Anda di halaman 1dari 18

BAB II

KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

2.1 Perkembangan Sistem Propulsi


Manusia telah memimpikan untuk dapat terbang semenjak pertama kali mereka
memandang ke angkasa dan menyaksikan burung terbang. Usaha-usaha awal yang
dilakukan untuk menaklukan angkasa itu seringkali menemui kendala dan bahkan
hanya menghasilkan kegagalan demi kegagalan. Penyebab utama kegagalan ini
bukan hanya dikarenakan oleh rancangan dari airfoil maupun sayap benda yang
diujikan, atau dengan kata lain dalam aspek pembangkitan gaya-gaya
aerodinamika dari wahana terbang tersebut, tetapi juga karena keterbatasan
teknologi yang digunakan untuk menghasilkan sumber dari tenaga yang
dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi terbang.
Pada masa-masa terakhir pada abad ke-19, beberapa penelitian dan
pengembangan dilakukan untuk menciptakan suatu sistem yang mampu
memenuhi kebutuhan akan daya untuk mengoperasikan komponen-komponen
pada mesin kerja. Penemuan sistem pembangkit daya untuk aviasi pada awalnya
merupakan hasil dari penjabaran prinsip-prinsip yang digunakan dalam rancangan
mesin dengan ruang bakar internal (internal combustion-engine) sebagai sumber
suplai daya. Semenjak mesin dengan ruang bakar internal (internal combustion-
engine) ini beroperasi dengan baik, berbagai tipe mesin ini mulai dikembangkan
dan dirancang. Hasilnya, banyak yang dapat digunakan pada pesawat maupun
kendaraan bermotor, namun tidak sedikit pula yang mengalami kegagalan.
Kegagalan ini seringkali disebabkan oleh rendahnya tingkat efisiensi, kelemahan
dependability (kelemahan sifat material yang kurang mampu bertahan dalm
kondisi operasional), mahalnya biaya pengoperasian, keterbatasan berat yang
mampu dibebankan, dan berbagai defisiensi-defisiensi lainnya.
Perkembangan mesin dengan ruang bakar internal (internal combustion-
engine) maju sangat pesat pada abad ke-19. Pada tahun 1820, Reverend W. Cecil
merancang mesin ini untuk pertama kalinya pada suatu seminarnya sebelum
adanya Cambridge Philosophical Society di Inggris. Mesin temuannya ini

9
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

beroperasi dengan menggunakan campuran hidrogen dan udara. Pada tahun 1838
penemu asal Inggris, William Barnett, menciptakan mesin gas dengan silinder
tunggal yang memiliki ruang bakar pada bagian atas dan bagian bawah dari
piston. Tidak seperti mesin bakar modern seperti sekarang ini yang membakar
bahan bakarnya yang berupa cairan, mesin ini membakar bahan bakar yang
berupa gas.
Untuk aplikasi pada dunia penerbangan mesin yang pertama kali digunakan
adalah mesin hasil rancangan Wright bersaudara bersama mekaniknya, Charles
Taylor, pada penerbangan pertama pada 17 Desember 1903. Mesin yang
digunakan pada penerbangan ini memiliki spesifikasi : Water cooling, empat
silinder, 12 horsepower (8,94 kW), berat 180 pounds (82 kg), dan bahan terbuat
dari paduan besi tuang dan alumunium alloy, dan dipicu oleh tegangan magnet
yang tinggi (ref. [3]).
Perkembangan teknologi pada hampir setiap bidang ilmu pengetahuan di dunia
merupakan suatu paradigma yang merupakan konsekuensi dari berkembangnya
ide dan inovasi dari para ahli dan peneliti ilmu pengetahuan di seluruh pelosok
dunia. Tidak semua ide dan inovasi tersebut memiliki potensi untuk dapat
diaplikasikan ke dalam suatu bentuk produk, yang sejatinya merupakan hasil
nyata dari pemikiran dan penuangan konsep serta sketsa kasar atas teori dasar
yang digunakan untuk mengembangkan suatu advance technology yang
bermanfaat bagi kemajuan suatu bidang ilmu tertentu dengan berbagai manfaat
baru yang ditawarkan dalam teknologi baru yang akan dikembangkan, baik untuk
kalangan industri, konsumen , maupun kelestarian alam semesta.

” Scientists discover the world that exists; engineers create the world that
never was ”. Theodore von Karman, aerospace engineer.

