Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalilitas anak di
negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar
kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau
parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk
sindroma malabsorpsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek
terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi
penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan
pertumbuhan akibat diare. Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit
dan sering disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa.1

Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi disektor kesehatan
oleh karena rata-rata sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang ada di rumah sakit ditempati
oleh bayi dan anak dengan penyakit diare selain itujuga dipelayanan kesehatan primer, diare
masih menempati uruta kedua dalam urutan 10 penyakit terbanyak dipopulasi. 1

Diare juga cepat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episod diare dapat
menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia adn berkurangnya kemampuan
menyerap sari makanan, sehingga apabila episodnya berkepanjangan akan berdampak
terhadap pertumbuhan dan kesehatan anak.1

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi


≥3x/hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan atau tanpa
darah/lendir dalam tinja, disertai atau tanpa muntah. Diare yang berlangsung
kurang dari 14 hari disebut diare akut dan bila berlangsung lebih dari 14 hari disebut
diare persisten.1
Diare akut adalah perubahan kosnsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air dalam tinja melebihi normal (10ml/kgBB/hari) dengan peningkatan
frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari.2

2.2 Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu : 1,4
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi :
 Infeksi bakteri : vibrio, E.coli, Salmonela, shigella, campylobacter, Yersinia,
aeromonas dan sebagainya.
 Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain
 Infeksi parasit : cacing (ascaris, trichiuris, Oxyuris, strongyloides), protozoa
(entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas hominis), jamur (candida
albicans).
b. Infeksi parenteral yaitu dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis
Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah
2 tahun.

2
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarisa (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologi : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar

2.3. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah : 1

1. Gangguan absorbsi atau diare osmotik


Secara umum terjadi penurunan fungsi absorbsi oleh berbagai sebab seperti celiac
sprue, atau karena:
a. Mengkonsumsi magnesium hidroksida
b. Defisiensi sukrase-isomaltase adanya laktase defisien pada anak yang lebih
besar
c. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada usus
halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertonis dan menyebabkan
hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmose antara lumen usus dan
darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeabel, air akan
mengalir ke arah lumen jejenum, sehingga air akan banyak terkumpul dalam
lumen usus. Na akan mengikuti masuk kedalam lumen, dengan demikian akan
terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na yang normal.
Sebagian kecil cairan ini akan diasbsorbsi kembali, akan tetapi lainnya akan
tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan yang tidak diserap seperti Mg,
glukose, sukrose, laktose, maltose, di segmen illeum dan melebihi kemampuan
absorpsi kolon, sehingga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dari
jus buah, atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah berlebihan akan
memberikan dampak yang sama.

3
2. Malabsorbsi umum

Keadaan seperti short bowel syndrome, celiac, protein, peptida, tepung, asam
amino, dan monosakarida mempunyai peran pada gerakan osmotik pada lumen usus.
Kerusakan sel (secara normal akan meyerap Na dan air) dapat disebabkan virus atau
kuman, seperti Salmonella, Shigella, atau Campylobacter. Sel tersebut juga dapat
rusak karena inflammatory bowel disease idiopatik, akibat toksin ataun obat-obat
tertentu. Gambaran karakteristik penyakit yang menyebabkan malabsorbsi usus
halus adalah atropi villi. Lebih lanjut, mikroorganisme tertentu (bakteri tumbuh
lampau, giardiasis, dan enteroadheren E.coli) menyebabkan malabsorbsi nutrien
dengan merubah faal membran brush border tanpa merusak susunan anatomi
mukosa. Maldigesti protein lengkap, karbohidrat, dan trigliserid diakibatkan
insuficiensi eksokrin pankreas menyebabkan malabsorbsi yang signifikan dan
mengakibatkan diare osmotik.

Gangguan atau kegagalan ekskresi pankreas menyebabkan kegagalan


pemecahan kompleks protein, karbohidrat, trigliserid, selanjutnya menyebabkan
maldigesti, malabsrobsi dan akhirnya menyebabkan diare osmotik. Steatorrhea
berbeda dengan malabsorbsi protein dan karbohidrat dengan asam lemak rantai
panjang intraluminal, tidak hanya menyebabkan diare osmotik, tetapi juga
menyebabkan pacuan sekresi Cl sehingga diare tersebut dapat disebabkan malabsorbsi
karbohidrat oleh karena kerusakan difus mukosa usus, def sukrosa, isomaltosa dan
defisiensi congenital laktase, pemberian obat pencahar, malabsorbsi karbohidrat yang
berlebihan pada hipermotilitas pada kolon iritabel. Mendapat cairan hipertonis dalam
jumlah besar dan cepat, menyebabkan kekambuhan diare. Infeksi virus yang
menyebabkan kerusakan mukosa sehingga menyebabkan gangguan sekresi enzim
laktase menyebabkan gangguan absorbsi nutrisi laktose.

