cc setiap kali mencret
Abdomen
Inspeksi Simetris
Palpasi Soepel, H/L/R tidak teraba, turgor kembali lambat
Perkusi Timpani
Auskultasi Peristaltik (+) meningkat
Extremitas
Atas Pulse 120x/menit, reguler, akral hangat, T/V cukup, CRT
<3”, temperature 36,8OC, TD: 90/60 mmHg
Bawah Akral hangat, CRT <3”
Abdomen
Inspeksi Simetris
Palpasi Soepel, H/L/R tidak teraba, turgor kembali cepat
Perkusi Timpani
Auskultasi Peristaltik (+) normal
Extremitas
Atas Pulse 140x/menit, reguler, akral dingin, T/V cukup, CRT
>3”, temperature 36,7OC, TD: 90/60 mmHg
Bawah Akral hangat, CRT <3”
22
Tanggal 18 Agustus 2015 Hari Rawatan 4
Keluhan Mencret (-), muntah (-), demam (-)
KU/KP/KG baik/baik/baik
Sensorium Compos mentis
Frekuensi Nadi 110x/i, reg, desah (-)
Frekuensi Nafas 28x/i, reg, ronchi (-)
Temprature 36,8 0C
BB 7,7 kg
Status Lokalisata
Abdomen
Inspeksi Simetris
Palpasi Soepel, H/L/R tidak teraba, turgor kembali cepat
Perkusi Timpani
Auskultasi Peristaltik (+) normal
Extremitas
Atas Pulse 110x/menit, reguler, akral hangat, T/V cukup, CRT
<3”, temperature 36,5OC, TD: 90/60 mmHg
Bawah Akral hangat, CRT <3”
23
Tanggal 18 Agustus 2015 pasien PBJ
24