Nama kelompok :
zulfikram riring
zulham nahumarury
Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan
kuasa-Nya, sehingga dapat diselesaikannya tugas makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Imunologi yang judul “Inflamasi”.
Dalam penyusunan tugas ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi.
Namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, dosen imunologi dan
teman- teman saya. Sehingga kendala-kendala yang saya hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Saya sadar bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Segala kritik dan saran sangat
saya harapkan demi kebaikan dari makalah ini, dan tak lupa penulis ucapkan
terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
2.6..Macam- macam Sel dan Mediator Inflamasi Kronik................ 16
2.6.1.Makrofag .......................................................................... 16
2.6.2.Limfosit, sel plasma, eosinofil dan sel mast .................... 18
2.6.3. Kerjasama seluler pada radang kronik. ........................... 19
2.6.4. Zat Zat / Bahan –bahan yang berperan apabila
terjadi radang. .................................................................... 20
2.7..Faktor yang Mempengaruhi Peradangan dan
Penyembuhan ........................................................................... 20
BAB 3. PENUTUP ........................................................................................ 22
3.1 KESIMPULAN .......................................................................... 22
3.2 SARAN ..................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 23
iii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Daftar Gambar
Gambar 1. Tanda-tanda Inflamasi .................................................................. 9
Gambar 2. Proses Inflamasi ........................................................................... 11
Gambar 3. Kontriksi dan Dilaktasi................................................................. 12
Gambar 4. Emigrasi ....................................................................................... 13
Gambar 5. Kemotaksis ................................................................................... 14
Gambar 6. Fagositosis .................................................................................... 15
Gambar 7. Eksudasi ....................................................................................... 15
Daftar tabel
Tabel 1. Tanda-tanda Inflamasi...................................................................... 9
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
mudah steril sempurna, seperti waktu sebagian jaringan mati karena hilangnya
suplai darah. Karena banyaknya keadaan yang mengakibatkan inflamasi, maka
pemahaman proses ini merupakan dasar bagi ilmu biologi dan kesehatan. Tanpa
memahami proses ini, orang tidak dapat memahami prinsip-prinsip penyakit
manular, pembedahan, penyembuhan luka, dan respon terhadap berbagai trauma
atau prinsip-prinsip bagaimana tubuh menanggulangi bencana kematian jaringan,
sperti stroke, serangan jantung dan sebagainya.
Walaupun ada banyak sekali penyebab inflamasi dan ada berbagai keadaan
dimana dapat timbulnya inflamasi, kejadiannya secara garis besar cenderung
sama, hanya saja pada pada berbagai jenis inflamasi terdapat perbedaan secara
kuanntitatif. Oleh karena itu, reaksi inflamasi dapat dipelajari sebagai gejala
umum dan memperlakukan perbedaan kuantitatif secara sekunder.
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dibuat beberapa rumusan masalah, antara lain:
1. Apa pengertian inflamasi?
2. Apa saja penyebab inflamasi?
3. Bagaimana mekanisme inflamasi?
4. Bagaimana tanda-tanda inflamasi?
5. Apa saja macam- macam sel dan mediator inflamasi kronik ?
6. Bagaimana proses inflamasi akut?
7. Apa saja faktor yang mempengaruhi peradangan dan penyembuhan?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang dapat disampaikan oleh penulis terkait dengan
makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian inflamasi.
2. Mengetahui sebab inflamasi dapat terjadi.
3. Mengetahui mekanisme inflamasi.
4. Mengetahui tanda- tanda inflamasi.
5. Mengetahui macam- macam sel dan mediator inflamasi kronik.
6. Mengetahui proses inflamasi akut.
7. Mengetahui faktor yang mempengaruhi peradangan dan penyembuhan.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bentuk akutnya ditandai oleh tanda klasik : nyeri (dolor), panas
(kolor), kemerahan (rubor), bengkak (tumor), dan hilangnya fungsi (fungsiolesa).
Secara histologis, menyangkut rangkaian kejadian yang rumit, mencakup dilatasi
arteriol, kapiler, dan venula, disertai peningkatan permeabilitas dan aliran darah;
3
eksudasi cairan, termasuk protein plasma; dan migrasi leukositik ke dalam fokus
peradangan.