3. Gangguan sekresi atau diare sekretotrik

a. Hiperplasia kripta

Teoritis adanya hiperplasia kripta akibat penyakit apapun, dapat menyebabkan


sekresi intestinial dan diare. Pada umumnya penyakit ini menyebabkan atrofi vili.

4
c. Luminal secretagogues
Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri dan
bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk
dihydoxy, serta asam lemak rantai panjang.
Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan
konsentrasi intrasel cAMP, cGMP, atau Ca++ yang selanjutbya akan
mengaktiflan protein sehingga mengakibatkan perubahan salurah ion, akan
menyebabkan Cl di kripta keluar. Di sisi lain terjadi peningkatan pompa natrium
dan natrium masuk kedalam lumen usus bersama Cl.
Bahan laksatif dapat memyebabkan bervariasi efek pada aktivitas NaK-ATPase.
Permeabilitas intestinal dan sebagian menyebabkan kerusakan sel mukosa.
Beberapa obat menyebabkan sekresi intestinal. Penyakit malabsorbsi seperti
reseksi ileum dan penyakit Crohn dapat menyebabkan kelainan sekresi seperti
menyebabkan peningkatan konsentrasi garam empedu, lemak.
d. Blood-Borne Scretagogues
Diare sekretorik pada anak-anak di negara nerkembang umumnya disebabkan
enterotoksin E.coli atau cholera. Berbeda dengan negara berkembang, di negara
maju, diare sekretorik berat disebabkan neoplasma pankreas, sel non-beta yang
menghasilkan VIP, polipeptida pankreas, hormon sekretorik berat disebabkan
neoplasma pankreas, sel non-beta yang menghasilkan VIP, polipeptida pankreas,
hormon sekretorik lainnya (sindroma watery diarrhe hypokalemia achlorhydria
(WDHA). Diare yang disebabkan tumor ini termasuk jarang. Semua kelainan
mukosa usus, berakibat sekresi air dan mineral berlebihan pada vilus dan kripta
serta semua eritrosit terlibat dan dapat terjadi mukosa usus dalam keadaan
normal.
4. Diare akibat gangguan peristaltik

Meskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorbsi, tetapi


perubahan motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorbsi. Baik peningkatan
ataupun penurunan motilitas, keduanya dapat menyebabkan diare. Penurunan
motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh lampau yang menyebabkan diare.
Perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi akan meningkatkan absorpsi. Kegagalan
motilitas usus yang berat menyebabkan stasis intestinal berakibat intestinal berakibat
inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan malabsorbsi. Diare akibat hiperperistaltik

5
pada anak jaramg terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena hipermotilitas pada
kasus kolon irritable pada bayi. Ganguan motilitas mungkin merupakan penyebab
diare pada thurotoksikosis, malabsorbsi asam empedu dan berbagai penyakit lain.

2.4. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi : 5
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada
pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbanagn asam-basa (metabolik asodosis)
Metabolik asidosis ini terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria)
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan
intraseluler

Secara klinis asidosis dapat diketahui senga memperhatikan pernafasan.


Pernafasan bersifat cepat, teratur, dan dalam, yang disebut pernafsan
kuszmaull. Menurut penelitian Sutoto (1974), kehilangan komponen basa ini
(base defisit) pada penderita dehidrasi berat mencapai 17,7 mEq/L.

Pernafasan Kuszmaull
Pernafasan kuszmaull ini merupakan homeostasis respiratorik, adalah usaha
tubuh untuk mempertahankan pH darah.

Mekanisme terjadinya pernafasan Kuszmaull ini dapat diterangkan


dengan mempergunakan ekwasi Henderson-Hasselbach.

Ekwasi Hemderson Hasselbach

𝐻𝐶𝑂3
pH = pK + 𝐻2𝐶𝑂3

6
Untuk sistem bikarbonat, nilai pK ini konstant, yaitu 6,1. Hal ini berarti
pH tergantung pada ratio Bikarbonas dan karbonat, tidak tergantung dari
konsentrasi mutlak bikarbonat dan karbonat.

