9
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID
beroperasi dengan menggunakan campuran hidrogen dan udara. Pada tahun 1838
penemu asal Inggris, William Barnett, menciptakan mesin gas dengan silinder
tunggal yang memiliki ruang bakar pada bagian atas dan bagian bawah dari
piston. Tidak seperti mesin bakar modern seperti sekarang ini yang membakar
bahan bakarnya yang berupa cairan, mesin ini membakar bahan bakar yang
berupa gas.
Untuk aplikasi pada dunia penerbangan mesin yang pertama kali digunakan
adalah mesin hasil rancangan Wright bersaudara bersama mekaniknya, Charles
Taylor, pada penerbangan pertama pada 17 Desember 1903. Mesin yang
digunakan pada penerbangan ini memiliki spesifikasi : Water cooling, empat
silinder, 12 horsepower (8,94 kW), berat 180 pounds (82 kg), dan bahan terbuat
dari paduan besi tuang dan alumunium alloy, dan dipicu oleh tegangan magnet
yang tinggi (ref. [3]).
Perkembangan teknologi pada hampir setiap bidang ilmu pengetahuan di dunia
merupakan suatu paradigma yang merupakan konsekuensi dari berkembangnya
ide dan inovasi dari para ahli dan peneliti ilmu pengetahuan di seluruh pelosok
dunia. Tidak semua ide dan inovasi tersebut memiliki potensi untuk dapat
diaplikasikan ke dalam suatu bentuk produk, yang sejatinya merupakan hasil
nyata dari pemikiran dan penuangan konsep serta sketsa kasar atas teori dasar
yang digunakan untuk mengembangkan suatu advance technology yang
bermanfaat bagi kemajuan suatu bidang ilmu tertentu dengan berbagai manfaat
baru yang ditawarkan dalam teknologi baru yang akan dikembangkan, baik untuk
kalangan industri, konsumen , maupun kelestarian alam semesta.
” Scientists discover the world that exists; engineers create the world that
never was ”. Theodore von Karman, aerospace engineer.
Paradigma diatas adalah salah satu motivator sekaligus alasan utama bagi para
peneliti untuk selalu melakukan inovasi teknologi dalam berbagai aspek keilmuan.
Untuk melakukan suatu inovasi baru, seorang engineer dituntut untuk tidak hanya
memiliki kreativitas dalam berpikir, tetapi juga secara bertahap mampu
menuangkan ide-ide dan hasil pemikirannya tersebut ke dalam suatu bentuk yang
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID
lebih nyata dan aplikatif sehingga bermanfaat bagi kemajuan peradaban manusia.
Salah satu langkah awal dalam upaya melakukan suatu inovasi adalah dengan
melakukan suatu tahap yang dikenal dengan istilah design step atau tahap desain.
Komplektisitas dalam tahap desain untuk berbagai inovasi pada bidang-bidang
ilmu yang berbeda sangatlah bervariasi. Untuk itu perlu dilakukan suatu proses
segmentasi untuk lebih menyederhanakan langkah-langkah desain untuk suatu
inovasi yang akan dilakukan.
Sebagai seorang calon engineer S-1, pada kesempatan studi Tugas Akhir inilah
penulis memiliki kesempatan untuk menggabungkan kemampuan dalam berpikir
kreatif dan inovatif dengan mengaplikasikan pengetahuan dan ilmu-ilmu dasar
yang selaras yang penulis dapatkan selama menjalani perkuliahan. Pengantar
deskripsi dari objek yang akan dijadikan fokus penelitian, akan coba dipaparkan
oleh penulis selanjutnya.
• Kemampuan torsi puncak (peak torque capability) yang tinggi, sekitar 200
sampai 300% dari level continuous torque.
• Rasio power-to-weight (Pe/w) yang baik.
• Kemampuan operasi pada kecepatan tinggi (high-speed operation), dan mudah
dikendalikan.
• Acoustic noise yang rendah, electromagnetic interference (EMI) yang rendah,
serta biaya maintenance dan harga yang murah.
• Daerah operasi constant power yang panjang.
4. AC Motor Drives
AC Inverter
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID
5. Transmission Components
Electronic Control Unit (ECU)
Transaxle Unit atau sistem transmisi lainnya.
Secara aplikatif, komponen-komponen penyusun utama sistem propulsi hybrid
ini diwakili oleh part-part sebagai berikut :
Baterai : Sumber dan penyimpan energi.
Beberapa jenis baterai yang sesuai untuk electric vehicle :
o Lead-acid (Pb-acid)
o Nickel-metal-hydrine (NiMH)
o Li-polymer
o Nickel-Cadmium (NiCd)
studi literasi dari beberapa tipe UAV yang telah ada (data pada tabel 2) dengan
pertimbangan UAV-UAV tersebut memiliki kemiripan karakteristik-
karakteristik dimensi maupun prestasi.
ini secara tidak langsung akan juga menyederhanakan design concept awal
hybrid propulsion system.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, sistem propulsi dari UAV adalah suatu
pilihan wahana udara yang memiliki kesamaan karakteristik yang paling
banyak dengan pesawat udara. Wahana terbang UAV dipilih karena merupakan
suatu wahana yang paling sederhana, baik itu ditinjau dari segi teknis
(kompleksitas struktur, flight control, serta sistem-sistem) maupun non-teknis
(cost and maintenance), namun tetap mewakili karakteristik-karakteristik dasar
dari wahana terbang.
Sistem propulsi pada UAV pun tidak jauh berbeda dengan pesawat udara,
bahkan untuk beberapa hal jauh lebih sederhana. Pada UAV yang akan
dijadikan objek aplikasi sistem propulsi hybrid ini ada beberapa batasan
karakteristik yang akan terjelaskan melalui asumsi-asumsi selanjutnya.
Mission specifications
Conceptual design
Specification achieved
Yes
Tabel 2 diatas adalah tabel yang menunjukkan data dari beberapa tipe/jenis
UAV yang telah ada di pasaran yang didapat dari referensi di internet (ref. [10]). Dari
tabel diatas dipilih suatu konfigurasi UAV baru yang merujuk dari beberapa tipe
UAV diatas yang memiliki beberapa persamaan konfigurasi. Konfigurasi UAV
baru ini kemudian akan digunakan untuk perhitungan awal (initial estimation)
untuk kebutuhan power dari sistem propulsi yang akan dirancang.
b2 (5,8 m) 2
• Aspect Ratio (AR) = = = 8,2857
S 4, 06 m 2
2
W 2 CD
Pr = W ; (eq. 9.2-6 ref [1])
S ρ CL3
1 W
Pada saat cruise : L = W = ρ Vc 2 S C L → C L =
2 1
ρ Vc 2 S
2
2450 N
¾ CL = = 0,7181 (flaps up)
1
(0,909 kg / m3 ) (43 m / s ) 2 (4, 06 m 2 )
2
2
CL
C D = C Do + ; (eq. 9.2-6 ref [1]) where:
π AR e
CDo = zero lift drag coefficient = ~ 0,042
(dari kurva Cl Vs Cd untuk pesawat low subsonic ; figure 4.4-2 ref [1] )
b2
AR = wing aspect ratio ( ) = 8,2857
S
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID
2450 N 2 (0,0748) 2
Pr = 2450 N 2 3 3
= 9,7998 × 10 3 Watt
4, 06 m 0.909 kg / m (0,7181)
= 9,799 kW = 13,141 hp
sehingga, hasil perhitungan dari kebutuhan power pada saat kondisi
terbang jelajah adalah :
Pr = 9,8 kW = 13,14 hp
(4-stroke cycle). Tipe engine ini dapat bekerja sebagai sistem tunggal maupun
disinergikan dengan power yang dihasilkan oleh motor listrik untuk
menggerakkan propeller dan menghasilkan gaya dorong.
Efisiensi total proses propulsi didapat dari hasil kali antara rasio power
available dan shaft brake power (n j) dengan efisiensi thermalnya(n th) yaitu :
T V Pbr
ηtot = η j ×ηth = ; dimana : T = Thrust [W]
Pbr m f H
V = velocity [m/s]
Pbr = power output aktual
mf = fuel flow rate
H = altitude [m] (eq. 6.2-14 ref [1])
Setelah mempelajari teori dasar sistem propulsi hybrid dan melakukan suatu
studi parametrik komponen-komponen penyusunnya, serta menyusun suatu
DR&O dari sistem propulsi hybrid untuk UAV yang akan dirancang, untuk
selanjutnya akan dilakukan suatu tahap perancangan sistem propulsi hybrid untuk
UAV berdasarkan data-data maupun hasil perhitungan dari bab ini. Proses
perancangan serta hal-hal lain yang korelatif dengannya akan dijelaskan pada bab
setelah ini.