Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KEGIATAN

F.3 Kesehatan Ibu dan Anak

ANC TERPADU

Disusun Oleh:
dr. Joko Wibowo Sentoso

Puskesmas Cebongan Salatiga


Periode April 2018 - Juli 2018
Internsip Dokter Indonesia Kota Salatiga
Periode November 2017 - November 2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)


Laporan F.3 Kesehatan Ibu dan Anak

Topik:
ANC Terpadu

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip


sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter
Indonesia
di Puskesmas Cebongan Salatiga

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal.....................2018

Mengetahui,
Dokter Internship, Dokter Pendamping

dr. Joko Wibowo Sentoso dr. Galuh Ajeng Hendrasti


NIP. 19821014 201001 2 017
A. Latar Belakang
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari
indikator Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu
selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh
kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena
sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran
hidup (Kemenkes, 2017).
AKI merupakan salah satu indikator yang peka terhadap kualitas dan
aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Penurunan AKI di Indonesia
terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228.
Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang
signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI
kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)
2015 (Kemenkes, 2017). Di Kota Salatiga tahun 2015 sebesar 5 kasus
meningkat jika dibandingkan tahun 2014 sebesar 2 kasus kematian ibu. Penyebab
kematian ibu tahun 2015 disebabkan oleh perdarahan dan hipertensi dalam
kehamilan (DKK Salatiga, 2015).
Antenatal Care terpadu merupakan pelayanan antenatal komprehensif
dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Pelayanan tersebut
diberikan oleh dokter, bidan, dan perawat terlatih, sedangkan jenis
pemeriksaan pelayanan ANC terpadu adalah sebanyak 18 jenis pemeriksaan
yaitu keadaan umum, suhu tubuh, tekanan darah, berat badan, LILA, TFU,
Presentasi Janin, DJJ, Hb, Golongan darah, protein urin, gula darah/reduksi,
darah malaria, BTA, darah sifilis, Serologi HIV, dan USG (Kemenkes, 2012).
Cakupan pelayanan asuhan antenatal di kota Salatiga pada tahun 2015
sudah cukup baik yaitu cakupan K1 (kunjungan antenatal ke-1) sudah
mencapai 100% dan K4 (kunjungan antenatal ke-4) sudah mencapai 94,50%,
serta cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (90%) yaitu sebesar 99,90%.
Meskipun cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sudah
mencapai target, namun angka kematian ibu masih tinggi yaitu 186 per
100.000 kelahiran hidup (DKK Salatiga, 2015).
Berdasarkan data diatas, maka diperlukan suatu kegiatan terpadu untuk
mendeteksi secara dini masalah dan penyakit yang dialami oleh ibu hamil,
melalui kegiatan Pelayanan ANC terpadu.

B. Permasalahan
Banyaknya kematian ibu dan anak merupakan suatu permasalahan yang
hingga saat ini belum dapat terselesaikan. Permasalahan ibu dan anak yang
sangat kompleks ini membutuhkan pendekatan dari banyak sektor agar
masalah dapat teratasi.
A. Faktor individu
Tingkat pendidikan ibu yang rendah menjadi permasalahan kesehatan bagi
ibu itu sendiri maupun anaknya. Tingkat pendidikan yang rendah juga
menjadi penyebab seringnya ibu hamil memilih melahirkan di dukun bayi
yang tidak terlatih secara medis.
B. Faktor Keluarga
Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai pentingnya antenatal care
secara rutin, persalinan di tenaga kesehatan, kontrol rutin untuk bayi baru
lahir, pemberian imunisasi, dan lain sebagainya. Selain itu kepercayaan-
kepercayaan seperti memberi daun-daunan pada tali pusat yang telah
dipotong dapat meningkat risiko infeksi pada neonatus.
C. Faktor Masyarakat, lingkungan, dan sosiokultural
Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan ibu dan
anak, budaya pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari
enam bulan sehingga sering terjadi diare yang dapat berujung pada
kematian bayi jika tidak ditangani secara tepat.
D. Faktor tenaga kesehatan
Kurangnya promosi dan penyuluhan mengenai kesehatan ibu dan anak
termasuk didalamnya mengenai manfaat ASI dan imunisasi. Kurangnya
sumber daya manusia untuk melakukan deteksi dini permasalahan
kesehatan ibu dan anak.
E. Faktor pemerintah
Kebijakan yang tegas dan mengikat mengenai permasalahan kesehatan ibu
dan anak dirasa masih kurang optimal. Peraturan dan kebijakan yang
sudah ada sering tidak disertai dengan penerapan yang tepat sasaran di
lapangan sehingga masih perlu dilakukan evaluasi dan jika diperlukan
membuat program kreatif lain yang dapat menunjang tercapainya target
program KIA.

F. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


1. Identitas pasien
a. Nama : Ny. D
b. Umur : 31 tahun
c. Paritas : G3P2A0
d. Alamat : Tugu 04/04
e. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
f. Tanggal periksa : 7 Juni 2018

2. Anamnesis
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 7 Juni 2018
a. Keluhan selama kehamilan : Lemas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien sering mengeluh lemas, lemah dan lesu. Keluhan tersebut
dirasakan sudah sejak awal kehamilan. Keluhan tersebut semakin
dirasa ketika melakukan aktivitas yang berat dan membaik bila tidur.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah menderita sakit seperti ini.
Pasien sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit. Pasien juga
mengakui tidak memiliki alergi terhadap suatu makanan ataupun obat
tertentu.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga saat ini tidak ada yang sakit seperti ini.
e. Riwayat Sosio Ekonomi
Pasien tinggal di rumah sendiri bersama suami, dan 2 anaknya.
Pasien beraktifitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.. Rumah
pasien berukuran panjang 14 meter, lebar 10 meter dan tinggi 3 meter.
Rumah tersebut terdiri atas ruang tamu, 4 kamar tidur, sebuah kamar
mandi dan dapur. Saat ini pasien menggunakan BPJS untuk
pembiayaan ketika berobat.
f. Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT : 5 Oktober 2017
HPL : 12 Juli 2018
Usia Kehamilan : 36 Minggu
Pasien tidak haid sejak bulan Oktober 2017, sekitar satu bulan setelah
terlambat haid pasien melakukan tes kehamilan dengan tes pack dan
didapatkan hasil positif. Kemudian pasien memeriksakan diri ke bidan
dan dinyatakan hamil. Selama kehamilan pasien sering mengeluh
badan lemas dan terkadang disertai pusing.
g. Riwayat Persalinan
I : Hamil aterm, Perempuan, saat ini usia 5 tahun, BBL 3000 gram,
lahir normal, ditolong oleh bidan
II : Hamil aterm, Perempuan, saat ini usia 3 tahun, BBL 2800 gram,
lahir normal, ditolong oleh bidan

h. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat Tekanan Darah Tinggi : disangkal
- Riwayat Kencing Manis : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Alergi : disangkal

i. Riwayat ANC
Pemeriksaan kehamilan dilakukan di puskesmas. Pemeriksaan
kehamilan dilakukan satu bulan sekali dengan pemeriksaan
laboratorium pada kunjungan pertama ANC. Pasien mendapat
multivitamin dan suplemen besi.
j. Riwayat Haid
- Menarche : 13 tahun
- Siklus haid : 28 hari
- Lama haid : 7 hari
- Dismenore : (-)
k. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang. Usia
pernikahan 6 tahun.
l. Riwayat KB : kondom, suntik 3 bulan.
m. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Tekanan Darah Tinggi : disangkal
- Riwayat Kencing Manis : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Alergi : disangkal
n. Data Perilaku
 Perilaku Makan
Pasien makan 3 kali sehari pada siang dan sore hari dengan nasi

kurang lebih satu centong dan lauk seadanya. Kesehariannya

terkadang makan ayam, telur, tempe dan tahu. Pasien senang

mengkonsumsi sayur-sayuran seperti pecel, sop. Selama hamil ini

pasien sering makan buah. Pasien senang meminum susu dan teh.

 Perilaku ANC
Pasien sudah dua kali ini memeriksakan kehamilannya ke

puskesmas Cebongan selama 36 minggu umur kehamilannya.

Pasien periksa ke puskesmas Cebongan diantar oleh suaminya

menggunakan sepeda motor.


Pada pemeriksaan pasien dilakukan pemeriksaan kadar

hemoglobin 11,5 gr/dL, golongan darah O, HbsAg negative dan

PITC sudah dilakukan


 Perilaku meminum suplemen Fe
Pasien sebelumnya belum pernah menerima dan mengonsumsi

tablet tambah darah.