Paradigma diatas adalah salah satu motivator sekaligus alasan utama bagi para
peneliti untuk selalu melakukan inovasi teknologi dalam berbagai aspek keilmuan.
Untuk melakukan suatu inovasi baru, seorang engineer dituntut untuk tidak hanya
memiliki kreativitas dalam berpikir, tetapi juga secara bertahap mampu
menuangkan ide-ide dan hasil pemikirannya tersebut ke dalam suatu bentuk yang
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

lebih nyata dan aplikatif sehingga bermanfaat bagi kemajuan peradaban manusia.
Salah satu langkah awal dalam upaya melakukan suatu inovasi adalah dengan
melakukan suatu tahap yang dikenal dengan istilah design step atau tahap desain.
Komplektisitas dalam tahap desain untuk berbagai inovasi pada bidang-bidang
ilmu yang berbeda sangatlah bervariasi. Untuk itu perlu dilakukan suatu proses
segmentasi untuk lebih menyederhanakan langkah-langkah desain untuk suatu
inovasi yang akan dilakukan.
Sebagai seorang calon engineer S-1, pada kesempatan studi Tugas Akhir inilah
penulis memiliki kesempatan untuk menggabungkan kemampuan dalam berpikir
kreatif dan inovatif dengan mengaplikasikan pengetahuan dan ilmu-ilmu dasar
yang selaras yang penulis dapatkan selama menjalani perkuliahan. Pengantar
deskripsi dari objek yang akan dijadikan fokus penelitian, akan coba dipaparkan
oleh penulis selanjutnya.

2.2 Teori Dasar Sistem Propulsi Hybrid


Sistem propulsi hybrid untuk pesawat ini secara garis besar terdiri dari dua
kereta daya penghasil tenaga (powertrain), yaitu piston engine dan electric motor
system. Pada sub-bab selanjutnya penulis akan sedikit me-review spesifikasi
umum serta teori dasar dari kedua jenis kereta daya penghasil gaya gerak pada
sistem propulsi hybrid ini.

2.2.1 Piston Engine


Pada umumnya, tipe mesin piston sebagai kereta penghasil gaya dorong pada
wahana terbang berkerja dengan prinsip four-stroke-five-event-cycle yang
dikembangkan oleh August Otto di Jerman. Prinsip ini terdiri dari 2 stroke ke arah
atas dan 2 stroke ke arah bawah dari piston serta proses pemantikan (ignition
event). Komponen dasar penghasil gaya dari mesin gasoline ini antara lain adalah
silinder, piston, connecting rod, dan crankshaft. Batas atas dari gerakan yang
dilakukan oleh piston dalam silinder disebut top dead center, sedangkan batas
bawahnya dikenal dengan nama bottom dead center. Diameter bagian dalam dari
silinder disebut bore (ref. [2]).
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

Mekanisme prinsip four-stroke-five-event-cycle :


• Intake stroke
Gerakan piston dari top dead center dengan katup intake dalam keadaan
terbuka dan katup exhaust dalam keadaan tertutup. Piston bergerak ke arah
bawah dan pada saat yang bersamaan campuran dari udara dan bahan bakar
(fuel) dari carburetor masuk ke dalam silinder.
• Compression stroke
Kedua katup intake dan exhaust dalam keadaan tertutup. Piston bergerak dari
bottom dead center ke arah atas dan menekan (compressed) campuran udara
dan bahan bakar (fuel) di dalam silinder. menuju ke top dead center.
• Power stroke
Gerakan piston ke arah top dead center beberapa derajat sebelum piston
mencapai top dead center akibat ignition event (menghasilkan tekanan
maksimum pada jarak tersebut) yang menghasilkan gaya thermal (heat) dan
tekan (pressure) yang menyebabkan piston tertekan ke arah bawah. Gerakan
ini menyebabkan cranckshaft berotasi dan menggerakkan flywheel atau
propeller yang dikendalikan oleh mesin.
• Exhaust stroke
Katup exhaust terbuka beberapa saat sebelum piston mencapai bottom dead
center, gas buangan hasil pembakaran keluar melalui katup exhaust tersebut.
Ketika piston kembali bergerak ke arah atas sesaat sebelum mencapai top dead
center, katup intake kembali terbuka (katup exhaust tertutup pada saat piston
mencapai top dead center).
Power Calculation
• Piston displacement : hasil kali antara luas dari area cross-section silinder
bore dengan total jarak yang ditempuh oleh piston selama satu stroke penuh.
• Compression ratio : rasio dari volume ruang dalam silinder pada saat piston
berada di bagian bawah dari stroke dengan volume ruang dalam silinder pada
saat piston berada di bagian atas dari stroke.
• Brake horsepower (bhp) : besar horsepower aktual yang dihasilkan oleh mesin
pada propeller (ref. [2]).
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