2.2.Penyebab Inflamasi
2.2.1. Benda Fisik
a) Benda – benda Traumatik :
Jarum
Pisau
Kapak
Tombak
Panah
Binatang buas
b) Suhu
c) Listrik
Voltase tinggi
d) Radiasi
Sinar X
Nuklir
2.2.2. Bahan Kimiawi yang Korosif / Toksik :
a. HNO3
b. H2SO4
c. Toksin : Bisa Ular / Kalajengking
2.2.3. Benda Infektif
a. Bakteri / Kuman / Basil
1) Golongan Kokus
a) Stafilokokus
b) Streptokokus
c) Meningokokus
d) Pneumokokus
e) Diplokokus
2) Golongan virus
4
a) RNA : Polio, rabies
b) DNA : HIV
3) Golongan Ricketsia
4) Golongan Klamidia
5) Golongan mikrobakterium :
a) KP
b) MH
b. Golongan Parasit
1) Malaria
2) Sifilis
3) Kencing tikus
4) Cacing : Cacing Kremi, cacing pita, cacing tambang, cacing
gelang
5) Elephanthiasis
c. Golongan Jamur- jamur
1) Kandida sp
2) Kriptokokus neoformans
3) Epidermophyta
4) Aspergyllus sp
5) Tinea : Ingunialis, Kapitis, Versikolor
2.3.Mekanisme Inflamasi
2.3.1. Inflamasi Akut
Yaitu reaksi jaringan terhadap cidera sel yang berlangsung secara
singkat, beberapa jam atau beberapa hari dengan adanya perubahan
vaskuler dan eksudasi.
inflamasi akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera
yang didesain untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit
membersihkan berbagai mikroba yang menginvasi dan memulai proses
pembongkaran jaringan nekrotik. Terdapat 2 komponen utama dalam proses
radang akut, yaitu perubahan penampang dan struktural dari pembuluh darah
5
serta emigrasi dari leukosit. Perubahan penampang pembuluh darah akan
mengakibatkan meningkatnya aliran darah dan terjadinya perubahan
struktural pada pembuluh darah mikro akan memungkinkan protein plasma
dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit yang berasal dari
mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya berakumulasi di
lokasi cedera.
Segera setelah jejas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang mungkin
didahului oleh vasokonstriksi singkat. Sfingter prakapiler membuka dengan
akibat aliran darah dalam kapiler yang telah berfungsi meningkat dan juga
dibukanya anyaman kapiler yang sebelumnya inaktif. Akibatnya anyaman
venular pasca kapiler melebar dan diisi darah yang mengalir deras. Dengan
demikian, mikrovaskular pada lokasi jejas melebar dan berisi darah
terbendung. Kecuali pada jejas yang sangat ringan, bertambahnya aliran darah
(hiperemia) pada tahap awal akan disusul oleh perlambatan aliran darah,
perubahan tekanan intravaskular dan perubahan pada orientasi unsur-unsur
berbentuk darah terhadap dinding pembuluhnya. Perubahan pembuluh darah
dilihat dari segi waktu, sedikit banyak tergantung dari parahnya jejas. Dilatasi
arteriol timbul dalam beberapa menit setelah jejas. Perlambatan dan
bendungan tampak setelah 10-30 menit.
Peningkatan permeabilitas vaskuler disertai keluarnya protein plasma
dan sel-sel darah putih ke dalam jaringan disebut eksudasi dan merupakan
gambaran utama reaksi radang akut. Vaskulatur-mikro pada dasarnya terdiri
dari saluran-saluran yang berkesinambungan berlapis endotel yang
bercabang-cabang dan mengadakan anastomosis. Sel endotel dilapisi oleh
selaput basalis yang berkesinambungan .
Pada ujung arteriol kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi mendesak
cairan keluar ke dalam ruang jaringan interstisial dengan cara ultrafiltrasi. Hal
ini berakibat meningkatnya konsentrasi protein plasma dan menyebabkan
tekanan osmotik koloid bertambah besar, dengan menarik kembali cairan
pada pangkal kapiler venula. Pertukaran normal tersebut akan menyisakan
sedikit cairan dalam jaringan interstisial yang mengalir dari ruang jaringan
6
melalui saluran limfatik. Umumnya, dinding kapiler dapat dilalui air, garam,
dan larutan sampai berat jenis 10.000 dalton.