 Jadwal Kegiatan Sehari-hari Pasien
Pasien bangun pada pukul 05.00 lalu sholat shubuh dan

dilanjutkan bersih-bersih rumah. Kemudian pada pukul 06.00

pasienmempersiapkan kedua anaknya untuk mandi dan sarapan.

Kemudian melanjutkan aktivitas harian rumah tangga hingga siang.

Kemudian pasien beristirahat sejenak dan sholat Dzuhur. Setelah

sholat Dzuhur, pasien biasanya makan bersama dengan kedua


anaknya. Pada sore hari, pasien hanya bersitirahat sejenak untuk

sholat Ashar dan melanjutkan aktivitas menyapu halaman dan

memandikan kedua anaknya. Selepas sholat Maghrib, pasien

makan malam bersama kedua anaknya. Kira-kira jam 9 malam atau

setelah Isya’ pasien mulai tidur.


 Perilaku Seks Bebas
Pasien diketahui melakukan hubungan seksual hanya dengan
suaminya.
o. Data Lingkungan
 Ekonomi
Pasien tinggal dengan suami dan kedua anaknya. Rumah

tinggal pasien saat pagi luasnya ± 7 m x 8 m = 56 m2 yang dihuni

oleh 4 orang sehingga didapatkan kepadatan rumah 14 m2/orang.

Pasien sehari-hari beraktivitas menjalankan kegiatan seorang ibu

rumah tangga. Penghasilan keluarga sehari-hari rata-rata mencapai

Rp 3000.000,00 / bulan. Sedangkan suaminya bekerja sebagai

buruh di pabrik. Pasien saat ini berobat menggunakan pembiayaan

BPJS.

a. Sosial Masyarakat

Keluarga pasien berhubungan baik dengan tetangganya

sekitar rumah. Rata-rata lingkungan masyarakat pasien adalah

golongan menengah ke bawah, sedikit yang merupakan orang

berada. Tetangganya adalah saudara pasien.

b. Kebijakan pemerintah

Kebijakan pemerintah berupa BPJS telah lama digulirkan,

dimana dengan BPJS akan memperingan pasien untuk


mendapatkan pelayanan kesehatan, seperti mendapatkan

pemeriksaan kehamilan dan obat secara gratis. Selain itu,

kebijakan lain berupa diadakannya berbagai upaya untuk

menurunkan angka kejadian anemia di Indonesia dengancara

memberikan pemberian tablet Fe, program K1, K4. Data

Fasilitas Pelayanan yang Terdekat

 Sarana Pelayanan Kesehatan


Pasien memeriksakan kehamilannya di puskesmas

Cebongan.
 Akses Pelayanan Kesehatan
Pasien harus menaiki sepeda motor untuk mencapai ke

puskesmas Cebongan karena tidak terdapat angkutan umum

untuk mencapai puskesmas Cebongan. Jarak dari rumah hingga

puskesmas Cebongan sekitar 2 kilometer. Pasien senang

memeriksakan kehamilannya di puskesmas Cebongan karena

jaraknya yang tidak terlalu jauh dan biayanya juga yang cukup

terjangkau.
 Program pada Pelayanan Kesehatan
1. Kebijakan dari puskesmas Cebongan untuk melakukan

pemeriksaan ANC terpadu pada ibu hamil yang

meliputi pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan

laboratorium, pemeriksan umum, pemeriksaan gigi, dan

pemeriksaan gizi seharusnya mampu untuk mendeteksi

dini dan mengurangi resiko terjadinya kehamilan resiko

tinggi.
2. Penyuluhan. Menurut pasien, ia belum pernah

mendapatkan penyuluhan mengenai ibu hamil

sebelumnya baik melalui petugas kesehatan ataupun

melalui kader kesehatan.

3. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan tanggal 7 Juni 2018
a. Keadaan Umum : compos mentis, gizi kesan cukup
b. Tanda Vital
Tensi : 100/60 mmHg
Nadi : 85x/menit
Respirasi : 18x/ menit
Suhu : 36,7ºC
Berat Badan : 63 kg
Tinggi Badan : 158 cm
LILA : 31,5 cm
c. Status Internus
- Kepala : Mesocephale
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
- Hidung : Discharge (-), septum deviasi (-), napas cuping
hidung (-)
- Telinga : Sekret (-/-), tragus pain (-/-)
- Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-)
- Tenggorok : Uvula ditengah, tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)
- Leher : Normocolli, limfonodi tidak membesar
- Thoraks : Normochest
Cor
Inspeksi :iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I–II int. normal, reguler, bising (-).
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus dada kanan = kiri
Perkusi : sonor // sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : Cembung pada bagian perut, striae gravidarum (-)
Palpasi : Ballotment (+)
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Tidak dilakukan
- Ekstremitas
Akral dingin - - edema - - sianosis - -
- - - - - -
d. Status Obstetri
Abdomen:
- Inspeksi : datar, striae gravidarum (+)
Palpasi :Ballotment (+)
Leopold I :30 cm di atas symphisis pubis, Teraba massa besar
dan lunak.
Leopold II :-
Leopold III : teraba massa besar dan keras
Leopold IV : -
- Auskultasi : DJJ 144 kali / menit
Genitalia:
- Eksterna : tidak dilakukan
- Interna : tidak dilakukan
4. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 7 Juni 2018
a. Hb : 11,5 gr/dL
b. Golongan darah :O
c. HbsAg : Negatif
d. PITC : Negatif

1. Kegiatan
Melakukan pemeriksaan ANC terpadu sebagai salah satu bentuk kegiatan
program KIA yang dilakukan di ruang KIA Puskesmas Cebongan Salatiga
pada hari Kamis tanggal 09 Juni 2018 pukul 10.00 WIB
Kegiatan yang dilakukan meliputi 10T yaitu:
a. Pengukuran Tinggi badan dan penimbangan berat badan dan
b. Pengukuran Tekanan darah.
c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).
d. Tinggi puncak rahim (fundus uteri).
e. Penentuan status imunisasi Tetanus dan pemberian imunisasi Tetanus
Toksoid sesuai status imunisasi.
f. Pemberian Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
g. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
h. Temu wicara
i. Tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum
pernah dilakukan sebelumnya).
j. Tatalaksana kasus

2. Menentukan Sasaran
Sasaran primer yang dipilih pada kegiatan pemeriksaan ANC terpadu
ini adalah ibu hamil.

3. Menetapkan Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan
antenatal yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan
dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang
sehat.
b. Tujuan Khusus
1. Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan
berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil,
konseling KB dan pemberian ASI.
2. Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang diderita
ibu hamil.
3. Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada
ibu hamil sedini mungkin.
4. Melakukan rujukan kasus ke fasiltas pelayanan kesehatan sesuai
dengan sistem rujukan yang ada.

4. Menetapkan Metode dan Saluran Komunikasi KIE


Metode yang digunakan adalah dengan cara memberikan pelayanan
antenatal terpadu yang berkualitas serta penanganan / tata laksana kasus,
dengan metode Wawancara, Pemeriksaan kehamilan 10T, dan KIE
menggunakan media Buku KIA.

5. Penanggung Jawab
Penanggung jawab dari kegiatan ini adalah dokter internsip PKM
Cebongan.

G. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan : Melakukan pemeriksaan ANC terpadu.
Tujuan : Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh
pelayanan antenatal yang berkualitas sehingga mampu
menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan
selamat, dan melahirkan bayi yang sehat.
Peserta : Ibu hamil berjumlah 1.
Waktu : Kamis, 09 Juni 2018, pukul 10.00-10.30 WIB
Tempat : Ruang KIA PKM Cebongan, Salatiga.
Metode : Metode yang digunakan adalah dengan cara
memberikan pelayanan antenatal terpadu yang
berkualitas serta penanganan / tata laksana kasus,
dengan metode Wawancara, Pemeriksaan kehamilan
10T, dan KIE menggunakan media Buku KIA.
Penanggung Jawab : Dokter internsip PKM Cebongan

H. Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan ANC terpadu secara keseluruhan bertujuan untuk mengetahui
perkembangan kesehatan janin dan kondisi ibu, serta mendeteksi tanda-tanda
bahaya saat kehamilan atau setelah persalinan.Salah satu pemeriksaan dalam
ANC terpadu adalah konseling gizi.
Evaluasi dari kegiatan pelayanan antenatal terpadu yaitu meningkatkan
cakupan kasus ibu hami resiko tinggi dan komplikasi yang tertangani serta
berlakunya system rujukan.

I. Tinjauan Pustaka ANC Terpadu


1. Konsep Pelayanan
Pelayanan kesehatan ibu hamil diberikan kepada ibu hamil yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Proses ini dilakukan
selama rentang usia kehamilan ibu yang dikelompokkan sesuai usia kehamilan
menjadi trimester pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga. Pelayanan
kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi elemen pelayanan sebagai
berikut.
a. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
b. Pengukuran tekanan darah.
c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).
d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
e. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus
toksoid sesuai status imunisasi.
f. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
g. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
h. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana).
i. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah
(Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila
belum pernah dilakukan sebelumnya).
j. Tatalaksana kasus (Kemenkes, 2017).