Dalam keadaan normal, NaHCO3 = 27 mEq/L (=60 vol %) dan kadar


HzCO3 = 1,35 mEq/L (-3 v0l %). Selama ratio 20 : 1 ini konstant maka pH-pun
akan tetap 7,4.

Bila kadar bikarbonat turun, maka kadar karbonatpun harus turun pula
supaya ratio bikarbonat : karbonat tetap 20 :1. Untuk mempertahankan ratio ini
maka sebagian asam karbonat akan diubah menjadi H2O dan CO2 akan
dikeluarkan dengan bernafas lebih cepat dan dalam (pernafasan Kuszmaull).

3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% dari anak-anak ytang menderita diare. Pada
anak-anak dengan gizi cukup/baik, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering
pada anak yang sebelumnya sudah menderita KKP.
Hal ini terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorpsi glukosa (walaupun jarang terjadi)
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai
40 mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala: lemah, apatis, tremor,
bekeringat, pucat, syok, kejang, sampai koma. Terjadinya hipoglikemia ini perlu
dipertimbangkan jika terjadi kejang yang tiba-tiba tanpa adanya panas atau
penyakit lain yang disertai kejang, atau penderita dipuasakan dalam waktu yang
lama.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat.
Hal ini disebabkan :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau
muntahnya akan bertambah hebat. Ornag tua sering hanya memberikan
air teh saja (teh diet)
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan
susu yangencer ini diberikan terlalu lama.

7
c. Makanan yang diberikan sering tidak dicerna dan diasorpsi dengan baik
dengan adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi
darah berupa renjatah (syok) hipovolemik. Akibatnya perfusi jarimngan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah hebat, dapat mengakibatkan
perdarahan dalm otak, kesadaran menurun (soporokomateus) dan tidak segera
ditolong penderita dapat meninggal.

2.5. Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis gastroentritis sebagai berikut : 2,5
 Mula-mula anak biasanya cengeng atau rewel, gelisah
 Suhu tubuh biasanya meningkat
 Nafsu makan berkurang atau tidak ada
 Timbul diare (mencret)
Tinja cair bisa disertai lendir atau darah. Warna tinja lama-kelamaan akan berubah
menjdai warna kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu.
 Muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam – basa dan
elektrolit
 Gejala dehidrasi mulai tampak jika telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit
berupa berat badan turun, turhor kulit berkurang, mata dan ubun – ubun besar
cekung, mukosa mulut tampak kering.

2.6. Diagnosa
Diagnosa diare atau gastroentritis : 2,5
1. Anamnesa
Perlu ditanyakan deskripsi diare (frekusensi, lama diare berlangsung, warna,
konsistensi tinja, adanya lendir/darah dalam tinja), adanya muntah, tanda dehidrasi
(rasa haus, anak rewel/lemah, BAK terakhir), demam, kejang, jumalh cairan
masuk, riwayat makan dan minum, penderita sekitar, pengobatan yang diterima,
dan gejala invaginasi (tangisan keras dan bayi pucat).
2. Pemeriksaan fisik

8
1) Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
2) Tanda utama : keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma,
rasa haus, turgor kulit abdomen menurun
3) Tanda tambahan : ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,
mulut dan lidah
4) Berat badan
5) Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit seperti nafas cepat
adn dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau
hipernatremia)
6) Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
a. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% BB)
 Tidak ditemukan tanda umum dan tanda tambahan
 Keadaan umum baik, sadar
 Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
 Turgor abdomen baik, bising usus normal
 Akral hangat
b. Dehidrasi ringan-sedang (kehilangan cairan 5-10%)
 Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda
tambahan
 Keadaan umum gelisah atau cengeng
 Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata
kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering
 Turgor kurang, akral hangat
c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan >10% BB)
 Apabila didapatkan 2tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih
tanda tambahan
 Keadaan umum lemah, letargi, atau koma
 Ubun-ubun sangat cekung, amat sangat cekung, air mata tidak
ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering
 Turgor kulit sangat kurang dan akral dingin
 Pasien harus rawat inap

9
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari :
a. Pemeriksaan tinja
 Mikroskopis dan makroskopis
 pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
di duga terdapat intoleransi glukosa (gula)
b. pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan
Analisa Gas Darah (AGDA) menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
c. pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor
dalam serum (jerutama pada penderita diare yang disertai kejang.
e. pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit
secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

