Anda di halaman 1dari 32

Daftar isi

Kata Pengantar ....................................................................................................................................................... 2


BAB 1 ...................................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................................................ 3
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................................................................... 4
1.3 Hipotesis Penelitian ...................................................................................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................................................................... 8
BAB 2 ...................................................................................................................................................................... 9
KERANGKA TEORITIS ............................................................................................................................................... 9
2.1 Modernisasi dalam Konsepsi Ogburn.................................................................................................... 9
2.2 Fungsi Keluarga dalam Konsepsi Friedman ......................................................................................... 11
2.3 Definisi Operasional Variabel .............................................................................................................. 12
BAB 3 .................................................................................................................................................................... 14
METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................................................................... 14
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................................................... 14
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .............................................................................................. 16
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ........................................................................................................ 16
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................................................... 19
BAB IV ................................................................................................................................................................... 20
PEMBAHASAN ....................................................................................................................................................... 20
1. Pengertian Proses Sosial ............................................................................................................................ 20
1. Pengertian Manusia yg Hidup Berkelompok .............................................................................................. 21
2. Macam-Macam Kelompok Sosial ............................................................................................................... 21
3. Kelompok-Kelompok Sosial yg Tidak Teratur ............................................................................................. 21
4. Msyarakat desa & Masyarakat kota ........................................................................................................... 22
BAB V .................................................................................................................................................................... 30
PENUTUP .............................................................................................................................................................. 30
Kesimpulan ....................................................................................................................................................... 30
Saran ................................................................................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................. 31
Kata Pengantar

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT, karena saya dapat menyelesaikan
tugas saya ini yaitu membuat penelitian yang berjudul “Sosiologi Politik” dengan tepat waktu. Tugas
ini merupakan tugas akhir saya pada Semester Pertama di Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
Sebelumnya saya meminta maaf kepada semua orang yang telah membaca penelitian yang saya buat
ini, karena mungkin isinya ala kadarnya.Ya… harap dimaklumi lah disini saya masih belum memiliki
pengetahuan yang banyak tentang tata cara membuat penelitian yang baik. Ini saja pertama kalinya
saya membuat penelitian. Untuk kesempurnaan penelitian ini saran yang membangun selalu saya
harapkan.
Didalam penelitian ini saya memberi pengetahuan sedikit kepada pembaca sekalian yaitu
tentang Sosiologi Politik. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang
membacanya.
Disini saya tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu
saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Pertama orang tua saya yang yang memberi dorongan dan
inspirasi dan juga materi. Dan juga teman-teman saya yang selalu memberi informasi. Dan tidak lupa
dosen pembimbing yang selalu memberi arahan kepada saya.

Penulis

Muhammad Taufik E. Katili


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam beberapa tahun terakhir, kecenderungan bertambahnya jumlah
penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia terlihat sangat signifikan. Hal ini dapat
dipahami sebagai dampak dari semakin meningkatnya angka harapan hidup di
Indonesia sebagai wujud dari keberhasilan pembangunan nasional di bidang ekonomi,
sosial dan terutama di bidang kesehatan (Wirawan dkk., 2010). Data menunjukkan
bahwa pada tahun 1980 penduduk lansia di Indonesia berjumlah 7,7 juta jiwa,
kemudian pada tahun 1990 jumlahnya menjadi 11,3 juta jiwa, lalu pada tahun 2000
jumlahnya meningkat menjadi 15,1 juta jiwa, dan pada tahun 2010 jumlahnya
meningkat lagi menjadi 18,1 juta jiwa, bahkan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah
penduduk lansia di Indonesia akan semakin meningkat menjadi 29 juta jiwa (BPS,
2010).
Namun, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia yang
ditunjukkan oleh data-data diatas, setidaknya dapat kita ketahui permasalahan-
permasalahan yang harus dihadapi oleh pemerintah juga bertambah. Masalah-masalah
tersebut berkaitan dengan masalah kehidupan dan penghidupan seperti perumahan,
ekonomi, kesehatan, mental, sosial, dan pekerjaan (Demartoto, 2006). Lansia
terlantar, dalam hal ini merupakan salah satu dampak yang muncul akibat
pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya angka harapan hidup yang telah
diuraikan sebelumnya. Kerentanan, ketidakmampuan, serta rendahnya mobilitas,
bergaining position, dan stigma lainnya yang ada pada lainsia sedikit banyak
memberikan pandangan kepada kita bahwasanya masa-masa lansia adalah masa-masa
yang sangat berat di zaman ini.
Keluarga, merupakan sebuah lembaga yang seharusnya memberi kasih
sayang, dukungan ekonomi, serta perawatan kesehatan seperti yang dikatakan oleh
Friedman (1998: dalam Setiawati & Santun). Namun, dalam kenyataannya lembaga
sering kali mengabaikan tugas-tugas dan fungsi utamanya; fungsi afektif; fungsi
ekonomi; dan fungsi perawatan kesehatan. Keluarga, yang seharusnya
menjadi satu-satunya lembaga yang merawat dan menjaga eksistensi lansia justru
mengabaikannya dan membuangnya ke tempat-tempat penitipan lansia dengan dalih
manajemen yang lebih baik dan lebih terarah. Hal ini lantas menimbulkan dampak
dan gejala ledakan lansia terlantar, belum lagi ketidakmampuan lembaga-lembaga
PLSU (Penanganan Sosial Lanjut Usia) untuk menampung jumlah penduduk lansia
yang tiap harinya mengalami peningkatan, sedangkan banyak dari lansia yang telah
ada tidak menunjukan kecenderungan jumlah penurunan karena angka harapan hidup
yang tinggi. Karena itulah, sering kita lihat banyak lansia-lansia terlantar, hidup di
jalanan dan bekerja serabutan. Dari data yang kami peroleh menunjukkan bahwa saat
ini terdapat 2,4 juta penduduk lansia di Indonesia yang hidup terlantar (BPS, 2010).
Tak hanya itu, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yasa (2002) menunjukkan
bahwa penelantaran tersebut terjadi akibat peningkatan pesat jumlah penduduk lansia
di Indonesia yang tidak diimbangi oleh peningkatan jumlah program-program jaminan
sosial bagi penduduk lansia.
Ogburn, menjelaskan bahwa salah satu sebab lunturnya nilai-nilai luhur
keluarga yang kemudian mendorong fenomena penelantaran lainsia dalam hal ini
kemudian dipahami oleh Friedman sebagai fungsi-fungsi keluarga ialah karena
desakan atau pengaruh kekotaan (modernisasi). Hal tersebut ditandai dengan semakin
majunya teknologi akibat adanya inovasi (penemuan-penemuan baru) sehingga
memunculkan suatu suatu pola kehidupan masyarakat baru (kebudayaan baru).
Dengan adanya modernisasi tersebut mengakibatkan fungsi dari keluarga yang
sesungguhnya menjadi hilang (tidak berfungsi lagi), kemudian muncullah suatu tipe
kehidupan keluarga baru yang lebih menekankan fungsi-fungsi kepribadian
(individualis) (Ogburn, 1976).