Radang kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat timbul
menyusul radang akut, atau responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan
radang akut menjadi radang kronik berlangsung bila respon radang akut tidak
dapat reda, disebabkan agen penyebab jejas yang menetap atau terdapat
gangguan pada proses penyembuhan normal. Ada kalanya radang kronik
sejak awal merupakan proses primer. Sering penyebab jejas memiliki
toksisitas rendah dibandingkan dengan penyebab yang menimbulkan radang
akut. Terdapat 3 kelompok besar yang menjadi penyebabnya, yaitu infeksi
persisten oleh mikroorganisme intrasel tertentu (seperti basil tuberkel,
Treponema palidum, dan jamur-jamur tertentu), kontak lama dengan bahan
yang tidak dapat hancur (misalnya silika), penyakit autoimun. Bila suatu
radang berlangsung lebih lama dari 4 atau 6 minggu disebut kronik. Tetapi
karena banyak kebergantungan respon efektif tuan rumah dan sifat alami
jejas, maka batasan waktu tidak banyak artinya. Pembedaan antara radang
akut dan kronik sebaiknya berdasarkan pola morfologi reaksi.
7
a. Faktor-faktor host
a) Usia:
muda
Remaja
Tua
b) Gizi : kwasiorkor
c) Penyakit – penyakit : DM
b. Faktor-faktor penyebab
a) Virulensi
b) Sifat - sifat/ kekhasan :
Streptokokus→hyaluronidase, enzim proteolitik
c. Keuntungan Radang :
a) Pengenceran toxin
b) Antibodi masuk jaringan ekstravaskuler
c) Transportasi obat
d) Pembentukan fibrin
e) Penyaluran nutrien
f) Stimulasi respons imun
g) Lokasi jaringan yang rusak
h) Persiapan untuk pemulihan jaringan
d. Kerugian radang :
a) Jaringan normal dirusak
b) Sembab:epilogtis, rongga
c) Nyeri : gangguan fungsi
d) Ruptura organ
e) Fistula
f) Reaksi imun kurang tepat
g) Akibat penyakit : Glomerulonefritis arthritis, bronchitis
h) Fibrosis berlebihan : keloid, obstruksi usus, steril.
8
2.4.Tanda–tanda Inflamasi
2.4.1. Rubor
9
peradangan akut. Timbulnya hyperemia pada permulaan reaksi peradangan
diatur oleh tubuh baik secara neurogenik maupun secara kimia, melalui
pengeluaran zat seperti histamine.
2.4.2. Kalor
2.4.3. Dolor
2.4.4. Tumor
10
peradangan sebagian besar eksudat adalah cair, seperti yang terjadi pada
lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar ringan. Kemudian sel-sel darah
putih atau leukosit meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai
bagian dari eksudat.
11
Gambar 3. Kontriksi dan Dilaktasi
2.5.2. Emigrasi
Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih yang bergerak
keluar dari pembuluh darah. Tempat utama emigrasi leukosit adalah
pertemuan antar-sel endotel. Walaupun pelebaran pertemuan antar-sel
12
memudahkan emigrasi leukosit, tetapi leukosit mampu menyusup sendiri
melalui pertemuan antar-sel endotel yang tampak tertutup tanpa perubahan
nyata.
sel-sel darah merah menggumpal dan membentuk agregat-agregat
yang lebih besar daripada leukosit sendiri. Massa sel darah merah akan
terdapat di bagian tengah dalam aliran aksial, dan sel-sel darah putih
pindah ke bagian tepi (marginasi). Terjadi proses perpindahan sel darah
putih yang bergerak keluar dari pembuluh darah (emigrasi).
Gambar 4. Emigrasi
2.5.3. Kemotaksis
Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit bergerak menuju
ke arah utama lokasi jejas. Migrasi sel darah putih yang terarah ini
disebabkan oleh pengaruh-pengaruh kimia yang dapat berdifusi disebut
kemotaksis. Hampir semua jenis sel darah putih dipengaruhi oleh faktor-
faktor kemotaksis dalam derajat yang berbeda-beda. Neutrofil dan monosit
paling reaktif terhadap rangsang kemotaksis. Sebaliknya limfosit bereaksi
lemah. Beberapa faktor kemotaksis dapat mempengaruhi neutrofil maupun
monosit, yang lainnya bekerja secara selektif terhadap beberapa jenis sel
darah putih. Faktor-faktor kemotaksis dapat endogen berasal dari protein
plasma atau eksogen, misalnya produk bakteri.
13
Migrasi sel darah putih yang terarah ke daerah yang terjadi
inflamasi ini disebabkan oleh pengaruh-pengaruh kimia yang dapat
berdifusi disebut kemotaksis.