2.7 Diagnosa Banding

Diagnosa banding gastroentritis akut adalah : 3

 Berdasarkan penyebabnya yaitu rotavirus, shigella, cholera, salmonella


 appendicitis
 Carcinoid tumor
 Glucose-galactose malabsorption
 Intussusception

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gastroentritis yaitu : 1,5
1. Rehidrasi
Dehidrasi berat berikan terapi 100ml/6jam
Anak <1 tahun= 30 cc/kgbb/1jam dilanjutkan 70cc/kgbb/5jam
Anak >1tahun= 30 cc/kgbb/30menit dilanjutkan 70cc/kgbb/1/2jam
Apabila rehidrasi telah tercapai lanjutkan dengan terapi maintenance/24 jam
2. Zinc <1 tahun 1x10mg selama 10 hari berturut turut, anak dengan umur >1 tahun
1x20mg selama 10 hari berturut turut
3. Lacto B

10
< 1 setahun = 2 sachet/hari selama > 7 hari
1-6 tahun= 3 sachet/hari selama >7 hari
4. ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu pada waktu
anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang
hilang. Pada diare berdarah mafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafu
makan menandakan fase kesembuhan.
5. Antibiotik selektif
AB jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya
diare karena menggagu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficle yang
akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian ab
yang tidak rasional akan mempercepat resistensi kuman terhadap ab, serta
menambah biaya pengobatan yang tidak perlu.

2.9 Komplikasi

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi seperti : 5

1. Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan
pemantuan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium
secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat
berbahaya oleh karena dapat menimbulakn edema otak. Rehidrasi oral atau
nasogastrik menggunakan oralit adalah cara terbaik dan paling aman.
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan
0.45% saline -5% dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan
berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma seteklah 8 jam. Bila
normal lanjutkan dengan rumatan, bila normal lanjutkan pemberian oralit
10ml/kgBB/setiap BAB, samapai diare berhenti.
2. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na<130 mol/L).
Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi
berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari hampir semua

11
anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan
dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu : memakai RL atau normal Saline. Kadar Na
koreksi (mEq/L) = 125-kadar Na serum yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalik
berat badan. Separuh diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam.
Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L/Jam.
3. Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan
pemberian kalsium glukonas 10% 0,5 – 1 ml/kgBB/iv pelan-pelam dalam 5 – 10
menit dengan monitor detak jantung.
4. Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila < 3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar
K : jika kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis.
Bila < 2,5 mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus)
diberikan 4 jam. Dosisnya: (3,5 – kadar K terukur x BB x 0,4 + 2
mEq/kgBB/24jam) diberikan dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah
3,5 – kadar K terukur x BB x 0,4 + 1/6 x2 mEq x BB).
Hipokalemia dapat menyebabkan kelemahan otot, paraliktik usus, gangguan
ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangab kalium
dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya
kalium selama diare dan sesudah diare berhenti.

2.10 Pencegahan

Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara : 1,5

1. Mencegah penyebaran kuman petogen penyebab diare


Kuman-kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-oral.
Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perly difokuskan pada cara
penyebaran ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi :
 Pemberian ASI yang benar
 Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
 Penggunaan air bersih yang cukup
 Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air
besar dan sebelum makan

12
 Pengguanaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga
 Membuang tinja bayi dengan benar.

2. Memperbaiki daya tahan tubuh penjamu (host)

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tubuh anak dan dapat
mengurangi resiko diare antara lain :

 Memberi ASI paling tidak sampai 2 th


 Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan
dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak
 Imunisasi campak

13
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalilitas anak di
negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar
kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau
parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk
sindroma malabsorpsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek
terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi
penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan
pertumbuhan akibat diare.
Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi
≥3x/hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan atau tanpa
darah/lendir dalam tinja, disertai atau tanpa muntah. Diare yang berlangsung kurang
dari 14 hari disebut diare akut dan bila berlangsung lebih dari 14 hari disebut diare
persisten. Penatalaksanaan diare yaitu rehidrasi, zinc, ASI dan makanan tetap diteruskan,
AB selektif, Edukasi.