Memahami fenomena lansia terlantar yang telah diuraikan sebelumnya, maka


penelitian ini mempermasalahkan bagaimana pengaruh modernisasi keluarga terhadap
tingkat penelantaran lansia di Surabaya. Penelitian ini akan dilakukan dengan
menggunakan paradigma positivistik untuk melihat hubungan modernisasi terhadap
tingkat penelantaran lansia yang ada di Surabaya. Penelitian ini sangat menarik, jika
kita melihat bahwa modernisasi memberikan pengaruh terhadap lunturnya nilai-nilai
luhur keluarga yang kemudian berdampak pada

tingkat penelantaran lansia. Menjadi penting, ketika lansia bukan merupakan usia
produktif dan harus menghabiskan waktu dan usianya di rumah peristirahatannya
sedangkan kebanyakan dari mereka masih bekerja banting tulang hanya demi sesuap
nasi.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apakah tingkat modernisasi keluarga berpengaruh terhadap Tingkat Penelantaran
Lansia pada keluarga yang tinggal di Surabaya?
2. Apakah ada faktor lainnya yang mempengaruhi Tingkat Penelantaran Lansia
pada keluarga yang tinggal di Surabaya?
1.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentatif mengenai hubungan
antara dua variabel atau lebih (Kerlinger, 1973; dalam Singarimbun, Sofian Effendi,
1985). Hipotesis penelitian baru diperlukan jika peneliti mempersoalkan hubungan
antarvariabel (Faisal, 2008). Oleh karena itu, tipe penelitiannya adalah studi
eksplanasi, yaitu menjelaskan hubungan antarvariabel. Menurut Faisal (2008),
rumusan hipotesis hendaknya dinyatakan dalam bentuk pernyataan deklaratif.
Pernyataan deklaratif itu dapat menyatakan “arah hubungan” diantara variabel yang
dipermasalahkan (directional hypothesis), atau “tidak menyatakan arah hubungan” di
antara variabel yang dipermasalahkan keterhubungannya (nondirectional hypothesis).

Dengan bersumber pada hasil mengamati, menjajaki, atau mengalami


sejumlah kasus empiris (Faisal, 2008), hipotesis penelitian ini dirumuskan dengan
“tidak menyatakan arah”. Untuk hipotesis penelian yang berusaha mengetahui
pengaruh antar variabel tanpa atau dengan menunjukan arah hubungan dirumuskan
sebagai berikut:

H1: Ada pengaruh tingkat modernisasi keluarga terhadap tingkat penelantaran


lansia pada keluarga yang ada di Surabaya.
Untuk menguji hipotesis tersebut secara statistik, dibutuhkan hipotesis statistik atau hipotesis nol,
dengan rumusan:

H0: Tidak ada pengaruh tingkat modernisasi keluarga terhadap tingkat


penelantaran lansia di Surabaya.

Hipotesis diatas merupakan rancangan hipotesis dasar yang nantinya dapat dipecah lagi
menjagi beberapa sub-hipotesis sesuai dengan operasionalisasi dan penjabaran konsep
modernisasi menurut Ogburn. Untuk itu, bagian-bagian dari skema hipotesis dapat dilihat
pada gambar berikut:

Gambar 1.1 Skema Hipotesis


Sumber Gambar: Tim Peneliti (2013)

Dari gambar diatas, maka setidaknya dapat dituliskan tujuh hipotesis berkaitan
dengan Pengaruh Modernisasi Keluarga terhadap Tingkat Penelantaran Lansia di
Surabaya. Namun, dalam hal ini kami meringkasnya kedalam 1 hipotesis umum yang
telah diuraikan sebelumnya.
1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh tingkat modernisasi terhadap tingkat penelantaran lansia di


Surabaya

2. Membuktikan kebenaran teoritis sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ogburn


terkait penyebab munculnya fenomena lansia terlantar

3. Memperkaya pengetahuan dan litaratur yang membahas lansia terlantar berikut


solusi dan pemecahannya.

1.5 Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti

Sebagai suatu program yang dapat menambah wawasan peneliti tentang


permasalah seputar lansia terlantar, menambah litaratur terkait penanganan dan
solusi lansia terlantar di Indonesia, serta memberikan pengalaman dalam
pelaksanaan metode penelitian kuantitatif.

Bagi Pemerintah

Sebagai bahan pertimbangan dan salah satu literatur yang menjadi aucan
dalam merumuskan kebijakan terkait masalah kependudukan terutama masalah-
masalah terkait lansia dan penanganan lansia terlantar di Indonesia.

Bagi Masyarakat Secara Umum

Sebagai salah satu literatur untuk mengetahui mengapa banyak lansia


terlantar justru singgah di kota-kota besar dan pada keluarga modern yang kerap
dibayangkan sebagai keluarga yang jauh dari kesengsaraan dan penelantaran.
BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1 Modernisasi dalam Konsepsi Ogburn

Secara sederhana, Ogburn melihat modernisasi sebagai salah satu arah dari
perubahan sosial masyarakat. Perubahan sosial yang dikonsepsikan oleh Ogburn
mencakup unsur-unsur kebudayaan baik yang bersifat materil maupun yang tidak bersifat
materil (inmaterial) dengan menekankan pengaruh yang besar dari unsur-unsur
kebudayaan yang materil terhadap unsur-unsur inmateril.

Ogburn cenderung melihat fenomena perubahan sosial dari sudut pandang teori
struktural fungsional. Ada beberapa asumsi tentang perubahan sosial yang dikonsepsikan
oleh William Ogburn:

1. Penyebab dari perubahan sosial adalah adanya ketidakpuasan masyarakat karena


kondisi sosial yang berlaku pada masa tersebut mempengaruhi pribadi individu yang
terlibat.

2. Meskipun dalam perubahan sosial beberapa unsur-unsur sosial mengalami


perubahan dan dalam unsur-unsur tersebut mempunyai kesinambungan, namun
beberapa unsur lainnya masih dalam keadaan tetap atau dapat dikatakan statis –
dalam hal ini, kemudian Ogburn menyebutnya sebagai cultural lag–.

3. Setiap perubahan sosial tidak selalu berpengaruh pada semua unsur-unsur sosial,
sebab masih ada sebagian yang tidak ikut berubah.

4. Ogburn melihat bahwa perubahan teknologi akan berjalan lebih cepat dibanding
dengan pedubahan pada substansi budaya, pemikiran, kepercayaan, nilai-nilai dan
norma yang menjadi alat untuk mengatur kehidupan manusia.

Untuk itulah, dalam hal ini modernisasi dapat dipandang dari empat dimensi, yaitu;
substansi budaya; pemikiran; kepercayaan; nilai dan norma pada masyarakat itu sendiri.
Untuk mengukur dan mengidentifikasi modernisasi dalam masyarakat, Ogburn kemudian
memberikan beberapa variabel yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat modernisasi suatu masyarakat dalam bentuk syarat
terjadinya modernisasi yang berupa:

1. Cara berfikir yang ilmiah (scientific thinking) yang melembaga dalam masyarakat.

2. Sistem administrasi yang baik, yang benar-benar mewujudkan pelaksanaan birokrasi


yang tertib dan teratur.

3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur serta terpusat pada suatu
badan atau lembaga tertentu.

4. Penciptaan iklim yang sesuai (favourable) dengan kehendak masyarakat terhadap


modernisasi dengan cara alat-alat komunikasi massa.

5. Tingkat organisasi yang tinggi.

6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial (social planning).

Gambar 2.1 Penduduk Lansia dan Modernisasi

Sumber Gambar: Ogburn (1976)


2.2 Fungsi Keluarga dalam Konsepsi Friedman

Menurut Friedman (1998), setidaknya keluarga mempunyai lima fungsi pokok,


yaitu; fungsi afektif; fungsi sosialisasi; fungsi reproduksi; fungsi ekonomi; dan fungsi
perawatan atau pemeliharaan kesehatan

1. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu
agar anggota siap berhubungan dengan orang lain, dapat berinteraksi, juga keluarga
sebagai sebuah wadah yang dapat memberikan kasih sayang terhadap anggota
keluarga lainnya.