Komponen utama mesin piston


• Silinder : Silinder dari internal combustion engine mengkonversikan energi
panas kimia dari bahan bakar (fuel) menjadi energi mekanik dan
mentransmisikannya ke rotating crankshaft melalui piston dan connecting
rod. Dalam proses pembangkitan tenaga (power) dari bahan bakar, silinder
memanfaatkan mekanisme pembakaran fuel, gerakan piston, tutup-buka
katup-katup, dan gerakan mekanik dari rangkaian connecting rod.
• Piston : Suatu komponen yang bergerak ke atas dan ke bawah di dalam
silinder yang menghantarkan gaya yang dihasilkan oleh proses pembakaran
dan ekspansi gas di dalam silinder ke engine crankshaft melalui connecting
rod.
• Connecting Rod Assembly : Penghantar gaya dari piston menuju engine
crankshaft.
• Crankshaft : Komponen berupa susunan shaft-shaft yang berfungsi
mentransformasikan gerak reprocating dari piston dan connecting rod menjadi
gerak rotasi untuk memutar propeller (ref. [2]).

Dengan menggunakan asumsi umum untuk sistem propulsi pada wahana


terbang serta analisis performa pada saat kondisi terbang jelajah (cruise)
menggunakan iterasi data-data dari UAV yang telah ada (span, chord, weight,
speed, etc.), pemilihan type mesin piston dapat ditentukan melalui kebutuhan daya
yang diperlukan oleh UAV setelah tahap estimasi perhitungan prestasi terbang
yang diasumsikan (sesuai dengan asumsi-asumsi yang ada) serta ketersediaan
mesin piston-propeller yang tersedia di pasaran.

2.2.2 Electric Motor System


Karakteristik dari sistem motor listrik penghasil tenaga untuk menggerakkan
propeller pada sistem propulsi yang akan dirancang harus memenuhi persyaratan
– persyaratan yang antara lain (ref. [4]) :
• Tidak kasar (ruggedness)
• Rasio torque-to-inertia (Te/J) yang tinggi; Te/J yang besar akan menghasilkan
kemampuan akselerasi yang baik.
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

• Kemampuan torsi puncak (peak torque capability) yang tinggi, sekitar 200
sampai 300% dari level continuous torque.
• Rasio power-to-weight (Pe/w) yang baik.
• Kemampuan operasi pada kecepatan tinggi (high-speed operation), dan mudah
dikendalikan.
• Acoustic noise yang rendah, electromagnetic interference (EMI) yang rendah,
serta biaya maintenance dan harga yang murah.
• Daerah operasi constant power yang panjang.

Motor drive components


Secara umum, dari berbagai sumber referensi dan studi parametrik, motor
listrik sebagai salah satu komponen penghasil daya untuk sistem propulsi pada
kendaraan hybrid terdiri dari komponen-komponen unik utama, yaitu (ref. [4]) :
1. Electric Drive Components
Sebuah perangkat motor listrik terdiri dari sebuah power electronic
converter dan suatu sistem kendali penghubung. Power electronic converter
terdiri dari suatu perangkat solid-state yang berfungsi menangani aliran power
terbesar dari sumber tenaga ke terminal-terminal input motor. Sistem kontrol
mengolah input perintah dan informasi feedback untuk membangkitkan sinyal-
sinyal perubahan untuk power converter semikonduktor. Electric drive
components ini antara lain terdiri dari :
ƒ Power Converter
Power converter merupakan piranti DC sebagai penyedia arus bagi motor
DC atau piranti AC sebagai penyedia arus bagi motor AC.
Perbedaan utama dari kedua jenis power converter ini adalah dari
kebutuhan akan perangkat mesin switched reluctance (SR).
Suatu power converter terdiri dari suatu perangkat high-power fast-acting
semiconductor seperti bipolar junction transistor (BJT), metal oxide
semiconductor field effect transistor (MOSFET), insulated gate bipolar
transistor (IGBT), silicon-controlled rectifier or thyristor (SCR), gate
turn-off SCR (GTO), dan MOS controlled thyristor (MCT). Perangkat
solid-state ini dikonfigurasikan berdasarkan fungsinya dalam topografi
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

suatu circuit sebagai tombol elektronik on-off untuk meng-konversi suplai


dari tegangan yang tetap menjadi persediaan tegangan serta frekuensi yang
bervariasi untuk keperluan motor listrik. Seluruh komponen dalam piranti
ini memiliki sebuah control input gate atau pusat pengendalian yang
melalui perangkat tersebut, dimana perintah di-generate oleh pengendali
tersebut.
Perkembangan teknologi dan penelitian pada bidang ilmu semikonduktor
pada dua dekade terakhir memungkinkan berkembang dan terciptanya
suatu perangkat DC-DC dan DC-AC power electronic converter yang
handal, efisien, dan compact..
ƒ Drive Controller
Drive controller menjalankan subsistem piranti motor dari sistem propulsi
kendaraan hybrid. Sistem kendali dari perangkat ini adalah suatu
komponen kendali lokal yang terletak didalam sistem kendali kendaraan.
Sistem kendali kendaraan mengirimkan perintah kebutuhan akan torsi
pada drive controller yang kemudian dikirimkan menggunakan algoritma
kontrol internal.
Fungsi utama dari drive controller adalah mengatur serta mengolah
informasi dari sistem untuk mengendalikan aliran tenaga menuju kereta
penggerak (drivetrain). Drive controller juga berfungsi untuk menerima
sinyal-sinyal perintah serta feedback, mengolahnya sesuai dengan kriteria
yang dibutuhkan, seperti maksimalisasi efisiensi, dan meng-generate
sinyal-sinyal switch untuk power device dari converter.
Sistem kendali masa kini cenderung berbasiskan teknologi digital daripada
sistem analog yang mana memberikan kelebihan dalam proses pengolahan
data algoritma yang kompleks dalam waktu yang relatif lebih cepat.
Sistem ini biasanya merupakan sitem tempel (embedded system) dalam
suatu perangkat, dimana digunakan microprocessor-microprocessor dan
processor- processor sinyal digital untuk pengolahan sinyal-sinyal. Sistem
ini juga berhubungan langsung dengan sirkuit-sirkuit yang terdiri dari
converter- converter AC/DC maupun DC/AC yang mana dibutuhkan
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

sebagai sarana komunikasi antara processor dengan komponen-komponen


lain di dalam sistem.
2. Power Electronic Switches
Sebuah electronic switch adalah suatu alat yang dapat mengubah
konfigurasi dari suatu electric circuit dengan mengganti kondisi on-off
maupun off-on circuit tersebut.
Suatu power electronic switch terdiri dari komponen-komponen sebagai
berikut :
ƒ Diode
ƒ Power Transistor
ƒ Power Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor (Power
MOSFET)
ƒ Insulated Gate Bipolar Transistor (IGBT)
3. DC Drives
Piranti DC pada sistem propulsi hybrid terdiri atas DC converter dan motor
permanent magnet (PM). Jenis-jenis DC converter yang digunakan antara lain
adalah DC-choppers, resonant converters, atau push-pull converters.
ƒ Permanent Magnet Motor (PM Motor)
Jenis umum dari motor magnet permanen yang digunakan pada sistem
propulsi hybrid adalah PM synchronous motor. Motor magnet permanen
memiliki magnet-magnet pada bagian rotornya.

Gambar 3. Permanent Magnet Electric Motor

4. AC Motor Drives
ƒ AC Inverter
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

5. Transmission Components
ƒ Electronic Control Unit (ECU)
ƒ Transaxle Unit atau sistem transmisi lainnya.
Secara aplikatif, komponen-komponen penyusun utama sistem propulsi hybrid
ini diwakili oleh part-part sebagai berikut :
ƒ Baterai : Sumber dan penyimpan energi.
Beberapa jenis baterai yang sesuai untuk electric vehicle :
o Lead-acid (Pb-acid)
o Nickel-metal-hydrine (NiMH)
o Li-polymer
o Nickel-Cadmium (NiCd)

Specific Specific Estimated


Life Cycle Efficiency
Compounds Power Energy Cost
W/kg W.h/kg Hour % US$ / kWh
Lead-acid (Pb-acid) 150 – 400 35 - 50 500 – 1000 80 100 - 150
Li-polymer 350 150 - 200 1000 70 150
Nickel-metal-hydrine
200 – 300 60 - 80 1000 - 2000 70 200 - 350
(NiMH)
Nickel-Cadmium
100 – 150 30 - 50 1000 - 2000 75 250 - 350
(NiCd)

Tabel 1. Perbandingan beberapa jenis baterai

Tabel 1 diatas menunjukkan perbandingan beberapa jenis baterai yang dapat


digunakan sebagai dasar pemilihan baterai dan fuel cell untuk sistem propulsi
hybrid didasarkan pada beberapa kriteria yang diambil dari beberapa
kelebihan juga kekurangan jenis dan tipe baterai (ref. [4]).
ƒ Transaxle :
- Power Split Device : Memisahkan tenaga dari mesin menjadi rute ;
mekanikal dan kelistrikan.
- Motor Generator : Memutar bidang kontrol mekanik pembangkit
gaya dorong (propeller).
ƒ Inverter : Mengubah listrik DC dari baterai menjadi listrik AC
untuk menggerakkan motor atau mengubah dari AC ke DC untuk mengisi
ulang baterai.
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

ƒ Kabel power : Menghubungkan voltase antara baterai, inverter, dan


motor generator.
Mekanisme konfigurasi dan pengombinasian komponen-komponen motor
listrik dapat ditentukan melalui pemilihan komponen-komponen utama yang
dibutuhkan serta pertimbangan berat sistem motor listrik yang akan digunakan.
Untuk mendapatkan power output dari electric motor sebesar sesuai dengan
kebutuhan dari sistem propulsi yang akan dirancang, dibutuhkan spesifikasi
baterai yang memadai sebagai sumber energi penggerak motor listrik. Sebagai
parameter referensi yang aplikatif, digunakan baterai dari jenis nickel-metal-
hydride (NiMH) yang telah digunakan pada kendaraan hybrid Toyota Prius.
Pemilihan baterai NiMH ini karena keunggulan jenis baterai ini dibanding
jenis-jenis baterai lainnya, diantaranya yaitu kuantitas daya serap yang tinggi
terhadap gas hidrogen untuk membentuk senyawa metal-hydride pada berbagai
tekanan maupun temperatur, yang juga berarti penyimpanan energi dalam baterai
yang lebih besar. Lebih jauh lagi dapat diartikan bahwa kemampuan senyawa
metal-hydride dalam menyerap dan melepaskan hidrogen berulang kali adalah
jauh lebih baik dibandingkan dengan jenis-jenis baterai lainnya. Beberapa
kelebihan lain baterai jenis ini seperti yang dijelaskan pada ref. [4] adalah :
- Umur yang lebih lama (longer lifetime).
- Dapat didaur ulang (recyleable).
- Aman (safe and tolerant).
- Spesific power yang lebih tinggi (250 W/kg).
Tenaga yang dihasilkan oleh perpaduan gerak mekanikal sistem yang
dihasilkan oleh engine piston dan motor listrik diolah pada komponen unik khusus
yaitu tranxasle. Pada unit tranxasle hybrid yang terdiri dari 2 buah motor
generator dilakukan tahap pemisahan sumber tenaga (dari mesin atau dari motor
listrik, atau kombinasi dari keduanya) yang dihubungkan via planetary gear.
Mekanisme penggerakkan propeller memanfaatkan tenaga dari motor listrik dapat
diaplikasikan dengan menggunakan rantai penggerak dan planet gear. Suplai daya
untuk motor listrik dari baterai dapat diestimasi melalui penentuan besar voltase
dari baterai.
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

2.3 Konsep Desain


Conceptual design atau konsep rancangan/desain adalah suatu tahap yang
paling awal dilakukan oleh para engineers dalam rangka merancang suatu inovasi
produk baru ataupun sekedar memperbaiki dan atau meningkatkan performa
produk yang telah ada. Beberapa langkah pemikiran yang dilakukan pada tahap
conceptual design ini yang diharapkan mampu menggambarkan definisi maupun
tujuan dari tahap ini antara lain sebagai berikut :
ƒ Evaluasi konsep-konsep yang telah ada.
Engineers harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang konsep yang akan
diusung dalam inovasi yang dilakukannya serta apa yang menjadi fokus dari
konsep tersebut.
ƒ Penentuan sasaran-sasaran performa yang diinginkan.
Engineers harus mampu memperkirakan batasan-batasan sasaran dari hasil
akhir produk inovasi tersebut, apakah konsep tersebut dapat berkerja sesuai
dengan fungsinya dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
sebelumnya.
ƒ Pemilihan konsep yang diinginkan.
Seperti apa wujud dari hasil akhir konsep tersebut.
(ref. [5])

Tahapan Konsep Desain


Pada umumnya, konsep desain untuk aplikasi pada objek aerospace terdiri atas
pertimbangan-pertimbangan pada bidang aerodinamika, estimasi berat, gaya
hambat, kestabilan, keseimbangan serta endurance (daya tahan) yang mengacu
pada kebutuhan kondisi terbang yang ditentukan. Pada tahap ini, dilakukan suatu
penelitian desain yang disederhanakan terhadap konsep produk yang telah ada.

ƒ Estimasi Berat Wahana


Pembangkitan gaya angkat yang memadai sebagai kompensasi dari berat
pesawat adalah langkah awal dalam merancang suatu wahana terbang. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya tahap estimasi berat dalam tahap desain.
Untuk sistem propulsi yang akan dirancang pada Tugas Akhir ini, perancang
menentukan berat UAV sebesar 2450 N (250 kg). Angka ini didapat dari hasil
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

studi literasi dari beberapa tipe UAV yang telah ada (data pada tabel 2) dengan
pertimbangan UAV-UAV tersebut memiliki kemiripan karakteristik-
karakteristik dimensi maupun prestasi.

ƒ Spesifikasi Desain Sistem


Karena pada Tugas Akhir ini konsep rancangan yang akan dilakukan
dikonsentrasikan pada sistem propulsi wahana terbang, maka perlu dilakukan
suatu konsep desain yang lebih spesifik, yaitu desain sistem propulsi. Secara
umum, validasi rancangan dari suatu sistem propulsi wahana terbang
dihasilkan melalui pertimbangan aspek-aspek (ref. [4]):
o Penelitian dan pemilihan sistem serta prediksi prestasi.
o Pemilihan propeller/mempelajari rancangan dan karakteristik prestasi.
o Engine control, "fuel" (baterai, kapasitas, berat, dll.), dan instalasi.

ƒ Kondisi Terbang yang Dibutuhkan


Langkah selanjutnya adalah menentukan suatu kondisi yang dapat dipenuhi
oleh spesifikasi sistem yang akan dirancang, dengan tujuan memberi batasan
solusi dalam tahapan rancangan konseptual dari sistem yang akan dibuat.
Unmanned Aerial Vehicles (UAV) yang akan dijadikan sebagai wahana acuan
pengaplikasian sistem propulsi hybrid ini diasumsikan adalah dari jenis low
subsonic UAV yang memiliki kecepatan terbang desain pada kondisi terbang
jelajah (cruise) sekitar 40 m/s (pada ketinggian 10000 ft atau 3048 m ) dengan
asumsi perhitungan rate of climb dan gaya hambat (drag) tidak dimasukkan
dalam perkiraan awal gaya dorong dari sistem propulsi yang akan dirancang.

ƒ Argumentasi Penerapan Konsep


Dalam studi kasus pengimplementasian teknologi sistem propulsi hybrid
pada bidang aerospace, perancang perlu menentukan wahana yang akan
dijadikan sasaran aplikasi dari sistem ini. Alangkah baiknya apabila wahana
udara yang akan dipilih adalah merupakan suatu wahana yang paling
sederhana, baik itu ditinjau dari segi teknis (kompleksitas struktur, flight
control, serta sistem-sistem) maupun non-teknis (cost and maintenance),
namun tetap mewakili karakteristik-karakteristik dasar dari wahana udara. Hal
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

ini secara tidak langsung akan juga menyederhanakan design concept awal
hybrid propulsion system.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, sistem propulsi dari UAV adalah suatu
pilihan wahana udara yang memiliki kesamaan karakteristik yang paling
banyak dengan pesawat udara. Wahana terbang UAV dipilih karena merupakan
suatu wahana yang paling sederhana, baik itu ditinjau dari segi teknis
(kompleksitas struktur, flight control, serta sistem-sistem) maupun non-teknis
(cost and maintenance), namun tetap mewakili karakteristik-karakteristik dasar
dari wahana terbang.
Sistem propulsi pada UAV pun tidak jauh berbeda dengan pesawat udara,
bahkan untuk beberapa hal jauh lebih sederhana. Pada UAV yang akan
dijadikan objek aplikasi sistem propulsi hybrid ini ada beberapa batasan
karakteristik yang akan terjelaskan melalui asumsi-asumsi selanjutnya.

Langkah-langkah Konsep Desain


Konsep desain untuk sistem propulsi dapat disederhanakan menjadi beberapa
langkah untuk lebih memudahkan proses desain ini. Langkah-langkah tersebut
antara lain adalah (ref. [4]):
1. Menentukan kebutuhan power dan energy untuk unit propulsi melalui
spesifikasi kondisi pengoperasian dan akselerasi yang telah ditentukan.
2. Level desain komponen-komponen (unit propulsi, sumber energi, dan
auxilaries); motor listrik untuk EV, atau kombinasinya dengan mesin
konvensional.
3. Tahap desain unit propulsi :
a. Menentukan gaya yang dibutuhkan untuk mengakselerasikan wahana
ke kecepatan cruise (Vc) dalam waktu tertentu dan untuk mengerakkan
wahana pada suatu kecepatan cruise (Vc) yang tetap dan pada
kecepatan maksimum (Vmax) pada suatu pilihan slope tertentu.
b. Menentukan kebutuhan tenaga tarik listrik (tractive power) ; untuk
menentukan power dari motor listrik dalam unit propulsi.
4. Desain dan pemilihan sumber energi (spesific energy & power, operating
life, cost and parameters/characteristic; practical capacity > theoretical).
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

5. Penentuan komponen-komponen (electric motor, generator , etc)


6. Desain konfigurasi sistem (system configuration)
7. Analisis pencapaian sasaran-sasaran (prestasi dan efisiensi)
8. Analisis biaya/harga (opsional).