Kerangka konsep antenatal komprehensif dan terpadu


Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan
pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
1) Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat
badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1
kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

2) Ukur lingkar lengan atas (LiLA).


Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu
hamil berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini
maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung
lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil
dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

3) Ukur tekanan darah.


Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau
tungkai bawah; dan atau proteinuria).

4) Ukur tinggi fundus uteri


Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,
kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran
menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.

5) Hitung denyut jantung janin (DJJ)


Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih
dari 160/menit menunjukkan adanya gawat janin.

6) Tentukan presentasi janin;


Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan
untuk mengetahui letak janin. Jika, pada trimester III bagian bawah janin
bukan kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan
letak, panggul sempit atau ada masalah lain.
7) Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat
imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi
TT-nya. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status
imunisasi ibu saat ini.

8) Beri tablet tambah darah (tablet besi),


Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat
besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.

9) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)


Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
a) Pemeriksaan golongan darah, Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil
tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga
untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu
diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b) Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali
pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau
tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
c) Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan
salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.
d) Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus haru dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada
trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester
ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).
e) Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah
Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah
non endemis Malaria dilakukan pemeriksaan darah Malaria apabila ada
indikasi.
f) Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu
hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini
mungkin pada kehamilan.
g) Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV
dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani
konseling kemudian diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri
keputusannya untuk menjalani tes HIV.
h) Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai menderita
Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak
mempengaruhi kesehatan janin. Selain pemeriksaaan tersebut diatas,
apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di
fasilitas rujukan.

10) Tatalaksana/penanganan Kasus


Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang
tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.

11) KIE Efektif


KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:
a. Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara
rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat
yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak
bekerja berat.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama
kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi 2 kali sehari
dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum
tidur serta melakukan olah raga ringan.
c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama
suami dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu
menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan
calon donor darah. Hal ini penting apabila terjadi komplikasi kehamilan,
persalinan, dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.
d. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik selama
kehamilan, persalinan, dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda
maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb.
Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari
pertolongan ke tenaga kesehtan kesehatan.
e. Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang
cukup dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses
tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil
disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah
anemia pada kehamilannya.
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular.
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit menular
(misalnya penyakit IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular
(misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu dan
janinnya.
g. Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV didaerah tertentu
(risiko tinggi).
Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan
kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang risiko
penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan
sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu
hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi penularan HIV
dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV negatif
maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif selama kehamilannya,
menyusui dan seterusnya.
h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya segera
setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang
penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi
berusia 6 bulan.
i. KB pasca persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah
persalinan untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu
merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
j. Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) untuk
mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.
k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu
hamil dianjurkan untuk memberikan stimulas auditori dan pemenuhan
nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan pada periode
kehamilan.