2. Fungsi sosialisasi adalah fungsi keluarga yang dimaksudkan sebagai sebuah tempat
bagi anggota kaluarga untuk memberikan pelatihan dan kemampuan dasar bagi
anggota keluarga sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain di dunia luar dan masyarakat umum.

3. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga


kelangsungan garis keturunan keluarga.

4. Fungsi ekonomi keluarga adalah bagaimana keluarga menyokong kehidupan


keluarga lainnya dari segi ekonomi. Bagaimana keluarga memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat mengembangkan kemampuan individu dalam
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri maupun anggota
keluarga leinnya.

5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk mempertahankan


keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tiggi
dan mampu bertahan hidup lebih lama lagi.

Terabaikannya fungsi-fungsi keluarga seperti yang dijelaskan oleh Friedman


terkait kehidupan Lansia merupakan representasi dari terlantarnya kehidupan lansia.
Untuk itulah, beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur terlantarnya
lansia jika dikaitkan dengan konsepsi Friedman tentang fungsi keluarga ialah pada fungsi
afektif, resosialisasi, ekonomi, dan fungsi perawatan atau pemelihataan kesehatan.
2.3 Definisi Operasional Variabel

Menurut Umar (2003:63) Variabel independen (bebas) adalah variabel

yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain, sedangkan variabel

dependen (tergantung) adalah variabel yang dijelaskan atau y ang dipengaruhi

variabel independen. Variabel yang mempengaruhi disebut vari abel penyebab,

variabel bebas atau independent variabel (X) , sedangkan variabel akibat disebut

variabel tidak bebas atau variabel tergantung, variabel terikat atau dependent

variabel (Y). Variabel bebas penelitian ini adalah Tingkat Keilmiahan Berpikir

(X1), Tingkat Pemanfaatan Relasi Birokrasi (X2), Tingkat Administrasi Keluarga

(X3), Tingkat Iklim Modernisasi Keluarga (X4), Tingkat Organisasi Keluarga

(X5), dan Tingkat Perencanaan Sosial Keluarga (X6), sedangkan variabel tak bebas
penelitian ini adalah Tingkat Penelantaran Lansia dalam Keluarga (Y).

1. Tingkat Keilmiahan Berpikir

Tingkat keilmiahan berpikir dapat diukur dengan menggunakan indikator apakah


keluarga menggunakan cara-cara yang terlembaga dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tingkat Pemanfaatan Relasi Birokrasi

Tingkat pemanfaatan relasi birokrasi dapat dilihat dari seberapa sering keluarga
berinteraksi dan menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga
birokrasi/pemerintahan seperti bank, pegadaian, rumah sakit, dan lain-lain.

3. Tingkat Administrasi Keluarga

Tingkat administrasi keluarga dapat diukur dari pengelolaan surat-surat berharga,


manajemen keuangan, serta pembagian warisan.

4. Tingkat Iklim Modernisasi Keluarga

Iklim modernisasi keluarga dapat diukur dari penggunaan tekonologi yang tepat
untuk mendukung efektifitas kegiatan sehari-hari.

5. Tingkat Organisasi Keluarga


Tingkat organisasi keluarga dapat diukur dengan apakah dalam keluarga terdapat
pembagian tugas pokok dan fungsi yang jelas dan terlaksana secara nyata.

6. Tingkat Perencanaan Sosial Keluarga

Tingkat perencanaan sosial keluarga dapat dikur dengan melihat seberapa besar
usaha-usaha yang dilakukan dan dipersiapkan oleh keluarga untuk menunjang
kehidupan keluarganya di masa depan, misalnya dengan pendidikan, investasi,
deposito, dan usaha-usaha lainnya.

7. Tingkat Penelantaran Lansia dalam Keluarga

Tingkat penelantara lansia dalam keluarga dapat diukur melalui empat dimensi, yaitu
dimensi afektif, resosialisasi, ekonomi, dan fungsi perawatan atau pemelihataan
kesehatan. Penelantaran dalam dimensi afektif dapat diukur melalui apakah lansia
masih mendapatkan kasih sayang dan seberapa sering lansia dikunjungi oleh
keluarga. Penelantaran dalam domensi resosialisasi dapat diukur melalui apakah
keluarga masih memperhatikan asupan informasi modern pada lansia seperti
penggunaan gadget dan lain-lain. Penelantaran dalam dimensi ekonomi dapat diukur
dari apakah lansia masih mendapatkan kiriman uang dari keluarga dan juga apakah
kiriman tersebut mencukupi. Penelantaran dalam dimensi perawatan atau
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari apakah keluarga masih memperhatikan
kesehatan dan lingkungan kebersihan sekitar lainsia, serta pemberian obat-obatan
dan antibiotik untuk lansia, dan juga bagaimana perawatan lansia bila sakit.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksplanatori yaitu penelitian


tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka, meskipun
juga berupa data kualitatif sebagai pendukungnya, seperti kata-kata atau kalimat yang
tersusun dalam angket, kalimat hasil konsultasi atau wawancara antara peneliti dan
responden. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
diangkakan. Data kualitatif yang diangkakan misalnya terdapat dalam skala pengukuran.
Suatu pernyataan/ pertanyaan yang memerlukan alternatif jawaban, di mana masing-
masing : sangat setuju diberi angka 4, setuju 3, kurang setuju 2, dan tidak setuju 1
(Sugiyono, 2002: 7). Penelitian kuantitatif mengambil jarak antara peneliti dengan objek
yang diteliti. Penelitian kuantitatif menggunakan instrumen-instrumen formal, standar
dan bersifat mengukur (Sukmadinata,2006: 95).

3.2 Pendekatan Penelitian

Sesuai permasalahan yang diangkat yang diangkat pada penelitian ini adalah
permasalahan asosiatif, yaitu suatu pertanyaan peneliti yang bersifat menghubungkan dua
variabel atau lebih. Hubungan variabel dalam penelitian adalah hubungan kausal, yaitu
hubungan yang bersifat sebab akibat. Ada variabel independent (variabel yang
mempengaruhi) dan variabel dependent (dipengaruhi).

Variabel independent dalam penelitian ini adalah tingkat modernisasi, sedangkan


variabel dependent dalam penelitian ini adalah pola penanganan lansia.

3.3 Populasi dan Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai lansia di salah
satu PSLU di Surabaya. Sedangkan, kerangka sample kami dapatkan dari data sekunder
berupa data-data keluarga yang tersimpan di salah satu PLSU yang ada di Surabaya.
Dengan demikian pengambilan sample kami lakukan dengan
menggunakan metode systematic random sampling. Teknik sistematik randon sampling
merupakan sebuah teknik penarikan sampel yang dilakukan secara sistematik
menggunakan rumus:
Keterangan:
N
I : Interval
I=
N : Jumlah Keluarga
n
n : Jumlah Responden

Cara menggunakan rumus tersebut yaitu yang pertama kita harus mempunyai
data skunder dari seluruh jumlah keluarga yang mempunyai lansia di salah satu
Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PSLU) di kota Surabaya yang selanjutnya disebut sebagai
(N) yaitu populasi yang kami gunakan dalam penelitian ini, kemudian kita menentukan
jumlah responden yang akan kita jadikan sampel dari populadi tersebut yang selanjutnya
disebut sebagai (n), setelah kita mengetahui jumlah populasi dan jumlah sampel yang
akan digunakan dalam penelitian ini, kemudian kita mencari nilai interval (I) dengan
membagi (N) dengan (n). Lalu dari nilai interval yang kita peroleh tersebut, selanjutnya
kita undi dan hasil undian itulah yang kita gunakan sebagai sampel pertama kemudian
sampel-sampel berikutnya mengikuti nilai dari sampel pertama ditambah nilai interval,
begitu seterusnya.