Hybrid System Design

Mission specifications

Conceptual design

System Layout design

No System characteristic analysis

Specification achieved

Yes

Gambar 4. Diagram alir rancangan sistem hybrid (ref. [7]

2.4 Analisis Awal Konsep Rancangan

Dimension and Weight Power Performance


Model/type Max. Max.
Length Span Diameter Weight Vc Endurance Range
hp speed celing
(meter) (meter) (meter) (N) (m/s) (hour) (meter)
(m/s) (meter)
Raven 3,2 3,6 - 3380,5 22 30,87 3 96540 49,9 4572
Scorpion100 3,6 4,9 0,5 1957,1 52 61,68 3 130329 77,33 4572
RQ-2B
4,2 5,1 0,3 2001,6 26 51,40 5.5 185035 59,1 4572
/Pioneer
RQ-5A
7,01 8,84 - 7117,1 112 36,01 12 125000 41,16 4572
/Hunter
Sperwer
3,5 4,3 - 2935,7 70 58,11 6 201125 69,45 5182
/Ugglan
Hy-X UAV 4,8 6 0,35 2450 20 43 4 200000 60 4572

Tabel 2. Literatur UAV-UAV Pembanding


BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

Tabel 2 diatas adalah tabel yang menunjukkan data dari beberapa tipe/jenis
UAV yang telah ada di pasaran yang didapat dari referensi di internet (ref. [10]). Dari
tabel diatas dipilih suatu konfigurasi UAV baru yang merujuk dari beberapa tipe
UAV diatas yang memiliki beberapa persamaan konfigurasi. Konfigurasi UAV
baru ini kemudian akan digunakan untuk perhitungan awal (initial estimation)
untuk kebutuhan power dari sistem propulsi yang akan dirancang.

™ Perkiraan awal dimensi dan prestasi untuk menghitung kebutuhan power


( Pr ) pada kondisi terbang jelajah 3048 m :
• Span (b) =~6m
• Gross Weight (W) = ~ 2450 N ; dimana g = 9,8 m/s2
• Cruise speed (Vc) = ~ 43 m/s
• Air density ( ρ ) = 0,909 kg/m3 (pada 3048 m)
• Wing chord (c) = 0,7 m
(asumsi-asumsi berdasarkan pada pendekatan dimensional)
• Wing Area (S) = b × c = 6 m × 0.7 m = 4,2 m2

b2 (5,8 m) 2
• Aspect Ratio (AR) = = = 8,2857
S 4, 06 m 2
2
W 2 CD
Pr = W ; (eq. 9.2-6 ref [1])
S ρ CL3

1 W
Pada saat cruise : L = W = ρ Vc 2 S C L → C L =
2 1
ρ Vc 2 S
2
2450 N
¾ CL = = 0,7181 (flaps up)
1
(0,909 kg / m3 ) (43 m / s ) 2 (4, 06 m 2 )
2
2
CL
C D = C Do + ; (eq. 9.2-6 ref [1]) where:
π AR e
CDo = zero lift drag coefficient = ~ 0,042
(dari kurva Cl Vs Cd untuk pesawat low subsonic ; figure 4.4-2 ref [1] )
b2
AR = wing aspect ratio ( ) = 8,2857
S
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

e = oswald’s efficiency factor = 0,8 (diasumsikan); π = 3.14


(0, 7181) 2
¾ CD = 0, 042 + = 0,0668
3,14 × 8, 2857 × 0,8
(Nilai dari CD and CL diatas adalah sesuai dengan contoh kasus pada kurva
lift-drag polar; figure 4.3-2 ref [1] )
sehingga didapatkan :

2450 N 2 (0,0748) 2
Pr = 2450 N 2 3 3
= 9,7998 × 10 3 Watt
4, 06 m 0.909 kg / m (0,7181)

= 9,799 kW = 13,141 hp
sehingga, hasil perhitungan dari kebutuhan power pada saat kondisi
terbang jelajah adalah :