14
STATUS ANAK SAKIT

I. Anamnesa Pribadi OS
Nama : Miftahul Jannah
Umur : 9 bulan 3 minggu
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Melayu
Berat badan masuk : 7 kg
Tinggi Badan : 70 cm
Tanggal Masuk : 15 agustus 2015
Alamat : Jl. Narelan Pasar 1 Tengah

II. Anamnesa Mengenai Orang tua Os


NO KETERANGAN AYAH IBU
1 Nama Suhaiman Azhari Hildayanti
2 Umur 22 th 21 th
3 Agama Islam Islam
4 Suku Padang Melayu
5 Pekerjaan Karyawan IRT
6 Pendidikan SMA SMA
7 Perkawinan I I
8 Riwayat penyakit - -
9 Alamat Jl. Narelan Pasar 1 Tengah

III. Riwayat Kelahiran OS


Cara lahir : Spontan Pervaginam
Tempat lahir : Klinik Bidan
Tanggal lahir : 22 Oktober 2014
Penolong : Bidan
Berat badan lahir : 3,4 kg
Panjang badan lahir : 48 cm
Lama kehamilan : 38 minggu

IV. Perkembangan Fisik


Saat lahir : Segera Menangis Spontan
0-3 bulan : Bersuara, menoleh kearah suara, tersenyum
4-8 bulan : Duduk, membalik, mengoceh, menyebut mama papa
9 bulan : Duduk, membalik, mengoceh, menyebut mama papa

15
V. Anamnesa Makanan
0-2 bulan : ASI Eksklusif
2-6 bulan : Susu formula
6-9 bulan : Susu formula, nasi tim, biskuit, buah

VI. Imunisasi
Hepatitis B : Lengkap pada umur 0, 1, 6 bulan
Polio : Lengkap pada umur 0, 2, 4, 6 bulan
BCG : Lengkap pada umur 1 bulan
DPT : Lengkap pada umur 2, 4, 6 bulan
Campak :-
Kesan : Imuniasasi sesuai umur belum lengkap

VII. Riwayat Penyakit yang Pernah Didertia OS


-

VIII. Keterangan Mengenai Saudara


OS merupakan anak pertama

IX. Anamnesa mengenai penyakit os


1.Keluhan utama : Mencret
2.Telaah : Mencret di alami 1 hari sebelum masuk kerumah
sakit, frekuensi >5x/hari, air lebih banyak dari ampas,
lendir (-), darah (-),warna kuning, volume ½ aqua
gelas/ kali mencret, muntah >3x/hari, isi apa yang
dimakan, demam (+) 2 hari sebelum masuk rumah
sakit, kejang (-), batuk (-), pilek (-).
RPT : OS merupakan rujukan RSU Mitra Medika
RPO : Inj. cefotaxime, inj ondansetron, zinc 1 x cth 1
Riw. Kehamilan : Usia Ibu saat hamil 20 th, saat hamil ibu OS tidak
menderita demam (-), HT (-), DM (-)
Riw. Kelahiran : OS merupakan anak pertama lahir pervaginam, lahir
cukup bulan, segera menangis.
Riw. Imunisasi : Kesan tidak lengkap

X. Pemeriksaan fisik

1. Status presens
 KU/KP/KG : Jelek/buruk/baik
 Sensorium : Somnolen
 HR : 140x/i
 RR : 28x/i
 Anemis : (-)

16
 Dyspnea : (-)
 Cyanosis : (-)
 Ikterik : (-)
 Oedema : (-)

2. Status lokalis
a. Kepala : UUB cekung
Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor kanan=kiri,
conjugtiva palpebra inferior pucat (-/-), mata
cekung (+)
Hidung : Dalam batas normal
Telinga : Dalam batas normal
Mulut : Mukosa bibir kering (+)

b. Leher : Pembesaran KGB (-)

c. Thorax
Inspeksi : Simetris fusiformis, retraksi (-)
Palpasi : Sf kanan=kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : HR: 140x/menit, reguler, desah (-) RR : 28x/i,
reg, ronchi (-) sp: vesikuler st:-

d. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, H/L/R tidak teraba, turgor kembali
sangat lambat
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) meningkat

e. Extremitas
Superior : Pulse 140x/menit, reguler, akral dingin, T/V
cukup, CRT >3”, temperature 36,8OC, TD
Inferior : akral dingin, CRT >3”

f. Genitalia : OS adalah seorang anak perempuan dan tidak


dijumpai kelainan pada genitalia

XI. STATUS NEUROLOGIS


A. Syaraf otak : Tidak dilakukan pemeriksaan
Sistem motorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pertumbuhan otot : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kekuatan otot : Tidak dilakukan pemeriksaan

