Anda di halaman 1dari 3

ateri Inisiasi 1

MATAKULIAH : Metode Penelitian Bisnis


(EKMA 5104)
JUDUL : Filsafat Ilmu

PENULIS/TUTOR : Ake Wihadanto, SE., MT.


(ake@mail.ut.ac.id)

Filsafat Ilmu

Filsafat adalah usaha manusia dengan akalnya (rasional) untuk memperoleh suatu
pandangan dunia dan hidup 1. Pendekatan rasional ini menghasilkan suatu pendapat
yang dapat dikontrol, dapat diteliti dengan akal, dapat diperdebatkan kebenarannya 
cara berfilsafat.

Menurut Suriasumantri (1982) filsafat adalah suatu cara berpikir yang radikal dan
menyeluruh yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Ciri-ciri filsafat adalah berpikir
kritis dan reflektif dan pemikiran reflektif sering dimaksud sebagai perenungan 2. Sikap
kritis terhadap dirinya sendiri menimbulkan perasaan bahwa manusia adalah lemah dan
mudah membuat kesalahan. Manusia harus berusaha mencari kebenaran terus
menerus. Dengan demikian justru perasaaan lemah dan sikap skeptis yang positif akan
mendorong kemajuan.

Filasafat ilmu merupakan cabang filsafat yang mempelajari landasan-landasan filsafat,


asumsi-asumsi dan implikasi-implikasi ilmu baik ilmu alam (natural sciences) seperti
fisika dan biologi maupun ilmu sosial (social sciences) seperti: psikologi dan ekonomi3.
Dalam hal ini filsafat ilmu berkaitan dengan ontologis, epistemologis, axiologis, retorik
dan metodologis.4 Dengan demikian, bagaimana seseorang mengembangkan suatu
paradigma ilmu sangat terkait dengan kelima dimensi filosofis dan metodologis dalam
menemukan ilmu pengetahuan.

1
Mantra, Ida Bagoes (2004). Filsafat Penelitian danMetode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. (h. 12)
2
Mantra, Ida Bagoes (2004). Filsafat Penelitian danMetode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. (h. 14)
3
Hermawan, Asep (2006), Penelitian Bisnis: Paradigma Kuantitatif, Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
4
Salim, Agus (2001), Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (Pemikiran Norman K. Denzin dan
Egon Guba, Yogyakarta: Tiara Wacana. (h. 34-35)
 Dimensi ontologis, pertanyaan yang harus dijawab adalah: Apa sebenarnya hakikat
dari sesuatu yang dapat diketahui (knowable), atau apa sebenarnya hakikat dari
suatu realitas (reality). Dengan demikian dimensi yang dipertanyakan adalah hal
yang nyata (what is the nature of reality).
 Dimensi epistemologis, pertanyaan yang harus dijawab adalah: apa sebenarnya
hakikat hubungan antara pencari ilmu (inquirer) dan objek yang ditemukan (know
atau knowable)?
 Dimensi axiologis yang dipermasalahkan adalah peran nilai-nilai dalam suatu
kegiatan penelitian.
 Dimensi retorik yang dipermasalahkan adalah bahasa yang digunakan dalam
penelitian.
 Dimensi metodologis, pertanyaan yang harus dijawab adalah; bagaimana cara atau
metodologi yang dipakai seseorang dalam menemukan kebenaran suatu ilmu
pengetahuan ?

Berdasarkan obyek yang dikajinya ilmu hanya terbatas kepada wilayah empirik, yaitu
wilayah yang berada dalam jangkauan panca indera. Ilmu membuat asumsi mengenai
obyek empirik yang dapat memberikan arah dan landasan untuk pengkajian ilmu 5.
Ketiga asumsi tersebut adalah: Pertama, menganggap obyek-obyek tertentu memiliki
keserupaan dalam hal bentuk, struktur, sifat, dan sebagainya  pengelompokan
beberapa obyek yang serupa ke dalam suatu klasifikasi, seperti: manusia, flora dan
fauna. Kedua, menganggap suatu obyek tidak mengalami perubahan dalam waktu
tertentu.Ketiga, mengangap setiap gejala bukan merupakan suatu faktor kebetulan.
Setiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dengan urutan kejadian yang
sama.