Pr = 9,8 kW = 13,14 hp

Perhitungan ketersediaan power/power available (Pa) berdasarkan kebutuhan


power pada saat kondisi terbang jelajah diberikan dalam hubungan dalam
persamaan sebagai berikut:
70
Prcruise = × Pavailable sehingga :
100
100 100
Pavailable = × Prcruise = × 13,14 = 18, 771 hp
70 70
Power available (Pa) > Power Required (Pr)
Pa ~ 20 hp (14,914 kW) → initial estimation
(dengan perkiraan power loss akibat mekanisme transmisi adalah ± 5 % dari
power total)
™ Kombinasi Power dari Sistem Propulsi ( Ptot )

Ptotal = Pengine + Pem dimana : Pengine = Piston engine power [Watt]


Pem = Electric motor power [Watt]
(ref. [4])

™ Kebutuhan Mesin Piston


Engine yang digunakan sebagai kereta daya utama pada sistem propulsi hybrid-
UAV ini adalah tipe piston engine yang bekerja memanfaatkan siklus 4-langkah
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

(4-stroke cycle). Tipe engine ini dapat bekerja sebagai sistem tunggal maupun
disinergikan dengan power yang dihasilkan oleh motor listrik untuk
menggerakkan propeller dan menghasilkan gaya dorong.
Efisiensi total proses propulsi didapat dari hasil kali antara rasio power
available dan shaft brake power (n j) dengan efisiensi thermalnya(n th) yaitu :
T V Pbr
ηtot = η j ×ηth = ; dimana : T = Thrust [W]
Pbr m f H

V = velocity [m/s]
Pbr = power output aktual
mf = fuel flow rate
H = altitude [m] (eq. 6.2-14 ref [1])

Dengan menggunakan asumsi umum untuk sistem propulsi pada wahana


terbang, maka dapat diambil sebagai estimasi awal bahwa besarnya ηtot untuk
piston engine adalah sebesar ± 85% dari total power output.

2.5 Design Requirements and Objectives


Beberapa kelebihan yang dapat ditawarkan oleh aplikasi sistem propulsi hybrid
dalam bidang aerospace engineering antara lain adalah :
• Power yang tersedia lebih besar.
• Efisiensi mesin/energi yang lebih tinggi.
• Efisiensi bahan bakar yang lebih tinggi.
• Peningkatan prestasi.
• Sumber energi alternatif.
Poin-poin diatas bisa digunakan sebagai acuan dasar dalam merancang suatu
spesifikasi dari suatu konsep sistem propulsi hybrid untuk aerospace vehicle.
Sebagai langkah awal dalam merancang suatu produk, maka diperlukan suatu
spesifikasi khusus dari produk yang akan dirancang, batasan-batasan serta target
yang ingin dicapai dari perancangan produk tersebut. Selain sebagai salah satu
referensi spesifikasi dari produk, hal-hal tersebut diatas yang secara ilmiah lebih
dikenal dengan nama Design Review & Objectives (DR&O). DR&O juga adalah
salah satu aspek penting yang harus selalu disertakan dalam perancangan suatu
produk baru sebagai tolak ukur keberhasilan dari produk yang akan dirancang.
BAB II KONSEP RANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID

Vehicle purpose Low subsonic UAV


Gross Weight 2450 N (250 kg)
Cruise Speed 40-45 m/s (78-88 knot)
Energy Source Fuel and batteries
Internal Combustion Engine 15 kW (~ 20,11 hp)
Power
Electric Motor 15 kW (~ 20,11 hp)
o
Operating Temperature below 90 C

Operating RPM(for shaft power) below 5000 rpm

Maximum Operating Altitude 10000 ft (~ 3048 m)


System’s Endurance 4 hours (influenced by availability of fuel tank capacity)
Electric Efficiency 80 %
± 20 – 40 kg
Internal Combustion Engine depend on the selection
of piston engine
System Weight ± 25 kg (with battery
module)
Electric Motor based on Toyota’s Prius
Hybrid Synergy Drive
weight

Tabel 3. Design Requirements and Objectives

Setelah mempelajari teori dasar sistem propulsi hybrid dan melakukan suatu
studi parametrik komponen-komponen penyusunnya, serta menyusun suatu
DR&O dari sistem propulsi hybrid untuk UAV yang akan dirancang, untuk
selanjutnya akan dilakukan suatu tahap perancangan sistem propulsi hybrid untuk
UAV berdasarkan data-data maupun hasil perhitungan dari bab ini. Proses
perancangan serta hal-hal lain yang korelatif dengannya akan dijelaskan pada bab
setelah ini.

Anda mungkin juga menyukai