17
Neuromuscular : Tidak dilakukan pemeriksaan
Involuntary movement : Tidak dilakukan pemeriksaan
B. Koordinasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
C. Sensibilitas : Rangsangan dengan sentuhan (-),
rangsangan nyeri (+)

XII. Pemeriksaan Khusus


a. Darah Lengkap
Tanggal 16 agustus 2015
WBC 9000/µL
RBC 4,22/10^6 µL
HGB 10,70 gr/dl
HCT 30,70%
MCV 72,70 fl
MCH 25,40 pg
MCHC 34,90 gr/dl
PLT 238000/µL
RDW 15,00%

b. Urin Rutin
Tidak dilakukan pemeriksaan

c. Elektrolit dan glukosa


Tanggal 15 agustus 2015
Natrium : 109,00mmol/L
Kalium : 2,70mmol/L
Klorida : 109,00mmol/L
Glukosa adrandom : 67,00mg/dl

Tanggal 16 agutus 2015


Natrium :138,00 mmol/L
Kalium : 3,50mmol/L
Klorida : 114mmol/L
Glukosa adrandom : 80mg/dl

d. Feses
Tanggal 16 agustus 2015
Makroskopis
Warna Kuning
Konsistensi Encer
Lendir -
Darah -

18
Mikroskopis
Amoeba -
Cista -
Ascariasis -
Hookw -
Oxyuris -
Trichuriasis -

XIII. Differential Diagnosa


1.

XIV. Diagnosa Kerja


Gastroenteritis dengan dehidrasi berat

XVII. Terapi

1. IVFD RL 100 cc/kg BB


210 cc diberikan selama 1 jam pertama 210 gtt/i
490 cc diberikan selama 5 jam kedua 98 gtt/i
2. IVFD RL 770cc/kgBB 32 gtt/i
3. Zinc 1x20 mg
4. Lacto-B 2 sachet/hari
5. Oralit 50 cc setiap kali mencret

19
FOLLOW UP PASIEN

Tanggal 15 Agustus 2015 Hari Rawatan I


Keluhan Mencret (+), muntah (+), demam (-)
KU/KP/KG Jelek/buruk/baik
Sensorium Somnolen
Frekuensi Nadi 140x/i, reg, desah (-)
Frekuensi Nafas 28x/i, reg, ronchi (-)
Temprature 36,8 0C
BB 7 kg
Status lokalisata

Kepala UUB cekung


Mata Refleks cahaya (+/+), pupil isokor kanan=kiri, conjugtiva
palpebra inferior pucat (-/-), mata cekung (+)
Telinga Dalam batas normal
Hidung Dalam batas normal
Mulut Mukosa bibir kering
Leher Pembesaran KGB (-)
Thorax
Inspeksi Simetris fusiformis, retraksi (-)
Palpasi Stem fremitus Ka=Ki (dilakukan saat nangis)
Perkusi Sonor
Auskultasi HR: 140x/menit, reguler, desah (-) RR : 28x/i, reg, ronchi (-)
sp: vesikuler st:-
Abdomen
Inspeksi Simetris
Palpasi Soepel, H/L/R tidak teraba, turgor kembali sangat lambat
Perkusi Timpani
Auskultasi Peristaltik (+) meningkat
Extremitas
Atas Pulse 140x/menit, reguler, akral dingin, T/V cukup, CRT
>3”, temperature 36,8OC, TD: 110/70 mmHg
Bawah Akral dingin, CRT >3”

Genitalia Os adalah seorang anak perempuan dan tidak di jumpai


kelainan pada genitalia
Pemeriksaan penunjang Natrium : 109,00mmol/L
Kalium : 2,70mmol/L
Klorida : 109,00mmol/L
Glukosa adrandom : 67,00mg/dl
Diagnosis Gastroentritis dengan dehidrasi berat
Terapi 1. IVFD RL 100 cc/kg BB
210 cc diberikan selama 1 jam pertama 210 gtt/i mikro
490 cc diberikan selama 5 jam kedua 98 gtt/i mikro
2. 2. IVFD RL 770 cc/kgBB 32 gtt/i
3. Zinc 1x20 mg

20
4. Lacto B 2 sachet/hari
5. Oralit 50 cc setiap kali mencret

Tanggal 16 Agustus 2015 Hari Rawatan 2


Keluhan Mencret (+) 2 x sehari, muntah (-), demam (-)
KU/KP/KG Sedang/baik/baik
Sensorium Compos mentis
Frekuensi Nadi 120x/i, reg, desah (-)
Frekuensi Nafas 32x/i, reg, ronchi (-)
Temprature 36,5 0C
BB 7,7 kg
Status lokalisata

Kepala UUB terbuka rata


Mata Refleks cahaya (+/+), pupil isokor kanan=kiri, conjugtiva
palpebra inferior pucat (-/-), mata cekung (+)
Telinga Dalam batas normal
Hidung Dalam batas normal
Mulut Dalam batas normal
Leher Pembesaran KGB (-)
Thorax
Inspeksi Simetris fusiformis, retraksi (-)
Palpasi Stem fremitus Ka=ki (dilakukan saat nangis)
Perkusi Sonor
Auskultasi HR: 120x/menit, reguler, desah (-) RR : 32x/i, reg, ronchi (-)
sp: vesikuler st:-

Abdomen
Inspeksi Simetris
Palpasi Soepel, H/L/R tidak teraba, turgor kembali lambat
Perkusi Timpani
Auskultasi Peristaltik (+) meningkat
Extremitas
Atas Pulse 120x/menit, reguler, akral hangat, T/V cukup, CRT
<3”, temperature 36,8OC, TD: 90/60 mmHg
Bawah Akral hangat, CRT <3”

Genitalia Os adalah seorang anak perempuan dan tidak di jumpai


kelainan pada genitalia
Pemeriksaan penunjang Hb: 10,7 g/dl
Ht: 30,7 %
Leukosit: 9.000 µ/L
Mch: 238.000 µ/L
Mchc:25,4 pg
Glukosa ad random: 80 mg/dL
Natrium:138 mmol/L
Kalium:3,50 mmol/L
21
Chloride:114 mmol/L
Diagnosis Gastroeneteritis dehidrasi ringan sedang
Terapi 1. IVFD RL 770cc/kgBB 32 gtt/i
2. Zinc 1x20 mg
3. Lacto B 2 sachet/hari
4. Oralit 50 cc setiap kali mencret

Tanggal 17 Agustus 2015 Hari Rawatan 3


Keluhan Mencret (-), muntah (-), demam (-)
KU/KP/KG baik/baik/baik
Sensorium Compos mentis
Frekuensi Nadi 120x/i, reg, desah (-)
Frekuensi Nafas 28x/i, reg, ronchi (-)
Temprature 36,7 0C
BB 7,7
Status lokalisata

Kepala UUB terbuka rata


Mata Refleks cahaya (+/+), pupil isokor kanan=kiri, conjugtiva
palpebra inferior pucat (-/-), mata cekung (-)
Telinga Dalam batas normal
Hidung Dalam batas normal
Mulut Dalam batas normal
Leher Pembesaran KGB (-)
Thorax
Inspeksi Simetris fusiformis, retraksi (-)
Palpasi Stem fremitus Ka=Ki (dilakukan saat nangis)
Perkusi Sonor
Auskultasi HR: 120x/menit, reguler, desah (-) RR : 28x/i, reg, ronchi (-)
sp: vesikuler st:-

Abdomen
Inspeksi Simetris
Palpasi Soepel, H/L/R tidak teraba, turgor kembali cepat
Perkusi Timpani
Auskultasi Peristaltik (+) normal
Extremitas
Atas Pulse 140x/menit, reguler, akral dingin, T/V cukup, CRT
>3”, temperature 36,7OC, TD: 90/60 mmHg
Bawah Akral hangat, CRT <3”

Genitalia Os adalah seorang anak perempuan dan tidak di jumpai


kelainan pada genitalia
Pemeriksaan penunjang -
Diagnosis Gastroenteritis tanpa dehidrasi
Terapi 1. D5% + Nacl 0,45% 32 gtt/i
2. Zinc 1x20 mg
3. Lacto B 2 sachet/hari

22
Tanggal 18 Agustus 2015 Hari Rawatan 4
Keluhan Mencret (-), muntah (-), demam (-)
KU/KP/KG baik/baik/baik
Sensorium Compos mentis
Frekuensi Nadi 110x/i, reg, desah (-)
Frekuensi Nafas 28x/i, reg, ronchi (-)
Temprature 36,8 0C
BB 7,7 kg
Status Lokalisata