Misalkan jumlah keseluruhan dari keluarga yang mempunyai lansia adalah 500
orang, kemudian sampel yang akan kita gunakan berjumlah 50 orang, maka akan
diperoleh nilai interval yaitu 10. Selanjutnya orang yang berada di urutan nomor 1 sampai
10 pada daftar nama keluarga yang memiliki lansia di data skunder kita undi. Setalah kita
undi dan misalkan muncul angka 6, maka keluarga yang memiliki lansia pada urutan ke-6
menjadi sampel pertama dan sampel ke-2 adalah keluarga yang memiliki lansia yang
berada di urutan ke 16, kemudian 26, 36, 46, dan seterusnya.

Jika dalam proses pengumpulan data ditemukan bahwa ada salah satu responden
dalam sampel tidak ada atau tidak berada di tempat sehingga tidak bisa diwawancarai,
resdonden tersebut diganti dengan cara mengambil sampel urutan
di bawah sampel sebelumnya. Misalnya, responden nomor urut 6 tidak berada di tempat
maka responden tersebut diganti dengan responden nomor 7 (nomor di bawahnya) begitu
juga seterusnya. Dan data yang kami gunakan berdasarkan kerangka sample berupa data-
data keluarga yang tersimpan di PLSU.

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
yang berisi daftar pertanyaan serta pedoman wawancara untuk kepentingan kelengkapan
penjelasan (eksplanasi) data primer, termasuk untuk kepentingan pengamatan. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi dalam 2 sumber, yaitu data primer dan data
sekunder. Data-data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer, yaitu data mengenai variabel utama yang meliputi beberapa indikator
variabel-variabel yang diteliti. Data atau informasi ini diperoleh melalui wawancara
(kuesioner) dengan responden yang merupakan keluarga dari para lansia.

2. Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi, atau lembaga terkait, serta
hasil penelitian yang telah dipublikasikan. Data data tersebut mencakup:

(1) nama-nama keluarga yang menjadi populasi penelitian, (2) jumlah lansia pada
periode tertentu, (3) dinamika lansia dan peningkatan lansia tiap tahunnya di instansi
penjaminan sosial lansia (4) serta data-data pendukung lainnya.

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah yang terpenting dalam suatu
kegiatan penelitian. Analisis data ini digunakan untuk memaparkan hasil tentang
bagaimana pengaruh modernisasi keluarga terhadap pola penaganan lansia di
Surabaya. Data-data yang sudah diperoleh kemudian diolah terlebih dahulu.
Pengolahan data tersebut dilakukan dengan cara, Pertama
memberikan penilaian melalui kode-kode yang telah ditentukan untuk setiap jawaban
yang ada pada kuesioner (koding). Kedua jawaban – jawaban yang sudah dikoding
tersebut dimasukkan ke dalam SPSS. Ketiga setelah semua data masuk kedalam
SPSS kemudian dianalisis.

1. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan analisis dengan regresi, dilakukan uji persyaratan analisis


terlebih dahulu yaitu Uji Normalitas Data, karena salah satu syarat untuk melakukan
analisis dengan metode Product Moment adalah mengetahui tingkat normalitas data,
selanjutnya bisa diputuskan apakah data dapat dianalisis menggunakan analisis
Product Moment.

Normalitas data dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf
signifikansi α = 0,05. Sebaliknya, jika hasil uji SPSS menunjukan hasil yang
signifikan maka normalitas data tidak terpenuhi. Cara mengetahui signifikan atau
tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada
kolom signifikansi (Sig.) untuk menetapkan kenormalan dengan cara
membandingkan p dengan taraf signifikansi yang berhasil diperoleh dari proses
analisis SPSS. Jika taraf signifikansi yang diperoleh > α = 0,05%, maka sampel
berasal dari populasi dengan distribusi normal. Sebaliknya, jika taraf signifikansi
yang diperoleh < α = 0,05%, maka sampel bukan berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Untuk itu, dapat dilakukan analisis dengan metode tabel silang.

2. Uji Statistik Product Moment

Penelitian tentang studi pengaruh modernisasi keluarga terhadap tingkat


penelantaran lansia di Surabaya ini akan menggunakan uji statistik product moment
karena:

1. Untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel yaitu modernisasi keluarga


dan tingkat penelantaran lansia di Surabaya

2. Untuk mengetahui arah dan bentuk hubungan antara ke-2 variabel tersebut

3. Untuk mengetahui keeratan hubungan antara kedua variabel tersebut, dan


4. Sebagai dasar untuk melakukan prediksi/peramalan hubungan antara kedua
variabel tersebut

Asumsi kami memilih uji statistik product moment dalam menganalisis hubungan
antara modernisasi keluarga dengan tingkat penelantaran lansia di Surabaya karena:

1. Berhadapan dengan satu sampel yang diambil secara random

2. Masing-masing unit analisis/elemen sampel memiliki 2 variabel (X dan Y)

3. Masing-masing variabel yang diukur menghasilkan data berskala interval

4. Data yang diperoleh mengikuti garis lurus/linier, dan

5. Data diharapkan berdistribusi normal.

Adapun rumus uji statistik product moment yaitu:

Keterangan :
∑xy
r = koefisien korelasi yang
rxy = ---------------- dihitung

√ ∑x ² . ∑y ² x = deviasi rata-rata variabel X y


= deviasi rata-rata variabel Y

Jika dengan pengujian normalitas tidak cukup untuk memenuhi syarat untuk
dilakukan analisis menggunakan Product Moment, maka analisis bisa dilakukan
dengan metode statistik non-parametrik melalui dua cara sebagai berikut, yaitu:

1. Analisis Data Univariat

Analisis data secara univariat bermaksud untuk mendeskripsikan status


perkawinan, umur, pendidikan, pekerjaan, fungsi-fungsi keluarga, tingkat modernisasi
terhadap pola penanganan lansia, terkait penyebab munculnya fenomena lansia terlantar,
mengetahui solusi dan pemecahannya terhadap litaratur yang membahas lansia.
2. Analisis Data Bivariat
Analisis bivariat untuk menghubungkan antar dua variabel yang bermaksud untuk
mengetahui terdapat keterkaitan atau tidak antara variabel X dan Y. Variabel X
modernisasi keluarga, sedangkan variabel Y tingkat penelantaran lansia. kedua variabel
tersebut dilakukan penyilangan (tabel silang).

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang studi pengaruh modernisasi keluarga terhadap tingkat


penelantaran lansia di Surabaya ini akan dilakukan di Pelayanan Sosial Lanjut

Usia (PSLU) “IPOSOS (Lingkungan Pondok Sosial)” yang beralamat di Jl. Keputih
Tegal Kel. Keputih Kec. Sukolilo. Alasan kami memilih lokasi ini sebagai tempat
penelitian yaitu karena PSLU “IPOSOS (Lingkungan Pondok Sosial) ” memiliki banyak
lansia yang sengaja dititipkan oleh keluarganya karena suatu sebab. Selain itu salah satu
dari anggota kelompok kami memiliki kenalan yang bekerja sebagai pengurus di PSLU
“IPOSOS (Lingkungan Pondok Sosial) ” ini sehingga kami akan lebih mudah melakukan
penelitian di lokasi tersebut. Alasan lain yang membuat kami memutuskan untuk
melakukan penelitian di PSLU tersebut yaitu karena lokasinya yang dekat dengan tempat
tinggal peneliti sehingga bisa lebih menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Adapun
penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 16 – 17 November 2013.
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Pengertian Proses Sosial


Menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan itu bisa dikatakan interaksi sosial
jika Memiliki ciri-ciri hubungan Proses Sosial dan Interaksi Sosial.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial ( yang juga dapat dinamakan proses sosial ), oleh
karena itu interaksi sosial sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan , antara kelompok-kelompok manusia maupun
antara orang perorangan dengan kelompokmanusia. Sebagai berikut :
a. Jumlah pelakunya adalah dua orang atau lebih
b. Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol atau lambang-lambang
c. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang
d. Adanya tujuan yang hendak dicapai.