Penelitian menghasilkan pengetahuan dan ilmu. Pengetahuan adalah keseluruhan hal


yang diketahui, yang membentuk persepsi (cerapan) jelas tentang kebenaran dan fakta.
Atau penelitian dapat disebut sebagai ”proses” memperoleh ilmu. Sementara ilmu
adalah pengetahuan yang diatur dan diklasifikasikan secara tertib, membentuk suatu
sistem pengetahuan berdasarkan rujukan kepada kebenaran atau hukum. Jadi ilmu
adalah pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat tertentu.6

Menurut Hermawan (2006), ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan


metode ilmiah. Ilmu memberikan penjelasan mengenai fakta atau suatu fenomena alami
serta memprediksi fakta atau fenomena tersebut. Ilmu bertujuan untuk memperluas
dan untuk menemukan kebenaran. Sementara itu pembentukan teori adalah alat untuk
mencapai tujuan tersebut.
Tujuan dasar dasar ilmu adalah teori, dalam artian menjelaskan dan memprediksi suatu
fenomena alami. Teori adalah sejumlah contruct atau konsep, definisi dan proporsi yang
saling terkait, yang menyajikan suatu pandangan sistematik dengan menentukan

5
Hermawan, Asep (2006), Penelitian Bisnis: Paradigma Kuantitatif, Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia. (h. 1-2)
6
Mantra, Ida Bagoes (2004). Filsafat Penelitian danMetode Penelitian Sosial, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. (h. 15)

Materi Inisiasi Tutorial Online MM-UT: EKMA 5104 Page - 2


hubungan antar variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi suatu
fenomena7.

Ilmu memiliki kriteria:


1. berdasarkan logika atau rasional  ilmu diperoleh berdasarkan cara berpikir
yang berdasarkan logika, rasional atau perdasarkan penalaran (reasoning)
2. teruji secara empirik  ilmu harus berdasarkan fakta.

Dengan demikian dapat disimpulkan Bangunan Dasar Ilmu Pengetahuan adalah


observasi, fakta, konsep, definisi, variabel, masalah, hipotesis, hukum, teori dan model.8

Komponen Ilmu Pengetahuan menurut Bahm9

Menurut Peter R. Senn (dalam Jujun, 1991: 111) bahwa ilmu pengetahuan memiliki
empat komponen utama,yaitu: 1) perumusan masalah; 2) pengamatan dan deskripsi; 3)
penjelasan; 4) ramalan dan kontrol. Senn berpendapat, bahwa penelitian keilmuan
dimulai dengan masalah. Cara yang biasa dilakukan dalam menemukan masalah
menurut adalah melalui persepsi. Salah satu syarat utama dalam konteks hubungan
antara ilmuwan dengan masalah adalah soal perhatian terhadap masalah tersebut.
Kemudian Senn mensyaratkan empat ciri ideal dari masalah dalam ilmu, yaitu: 1)
penting dan menarik; 2) dapat dijawab dengan jelas dan kongkret; 3) jawaban dapat
diuji oleh orang lain; 4) dapat dirurnuskan secara tepat.

---------- Selamat belajar – Semoga Anda Sukses ----------

7
Hermawan, Asep (2006), Penelitian Bisnis: Paradigma Kuantitatif, Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia. (h. 6-7)
8
Kuncoro, Mudrajad (2003), Metoda Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana Meneliti dan
Menulis Tesis ?, Jakarta Penerbit Erlangga.
9
Masyhuri dan M. Zainuddin (2008), Metode Penelitian: Pendekatan Praktis dab Aplikatif,
Bandung: PT. Refika Aditama.

Materi Inisiasi Tutorial Online MM-UT: EKMA 5104 Page - 3

Anda mungkin juga menyukai