Kepala UUB terbuka rata


Mata Refleks cahaya (+/+), pupil isokor kanan=kiri, conjugtiva
palpebra inferior pucat (-/-), mata cekung (-)
Telinga Dalam batas normal
Hidung Dalam batas normal
Mulut Dalam batas normal
Leher Pembesaran KGB (-)
Thorax
Inspeksi Simetris fusiformis, retraksi (-)
Palpasi Stem fremitus Ka=Ki (dilakukan saat nangis)
Perkusi Sonor
Auskultasi HR: 110x/menit, reguler, desah (-) RR : 28x/i, reg, ronchi (-)
sp: vesikuler st:-

Abdomen
Inspeksi Simetris
Palpasi Soepel, H/L/R tidak teraba, turgor kembali cepat
Perkusi Timpani
Auskultasi Peristaltik (+) normal
Extremitas
Atas Pulse 110x/menit, reguler, akral hangat, T/V cukup, CRT
<3”, temperature 36,5OC, TD: 90/60 mmHg
Bawah Akral hangat, CRT <3”

Genitalia Os adalah seorang anak perempuan dan tidak di jumpai


kelainan pada genitalia
Pemeriksaan penunjang -
Diagnosis Gastroenteritis tanpa dehidrasi
Terapi 1. D5% + Nacl 0,225% 32 gtt/i
2. Zinc 1x20 mg
3. Lacto B 2 sachet/hari

23
Tanggal 18 Agustus 2015 pasien PBJ

Usul : kontrol ulang 2 hari setelah PBJ.

24

Anda mungkin juga menyukai

  • Riflet - Cuci Tangan
    Riflet - Cuci Tangan
    Dokumen2 halaman
    Riflet - Cuci Tangan
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • ABSEN
    ABSEN
    Dokumen1 halaman
    ABSEN
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • (Aipki) Soal To Regio I Batch 1 2018
    (Aipki) Soal To Regio I Batch 1 2018
    Dokumen46 halaman
    (Aipki) Soal To Regio I Batch 1 2018
    Joseph Osok
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen1 halaman
    Abstrak
    havidz
    Belum ada peringkat
  • Riflet - Cuci Tangan
    Riflet - Cuci Tangan
    Dokumen2 halaman
    Riflet - Cuci Tangan
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Riflet - Cuci Tangan
    Riflet - Cuci Tangan
    Dokumen4 halaman
    Riflet - Cuci Tangan
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Meningitis Case
    Meningitis Case
    Dokumen11 halaman
    Meningitis Case
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 1
    Lampiran 1
    Dokumen1 halaman
    Lampiran 1
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Cover Case
    Cover Case
    Dokumen1 halaman
    Cover Case
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Meningitis Case
    Meningitis Case
    Dokumen1 halaman
    Meningitis Case
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Kolelitiasis
    Kolelitiasis
    Dokumen46 halaman
    Kolelitiasis
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Cover Kti
    Cover Kti
    Dokumen1 halaman
    Cover Kti
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Status Anak Sakit Meningitis
    Status Anak Sakit Meningitis
    Dokumen11 halaman
    Status Anak Sakit Meningitis
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Rumah Sakit
    Manajemen Rumah Sakit
    Dokumen28 halaman
    Manajemen Rumah Sakit
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Infak Miokard Akut
    Infak Miokard Akut
    Dokumen11 halaman
    Infak Miokard Akut
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Otitis Eksterna
    Otitis Eksterna
    Dokumen23 halaman
    Otitis Eksterna
    Putri Hardyanti
    Belum ada peringkat
  • Laporan Proposal
    Laporan Proposal
    Dokumen6 halaman
    Laporan Proposal
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Case Anak
    Case Anak
    Dokumen22 halaman
    Case Anak
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Lembar Pengesahan
    Lembar Pengesahan
    Dokumen8 halaman
    Lembar Pengesahan
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Fix Print
    Fix Print
    Dokumen13 halaman
    Fix Print
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Meningitis Case
    Meningitis Case
    Dokumen11 halaman
    Meningitis Case
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • KULJAR
    KULJAR
    Dokumen6 halaman
    KULJAR
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Tugas Makalah Agama 3
    Tugas Makalah Agama 3
    Dokumen7 halaman
    Tugas Makalah Agama 3
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Menilai Status BB Dan TB
    Menilai Status BB Dan TB
    Dokumen7 halaman
    Menilai Status BB Dan TB
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat
  • Penuaan Dini
    Penuaan Dini
    Dokumen2 halaman
    Penuaan Dini
    milla.megawati2gmail.com
    Belum ada peringkat