2. Jenis Pelayanan
Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari :
1. Anamnesa
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:
a. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat ini.
b. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah
kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil:
 Muntah berlebihan
Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan muda terutama
pada pagi hari namun kondisi ini biasanya hilang setelah
kehamilan berumur 3 bulan. Keadaan ini tidak perlu
dikhawatirkan, kecuali kalau memang cukup berat, hingga tidak
dapat makan dan berat badan menurun terus.
 Pusing
Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari maka perlu diwaspadai.
 Sakit kepala
Sakit kepala yang hebat yang timbul pada ibu hamil mungkin dapat
membahayakan kesehatan ibu dan janin.
 Perdarahan
Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah merupakan
tanda bahaya sehingga ibu hamil harus waspada.
 Sakit perut hebat
Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan ibu dan
janinnya.
 Demam
Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan berlebihan
dari liang rahim dan kadang-kadang berbau merupakan salah satu
tanda bahaya pada kehamilan.
 Batuk lama
Batuk lama Lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan
lanjut.Dapat dicurigai ibu menderita TBC.
 Berdebar-debar
Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan salah satu
masalah pada kehamilan yang harus diwaspadai.
 Cepat lelah
Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya timbul
rasa lelah, mengantuk yang berlebihan dan pusing, yang biasanya
terjadi pada sore hari. Kemungkinan ibu menderita kurang darah.
 Sesak nafas atau sukar bernafas
Pada akhir bulan ke delapan ibu hamil sering merasa sedikit sesak
bila bernafas karena bayi menekan paru-paru ibu. Namun apabila
hal ini terjadi berlebihan maka perlu diwaspadai.
 Keputihan yang berbau
Keputihan yang berbau merupakan salah satu tanda bahaya pada
ibu hamil.
 Gerakan janin
Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir bulan ke
empat. Apabila gerakan janin belum muncul pada usia kehamilan
ini, gerakan yang semakin berkurang atau tidak ada gerakan maka
ibu hamil harus waspada.
 Perilaku berubah selama hamil, seperti gaduh gelisah, menarik diri,
bicara sendiri, tidak mandi, dsb.
Selama kehamilan, ibu bisa mengalami perubahan perilaku. Hal ini
disebabkan karena perubahan hormonal. Pada kondisi yang
mengganggu kesehatan ibu dan janinnya maka akan dikonsulkan
ke psikiater.
 Riwayat kekerasan terhadap perempuan (KtP) selama kehamilan
Informasi mengenai kekerasan terhadap perempuan terutama ibu
hamil seringkali sulit untuk digali. Korban kekerasan tidak selalu
mau berterus terang pada kunjungan pertama, yang mungkin
disebabkan oleh rasa takut atau belum mampu mengemukakan
masalahnya kepada orang lain, termasuk petugas kesehatan. Dalam
keadaan ini, petugas kesehatan diharapkan dapat mengenali korban
dan memberikan dukungan agar mau membuka diri.
c. Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat kehamilan
yang sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan
riwayat penyakit yang diderita ibu.
d. Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.
e. Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.
f. Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi,
diuretika, anti vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan
sebagainya.
g. Di daerah endemis Malaria, tanyakan gejala Malaria dan riwayat
pemakaian obat Malaria.
h. Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat penyakit
pada pasangannya. Informasi ini penting untuk langkahlangkah
penanggulangan penyakit menular seksual.
i. Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah,
frekuensi dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan
gizinya.
j. Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi
kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan, antara lain:
 Siapa yang akan menolong persalinan?
Setiap ibu hamil harus bersalin ditolong tenaga kesehatan.
 Dimana akan bersalin?
Ibu hamil dapat bersalin di Poskesdes, Puskesmas atau di rumah
sakit?
 Siapa yang mendampingi ibu saat bersalin?
Pada saat bersalin, ibu sebaiknya didampingi suami atau keluarga
terdekat. Masyarakat/organisasi masyarakat, kader, dukun dan
bidan dilibatkan untuk kesiapan dan kewaspadaan dalam
menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
 Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila terjadi
pendarahan?
Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan calon donor darah
yang
sewaktu-waktu dapat menyumbangkan darahnya untuk
keselamatan
ibu melahirkan.
 Transportasi apa yang akan digunakan jika suatu saat harus
dirujuk?
Alat transportasi bisa berasal dari masyarakat sesuai dengan
kesepakatan bersama yang dapat dipergunakan untuk mengantar
calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk tempat rujukan.
Alat transportasi tersebut dapat berupa mobil, ojek, becak, sepeda,
tandu, perahu, dsb.
 Apakah sudah disiapkan biaya untuk persalinan?
Suami diharapkan dapat menyiapkan dana untuk persalinan ibu
kelak. Biaya persalinan ini dapat pula berupa tabulin (tabungan ibu
bersalin) atau dasolin (dana sosial ibu bersalin) yang dapat
dipergunakan untuk membantu pembiayaan mulai antenatal,
persalinan dan kegawatdaruratan. Informasi anamnesa bisa
diperoleh dari ibu sendiri, suami, keluarga, kader ataupun sumber
informasi lainnya yang dapat dipercaya. Setiap ibu hamil, pada
kunjungan pertama perlu diinformasikan bahwa pelayanan
antenatal selama kehamilan minimal 4 kali dan minimal 1 kali
kunjungan diantar suami.

2. Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi berbagai jenis
pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis
(kejiwaan) ibu hamil.
Tabel 2.1 Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu.
Pemeriksaan laboratorium/penunjang dikerjakan sesuai tabel di atas.
Apabila di fasilitas tidak tersedia, maka tenaga kesehatan harus merujuk
ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

3. Penanganan dan Tindak Lanjut kasus.


Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium/ penunjang lainnya, dokter menegakkan diagnosa kerja atau
diagnosa banding, sedangkan bidan/perawat dapat mengenali keadaan
normal dan keadaan bermasalah/tidak normal pada ibu hamil.
Berikut ini adalah penanganan dan tindak lanjut kasus pada pelayanan
antenatal terpadu.
Tabel 2.2 Penanganan dan Tindak Lanjut Kasus
Pada setiap kunjungan antenatal, semua pelayanan yang meliputi
anamnesa, pemeriksaan dan penanganan yang diberikan serta rencana
tindak-lanjutnya harus diinformasikan kepada ibu hamil dan suaminya.
Jelaskan tanda-tanda bahaya dimana ibu hamil harus segera datang untuk
mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan. Apabila ditemukan kelainan
atau keadaan tidak normal pada kunjungan antenatal, informasikan
rencana tindak lanjut termasuk perlunya rujukan untuk penanganan kasus,
pemeriksaan laboratorium/penunjang, USG, konsultasi atau perawatan,
dan juga jadwal kontrol berikutnya, apabila diharuskan datang lebih cepat.
Ibu hamil yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga adalah ibu
hamil yang mengalami segala bentuk tindak kekerasan yang berakibat,
atau mungkin berakibat, menyakiti secara fisik, seksual, mental atau
penderitaan; termasuk ancaman dari tindakan tersebut, pemaksaan atau
perampasan semena-mena kebebasan, baik yang terjadi di lingkungan
masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi.
Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) terhadap korban kekerasan
merupakan tempat dilaksanakannya pelayanan kepada korban kekerasan
baik di rumah sakit umum pemerintah dan swasta termasuk rumah sakit
POLRI secara komprehensif oleh multidisipliner dibawah satu atap (one
stop services).

4. Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal terpadu.


Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan
antenatal terpadu yang berkualitas. Setiap kali pemeriksaan, tenaga
kesehatan wajib mencatat hasilnya pada rekam medis, Kartu Ibu dan Buku
KIA. Pada saat ini pencatatan hasil pemeriksaan antenatal masih sangat
lemah, sehingga data-datanya tidak dapat dianalisa untuk peningkatan
kualitas pelayanan antenatal. Dengan menerapkan pencatatan sebagai
bagian dari standar pelayanan, maka kualitas pelayanan antenatal dapat
ditingkatkan.

5. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif.


KIE yang efektif termasuk konseling merupakan bagian dari pelayanan
antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak pertama untuk membantu
ibu hamil dalam mengatasi masalahnya.
Tabel 2.3 Materi KIE efektif dalam pelayanan antenatal terpadu
3. Indikator
1. Kunjungan pertama (K1)
K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan
komprehensif sesuai standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini
mungkin pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8.

2. Kunjungan ke-4 (K4)


K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan
pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak 4 kali
dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I (kehamilan hingga
12 minggu) dan trimester ke-2 (>12 - 24 minggu), minimal 2 kali
kontak pada trimester ke-3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai
dengan minggu ke 36. Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai
kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan kehamilan.
Kunjungan ini termasuk dalam K4.

3. Penanganan Komplikasi (PK)


PK adalah penanganan komplikasi kebidanan, penyakit menular
maupun tidak menular serta masalah gizi yang terjadi pada waktu
hamil, bersalin dan nifas. Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai kompetensi. Komplikasi kebidanan, penyakit dan
masalah gizi yang sering terjadi adalah: perdarahan,
preeklampsia/eklampsia, persalinan macet, infeksi, abortus, Malaria,
HIV/AIDS, Sifilis, TB, Hipertensi, Diabete Meliitus, anemia gizi besi
(AGB) dan kurang energi kronis (KEK) (Dewi, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar


2013. Kemenkes RI. Jakarta.

2. Dewi, RR.G.A.I., 2011. Hubungan antara Karakteristik (Umur, Pendidikan,


Pekerjaan, Pengetahuan dan Sikap) Ibu Hamil tentang Pemeriksaan
Kehamilan dengan Kunjungan Ke-4 (K4) Antenatal Care (Studi Kasus di
Puskesmas Sawahan Surabaya). Thesis. Universitas Airlangga.

3. Dinas Kesehatan Kota Salatiga. 2015. Profil Kesehatan Kota Salatiga Tahun
2015. DKK. Salatiga.

4. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu.


Kemenkes RI. Jakarta

5. Kementerian Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.


Kemenkes RI. Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai