Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT, karena saya dapat menyelesaikan
tugas saya ini yaitu membuat penelitian yang berjudul “Sosiologi Politik” dengan tepat waktu. Tugas
ini merupakan tugas akhir saya pada Semester Pertama di Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
Sebelumnya saya meminta maaf kepada semua orang yang telah membaca penelitian yang saya buat
ini, karena mungkin isinya ala kadarnya.Ya… harap dimaklumi lah disini saya masih belum memiliki
pengetahuan yang banyak tentang tata cara membuat penelitian yang baik. Ini saja pertama kalinya
saya membuat penelitian. Untuk kesempurnaan penelitian ini saran yang membangun selalu saya
harapkan.
Didalam penelitian ini saya memberi pengetahuan sedikit kepada pembaca sekalian yaitu
tentang Sosiologi Politik. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang
membacanya.
Disini saya tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu
saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Pertama orang tua saya yang yang memberi dorongan dan
inspirasi dan juga materi. Dan juga teman-teman saya yang selalu memberi informasi. Dan tidak lupa
dosen pembimbing yang selalu memberi arahan kepada saya.
Penulis
PENDAHULUAN
tingkat penelantaran lansia. Menjadi penting, ketika lansia bukan merupakan usia
produktif dan harus menghabiskan waktu dan usianya di rumah peristirahatannya
sedangkan kebanyakan dari mereka masih bekerja banting tulang hanya demi sesuap
nasi.
Hipotesis diatas merupakan rancangan hipotesis dasar yang nantinya dapat dipecah lagi
menjagi beberapa sub-hipotesis sesuai dengan operasionalisasi dan penjabaran konsep
modernisasi menurut Ogburn. Untuk itu, bagian-bagian dari skema hipotesis dapat dilihat
pada gambar berikut:
Dari gambar diatas, maka setidaknya dapat dituliskan tujuh hipotesis berkaitan
dengan Pengaruh Modernisasi Keluarga terhadap Tingkat Penelantaran Lansia di
Surabaya. Namun, dalam hal ini kami meringkasnya kedalam 1 hipotesis umum yang
telah diuraikan sebelumnya.
1.4 Tujuan Penelitian
Bagi Peneliti
Bagi Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan dan salah satu literatur yang menjadi aucan
dalam merumuskan kebijakan terkait masalah kependudukan terutama masalah-
masalah terkait lansia dan penanganan lansia terlantar di Indonesia.
KERANGKA TEORITIS
Secara sederhana, Ogburn melihat modernisasi sebagai salah satu arah dari
perubahan sosial masyarakat. Perubahan sosial yang dikonsepsikan oleh Ogburn
mencakup unsur-unsur kebudayaan baik yang bersifat materil maupun yang tidak bersifat
materil (inmaterial) dengan menekankan pengaruh yang besar dari unsur-unsur
kebudayaan yang materil terhadap unsur-unsur inmateril.
Ogburn cenderung melihat fenomena perubahan sosial dari sudut pandang teori
struktural fungsional. Ada beberapa asumsi tentang perubahan sosial yang dikonsepsikan
oleh William Ogburn:
3. Setiap perubahan sosial tidak selalu berpengaruh pada semua unsur-unsur sosial,
sebab masih ada sebagian yang tidak ikut berubah.
4. Ogburn melihat bahwa perubahan teknologi akan berjalan lebih cepat dibanding
dengan pedubahan pada substansi budaya, pemikiran, kepercayaan, nilai-nilai dan
norma yang menjadi alat untuk mengatur kehidupan manusia.
Untuk itulah, dalam hal ini modernisasi dapat dipandang dari empat dimensi, yaitu;
substansi budaya; pemikiran; kepercayaan; nilai dan norma pada masyarakat itu sendiri.
Untuk mengukur dan mengidentifikasi modernisasi dalam masyarakat, Ogburn kemudian
memberikan beberapa variabel yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat modernisasi suatu masyarakat dalam bentuk syarat
terjadinya modernisasi yang berupa:
1. Cara berfikir yang ilmiah (scientific thinking) yang melembaga dalam masyarakat.
3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur serta terpusat pada suatu
badan atau lembaga tertentu.
1. Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu
agar anggota siap berhubungan dengan orang lain, dapat berinteraksi, juga keluarga
sebagai sebuah wadah yang dapat memberikan kasih sayang terhadap anggota
keluarga lainnya.
2. Fungsi sosialisasi adalah fungsi keluarga yang dimaksudkan sebagai sebuah tempat
bagi anggota kaluarga untuk memberikan pelatihan dan kemampuan dasar bagi
anggota keluarga sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang
lain di dunia luar dan masyarakat umum.
variabel bebas atau independent variabel (X) , sedangkan variabel akibat disebut
variabel tidak bebas atau variabel tergantung, variabel terikat atau dependent
variabel (Y). Variabel bebas penelitian ini adalah Tingkat Keilmiahan Berpikir
(X5), dan Tingkat Perencanaan Sosial Keluarga (X6), sedangkan variabel tak bebas
penelitian ini adalah Tingkat Penelantaran Lansia dalam Keluarga (Y).
Tingkat pemanfaatan relasi birokrasi dapat dilihat dari seberapa sering keluarga
berinteraksi dan menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga
birokrasi/pemerintahan seperti bank, pegadaian, rumah sakit, dan lain-lain.
Iklim modernisasi keluarga dapat diukur dari penggunaan tekonologi yang tepat
untuk mendukung efektifitas kegiatan sehari-hari.
Tingkat perencanaan sosial keluarga dapat dikur dengan melihat seberapa besar
usaha-usaha yang dilakukan dan dipersiapkan oleh keluarga untuk menunjang
kehidupan keluarganya di masa depan, misalnya dengan pendidikan, investasi,
deposito, dan usaha-usaha lainnya.
Tingkat penelantara lansia dalam keluarga dapat diukur melalui empat dimensi, yaitu
dimensi afektif, resosialisasi, ekonomi, dan fungsi perawatan atau pemelihataan
kesehatan. Penelantaran dalam dimensi afektif dapat diukur melalui apakah lansia
masih mendapatkan kasih sayang dan seberapa sering lansia dikunjungi oleh
keluarga. Penelantaran dalam domensi resosialisasi dapat diukur melalui apakah
keluarga masih memperhatikan asupan informasi modern pada lansia seperti
penggunaan gadget dan lain-lain. Penelantaran dalam dimensi ekonomi dapat diukur
dari apakah lansia masih mendapatkan kiriman uang dari keluarga dan juga apakah
kiriman tersebut mencukupi. Penelantaran dalam dimensi perawatan atau
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari apakah keluarga masih memperhatikan
kesehatan dan lingkungan kebersihan sekitar lainsia, serta pemberian obat-obatan
dan antibiotik untuk lansia, dan juga bagaimana perawatan lansia bila sakit.
‘
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Sesuai permasalahan yang diangkat yang diangkat pada penelitian ini adalah
permasalahan asosiatif, yaitu suatu pertanyaan peneliti yang bersifat menghubungkan dua
variabel atau lebih. Hubungan variabel dalam penelitian adalah hubungan kausal, yaitu
hubungan yang bersifat sebab akibat. Ada variabel independent (variabel yang
mempengaruhi) dan variabel dependent (dipengaruhi).
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai lansia di salah
satu PSLU di Surabaya. Sedangkan, kerangka sample kami dapatkan dari data sekunder
berupa data-data keluarga yang tersimpan di salah satu PLSU yang ada di Surabaya.
Dengan demikian pengambilan sample kami lakukan dengan
menggunakan metode systematic random sampling. Teknik sistematik randon sampling
merupakan sebuah teknik penarikan sampel yang dilakukan secara sistematik
menggunakan rumus:
Keterangan:
N
I : Interval
I=
N : Jumlah Keluarga
n
n : Jumlah Responden
Cara menggunakan rumus tersebut yaitu yang pertama kita harus mempunyai
data skunder dari seluruh jumlah keluarga yang mempunyai lansia di salah satu
Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PSLU) di kota Surabaya yang selanjutnya disebut sebagai
(N) yaitu populasi yang kami gunakan dalam penelitian ini, kemudian kita menentukan
jumlah responden yang akan kita jadikan sampel dari populadi tersebut yang selanjutnya
disebut sebagai (n), setelah kita mengetahui jumlah populasi dan jumlah sampel yang
akan digunakan dalam penelitian ini, kemudian kita mencari nilai interval (I) dengan
membagi (N) dengan (n). Lalu dari nilai interval yang kita peroleh tersebut, selanjutnya
kita undi dan hasil undian itulah yang kita gunakan sebagai sampel pertama kemudian
sampel-sampel berikutnya mengikuti nilai dari sampel pertama ditambah nilai interval,
begitu seterusnya.
Misalkan jumlah keseluruhan dari keluarga yang mempunyai lansia adalah 500
orang, kemudian sampel yang akan kita gunakan berjumlah 50 orang, maka akan
diperoleh nilai interval yaitu 10. Selanjutnya orang yang berada di urutan nomor 1 sampai
10 pada daftar nama keluarga yang memiliki lansia di data skunder kita undi. Setalah kita
undi dan misalkan muncul angka 6, maka keluarga yang memiliki lansia pada urutan ke-6
menjadi sampel pertama dan sampel ke-2 adalah keluarga yang memiliki lansia yang
berada di urutan ke 16, kemudian 26, 36, 46, dan seterusnya.
Jika dalam proses pengumpulan data ditemukan bahwa ada salah satu responden
dalam sampel tidak ada atau tidak berada di tempat sehingga tidak bisa diwawancarai,
resdonden tersebut diganti dengan cara mengambil sampel urutan
di bawah sampel sebelumnya. Misalnya, responden nomor urut 6 tidak berada di tempat
maka responden tersebut diganti dengan responden nomor 7 (nomor di bawahnya) begitu
juga seterusnya. Dan data yang kami gunakan berdasarkan kerangka sample berupa data-
data keluarga yang tersimpan di PLSU.
Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
yang berisi daftar pertanyaan serta pedoman wawancara untuk kepentingan kelengkapan
penjelasan (eksplanasi) data primer, termasuk untuk kepentingan pengamatan. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi dalam 2 sumber, yaitu data primer dan data
sekunder. Data-data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer, yaitu data mengenai variabel utama yang meliputi beberapa indikator
variabel-variabel yang diteliti. Data atau informasi ini diperoleh melalui wawancara
(kuesioner) dengan responden yang merupakan keluarga dari para lansia.
2. Data Sekunder
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi, atau lembaga terkait, serta
hasil penelitian yang telah dipublikasikan. Data data tersebut mencakup:
(1) nama-nama keluarga yang menjadi populasi penelitian, (2) jumlah lansia pada
periode tertentu, (3) dinamika lansia dan peningkatan lansia tiap tahunnya di instansi
penjaminan sosial lansia (4) serta data-data pendukung lainnya.
Analisis data merupakan salah satu langkah yang terpenting dalam suatu
kegiatan penelitian. Analisis data ini digunakan untuk memaparkan hasil tentang
bagaimana pengaruh modernisasi keluarga terhadap pola penaganan lansia di
Surabaya. Data-data yang sudah diperoleh kemudian diolah terlebih dahulu.
Pengolahan data tersebut dilakukan dengan cara, Pertama
memberikan penilaian melalui kode-kode yang telah ditentukan untuk setiap jawaban
yang ada pada kuesioner (koding). Kedua jawaban – jawaban yang sudah dikoding
tersebut dimasukkan ke dalam SPSS. Ketiga setelah semua data masuk kedalam
SPSS kemudian dianalisis.
1. Uji Normalitas
Normalitas data dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf
signifikansi α = 0,05. Sebaliknya, jika hasil uji SPSS menunjukan hasil yang
signifikan maka normalitas data tidak terpenuhi. Cara mengetahui signifikan atau
tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada
kolom signifikansi (Sig.) untuk menetapkan kenormalan dengan cara
membandingkan p dengan taraf signifikansi yang berhasil diperoleh dari proses
analisis SPSS. Jika taraf signifikansi yang diperoleh > α = 0,05%, maka sampel
berasal dari populasi dengan distribusi normal. Sebaliknya, jika taraf signifikansi
yang diperoleh < α = 0,05%, maka sampel bukan berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Untuk itu, dapat dilakukan analisis dengan metode tabel silang.
2. Untuk mengetahui arah dan bentuk hubungan antara ke-2 variabel tersebut
Asumsi kami memilih uji statistik product moment dalam menganalisis hubungan
antara modernisasi keluarga dengan tingkat penelantaran lansia di Surabaya karena:
Keterangan :
∑xy
r = koefisien korelasi yang
rxy = ---------------- dihitung
Jika dengan pengujian normalitas tidak cukup untuk memenuhi syarat untuk
dilakukan analisis menggunakan Product Moment, maka analisis bisa dilakukan
dengan metode statistik non-parametrik melalui dua cara sebagai berikut, yaitu:
Usia (PSLU) “IPOSOS (Lingkungan Pondok Sosial)” yang beralamat di Jl. Keputih
Tegal Kel. Keputih Kec. Sukolilo. Alasan kami memilih lokasi ini sebagai tempat
penelitian yaitu karena PSLU “IPOSOS (Lingkungan Pondok Sosial) ” memiliki banyak
lansia yang sengaja dititipkan oleh keluarganya karena suatu sebab. Selain itu salah satu
dari anggota kelompok kami memiliki kenalan yang bekerja sebagai pengurus di PSLU
“IPOSOS (Lingkungan Pondok Sosial) ” ini sehingga kami akan lebih mudah melakukan
penelitian di lokasi tersebut. Alasan lain yang membuat kami memutuskan untuk
melakukan penelitian di PSLU tersebut yaitu karena lokasinya yang dekat dengan tempat
tinggal peneliti sehingga bisa lebih menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Adapun
penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 16 – 17 November 2013.
BAB IV
PEMBAHASAN
2. Interaksi Sosial
Tujuan yang hendak dicapai dari interaksi sosial itu adalah sebagai berikut :
a. Terciptanya hubungan yang harmonis
b. Tercapainya tujuan hubungan dan kepentingan
c. Sebagai sarana dalam mewujudkan keteraturan hidup (kehidupan sosial masyarakat)
Kelompok-Kelompok Sosial
Lembaga Kemsyarakatan
1. Pengertian Lembaga Kemasyarakatan
Lembaga kemasyarakatan adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada
suatu kebutuhan pokok didalam kehidupan masyarakat.
4. Social Control
Social Control adalah sistem atau proses yang dijalankan oleh masyarakat selalu disesuaikan
dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam masyarakat,Suatu proses pengadilan sosial dapat
dilaksanakan dengan berbagai cara yang pada pokoknya berkisar pada cara-cara tanpa kekerasan
(persuasive) ataupun dengan paksaan (Coersive).
Sistem Politik
1. Pengertian Sistem Politik
Sistem Politik adalah kumpulan pendapat-pendapat dan lain-lain yang membentuk satu
kesatuan yang berhubung-hubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan
dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur hubungan antara individu satu sama lainnya
atau dengan negara dan hubungan negara dengan negara.
2. Objek Politik
Objek politik adalah yang dijadikan sasaran dari orientasi warga Negara. Objek politik yang
dijadikan sasaran orientasi itu meliputi tiga hal:
1. Objek politik umum atau sistem politik secara keseluruhan, meliputi : sejarah bangsa, simbol
negara, dll
2. Objek politik input yaitu lembaga atau pranata politik. Lembaga yang ternasuk dalam kategori
objek politik input antara lain : parpol, ormas, dll
3. Objek politik output yaitu lembaga atau pranata politik yang termasuk proses output dalam sistem
politik. Misalnya: birokrasi, lembaga peradilan, dll
3. Sistem Politik
Sistem politik secara keseluruhan meliputi:
A.Tujuan sistem politik :
a.Meningkatnya respon masyarakat terhadap kebijakan pemerintah
b.Adanya partisipasi rakyat dalam mendukung atau menolak suatu kebijakan politik
c.Meningkatnya partisipasi rakyat dalam berbagai kegiatan organisasi politik,
organisasi kemasyarakatan, dan kelompok-kelompok penekan
B.Ciri – ciri Pokok Sistem Politik :
1. Mempunyai Tujuan
2. Memiliki Sifat Terbuka Dalam arti berinteraksi dengan lingkungan
3. Terdiri atas berbagai unsur atau komponen (Sub System) yang saling bergantung dan
berhubungan
C.Komponen Sisitem Politik :
Menurut Samuel P.Huntingon komponen sistem politik meliputi:
1. kultur, yaitu nilai-nilai, sikap, orientasi, mitos dan kepercayaan yang relevan terhadap politik yang
berpenagruh terhadap masyarakat.
2. struktur, yaitu organisasi formal dalam masyarakat yang digunakan untuk menjalankan keputusan-
keputusan yang berwenang.
3. kelompok, yaitu bentuk-bentk social dan ekonomi, baik formal maupun nonformal, yang
berpartisipasi dalam mengajukan tuntutan-tuntutan terhadap struktur politik.
4. kepemimpinan, yaitu individu dalam lembaga-lembaga politik dan kelompok-kelompok politik
yang menjalankan pengaruh lebih daripada yang lainnya dalam memberikan alokasi nilai-nilai
5. kebijakan, yaitu pola-pola kegiatan pemerintahan yang secara sadar terbentuk untuk mempengaruhi
distribusi keuntungan dalam masyarakat
D.Sistem politik terdiri dari input, proses, output.
-Input dalam sebuah sistem politik:
Aspirasi masyarakat atau kehendak rakyat. Aspirasi masyarakat dikelompokan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Tuntunan:Keinginan masyarakat yang pemenuhannya harus diperjuangkan melalui cara-cara dan
menggunakan sarana politik. Contohnya: Dana bos yang diberikan oleh pemerintah.
2. Dukungan:Setiap perbuatan, sikap, dan pemikiran warga masyarakat yang mendorong pencapaian
tujuan, kepentingan dan tindakan pemerintah dalam sistem politik. Contoh: memberikan suara dalam
pemilu
3. Sikap Apatis:Sikap tidak peduli warga terhadap kehidupan politik. Ketidak pedulian warga
menujukkan adanya persoalan yang harus dipecahkan oleh sistem politik yang bersangkutan. Contoh:
saat pemilu orang yang mempunyai hak pilih tidak menggunakan hak pilihnya.
- Proses dalam sistem politik:
Serangakaian tindakan pengambilan keputusan baik oleh lembaga legislatif, eksekutif, maupun
yudikatif dalam rangka memenuhi atau menolak aspirasi masyarakat. Contoh: hukum yang berlaku
- Output sistem politik :
berupa kebijakan publik yang hakikatnya akan berisi pemenuhan aspirasi masyarakat atau
penolakan/ketidaksediaan untuk memenuhi (sebagian atau seluruh) aspirasi masyarakat.
2. Fungsi Politik
Fungsi politik dalam suatu negara Politik sangat berguna sebagai pengatur kehidupan
masyarakatnya. Adapun fungsi politik sebagai berikut:
• Perumusan kepentingan
• Pemaduan kepentingan
• Pembuatan kebijakan umum
• Penerapan kebijakan
• Pengawasan pelaksanaan kebijakan
3. Lembaga-Lembaga Negara
Lembaga-lembaga negara Indonesia diposisikan sesuai dengan ketiga unsur di depan. Selain
lembaga tersebut masih ada lembaga yang lain. Lembaga tersebut antara lain Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang
dipilih melalui pemilihan umum untuk masa jabatan selama lima tahun dan berakhir bersamaan pada
saat anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung
dalam sidang paripurna MPR. Sebelum UUD 1945 diamandemen, MPR berkedudukan sebagai
lembaga tertinggi negara. Namun, setelah UUD 1945 istilah lembaga tertinggi negara tidak ada yang
ada hanya lembaga negara, Komisi Yudisial (KY) adalah lembaga negara yang mempunyai
wewenang yaitu mengusulkan pengangkatan hakim agung dan menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta perilaku hakim, dan Mahkamah Konstitusi (MK) berwenang mengadili pada
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan
putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden.
Lembaga-lembaga negara seperti Komisi Yudisial (KY) dan Mahkamah Konstitusi merupakan
lembaga baru.
4. Biro Krasi
Birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah
berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan. Max Weber menggambarkan birokrasi sebagai suatu
organisasi yang memiliki beberapa karakteristik yang dirangkum oleh Martin Albrow ke dalam empat
ciri utama, yaitu :
1. Adanya suatu struktur hirarki, termasuk pendelegasian wewenang dari atas ke bawah dalam
organisasi.
2. Adanya serangkaian posisi-posisi jabatan, yang masing-masing memiliki tugas dan tanggung jawab
yang tegas.
3. Adanya-aturan, regulasi-regulasi, dan standar-standar formal yang mengatur tata kerja organisasi dan
tingkah laku para anggotanya.
4. Adanya personel yang secara teknis memenuhi syarta yang dipekerjakan atas dasar karier, dengan
promosi yang didasarkan pada kualifikasi dan penampilan.
Public Choice
Public Choice adalah sebuah perspektif untuk bidang politik yang muncul dari pengembangan
dan penerapan perangkat dan metode ilmu ekonomi terhadapa proses pengambilan keputusan kolektif
dan berbagai fenomena non pasar (non market phenomena).
Pemikiran Public choice dalam merombak bidang –bidang sosial maupun politik sesuai hukum
ekonomi klasik yang analog dengan permintaan dan penawaran komoditas.
Dengan analogi tersebut , maka pemerintah bisa diasumsikan sebagai supplier , yang bisa
menyediakan komoditas publik untuk masyarakat.
Sejak tahun 1967, teori mengenai “rent-seeking” ini dikembangkan oleh Gordon Tullock, dan
istilah “rent” disini berkembang menjadi tidak dalam pengertian yang sama dengan yang
dimaksudkan oleh Adam Smith. Fenomena dari rent seeking ini teridentifikasi dalam hubungannya
dengan monopoli. Selanjutnya, rent seeking (pemburu rente) menjadi bermakna suatu proses dimana
seseorang atau sebuah perusahaan mencari keuntungan melalui manipulasi dari situasi ekonomi
(politik, aturan-aturan, regulasi, tariff dll) daripada melalui perdagangan.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penulisan Sistem Informasi Asuransi adalah sebagai berikut :
a. Sistem informasi asuransi yang ada sekarang sudah cukup baik karena sudah terakses dalam
internet.
b. Penyampaian informasi asuransi kepada masyarakat, sebaiknya bukan saja hanya melalui tim
marketing, majalah atau internet tetapi dapat diperluas lagi melalui penyuluhan-peyuluhan dalam
lingkup yang kecil, ini dikarenakan masih banyak masyarakat yang tidak paham internet.
c. Dalam sistem informasi asuransi yang sudah online di internet hendaknya dapat ditambah gambar-
gambar atau bahasa yang menarik masyarakat untuk mengetahuinya.
d. Dengan adanya sistem informasi asuransi berbasis komputer dapat memudahkan masyarakat untuk
mencari tahu duniasuransi dengan mudah.
Saran
Dalam penulisan tugas rekayasa perangkat lunak ini akan lebih bermakna apabila ada sumbang dan
saran untuk perkembangan sistem asuransi sehinggga informasi yang dicari dapat mudah dan cepat
diperoleh.
a. Perlu adanya kerjasama dalam masing-masing departemen yang terkait sehingga terjalin hubungan
baik yang hamonis diantara masing-masing komponen.
b. Setelah menganalisa sistem informasi asuransi yang saat ini dipakai,maka perlu adanya peninjauan
terhadap sistem yang lama.
c. Dengan memperkenalkan sistem informasi asuransi melalui blog akan menambah kemudahan
dalam penyampaian informasi kepada masyarakt.
d. Diperlukan pemeliharaan sistem informasi asuransi ini secaya kontiyu dan pengontrolan secara
periodik sehingga sistem dapat terjaga dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2010, “Statistik Penduduk Usia Lanjut, 2010”, Badan Pusat
Statistik, Jakarta, 2010.
Demartoto, Argyo. 2006. Pelayanan Sosial Non Panti Bagi Lansia Suatu Kajian
Sosiologis, Surakarta: Sebelas Maret University Press.
EGC
Ogburn, W. F., dan M. F. Nimkoff. 1976. Tecnology and the Changing Family.
Prayitno, Suhargo. 1999. Penduduk Lanjut Usia: Tinjauan Teori, Masalah, dan
Singarimbun, Masri; dan Sofian Effendi. 1987. Metode Penelitian Survai. Jakarta:
LP3ES.
Suhargo Prayitno, “Penduduk Lanjut Usia ; Suatu Tinjauan Teori, Masalah, dan Implikasi
Kebijakan,” Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik, Th XII, No 4, Oktober 1999,
45-50.
Wirawan, IB dkk., 2010. Profile Penduduk Lanjut Usia di Jawa Timur 2010.
Surabaya: Komda Lansia Jawa Timur Tahun 2002 Yasa, Murjana, 2002. Penduduk
Usia Lanjut dan Masalah Sosial Ekonomi Pembangunan Daerah Bali. Yogyakarta:
LESFI.
MAKALAH METODE STUDY ISLAM
JUDUL
SOSIOLOGI POLITIK
DISUSUN
O
L
E
H