2. Interaksi Sosial

Tujuan yang hendak dicapai dari interaksi sosial itu adalah sebagai berikut :
a. Terciptanya hubungan yang harmonis
b. Tercapainya tujuan hubungan dan kepentingan
c. Sebagai sarana dalam mewujudkan keteraturan hidup (kehidupan sosial masyarakat)

o Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial:


a. Kontak Sosial (Social Contact)
Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih, melalui percakapan dengan saling
mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing dalam kehidupan masyarakat.
b. Komunikasi (Communication)
Menurut Soerjono Soekanto, komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada
perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap) perasaan-perasaan
apa yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.

3. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial:


1. Proses-proses yang Asosiatif
a. Kerja Sama (Cooperation)
Kerja sama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya terdapat aktivitas tertentu yang
ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap
aktivitas masing-masing.
b. Akomodasi (Accomodation)
Akomodasi adalah suatu keadaan hubungan antara kedua belah pihak yang menunjukkan
keseimbangan yang berhubungan dengan nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat.
c. Asimilasi (Assimilation)
Menurut Gillin & Gillin, Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut, ditandai dengan
adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau
kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak,
sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan
bersama.

2. Proses-proses yang Disosiatif


a. Persaingan (Competition)
Persaingan merupakan suatu usaha dari seseorang untuk mencapai sesuatu yang lebih daripada yang
lain.
b. Kontraversi (Competition)
Kontraversi merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan
antara pertikaian dan juga merupakan sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau
terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu
c. Pertikaian atau Pertentangan (Conflict)
Pertikaian adalah bentuk persaingan yang berkembang secara negatif, artinya di satu pihak bermaksud
untuk mencelakakan atau paling tidak berusaha untuk menyingkirkan pihak lainnya.

Kelompok-Kelompok Sosial

1. Pengertian Manusia yg Hidup Berkelompok


Kelompok sosial adalah kumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan
keanggotaan dan saling berinteraksi, dan kelompok di ciptakan oleh anggota masyarakat, dan untuk
dapat menyesuaikan diri, manusia menggunakan pikiran, perasaan, dan kehendaknya.

2. Macam-Macam Kelompok Sosial


Macam-macam kelompok sosial menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis
dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran
jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam:
1. Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan
kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.
2. Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai
organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
3. Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu
dengan yang lainnya, tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan,
kerabat.
4. Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran Pihak yang
berinteraksi mendefinisikan dirinya sebagai anggota kelompok.

3. Kelompok-Kelompok Sosial yg Tidak Teratur


Tipe-tipe kelompok sosial yang tidak teratur, Jenis-jenis kelompok sosial yang termasuk di
dalamnya:
1. Kerumunan (Crowd)
Ukuran utama adanya kerumunan adalah kehadiran orang-orang secara fisik dan bersifat sementara.
Adapun bentuk-bentuk kerumunan antara lain:
a). Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial.
b). Kerumunan yang bersifat sementara.
c). Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum.
2. Publik
Merupakan kelompok yang bukan merupakan kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung
melalui alat-alat komunikasi seperti pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar,
radio, televisi, film, dan lain-lain.

4. Msyarakat desa & Masyarakat kota


Perbedaan masyarakat desan dan kota:
Ciri-ciri masyarakat pedesaan:
1.Letaknya relatif jauh dari kota dan bersifat rural
2.Lingkungan alam masih besar peranan dan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat pedesaan
3.Mata pencaharian bercorak agraris dan relatif homogen (bertani, beternak, nelayan, dll)
4.Corak kehidupan sosialnya bersifat gemain schaft (paguyuban ddan memiliki community sentiment
yang kuat)
5.Keadaan penduduk (asal-usul), tingkat ekonomi, pendidikan dan kebudayaannya relatif homogen.
Ciri-ciri masyarakat kota:
1. Pengaruh alam terhadap masyarakat kota kecil
2. Mata pencahariannya sangat beragam sesuai dengan keahlian dan ketrampilannya.
3. Corak kehidupan sosialnya bersifat gessel schaft (patembayan), lebih individual dan kompetitif.
4. Keadaan penduduk dari status sosialnya sangat heteroge
5. Stratifikasi dan diferensiasi sosial sangat mencolok. Dasar stratifikasi adalah pendidikan,
kekuasaan, kekayaan, prestasi, dll.

Lembaga Kemsyarakatan
1. Pengertian Lembaga Kemasyarakatan
Lembaga kemasyarakatan adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada
suatu kebutuhan pokok didalam kehidupan masyarakat.

2. Tujuan Lembaga Kemasyarakatan


Tujuan lembaga kemasyarakatan:
1. Menjaga kebutuhan masyarakat yang bersangkutan
2. Merupakan pedoman sistem pengendalian sosial di masyarakat
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial
(social control), artinya, sistem pengawasan dari masyarakat terhadap tingkah laku anggota-
anggotanya.

3. Proses Pertumbuhan Lembaga Kemasyarakatan


Proses pertumbuhan lemabaga kemasyarakatan:
a. Norma-norma masyarakat supaya hubungan antar manusia didalam suatu masyarakat terlaksana
sebagaimana dharapkan, maka dirumuskan norma-norma masyarakat.
Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat norma-norma tersebut, secara, sosiologi dikenal adanya
empat pengertian, yaitu:
1) Cara (usage) dimana usage lebih menonjol didalam hubungan antar individu dalam masyarakat. Suatu
penyimpangan terhadapnya tidak akan mengakibatkan hukum yang berat, akan tetapi hanya sekedar
celaan dari individu yang dihubunginya.
2) Kebiasaan (Folkways) suatu kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar dari pada
cara. Kebiasaan diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama, merupakan
bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut.
3) Tata Kelakuan (Mores) merupakan kebiasaan yang dianggap sebagai cara berperilaku dan diterima
norma-norma pengatur.
4) Adat Istiadat (Custom) adalah tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola
perilaku masyarakat. Bila adat istiadat dilanggar, maka sangsinya berwujud suatu penderitaan bagi
pelanggarnya.

4. Social Control
Social Control adalah sistem atau proses yang dijalankan oleh masyarakat selalu disesuaikan
dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat,Suatu proses pengadilan sosial dapat
dilaksanakan dengan berbagai cara yang pada pokoknya berkisar pada cara-cara tanpa kekerasan
(persuasive) ataupun dengan paksaan (Coersive).

5. Ciri Umum & Tipe Lembaga Kemasyarakatan

Ciri Umum lembaga kemasyarakatan:


- Suatu lembaga kemasyarakatan adalah organisasi pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku yang
terwujud melalui aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.
- Suatu tingkat kekelan tertentu merupakan ciri dari semua lembaga kemasyarakatan.
- Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu.
- Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan lembaga yang bersangkutan.
- Lambang-lambang biasanya merupakan ciri khas dari lembaga kemasyarakatan.
- Suatu Lembaga kemasyarakatan mempunyai tradisi tertulis atau yang tidak tertulis, yang
merumuskan tujuannya, tata tertib yang berlaku dan lain-lain.

Tipe lembaga kemasyarakatan Menurut Gillin dan Gillin :

v Dari sudut perkembangannya :


a. Crescive Institutions Bahan Ajar Pengantar Sosiologi Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si./ Program
Studi Ilmu Komunikasi Unikom Lembaga-lembaga yang secara tidak sengaja tumbuh dari adat-
istiadat masyarakat. Contoh : hak milik, perkawinan, agama, dsb.
b. Enacted Institution Dengan sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya lembaga
utang-piutang, lembaga perdagangan, dan lembaga-lembaga pendidikan, yang kesemuanya berakar
pada kebiasaan-kebiasaan masyarakat.

v Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat:


a. Basic Institutions
Lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk memelihara dan
mempertahankan tata tertib dalam masyarakat.Contohnya: keluarga, sekolah-sekolah, segara, dsb.
b. Subsidiary Institutions Dianggap kurang penting. Misalnya kegiatan-kegiatan untuk rekreasi.

v Dari sudut penerimaan masyarakat:


a. Approved-Socially Sanctioned Institutions Lembaga-lembaga yang diterima
masyarakat, seperti sekolah, lembaga perdagangan, dsb.
b. Unsanctioned Institutions
Lembaga-lembaga yang ditolak masyarakat. Misalnya kelompok penjahat, pemeras pencoleng, dsb.

v Dari sudut penyebarannya :


a. General Institutions
Contoh : Agama merupakan suatu General Institutions, karena dikenal oleh
hampir semua masyarakat dunia.
b. Restricted Institutions
Agama Islam, Katolik, Protestan, Budha, dan Hindu, merupakan Restricted Institutions, karena dianut
oleh masyarakat tertentu di dunia ini.

v Dari sudut fungsinya :


a. Operative Institutions Bahan Ajar Pengantar Sosiologi Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si./ Program
Studi Ilmu Komunikasi Unikom Berfungsi sebagai lembaga yang menghimpun pola-pola atau tata
cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan.
b. Restricted Regulative Bertujuan untuk mengawasi adat-istiadat atau tata kelakukan yang tidak
menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri.

Struktur Sosial & Perubahan Sosial


1. Pengertian Pelapisan Sosial, Lapisan Masyarakat, Sistem Stratifikasi Masyarakat & Mobilitas Sosial.
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota
masyarakat secara bertingkat. Sedangkan Lapisan Masyarakat (Stratifikasi
Sosial) terjadinya lapisan masyarakat sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya
dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Dan yang terakhir Mobilitas sosial adalah perpindahan
posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain.

2. Pengertian Perubahan Sosial & Bentuk Perubahan Sosial


Perubahan sosial itu sendiri dapat diartikan perubahan yang terjadi dalam struktur sosial dan
lembaga sosial masyarakat.
Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial ada yang berdasarkan proses
berlangsungnya dan berdasarkan ruang lingkupnya. Berdasarkan proses
berlangsungnya terbagi menjadi dua bentuk perubahan dalam sosiologi dikenal dengan evolusi
dan revolusi. Sedangkan Berdasarkan ruang lingkupnya,
perubahan sosial dibagi menjadi dua, yaitu perubahan sosial yang berpengaruh besar dan perubahan
sosial yang berpengaruh kecil.

3. Perubahan Sosial Abad 20

Teori perubahan sosial pada abad 20 yang terkenal adalah:


1. Teori Modernisasi
Teori Modernisasi menganggap bahwa negara-negara terbelakang akan menempuh jalan sama
dengan negara industri maju di Barat sehingga kemudian akan menjadi negara berkembang pula
melalui proses modernisasi.
2. Teori Ketergantungan
Menurut teori ketergantungan yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman negara Amerika
Latin bahwa perkembangan dunia tidak merata; negara-negara industri menduduki posisi dominan
sedangkan negara-negara Dunia Ketiga secara ekonomi tergantung padanya.
3. Teori Sistem Dunia
Teori yang dirumuskan Immanuel Wallerstein mengatakan bahwa perekonomian kapitalis
dunia tersusun atas tiga jenjang: negara-negara inti, negara-negara semi-periferi, dan negara-negara
periferi. Negara-negara inti terdiri atas negara-negara Eropa Barat yang sejak abad 16 mengawali
proses industrialisasi dan berkembang pesat, sedangkan negara-negara semi- periferi merupakan
negara-negara di Eropa Selatan yang menjalin hubungan dagang dengan negara-negara inti dan secara
ekonomis tidak berkembang. Negara-negara periferi merupakan kawasan Asia dan Afrika yang
semula merupakan kawasan ekstern karena berada di luar jaringan perdagangan negara-negara inti
tetapi kemudian melalui kolonisasi ditarik ke dalam sistem dunia

Sistem Politik
1. Pengertian Sistem Politik
Sistem Politik adalah kumpulan pendapat-pendapat dan lain-lain yang membentuk satu
kesatuan yang berhubung-hubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan
dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur hubungan antara individu satu sama lainnya
atau dengan negara dan hubungan negara dengan negara.

2. Objek Politik
Objek politik adalah yang dijadikan sasaran dari orientasi warga Negara. Objek politik yang
dijadikan sasaran orientasi itu meliputi tiga hal:
1. Objek politik umum atau sistem politik secara keseluruhan, meliputi : sejarah bangsa, simbol
negara, dll
2. Objek politik input yaitu lembaga atau pranata politik. Lembaga yang ternasuk dalam kategori
objek politik input antara lain : parpol, ormas, dll
3. Objek politik output yaitu lembaga atau pranata politik yang termasuk proses output dalam sistem
politik. Misalnya: birokrasi, lembaga peradilan, dll

3. Sistem Politik
Sistem politik secara keseluruhan meliputi:
A.Tujuan sistem politik :
a.Meningkatnya respon masyarakat terhadap kebijakan pemerintah
b.Adanya partisipasi rakyat dalam mendukung atau menolak suatu kebijakan politik
c.Meningkatnya partisipasi rakyat dalam berbagai kegiatan organisasi politik,
organisasi kemasyarakatan, dan kelompok-kelompok penekan
B.Ciri – ciri Pokok Sistem Politik :
1. Mempunyai Tujuan
2. Memiliki Sifat Terbuka Dalam arti berinteraksi dengan lingkungan
3. Terdiri atas berbagai unsur atau komponen (Sub System) yang saling bergantung dan
berhubungan
C.Komponen Sisitem Politik :
Menurut Samuel P.Huntingon komponen sistem politik meliputi:
1. kultur, yaitu nilai-nilai, sikap, orientasi, mitos dan kepercayaan yang relevan terhadap politik yang
berpenagruh terhadap masyarakat.
2. struktur, yaitu organisasi formal dalam masyarakat yang digunakan untuk menjalankan keputusan-
keputusan yang berwenang.
3. kelompok, yaitu bentuk-bentk social dan ekonomi, baik formal maupun nonformal, yang
berpartisipasi dalam mengajukan tuntutan-tuntutan terhadap struktur politik.
4. kepemimpinan, yaitu individu dalam lembaga-lembaga politik dan kelompok-kelompok politik
yang menjalankan pengaruh lebih daripada yang lainnya dalam memberikan alokasi nilai-nilai
5. kebijakan, yaitu pola-pola kegiatan pemerintahan yang secara sadar terbentuk untuk mempengaruhi
distribusi keuntungan dalam masyarakat
D.Sistem politik terdiri dari input, proses, output.
-Input dalam sebuah sistem politik:
Aspirasi masyarakat atau kehendak rakyat. Aspirasi masyarakat dikelompokan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Tuntunan:Keinginan masyarakat yang pemenuhannya harus diperjuangkan melalui cara-cara dan
menggunakan sarana politik. Contohnya: Dana bos yang diberikan oleh pemerintah.
2. Dukungan:Setiap perbuatan, sikap, dan pemikiran warga masyarakat yang mendorong pencapaian
tujuan, kepentingan dan tindakan pemerintah dalam sistem politik. Contoh: memberikan suara dalam
pemilu
3. Sikap Apatis:Sikap tidak peduli warga terhadap kehidupan politik. Ketidak pedulian warga
menujukkan adanya persoalan yang harus dipecahkan oleh sistem politik yang bersangkutan. Contoh:
saat pemilu orang yang mempunyai hak pilih tidak menggunakan hak pilihnya.
- Proses dalam sistem politik:
Serangakaian tindakan pengambilan keputusan baik oleh lembaga legislatif, eksekutif, maupun
yudikatif dalam rangka memenuhi atau menolak aspirasi masyarakat. Contoh: hukum yang berlaku
- Output sistem politik :
berupa kebijakan publik yang hakikatnya akan berisi pemenuhan aspirasi masyarakat atau
penolakan/ketidaksediaan untuk memenuhi (sebagian atau seluruh) aspirasi masyarakat.

4. Sistem Politik Indonesia


Sistem politik Indonesia adalah seperangkat interaksi yang di Abstraksikan
dari totalitas dari perilaku sosial melalui nilai-nilai yang di sebarkan kepada masyarakat dan negara
Indoesia. Sistem politik di Indonesia adalah demokrasi pancasila,yaitu setiap hak-hak dan kewajiban
warga Negara,pelaksanaan hak asasinya bersifat horizontal maupun vertical.

Struktur & Fungsi Politik


1. Bagan Struktur Politik
Struktur politik adalah susunan komponen-komponen politik yang saling berhubungan satu
sama lain atau secara fungsional diartikan sebagai pelembagaan hubungan antara komponen-
komponen yang membentuk sistem politik. Struktur politik suatu negara menggambarkan susunan
kekuasaan di dalam negara itu. Struktur politik Indonesia diatur dalam UUD 1945 dan peraturan
perundang-undangan lainnya, yang secara garis besar terdiri atas suprastruktur dan infrastruktur
politik. Struktur politik merupakan keseluruhan bagian atau komponen (yang berupa lembaga-
lembaga) dalam suatu sistem politik yang menjalankan fungsi atau tugas tertentu.

2. Fungsi Politik
Fungsi politik dalam suatu negara Politik sangat berguna sebagai pengatur kehidupan
masyarakatnya. Adapun fungsi politik sebagai berikut:
• Perumusan kepentingan
• Pemaduan kepentingan
• Pembuatan kebijakan umum
• Penerapan kebijakan
• Pengawasan pelaksanaan kebijakan

Sistem pemerintahan & demokrasi


1. Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan adalah sistem yang dimiliki suatu negara dalam mengatur pemerintahannya.
sistem ini dibedakan menjadi:
a. Sistem presidensial (presidensiil), atau disebut juga dengan sistem kongresional, merupakan sistem
pemerintahan negara republik di mana kekuasan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan
kekuasan legislatif.
b. Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen memiliki peranan
penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana
menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan
semacam mosi tidak percaya. Negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer adalah Inggris,
Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura dan sebagainya.
c. Sistem semipresidensial adalah sistem pemerintahan yang menggabungkan kedua sistem
pemerintahan: presidensial dan parlementer.Presiden melaksanakan kekuasaan bersama-sama dengan
perdana menteri. Sistem ini digunakan oleh Republik Kelima Perancis.
d. Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut paham ini berasal dari Manifest der
Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifesto politik yang
pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis pendekatan
kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah
menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik.
e. Demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusional) adalah sistem politik yang melindungi secara
konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah. Demokrasi liberal dipakai oleh negara
yang menganut sistem presidensial (Amerika Serikat).
f. Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada
pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama.

2. Demokrasi & Prinsip demokrasi


Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk dan
cratein yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Dengan demikian, secara bahasa demokrasi adalah
keadaan negara di mana kedaulatan atau kekuasaan tertingginya berada di tangan rakyat.Prinsip-
prinsip demokrasi:
1. Kekuasaan pemerintah dibatasi oleh konstitusi
2. Pemilu yang bebas, jujur, dan adil (agar mendapat wakil rakyat yang sesuai aspirasi rakyat)
3. Jaminan Hak Asasi Manusia
4. Persamaan kedudukan di depan hukum
5. Peradilan yang jujur dan tidak memihak untuk mencapai keadilan.
Sebagai negara demokrasi, pemerintahan Indonesia menerapkan teori trias politika. Trias politika
adalah pembagian kekuasaan pemerintahan menjadi tiga bidang yang memiliki kedudukan sejajar.
Ketiga bidang tersebut yaitu :
1. Legislatif bertugas membuatundangundang. Bidang legislatif adalah Dewan Perwakilan
Rakyat(DPR).
2. Eksekutif bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang. Bidang eksekutif
adalah presiden dan wakil presiden beserta menteri-menteri yang membantunya.
Yudikatif bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang. Adapun unsur yudikatif terdiri
atas Mahkamah Agung(MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK).

3. Lembaga-Lembaga Negara
Lembaga-lembaga negara Indonesia diposisikan sesuai dengan ketiga unsur di depan. Selain
lembaga tersebut masih ada lembaga yang lain. Lembaga tersebut antara lain Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang
dipilih melalui pemilihan umum untuk masa jabatan selama lima tahun dan berakhir bersamaan pada
saat anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung
dalam sidang paripurna MPR. Sebelum UUD 1945 diamandemen, MPR berkedudukan sebagai
lembaga tertinggi negara. Namun, setelah UUD 1945 istilah lembaga tertinggi negara tidak ada yang
ada hanya lembaga negara, Komisi Yudisial (KY) adalah lembaga negara yang mempunyai
wewenang yaitu mengusulkan pengangkatan hakim agung dan menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta perilaku hakim, dan Mahkamah Konstitusi (MK) berwenang mengadili pada
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan
putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden.
Lembaga-lembaga negara seperti Komisi Yudisial (KY) dan Mahkamah Konstitusi merupakan
lembaga baru.

Hukum, Kekuasaan & Wewenang


1. Pengertian Hukum & Wujudnya
Hakekat kekuasaan dapat terwujud dalalm hubungan yang simetris(Hubungan persahabatan,
Hubungan sehari-hari, Hubungan yang bersifat ambivalen, Pertentangan yang bersifat ambivalen,
Pertentangan antara mereka yang sejajar kedudukannya)dan asimetris(Popularitas, Peniruan
mengikuti perintah, Tunduk pada pimpinan formal atau informal, Tunduk pada seorang ahli,
Pertentangan antaraHukum adalah peraturan tingkah laku manusia yang diadakan oleh badan-badan
resmi yang berwajib yang bersifat harus dipatuhi, dan memberikan sanksi yang tegas bagi yang
melanggar peraturan tersebut.
Wujud hukum itu sendiri hukum dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.Hukum Obyektif,hukum suatu negara yang berlaku umum dan tidak mengenai orang atau golongan
tertentu.
2. Hukum Subyektif, merupakan hukum yang timbul dari hubungan obyektif dan berlaku bagi
seseorang tertentu atau lebih.