Gambar 5. Kemotaksis
2.5.4. Fagositosis
Setelah leukosit sampai di lokasi radang, terjadilah proses
fagositosis. Meskipun sel-sel fagosit dapat melekat pada partikel dan
bakteri tanpa didahului oleh suatu proses pengenalan yang khas, tetapi
fagositosis akan sangat ditunjang apabila mikroorganisme diliputi oleh
opsonin, yang terdapat dalam serum (misalnya IgG, C3). Setelah bakteri
yang mengalami opsonisasi melekat pada permukaan, selanjutnya sel
fagosit sebagian besar akan meliputi partikel, berdampak pada
pembentukan kantung yang dalam. Partikel ini terletak pada vesikel
sitoplasma yang masih terikat pada selaput sel, disebut fagosom. Meskipun
pada waktu pembentukan fagosom, sebelum menutup lengkap, granula-
granula sitoplasma neutrofil menyatu dengan fagosom dan melepaskan
isinya ke dalamnya, suatu proses yang disebut degranulasi. Sebagian besar
mikroorganisme yang telah mengalami pelahapan mudah dihancurkan oleh
fagosit yang berakibat pada kematian mikroorganisme. Walaupun
beberapa organisme yang virulen dapat menghancurkan leukosit.
14
Setelah leukosit sampai di lokasi radang, terjadilah proses
fagositosis. Proses ini menghasilkan eksudat yang berupa zat asing, bakteri
yang mati, sel darah putih, dll.
Gambar 6. Fagositosis
2.5.5. Eksudasi
Eksudasi adalah proses menghentikan pendarahan dan
mempersiapkan tempat luka menjadi bersih dari benda asing atau kuman
sebelum dimulai proses penyembuhan.
Gambar 7. Eksudasi
15
2.6. Macam- macam Sel dan Mediator Inflamasi Kronik
2.6.1. Makrofag
16
γ), endotoksin bakteri, berbagai mediator selama radang akut dan protein
matriks ekstrasel seperti fibronektin.
17
menyebabkan terbentuknya fokus radang. Selain itu makrofag juga
dapat berfusi menjadi sel besar berinti banyak disebut sel Datia.
18
perubahan vaskular pada radang akut. Sel mast juga dapat mengelaborasi
sitokin seperti TNF yang berperan pada respons kronik yang lebih besar.
19
Interferon γ, diproduksi oleh sel-T teraktivasi, mempunyai sifat
antivirus dan pada saat tertentu mengaktifkan makrofag. Interferon α
dan β, diproduksi oleh makrofag dan fibroblas, yang mempunyai sifat
antivirus dan sel pembunuh alami yang aktif (activate natural killer
cells = NK cells) dan makrofag.
2.6.4. Zat Zat / Bahan –bahan yang berperan apabila terjadi radang
Bahan yang disintetis oleh sel mast al:
a. HISTAMIN : penyebab relaksasi pembuluh darah sehingga terjadi
peningkatan aliran darah.Zat ini juga penyebab meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler. Sekresi histamine mengakibatkan :
.Peningkatan aliran darah lokal
.Peningkatan permeabilitas kapiler
.Permembesan arteri dan fibrinogen dalam jaringan interstitial
Edema ektraseluler
Pembekuan cairan ekstraseluler dan cairan limfe.
20
sel dan aktivitas sintetik, khususnya sensitif terhadap defisiensi suplai darah lokal
dan juga peka terhadap keadaan gizi penderita.
Penyembuhan juga dihambat oleh adanya benda asing atau jaringan
nekrotik dalam luka, oleh adanya infeksi luka dan immobilisasi yang tidak
sempurna.
Komplikasi pada penyembuhan luka kadang-kadang terjadi saat proses
penyembuhan luka. Jaringan parut mempunyai sifat alami untuk memendek dan
menjadi lebih padat, dan kompak setelah beberapa lama. Akibatnya adalah
kontraktur yang dapat membuat dareah menjadi cacat dan pembatasan gerak pada
persendian.
Komplikasi penyembuhan yang kadang-kadang dijumpai adalah amputasi
atau neuroma traumatik, yang secara sederhana merupakan poliferasi regeneratif
dari serabut-serabut saraf kedalam daerah penyembuhan dimana mereka terjerat
pada jaringan parut yang padat.
21
BAB 3
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
3.2. Saran
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan membaca dan mempelajari isi makalah ini, diharapkan pengetahuan
pembaca tentang radang dapat bertambah, serta mengerti tentang akibat dan
pengaruh yang disebabkan oleh radang itu sendiri. Penulis menyadari bahwa
penulisan makalah ini belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan,
untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi
perbaikan penulisan yang akan datang.
22
DAFTAR PUSTAKA
23