2. Pengertian Kekuasaan, Sifat & Hakekat dan Saluran-Saluran Kekuasaan


Kekuasaan berarti suatu kemampuan yang melekat pada seseorang yang digunakan untuk
mendapatkan mereka yang tidak sejajar kedudukannya, Hubungan sehari-hari). Masing-masing
hubungan terwujud dalam kehidupan sehari-hari.
Saluran-saluran, Apabila dilihat dalam masyarakat, maka kekuasaan di dalam pelaksanaannya
dijalankan melalui saluran-saluran tertentu.Saluran-saluran tersebut banyak sekali, akan tetapi kita
hanya akan membatasi diri pada saluran-saluran sebagai berikut:
a. Saluran militer
b. Saluran ekonomi
c. Saluran politik
d. Saluran tradisional
e. Saluran ideologi
f. Saluran-saluran lainnya

3. Dasar & Proses Wewenang


Wewenang adalah suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib sosial untuk menetapkan
kebijaksanaan, menetapkan keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah penting, dan untuk
menyelesaikan pertentangan-pertentangan. Sebagaimana halnya dengan kekuasaan, wewenang juga
dapat dijumpai dimana-mana, walaupun tidak selamanya kekuasaan dan wewenang berada di satu
tangan. Dasar dari wewenang adalah hukum. Indonesia sebagai negara yang berasaskan
konstitualisme, yang berati semua tindakan negara dan pemerintah, haruslah sesuai atau berlandaskan
kepada konstitusi.

4. Biro Krasi
Birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah
berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan. Max Weber menggambarkan birokrasi sebagai suatu
organisasi yang memiliki beberapa karakteristik yang dirangkum oleh Martin Albrow ke dalam empat
ciri utama, yaitu :
1. Adanya suatu struktur hirarki, termasuk pendelegasian wewenang dari atas ke bawah dalam
organisasi.
2. Adanya serangkaian posisi-posisi jabatan, yang masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab
yang tegas.
3. Adanya-aturan, regulasi-regulasi, dan standar-standar formal yang mengatur tata kerja organisasi dan
tingkah laku para anggotanya.
4. Adanya personel yang secara teknis memenuhi syarta yang dipekerjakan atas dasar karier, dengan
promosi yang didasarkan pada kualifikasi dan penampilan.

Public Choice
Public Choice adalah sebuah perspektif untuk bidang politik yang muncul dari pengembangan
dan penerapan perangkat dan metode ilmu ekonomi terhadapa proses pengambilan keputusan kolektif
dan berbagai fenomena non pasar (non market phenomena).
Pemikiran Public choice dalam merombak bidang –bidang sosial maupun politik sesuai hukum
ekonomi klasik yang analog dengan permintaan dan penawaran komoditas.
Dengan analogi tersebut , maka pemerintah bisa diasumsikan sebagai supplier , yang bisa
menyediakan komoditas publik untuk masyarakat.
Sejak tahun 1967, teori mengenai “rent-seeking” ini dikembangkan oleh Gordon Tullock, dan
istilah “rent” disini berkembang menjadi tidak dalam pengertian yang sama dengan yang
dimaksudkan oleh Adam Smith. Fenomena dari rent seeking ini teridentifikasi dalam hubungannya
dengan monopoli. Selanjutnya, rent seeking (pemburu rente) menjadi bermakna suatu proses dimana
seseorang atau sebuah perusahaan mencari keuntungan melalui manipulasi dari situasi ekonomi
(politik, aturan-aturan, regulasi, tariff dll) daripada melalui perdagangan.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penulisan Sistem Informasi Asuransi adalah sebagai berikut :
a. Sistem informasi asuransi yang ada sekarang sudah cukup baik karena sudah terakses dalam
internet.
b. Penyampaian informasi asuransi kepada masyarakat, sebaiknya bukan saja hanya melalui tim
marketing, majalah atau internet tetapi dapat diperluas lagi melalui penyuluhan-peyuluhan dalam
lingkup yang kecil, ini dikarenakan masih banyak masyarakat yang tidak paham internet.
c. Dalam sistem informasi asuransi yang sudah online di internet hendaknya dapat ditambah gambar-
gambar atau bahasa yang menarik masyarakat untuk mengetahuinya.
d. Dengan adanya sistem informasi asuransi berbasis komputer dapat memudahkan masyarakat untuk
mencari tahu duniasuransi dengan mudah.

Saran
Dalam penulisan tugas rekayasa perangkat lunak ini akan lebih bermakna apabila ada sumbang dan
saran untuk perkembangan sistem asuransi sehinggga informasi yang dicari dapat mudah dan cepat
diperoleh.
a. Perlu adanya kerjasama dalam masing-masing departemen yang terkait sehingga terjalin hubungan
baik yang hamonis diantara masing-masing komponen.
b. Setelah menganalisa sistem informasi asuransi yang saat ini dipakai,maka perlu adanya peninjauan
terhadap sistem yang lama.
c. Dengan memperkenalkan sistem informasi asuransi melalui blog akan menambah kemudahan
dalam penyampaian informasi kepada masyarakt.
d. Diperlukan pemeliharaan sistem informasi asuransi ini secaya kontiyu dan pengontrolan secara
periodik sehingga sistem dapat terjaga dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2010, “Statistik Penduduk Usia Lanjut, 2010”, Badan Pusat
Statistik, Jakarta, 2010.

Demartoto, Argyo. 2006. Pelayanan Sosial Non Panti Bagi Lansia Suatu Kajian
Sosiologis, Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Departemen Sosial RI. 1998. Undang-undang RI No. 13 Tahun 1998, Tentang


Kesejahteraan Lanjut Usia, Jakarta.

Faisal, Sanapiah. 2008. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.

Friedman, M. Marilyn. 1998. Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta:

EGC

Ogburn, W. F., dan M. F. Nimkoff. 1976. Tecnology and the Changing Family.

Conn: Greenwood Press.

Prayitno, Suhargo. 1999. Penduduk Lanjut Usia: Tinjauan Teori, Masalah, dan

Implikasi Kebijakan. Masyarakat Kebudayaan dan Politik, 4: 45-50.

Setiawan, Santun. 2008. Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.

Jakarta: Trans Info Media.

Singarimbun, Masri; dan Sofian Effendi. 1987. Metode Penelitian Survai. Jakarta:

LP3ES.

Suhargo Prayitno, “Penduduk Lanjut Usia ; Suatu Tinjauan Teori, Masalah, dan Implikasi
Kebijakan,” Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik, Th XII, No 4, Oktober 1999,
45-50.

Wirawan, IB dkk., 2010. Profile Penduduk Lanjut Usia di Jawa Timur 2010.

Surabaya: Komda Lansia Jawa Timur Tahun 2002 Yasa, Murjana, 2002. Penduduk
Usia Lanjut dan Masalah Sosial Ekonomi Pembangunan Daerah Bali. Yogyakarta:
LESFI.
MAKALAH METODE STUDY ISLAM
JUDUL

SOSIOLOGI POLITIK

DISUSUN

O
L
E
H

MUHAMMAD TAUFIK E. KATILI


NIM. E01417004

FAKULTAS ILMU BUDAYA


PROGRAM STUDI SASTRA ARAB
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH GORONTALO
TA. 2017 / 2018

Anda mungkin juga menyukai